Anda di halaman 1dari 4

Konsep Prioritas Ilmu Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim

Muhammad Setyo Nugroho, Lc, M.H./Pengajar Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali/PKU GONTOR 17

Dalam setiap lini kehidupan manusia, cara pandang manusia akan suatu hal,

sangat mempengaruhi sikap dan aksi manusia tersebut terhadap hal yang dia

persepsikan tadi. Maka, ada istilah yang sering didengar di dalam ilmu mantik

(logika), seperti yang disebutkan oleh penulis syarah kitab al-kaukab al-munir:

ٌ ‫الحكم بالشيء فر‬


‫ع عن تصوره‬

Yang kurang lebih maknanya adalah: Hukum kita atas sebuah sesuatu atau

aksi kita akan sebuah sesuatu tergantung dengan cara pandang kita terhadapa

sesuatu tersebut. Maka persepsi yang salah terhadap suatu hal, dapat menyebabkan

efek yang berbahaya. Tentu, tingkatan kebahayaan di sini tergantung dengan

sesuatu yang kita persepsikan itu sendiri, jawabannya bisa bermacam-macam. Alloh

Swt berfirman:

‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬


َ َ‫ْس ل‬

Dalam ayat 36 surat al-isra’ ini Alloh Swt melarang kita untuk melakukan aksi

yang tidak didasari dengan ilmu dan cara pandang yang benar dan shahih.

Bersandar dari pemaparan di atas, berarti bahwa salah satu hal yang paling penting

dalam kehidupan peradaban umat manusia pada umumnya, dan umat islam pada

khususnya adalah ilmu, maka kebenaran persepsi kita tentang ilmu dan cara

pandang kaum muslim tentang ilmu adalah salah satu hal yang terpenting dalam

kehidupan ini.

Maka, menjadi wajib bagi para ahli ilmu, dai dan para ustadz untuk

memaparkan kepada umatnya pengetahuan yang benar tentang ilmu dari

pandangan islam, karena dari pandangan yang benarlah akan tercipta peradaban

yang benar, karena sesuatu akan menguat ke atas, apabila akar dari sesuatu tadi kuat

di atas kebenaran.

Di sini penulis akan menuturkan tentang konsep ilmu yang dipaparkan di

dalam buku yang sangat fenomenal dan berkah dan terkenal tentunya, yaitu di

dalam kitab “ta’limul muta’allim”. Kitab ini telah terbukti menjadi kurikulum adab
yang pertama di pondok-pondok yang tersebar di nusantara, bahkan di luar negri, di

mana dari madrasah-madrasah tadi terlahir para ulama besar dan pendidik yang

ulung, yang mana mereka tidak hanya ‘alim dalam ilmu pengetahuan, tapi mereka

juga orang yang dekat dengan Alloh Swr, berkahlak mulia dan bisa memberikan

manfaat bagi orang yang berada di sekitarnya.

Imam Burhanuddin az-Zarnuji yang kurang lebih hidup di abad ketujuh

hijriah menyatakan bahwa hal pertama yang terpenting, yang harus tertanam di

dalam kaeyakinan seorang muslim, bahwa di sana ada ilmu yang harus dimiliki

setiap muslim dan muslimah yaitu “ilmu fardhu ain”. Ilmu macam ini harus di

miliki setiap kaum muslim tanpa peduli apapun statusnya seseorang tadi. Az-

Zarnuji menyandarkan pandangannya dengan hadits Rasulluoh Saw. yang

berbunyi:

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬

Az-Zarnuji menamakan ilmu fardhu ‘ain ini dengan nama “ilmu hal”. Yaitu, ilmu

yang pasti terjadi dan dialami oleh setiap orang dalam hidupnya. Ilmu hal ini bisa

jadi berada di ranah ritual, bisa juga berada di ranah dalam hati, bisa juga berada di

ranah mu’amalat atau jual beli.

Ada penekanan yang sangat penting tentang ilmu hal ini, beliau berkata

tentang macam ilmu ini dengan definisi:

‫ في أي حال كان‬،‫ويفترض على المسلم طلب ما يقع في حاله‬

Disini beliau menekankan bahwa setiap hal yang menjadi pekerjaan kita, maka ilmu

akan pekerjaan itu menjadi wajib bagi kita hukumnya, dan statusnya menjadi fardhu

ain. Contoh: jika kita adalah seorang dokter, maka fikih kedokteran menjadi wajib

hukumnya bagi kita, jika kita seorang pedagang, maka fikih riba dan uang menjadi

wajib hukumnya bagi kita, dan seterusnya.

Maka jika kita mencoba mengklasifikasikan ilmu hal ini, ilmu hal ada dua

macam; yang pertama adalah ilmu hal yang terjadi pada semua orang, dan ini ada

dua macam juga, ilmu yang berkenaan dengan hati dan ilmu yang berkenaan
dengan fikih amaliyah. Yang kedua adalah ilmu hal yang berkenaan dengan

pekerjaan setiap orang, dan ini bisa jadi, yang ilmu hal bagi seseorang bukan

merupakan ilmu hal bagi orang yang lain, karena pekerjaan seseorang bisa jadi

berbeda-beda.

Az-Zarnuji mencontohkan ilmu hal yang berkenaan dengan hati seperti ilmu

bagaimana kita menghindari penyakit hati seperti marah, dengki, hasad dan

penyakit hati lainnya, beliau berkata:

‫ فإنه واقع في جميع األحوال‬،‫ والرضى‬،‫ والخشية‬،‫وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل واإلنابة‬

Imam Zarnuji menyatakan bahwa aktifitas hati seperti tawakkal dan ridho selalu

terjadi dan dibutuhkan setiap saat, maka ilmu agar kita bisa tawakkal dan ridho atas

takdir Alloh termasuk ilmu yang fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Contoh ilmu hal

yang berkenaan dengan fikih amaliah yang dialami oleh setiap orang sebagaimana

dikatakan oleh Imam Zarnuji:

‫ فيفترض عليه علم ما يقع له في صالته‬،‫فإنه ال بد له من الصالة‬

Setiap orang muslim diwajibkan sholat, maka ilmu yang berkenaan dengan sholat

menjadi keharusan bagi setiap kaum muslimin. Contoh yang terkahir, yang

berkenaad dengan ilmu hal yang tergantung dengan pekerjaan seseorang, di sini az-

Zarnuji berkata:

‫وكذلك في البيوع إن كان يتجر‬

Menjadi wajib bagi orang yang melakukan aktifitas jual, ilmu tentang jual beli dan

apa-apa yang berkenaan dengannya.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa persepsi yang benar akan ilmu yang

paling penting, menjadikan kita mengetahui prioritas yang benar akan ilmu yang

harus kita ketahui di dalam hidup ini. Prioritas yang benar akan ilmu yang kita

pelajari dan kita aplikasikan akan menjadikan kehidupan kita menjadi stabil dan

sesuai apa yang ditentukan oleh Tuhan kita, sehingga-hingga peradaban islam yang

benar, sedikit demi sedikit akan mulai tertata dan terbentuk. Dan semua ini, tidak

akan terbentuk kecuali jika setiap individu muslim memiliki cara pandang yang
benar akan ilmu yang harus dipelajari pertama dan harus diprioritaskan paling dulu.

Wallohu a’lam

Anda mungkin juga menyukai