Laporan Praktikum Ekologi Hutan Latihan 5 Deskripsi Hutan Dengan Struktur Vertikal Diagram Profil Hutan Compress
Laporan Praktikum Ekologi Hutan Latihan 5 Deskripsi Hutan Dengan Struktur Vertikal Diagram Profil Hutan Compress
EKOLOGI HUTAN
LATIHAN 5
DESKRIPSI HUTAN DENGAN STRUKTUR VERTIKAL
(DIAGRAM PROFIL HUTAN)
Disusun Oleh :
Nama : Helen Meilani Sibarani
NIM : 20/455341/KT/09189
Kelas :C
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum latihan 5 mengenai deskripsi hutan dengan struktur vertikal
(diagram profil hutan) adalah membuat diagram profil hutan secara subyektif.
V. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Data untuk pembuatan diagram profil hutan di Hutan C
cr_ cr_
iid x y Spesies dbh height cr_radius
depth curve
19,7
1 0.5 8 Tectona grandis 0,7006 39 18,5 5 9;8,29;3,86;8,4
2 7,7 7,5 Shorea leprosula 0,5255 36 26 13,5 3,13;8,32;4,2;7,01
3 8,1 4,2 Shorea leprosula 0,2166 27,5 12,5 12,3 0,68;4,29;1,35;2,9
4 9,1 6,3 Hopea odorata 0,2452 17 9,5 7 1,7;1,8;1,4;1,6
5 10,55 1,85 Hopea odorata 0,5064 23,5 12,5 8 2,85;1,6;1,8;4,5
6 12,4 5,7 Tectona grandis 0,4586 33,5 21,5 18 2,6;6;3,87;3,72
7 15,8 3,4 Adenanthera pavonina 0,6720 33 24 17 4,1;5,12;2,19;10,46
8 19,7 7,5 Hopea odorata 0,3121 29 18 10 5,2;8,92;4,1;10,11
9 22,7 3,8 Podocarpus neriifolius 0,1306 18 13 2 1,2;1,8;1,5;0,6
10 26,7 4,4 Tectona grandis 0,2834 27 15 8 2,98;9;7,5;1,1
11 33 2,8 Podocarpus neriifolius 0,0987 15 7 9 1,6;0,5;0,4;1,3
12 39,7 1,6 Adenanthera pavonina 0,2739 27 3 16 1,75;6;0,8;0,45
13 46,8 4,9 Podocarpus neriifolius 0,0828 19 10 10 3,7;2,4;2,5;3,1
14 43,72 2,05 Pterygota alata 0,1481 19 9 7 2,39;2,55;2,8;2,47
15 53,6 4,45 Pterygota alata 0,1210 18 12 8 3;2,75;1,22;2,12
16 54 0,3 Pterygota alata 0,2373 26 10 7 5,3;5,6;3,75;3,5
17 60 0 Pterygota alata 0,1911 12 7,5 6,5 2,98;3,48;1,7;2,27
Tabel 5.2. Data analisis vegetasi metode kuadran komunitas pohon di Hutan C
Gambar 5.1 Diagram profil hutan secara manual di Hutan C.
Gambar 5.2 Diagram profil hutan dengan menggunakan SExI-FS di Hutan C.
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa pohon yang terdapat di
Hutan C memiliki spesies (jenis) pohon dengan ketinggian beragam, bentuk kanopi
saling bersambungan dan rapat dengan tutupan hutan yang memiliki rerata tinggi 24 -
25 m, tebal tajuk antara 3 - 26 m. Setelah diperoleh data hasil pengamatan, ditemukan
17 pohon dari 6 jenis spesies meliputi Tectona grandis, Shorea leprosula, Hopea
odorata, Adenanthera pavonina, Podocarpus neriifolius, Pterygota alata. Pada Hutan
C struktur vertikal hutan terdiri dari 3 stratum yaitu stratum A, B, dan C. Pada stratum
A terdapat spesies Tectona grandis setinggi 39 m dan 33,5 m, Shorea leprosula setinggi
36 m, dan Adenanthera pavonina setinggi 33 m. Stratum B terdapat spesies Shorea
leprosula setinggi 27,5 m, Hopea odorata setinggi 23,5 m dan 29 m, Tectona grandis
setinggi 27 m, Adenanthera pavonin setinggi 27 m, Pterygota alata setinggi 26 m.
Sedangkan stratum C terdapat spesies Hopea odorata setinggi 17 m, Podocarpus
neriifolius setinggi 18 m, 15 m dan 19 m, Pterygota alata setinggi 19 m,18 m, 12 m.
