Laporan Antara
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG
Sesuai Peraturan Menteri PUPR (2018) pada pasal 10, dinyatakan bahwa
Pemerintah memfasilitasi penyediaan rumah layak huni bagi korban bencana
kabupaten/kota dan masyarakat terkena relokasi program Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
Berdasarkan kondisi kerawanan bencana, Kabupaten Bekasi merupakan wilayah
yang sering terjadi bencana alam. Berbagai bencana alam yang sering terjadi antara lain
seperti banjir, kekeringan dan lain-lain. Setiap jenis bencana tersebut mempunyai tingkat
bahaya yang bervariasi dan mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda
tergantung pada karakteristik fisik, sosial dan ekonomi daerah yang terlanda.
Kecenderungan terhadap terjadinya bencana untuk saat ini maupun masa yang akan
datang masih cukup besar dan ada kemungkinan akan bertambah jenisnya.
Bencana longsor dan banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Kabupaten Bekasi yang mempunyai frekuensi kejadian bencana banjir dan tanah longsor
apabila sudah memasuki musim penghujan dengan intensitas hujan yang sangat tinggi.
Bencana longsor dan banjir yang terjadi telah mengakibatkan banyaknya
korban jiwa dan material yang sangat besar karena terjadinya kerusakan tempat tinggal
dan fasilitas umum. Kerusakan rumah serta fasilitas tersebut perlu mendapatkan perhatian
karena tentunya akan berdampak terhadap menurunnya kualitas hidup masyarakatnya.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencari atau menentukan lokasi
pembangunan rumah yang baru sebagai tempat relokasi bagi masyarakat yang telah
terkena bencana, karena tentunya lokasi rumah yang lama yang telah tertimbun
longsoran tidak memungkinkan dibangun rumah kembali serta daerah/lokasinya tersebut
juga rawan terjadinya bencana lagi serupa.
Tantangan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana menentukan lokasi
relokasi kembali bagi para korban bencana yang memungkinkan dan aman terhadap
terjadinya bencana lagi untuk membantu mereka kembali mendapatkan kualitas hidup
seperti sebelum terjadinya bencana atau bahkan mungkin bisa lebih baik. Penentuan
lokasi relokasi lahan yang tepat untuk permukiman sesuai peruntukan nya adalah faktor
terpenting dalam penentuan posisi relokasi. Pemilihan lokasi yang tepat untuk
permukiman mempunyai arti penting dalam aspek keruangan, karena menentukan
hubungan sustainable development (pembangunan berkelanjutan) antara nilai ekonomi
wilayah, dampak permukiman dan lingkungan di sekitarnya,
Oleh karena itu berdasarkan isu yang telah ditemukan diperlukan adanya
kegiatan Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG. Kegiatan ini diharapkan
dapat membantu peran pemerintah dalam mengidentifikasi permasalahan permukiman
dan mengetahui potensi lahan yang dapat dimanfaatkan sebahai lokasi relokasi
permukiman yang didukung dengan kemajuan teknologi serta kajian teoritis yang ada
sebagai bahan kebijakan selanjutnya.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
1) Memperoleh data Lahan-lahan potensial sebagai lokasi relokasi perumahan WP
3 dan 4 Kabupaten Bekasi.
2) Mengetahui lokasi lahan-lahan potensial di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi.
3) Pedoman dalam penentuan kebijakan prioritas penanganan lahan-lahan
potensial di wilayah kajian
1.2.3 Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari pelaksanaan Jasa Konsultansi Identifikasi Lahan-
lahan potensial sebagai lokasi relokasi perumahan di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi
adalah sebagai berikut:
1) Tersedianya data Lahan-lahan potensial sebagai lokasi relokasi perumahan di
WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi.
2) Tersedianya sebaran lahan-lahan potensial di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi
1.6.2 Out-Come
Penerima manfaat dari Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi
Relokasi Perumahan atau Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG
adalah:
1. Pemerintah pusat, khususnya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
2. Pemerintahan daerah, utamanya Organisasi Perangkat Daerah (OPD)/Dinas
yang menangani bidang perumahan dan kawasan permukiman baik di tingkat
provinsi ataupun kabupaten/kota;
3. Para pemangku kepentingan terkait bidang perumahan dan kawasan
permukiman lainnya.