iii
Selekta Fiqh“ ini. Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka
diterima di sisi Allah Swt. Dan dibalas-Nya dengan pahala yang
berlipat ganda. Amin.
Meskipun, buku ini disusun untuk keperluan mahasiswa
pada jurusan umum pada perguruan tinggi agama Islam, namun
materi yang terkadang di dalamnya penting pula diketahui oleh
masyarakat pada umumnya.
Di samping itu, buku ini bukan merupakan satu-satunya
pegangan, tetapi sebagai sumber tambahan bacaan dan dapat
mengadakan studi perbandingan, sehingga dengan banyak
membaca dari berbagai referensi, cakrawala pengetahuan di bidang
ilmu fiqh, khususnya Kapita Selekta Fiqh, semakin luas dan
mendalam.
Tim Penulis,
iv
KATAPENGANTAR
v
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENULIS
KATA PENGANTAR ................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
BAB I. FIQH DAN RUANG LINGKUPNYA ......................... 1
A. Pengertian Fiqh ........................................................... 1
B. Pertumbuhan Ilmu Fiqh ............................................... 6
C. Manfaat Mempelajari Ilmu Fiqh ................................. 7
BAB II. FIQH IBADAH ........................................................... 9
A. Thaharah ....................................................................... 9
B. Shalat ............................................................................. 29
C. Zakat ............................................................................. 53
D. Puasa ............................................................................ 81
E. Haji dan Umrah ............................................................. 97
BAB III. FIQH MUNAKAHAT................................................ 116
A. Pengertian dan Dasar Hukum Nikah ........................... 116
B. Rukun dan Syarat Nikah.............................................. 125
C. Tujuan dan Hikmah Nikah .......................................... 145
D. Talak ............................................................................ 149
E. Taklik Talak ............................................................... 175
BAB IV. FIQH KEWARISAN ................................................. 201
A. Pengertian dan Dasar Hukum Kewarisan .................... 201
B. Asas-Asas Dalam Kewarisan ..................................... 212
C. Unsur-Unsur Kewarisan Islam .................................... 219
D. Sebab-Sebab dan Penghalang Kewarisan .................... 225
E. Orang-orang yang Berhak Menerima Kewarisan ........ 230
F. Tata Cara Pembagian Harta Waris .............................. 231
G. Masalah-masalah dalam Pembagian Warisan ............. 237
vi
BAB V. FIQH JINAYAH .......................................................... 240
A. Pengertian Jinayah ....................................................... 241
B. Pengertian Jarimah ...................................................... 242
C. Unsur-Unsur Jinayah dan Jarimah............................... 245
D. Macam-Macam Jarimah (Tindak Pidana) ................... 246
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................ 267
vii
Kapita Selekta Fiqh
A. PENGERTIAN FIQH
Kata fiqhu berasal dari kata fiqhan yang merupakan masdar
dari fi‟il madhi yaitu faqaha dan fi‟il mudhariknya yafqahu. Fiqh itu
sendiri menurut bahasa, berarti paham atau tahu. Selain itu kata al-
fiqhu menurut al-Ghazali secara etimilogi: العلم بشىء والفهم له
“Mengetahui dan memahami sesuatu”.1
Firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 122:
ٌَوَما َكا َن الْ ُم ْؤِمنُو َن لِيَ ْن ِف ُروا َكافَّةً فَلَ ْوََل نَ َفَر ِم ْن ُك ِّل فِْرقٍَة ِمْن ُه ْم طَائَِفة
َّهوا ِِف الدِّي ِن َولِيُ ْن ِذ ُروا قَ ْوَم ُه ْم إِذَا َر َجعُوا إِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم ََْي َذ ُرو َن ِ
ُ ليَتَ َفق
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya”.
Bila kata faham dapat digunakan untuk hal-hal yang
bersifat lahiriah, maka fiqh berarti faham yang menyampaikan
ilmu zhahir kepada ilmu batin, karena itulah al-Turmudzi
menyebutkan “ fiqh tentang sesuatu” berarti mengetahui batinnya
sampai kepada kedalamannya.