Diagram profil ialah suatu gambaran susunan ketinggian pohon hutan dalam
suatu kuadrat atau petak ukur dengan ukuran tertentu. Deskripsi hutan secara vertikal
dengan pembuatan diagram profil hutan dibuat pada lokasi sampel yang dianggap
mewakili dengan kuadrat ukuran 60 m x 8 m. Spesies pohon diidentifikasi, diberi
nomor dan ditentukan posisinya terhadap sumbu x dan y, lalu diukur tinggi pohon,
diameter pohon, tinggi batang bebas cabang, tinggi tajuk terluar/terlebar, lebar dan
panjang kanopi, serta digambar posisi vertikalnya pada millimeter blok. Kemudian data
ditabulasi, dan gambar masing-masing individu pohon disatukan berdasarkan posisinya
serta dibuat gambar diagram profil vegetasi secara horizontal dengan memproyeksikan
kanopi ke permukaan lantai hutan (2 dimensi) kemudian dibuat secara vertikal (3
dimensi) dengan software SExI-FS.
Adapun potensi tegakan masih bisa atau mampu berkembang ke arah yang lebih
besar lagi baik tangensial, radial dan longitudinal ditentukan oleh ukuran tajuknya.
Lebar tajuk dapat digunakan untuk memprediksi cahaya matahari yang terkena pohon
maupun yang terhalang dan terintersepsi pada kanopi suatu tegakan, sehingga dapat
dihitung kerapatan dan penentuan arah pertumbuhannya. Lapisan tajuk pohon di daerah
ini tergolong dalam golongan B karena sudah lebih dari 4 meter. Berdasarkan gambar
hasil dari software SExI-FS memperlihatkan kerapatan tajuk yang lebih banyak dari
jarak 10-20 karena pada sisi horizontal terdapat penumpukan tajuk yang terlukis jelas.
Perbedaan komposisi jenis pada suatu komunitas disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang berbeda (suhu, kelembaban, topografi, dan tanah) dan adanya
gangguan hutan . Struktur tegakan vertikal dapat dilihat dari tinggi pohon. Pembagian
kelas tinggi dilakukan dengan mengikuti strata pohon berdasarkan hasil penggambaran
dilapangan. Kerapatan pohon semakin menurun seiring dengan meningkatnya kelas
tinggi pohon. Seiring bertambahnya ketinggian tempat, tinggi pohon akan semakin
menurun dan stratifikasi tajuk yang terbentuk akan semakin sederhana (Fathia, 2017).
Stratifikasi tajuk ini terjadi karena dua hal penting yang dialami oleh tumbuhan dalam
persekutuan hidupnya dengan tumbuhan lainnya yaitu adanya persaingan antar
tumbuhan dan akibat sifat toleransi spesies pohon terhadap intensitas radiasi matahari
(Indriyanto 2012).
Pohon yang mempunyai ukuran lebih besar (dominan), tajuk yang luas dan akar
yang lebih banyak diduga lebih mampu memperebutkan faktor lingkungan seperti
cahaya, unsur hara, dan air. Tinggi pohon pada dua daerah ini relatif hampir sama yaitu
pada golongan pohon masa depan.Perbedaan antara pohon di hutan pada areal kawasan
hutan yang rusak dengan yang tidakrusak terlihat dari variasi pohon berdasarkan posisi
tajuknya. Kenyataannya berbeda dengan yang ada pada kawasan yang baik yaitu
tampak antara pohon yang kodominan, dominan dan tertekan, hanya saja membedakan
antara pohon tersebut sulit akibat kerapatan yang tinggi.
Pohon dominan umumnya mampu menyerap cahaya yang banyak dibandingkan
jenis pohon lain karena ketinggian pohon yang tinggi. Tajuk pohon dapat menahan
cahaya matahari langsung ataupun tetesan hujan yang keras, sehingga tidak langsung
mengikis permukaan tanah juga. Keberhasilan sebuah pohon untuk mencapai kanopi
tergantung karakter/penampakan anak pohon. Variasi ketersediaan cahaya dan
perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam memanfaatkannya dapat
mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan/kawasan.
Profil hutan/kawasan menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan didalamnya,
sehingga dapat langsung dilihat ada atau tidaknya strata secara visual dan kualitatif.
Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau diskontinu
akibat tajuk-tajuk yang saling bersentuhan secara lateral. Pada diagram profil tampak
bahwa kerapatan yang tinggi pada hutan yang baik akan menimbulkan sulitnya cahaya
masuk. Pada kenyataannya topografi pada hutan ini tidak datar. Semakin rapat suatu
tegakan bukan berarti semakin baik kondisi lingkungannya karena semakin tinggi
persaingan antar spesies. Spesies yang tidak cocok mendapatkan sinar matahari
langsung atau tidak mendapat sinar yang cukup dapat mengalami pertumbuhan yang
lambat juga.
