Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL GURU MUSLIM YANG IDEAL

Disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pedagogik Sosial Kritis
Dosen Pengampu : Acep Haryudin, M.pd.

Disusun oleh :
A-1 Penmas 2019
Amelia Sumarni (19030008)

Program Studi Pendidikan Masyarakat


Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP Siliwangi
2019
1. Kriteria Guru Yang Baik dalam Islam
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung
jawab untuk membimbing” (Ramayulis,1982:42) Pendidik tidak sama dengan pengajar,
sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi
yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat
pelajar memahami dan menguasai materi pengajarkan yang diajarkan kepadanya. Tetapi
seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran
kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi,
(Ramayulis, 1998:36).
Dalam Bahasa Arab ada beberapa kata yang menunjukkan profesi guru, seperti mu’allim,
murobbi, dan mu’adibb. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib yang dilansir dalam
pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru menjelaskan, bahwa pengertian Murabbi
mengisyaratkan bahwa guru adalah orang yang memiliki sifat Rabbani, artinya orang
yang bijaksana, bertanggung jawab, berkasih sayang terhadap siswa dan mempunyai
pengetahuan tentang Rabb. Dalam pengertian Mu’allim, ia mengandung arti bahwa guru
adalah orang berilmu yang tidak hanya menguasai ilmu secara teoritik tetapi mempunyai
komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Sedangkan dalam
konsep Mu’adib, terkandung pengertian integrasi antara ilmu dana mal sekaligus. Selain
itu, guru juga sering disebut istilah mudarris, ustadz, mursyid atau syekh sesuai dengan
keilmuannya dan kapasitas serta kemampuannya.
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Tulisan berikut ini merupakan kutipan
yang diambil oleh penulis dari buku Abuddin Nata (2000:95-99) ketika menjelaskan
kriteria guru yang baik dari kitab Ihyaa Ulumuddin yang merupakan karya monumental
Abu hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Sengaja kutipan dibawah ini diberi
sedikit komentar untuk lebih memperjelas maksud yang hendak disampaikan.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru
yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi
para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar,
mendidik dan mengarahkan anak – anak muridnya.
Kemudian beberapa penjelasan tentang Guru Ideal Menurut Islam sebagai berikut :
1. Seorang guru hendaklah orang yang tidak hanya mampu memahami fenomena, tetapi
juga mampu memahami fenomena. Seorang guru bukan hanya bisa memahami yang
tampak nyata, namun juga mampu memahami sebab di balik yang tampak itu. Dengan
Bahasa lain, seorang yang ideal adalah orang yang memliki kebijaksanaan, dimana dia
mampu mencari akar sebuah permasalahan. Itulah sebabnya, Nabi Musa disuruh berguru
kepada Nabi Khidr, karena Nabi Khidr memiliki kebijaksanaan. Dia mampu melihat
fenomena dan juga mampu memahami fenomena serta penyebab munculnya fenomena
tersebut. Itulah kesan yang di dapatkan dari ciri guru yang ditemukan nabi Musa a.s.
seperti yang terdapat pada al-Qur’an surat al Kahfi ayat 65
“ Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba – hamba kami,
yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”
2. Seorang guru harus memahami kondisi muridnya, sehingga dia tidak bersikap arogan
atau memaksakan kehendak kepada muridnya. Guru juga harus mengetahui kemampuan
intelektual murid. Itulah kesan yang diperoleh dari ungkapan Nabi Khidr pada al-Qur’an
surat al-Kahfi ayat 67-68 :
“Dia menjawab : “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersama aku (67). Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
Begitulah sikap seorang guru dalam mengajar, hendaklah mereka mengetahui siakp,
karakter serta kepribadian peserta didiknya dengan baik. Agar para guru dapat
memerikan materi dan metode yang benar dalam menjalankan proses belajar dan
mengajar. Serta bersabar apabila mendapat ketidaknyamanan.
3. Seorang guru memang dituntut untuk selalu menegur setiap kali muridnya berbuat salah.
Akan tetapi, teguran haruslah sebijaksana mungkin dan dengan kata – kata yang
mendidik serta menyentuh. Pemberian sanksi oleh guru haruslah dengan pertimbangan
yang matang dan jika memang hal itu dianggap perlu untuk dilakukan, demi kebaikan
seorang murid. Begitulah al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 72,75, dan 78 menjelaskan.
“ Dia (Khidhr) berkata : “Bukankah aku telah berkata : “Sesungguhnya kamu
sekali – kali tidak akan sabar bersama dengan aku (72). Khidhr berkata : “
Bukankah sudah ku katakana kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?” (75). “Khidhr berkata : “Inilah perpisahan antara aku
dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan – perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”
4. Seorang guru tidak hanya bisa menegur dan memarahi bahkan memberi sanksi terhadap
keslahan murid. Akan tetapi, juga dituntut mampu memberikan penjelasan terhadap
kesalahan dan kekeliruan muridnya. Hal ini bertujuan agar seorang murid mengetahui
dan menyadari serta tidak mengulanginya pada masa berikutnya. Begitulah Al-Qur’an
surat al-Kahfi ayat 79-82 menjelaskan :
“Khidhr berkata : “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan ku
beritahukan kepadamu tujuan perbuatan – perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya.” (78). Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang – orang
miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di
hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap – tiap bahtera (79). Dan
adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang – orang mukmin, dan kami
khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan
kekafiran (80). Dan kami menghendaki, supaya tuhan mereka mengganti bagi
mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih
dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) (81). Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda
simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka
tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaanya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari tuhanm; dan bukanlah aku
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan
perbuatan – perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya (82)”.