Secara istilah pengertian fiqh dapat dilihat dari pendapat
ulama berikut:
1
Kapita Selekta Fiqh
2
Kapita Selekta Fiqh
3
Kapita Selekta Fiqh
4
Kapita Selekta Fiqh
dalam bentuk yang lain seperti sah, batal, benar, salah, berpahala,
berdosa dan sebagainya.
Di samping hukum itu sebagai alat atau cara melaksanakan
suatu perbuatan dalam menempuh garis lintas hidup yang tak
dapat dipastikan oleh manusia liku dan panjangnya. Sebagai
mahluk sosial dan budaya manusia memerlukan hubungan baik,
baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan sesuatu di luar
dirinya. Dalam bahasannya ilmu fiqh membicarakan hubungan
tersebut yang meliputi kedudukan, hukum, cara, dan alatnya.
Adapun hubungan-hubungan itu ialah:
a. Hubungan manusia dengan Allah dan para RasulNya;
b. Hubungan manusia dengan diri, keluarga dan tetangganya.
c. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama atau yang
tidak seagama dengan dia
d. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti
binatang, atau dengan benda mati seperti alam semesta.
e. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya.
f. Hubungan manusia dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan.
g. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti setan, iblis,
surga, neraka, alam barzah, hari hisab dan sebagainya.
Hubungan-hubungan ini dibicarakan dalam fiqh melalui
topik-topik bab permasalahan yang mencakup hampir seluruh
kegiatan hidup perseorangan, dan masyarakat, baik masyarakat
kecil seperti sepasang suami-isteri (keluarga), maupun masyarakat
besar seperti negara dan hubungan internasional.
Meskipun ada perbedaan pendapat para ulama dalam
menyusun urutan pembahasaan dalam membicarakan topik-topik
tersebut, namun mereka tidak berbeda dalam menjadikan al-
Qur‟an, Sunnah dan Ijtihad sebagai sumber hukum. Walaupun
dalam pengelompokkan materi pembicaraan mereka berbeda,
namun mereka sama-sama mengambil dari sumber yang sama.
Jadi, fiqh merupakan hukum, ketentuan atau peraturan yang
berlaku dalam menjalankan agama yang bersumber pada al-
Qur‟an, Sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang lain.
5
Kapita Selekta Fiqh
6
Kapita Selekta Fiqh
7
Kapita Selekta Fiqh
8
Kapita Selekta Fiqh
A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah berasal dari asal kata thahura- thuhran, dan
thaharatan, menurut bahasa berarti bersih, artinya suci dari
kotoran dan najis. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah
mengerjakan sesuatu yang dengannya kita boleh shalat, haji,
puasa, dan ibadah lainnya.
Definisi thaharah secara terminologi sebagaimana jumhur
ulama fiqhmengatakan adalah “Suatu perbuatan yang menentukan
boleh tidaknya suatu ibadah itu dilaksanakan (sah atau batal),
walau dengan salah satu media thaharah (seperti tayammum) atau
semata mencari tambahan pahala (seperti basuhan yang kedua
atau ketiga dalam berwudlu)”.
Sedangkan Imam Nawawiy mendifinisikan thaharahsecara
istilah yaitu: “Mengangkat hadas atau menghilangkan najis atau
semisal keduanya dengan cara yang berlaku bagi masing-masing”.
2. Media Thaharah
Media atau sarana yang telah disepakati oleh para ulama
untuk bisa digunakan untuk thaharah (bersuci)terbagi ada
tiga,yaitu air mutlak (murni) yang suci, tanah suci yang berdebu,
dan batu / daun / kertas atau sejenisnya yang suci.
Untuk lebih jelaskan dapat dilihat pada penjelasan di bawah
ini :
1) Air mutlak (murni), yaitu air yang masih murni, yang belum
tercampur dengan apapun, seperti: air sumur, air mata air, air
lembah, air sungai, air salju, dan air laut yang asin.