Pada praktikum ini dilakukan dengan 2 metode, yaitu penggambaran (sketsa)
profil hutan secara manual dan melalui bantuan aplikasi. Metode yang digunakan dalam
pembuatan diagram profil hutan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Apabila menggunakan millimeter blok (manual), praktikan harus memiliki
ketelitian yang lebih tinggi dalam menghitung, mengidentifikasi dan menggambarkan
setiap spesies. Selain itu, cara manual membutuhkan sketsa tajuk yang mendekati nyata
dan waktu pembuatan yang cukup lama sehingga dinilai tidak efisien. Sedangkan
metode dengan menggunakan software SExI-FS pastinya lebih efisien dalam waktu,
hasil diagram profil hutan lebih jelas dan menarik karena terdapat warna yang dapat
dipilih, tetapi penggambaran spesies hasil pengamatan terbatas dan hanya dapat terbaca
pada pohon dengan batang lurus dengan tajuk yang lebih kecil tertutup tajuk dominan.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum deskripsi hutan dengan struktur vertikal (diagram profil hutan) dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada Hutan C ditemukan 17 pohon dari 6 jenis spesies meliputi Tectona grandis,
Shorea leprosula, Hopea odorata, Adenanthera pavonina, Podocarpus neriifolius,
Pterygota alata dengan tutupan hutan yang memiliki rerata tinggi 24 - 25 m, tebal
tajuk antara 3 - 26 m.
2. Struktur vertikal Hutan C terdiri dari 3 stratum meliputi stratum A terdapat spesies
Tectona grandis setinggi 39 m dan 33,5 m, Shorea leprosula setinggi 36 m,
Adenanthera pavonina setinggi 33 m, stratum B terdapat spesies Shorea leprosula
setinggi 27,5 m, Hopea odorata setinggi 23,5 m dan 29 m, Tectona grandis setinggi
27 m, Adenanthera pavonin setinggi 27 m, Pterygota alata setinggi 26 m dan
stratum C terdapat spesies Hopea odorata setinggi 17 m, Podocarpus neriifolius
setinggi 18 m, 15 m dan 19 m, Pterygota alata setinggi 19 m, 18 m, 12 m.
3. Pembuatan diagram profil hutan menggunakan dua metode yaitu manual
menggunakan millimeter blok dan software SExI-FS.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2019. Rahasia Ekosistem Hutan Bukit Kapur. Surabaya : Firstbox Media. 272
halaman.
Assrianny, dkk. 2019. KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN
DATARAN RENDAH DI KOMPLEKS GUNUNG BULUSARAUNG SULAWESI
SELATAN. Jurnal Perennial, Vol.15 No.1: 32-41
Fathia, A.A. 2017. Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan serta Kualitas Tanah di Hutan
Gunung Galunggung Tasikmalaya. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hidayat, et al. 2018. Stratifikasi Dan Model Arsitektur Pohon di Kawasan Hutan Sekunder
Pegunungan Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional
Biotik, Vol 6 (1) : 174-176.
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Kusmana, C., & Melyanti, A. R. (2017). KERAGAMAN KOMPOSISI JENIS DAN
STRUKTUR VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DENGAN
POLA PHBM DI BKPH TAMPOMAS, KPH SUMEDANG, PERUM PERHUTANI
DIVISI REGIONAL JAWA BARAT DAN BANTEN Species Composition and
Vegetation Structure of Protected Forest Area using. Jurnal Silvikultur Tropika, 8(2),
123-129.
Marsono, D.1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe vegetasi tropika.Yogyakarta : FKT UGM
Naharuddin. 2020. Struktur dan Asosiasi Vegetasi Mangrove di Hilir DAS Torue, Parigi
Moutong, Sulawesi Tengah. Jurnal Sylva Lestari, Vol 8 (3) : 382.
Septiawan, Wawan., Indriyanto, Duryat. 2017. Jenis Tanaman, Kerapatan dan Stratifikasi
Tajuk pada Hutan Kemasyarakatan Kel. Tani Rukun Makmur 1. Jurnal Sylva Lestari,
Vol. 5, No. 2 : (88-101).
Zulkarnain, La Ode Alimudin, Abdul Razak. 2015. ANALISIS VEGETASI DAN
VISUALISASI PROFIL VEGETASI HUTAN DI EKOSISTEM HUTAN TAHURA
NIPA-NIPA DI KELURAHAN MANGGA DUA KOTA KENDARI. Ecogreen, Vol.
1 No. 1, April 2015:Halaman43–54
IX. LAMPIRAN
1) Assrianny, dkk. 2019. KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN
DATARAN RENDAH DI KOMPLEKS GUNUNG BULUSARAUNG SULAWESI
SELATAN. Jurnal Perennial, Vol.15 No.1: 32-41
2) Achmad. 2019
3) Marsono, D.1977
4) Hidayat, et al. 2018.
6) Fathia,2017
7) Naharrudin 2020
8)