2. Syarat – syarat Guru


Berdasarkan Undang – undang Guru dan Dosen pada bab IV bagian kesatu, secara
tersirat menyebutkan syarat – syarat yang harus dimiliki seorang guru. Syarat – syarat
tersebut bisa dikemukakan sebagai berikut :
1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional
2) Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
program diploma empat
3) Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi
4) Sertifikat pendidik yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
yang penyelenggaraan sertifikasinya oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaaga kependidikan yang terakreditasi dan diteteaapkan
oleh pemerintah.
Dalam pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan
dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, hendaknya guru bertakwa
kepada Allah, berilmu, sehat jasmaninya, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa
nasional. Menurut Prof. Dr. Zakiyah Darajat dan kawan – kawan, menjadi guru tidak
sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan dibawah ini :
1. Takwa Kepada Allah
2. Berilmu
3. Sehat Jasmani
4. Berkelakuan Baik
Diantara akhlak guru tersebut ialah :
a. Mencintai jabatannya sebagai guru
b. Bersikap Adil terhadap semua murid
c. Berlaku sabar dan tenang
d. Guru harus berwibawa
e. Guru harus penggembira
f. Guru harus bersifat manusiawi
g. Guru bekerja sama dengan guru – guru lain.
h. Bekerja sama dengan masyarakat.
3. Tugas dan Fungsi Guru
Pada dasarnya tugas guru tidak hanya menjalankan tugas itu saja, namun lebih luas lagi
juga bertanggung jawab mengelola (sebagai manager of learning), mengarahkan (director
of learning), memfasilitasi, dan merencanakan (the planner of future society) dan
mendesain program (desainer) yang akan dijalankan dengan baik. Dari sini, tugas dan
fungsi guru dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagai pengajar (Intruksional) yang bertugas merencanakan dan melaksanakan program
yang telah disusun serta melaksanakan penilaian setelah program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
dan berkepribadian Kamil seiring dengan tujuan Allah SWT yang menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin (manajerial) yang memimpin, mengendalikan, diri sendiri, peserta
didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program
pendidikan yang dilakukan.
4. Tanggung Jawab Guru
Lebih lanjut tanggunng jawab guru dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang
lebih khusus, berikut ini :
1. Tanggung jawab moral
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah
3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan
4. Tanggung jawab di bidang keilmuan
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, sebagaimana yang dikutip Syaiful Bahri
Djamarahl, guru hendaknya memiliki beberapa sifat, yaitu :
1. Menerima dan memenuhi norma dan nilai – nilai kemanusiaan.
2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, dan gembira.
3. Sadar akan nilai – nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat – akibat yang
timbul
4. Menghargai orang lain, termasuk anak didik
5. Bijaksana dan hati – hati
6. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya
dalamm rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian, tanggung jawab
guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap,
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/mobile/thonyhermansyah/guru-yang-ideal-dalam-perspektif-islam
https://www.jejakpendidikan.com/2017/10/guru-ideal-menurut-islam.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.walisongo.ac.id/
3794/3/093111114_bab2.pdf&ved=2ahUKEwizqPSK76XoAhWWWX0KHYLCDjkQFjACegQ
IBhAB&usg=AOvVaw0ysFodRBFPFioi99t_gd

Anda mungkin juga menyukai