9
Kapita Selekta Fiqh
10
Kapita Selekta Fiqh
11
Kapita Selekta Fiqh
12
Kapita Selekta Fiqh
Terjemahan, h. 158
6 Syek. H. Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana, 2006),
Cet ke-1, h. 361
7 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Penterjemah M. Nahban Husain, (Bandung: Asl-
13
Kapita Selekta Fiqh
14
Kapita Selekta Fiqh
15
Kapita Selekta Fiqh
16
Kapita Selekta Fiqh
“Sapulah kepalamu.17
Huruf )بba( dalam ayat di atas dapat di artikan
dengan sebahagian, sehingga terjemah: sapulah sebahagian
kepala kamu. Maka kata sebahagian itu mencakup arti
sedikit dan banyak dan perbuatan Nabi Saw. menunjukkan
memadai menyapu sebagian dari kepala. Berdasarkan hadis
Nabi Saw. yang berbunyi :
أن النيب صلى هللا عليه وسلم:عن املغرية بنشعبة رضياهلل عنه
18
( وعلى العمامة واخلفي(رواه مسلم,توضأ فمسح بنصيته
“Dari Mugirah bin Su’ban bahwa Nabi Saw. berwudhu’ maka
disapunya ubun-ubun serta serbanya begitu pula kedua sepatunya.
( HR. Muslim)
d) Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki
17
Kapita Selekta Fiqh
1990), cet ke 1, h. 26
21 Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan Abu Daud, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007), Jilid 1, h. 37
22Al-Imam Abi Zakariyya Yahya bin Sarful An-Nawawi Ad-Damasqi,
18
Kapita Selekta Fiqh
قالرسوالهلل صلى هللا عليه وسلم لوال أن أشق:عن أيب هريرة قال
)على أميت ألمرهتم ابلسواك عند كل صَلة (رواه الرتمذى
Dari Abi Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda, seandainya tidak memberatkan umatku, maka aku
perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak melakukan
shalat. (HR. Bukhari Muslim) 23
Para ulama sepakat bahwa hukum bersiwak adalah
Sunnah Muakkadah. Hal itu karena adanya dorongan dari
Nabi Saw. dan juga sikap beliau yang selalu melakukannya,
selalu menganjurkannya, dan telah menyebutkannya
kedalam hal-hal yang termasuk fitrah atau kesucian
manusia.24
Bersiwak dianjurkan untuk dilaksanakan setiap
waktu, akan tetapi amat diutamakan sekali pada lima waktu:
1) Saat akan berwudhu’
2) Saat akan melaksanakan shalat
3) Membaca Al-Qur’an ketika bangun tidur
4) Ketika mulut berbau tidak sedap
5) Membasuh kedua telapak tangan saat hendak berwudhu’
Sebagian dari yang disunatkan dalam berwudhu’
membasuh ke dua telapak tangan sebelum membasuh
wajah. Baik ketika bangun tidur ataupun ragu bahwa
adanya najis di tangannya, dan bermaksud mencelukkan
tangan ke dalam bejana atau tiada sesuatupun dari yang
demikian, tetapi jika ia bermaksud mencelukkan ke dua
tangannya ke dalam bejana sebelum membasuhnya itu
makruh hukumnya jika ia tidak yakin akan suci ke dua
tangannya.25 Membasuh kedua tangannya sampai dengan
pergelangan sesudah membaca basmalah dan sunat
dibarengi dengan wudhu’ pada saat membaca basmalah dan
19
Kapita Selekta Fiqh
20
Kapita Selekta Fiqh
21
Kapita Selekta Fiqh
22
Kapita Selekta Fiqh
23
Kapita Selekta Fiqh
dan Terjemahan, h.
24
Kapita Selekta Fiqh
قالرسوالللهصلىاللهعليهوسلمإذاوجد:عنأبيهريرةرضياللهعنهقال
أحدكمفيبطنهشيئا فأثكل عليهأخرمجنهشيء
( أمَلفَلخيرجنمناملسجد حتىيسمعصواتأو جيد رحيا (رواه مسلم
“Dari Abi Hurairah r.a, ia berkata: telah bersabda Nabi
Saw., jika salah seorang diantara kamu merasakan sesuatu
di dalam perutnya, kemudian ia bimbang apakah ada yang
keluar atau tidak, maka janganlah ia keluar dari mesjid
sampai ia mendengar bunyi atau mencium baunya”.34)HR.
Muslim)
e) Keluar mani, madzi, wadhi
f) Tidur nyenyak sehingga tiada kesadaran lagi, tanpa
tetapnya pinggul diatas lapis.
g) Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk atau
disebabkan obat, biar sedikit atau banyak dan
ketidaksadaran disebabkan semuaini lebih hebat dari
sewaktu tidur.
h) Menyentuh perempuan ajnabiah
Adapun dasar menyentuh wanita sebagi salah
satu yang membatalkan wudhu’ adalah ayat (atau
kamu menyentuh wanita).Oleh karena itu pada
prinsipnya ulama telah sepakat menetapkan hal itu
sebagai yang membatalkan wudhu’. Menyentuh
kemaluan tanpa ada pembatas
Berdasarkan hadis Nabi Saw:
منمس:وعنبسرةبنتصفوانرضياللهعنها أنرسوالللهصلىاللهعليهوسلمقال
) )أخرجهاخلمسةوصححهالرتمذىوابن حبان35ذكرهفليتوضأ
“Dari Busrah binti Syafwan r.a, ia berkata: Nabi Saw.
bersabda: siapa yang menyentuh kemaluannya, maka
janganlah ia shalat sampai ia berwudhu’ terlebih dahulu.
25
Kapita Selekta Fiqh
B. SHALAT
1. Pengertian Shalat
Pengertian shalat secara bahasa adalah:
Menurut Abdul Mujiebshalat menurut bahasa adalah:
36
الدعاء:الصآلة ىف اللغة
“Shalat menurut bahasa adalah do’a”.
Menurut As’ad M. al-Kalani:
37
الدعاء ابخلري: الصآلة ىف اللغة
“Shalat menurut bahasa adalah do’a untuk kebaikan”.
Kata Shalat mempunyai banyak makna diantaranya didalam
al-Qur’an menyebutkan makna shalat adalah do’a38 sebagaimana
yang dibunyikan dalam surat al-Taubah ayat 103:
ك اس اك ٌن اَلُْم ص ِل اعلاْي ِه ْم إِ َّن ا
ص اَلتا ا او ا
“Berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka”.
Selain itu kata shalat juga dapat berarti memberi berkah 39
sebagaimana Allah Swt berfirman yang terdapat dalam surat al-
Ahzab ayat 56:
ِ ِصلُّو ان اعلاى الن
َّيب ِ َّ إِ َّن
اَّللا اوام اَلئ اكتاهُ يُ ا
36M.Abdul Mujieb, Kamus Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994)h.313
37As’ad M. al-Kalani, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: CV Bulan Bintang,
1995), cet ke-6, h.467
38 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta Timur: Prenada
Media, 2003) h. 20
39 Amir Syarifuddin, h. 20
26
Kapita Selekta Fiqh
27
Kapita Selekta Fiqh
43Amir Syarifuddin, h. 21
44Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung: CV Toha
Putra, 1989), h.313
45 Departemen Agama RI,h.8
28
Kapita Selekta Fiqh
29
Kapita Selekta Fiqh
العهد الذى:وعن بريدة رضي هللا قال مسعت رسول هللا عليه وسلم يقول
49
)بينناوبينهم الصآلة فمن تركها فقدكفر(رواه امحد
"Dan dari Buraidah r.a, ia berkata, Aku mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: perjanjian yang menjadi pembeda
antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat,barang
siapa meninggalkan shalat berarti ia telah kafir".
(HR.Ahmad).
Di dalam hadis di atas dapat dipahami bahwa yang
menjadi pembeda antara seorang Muslim dengan kafir
adalah shalat, artinya hadis di atas memberikan
pemahaman tentang wajibnya melaksanakan shalat bagi
umat Islam., sehingga dari sisi ijma’ ulama telah sepakat
mengatakan bahwa orang yang mengingkarinya dihukum
kafir karena sesungguhnya shalat itu adalah pondasi atau
tiang agama Islam.
30
Kapita Selekta Fiqh
ين اعلاى أانْ ُف ِس ِه ْم ِابلْ ُك ْف ِر ِ ِ َِّ اج اد ِ ما اكا ان لِلْم ْش ِركِي أا ْن ي عمروا مس
اَّلل اشاهد ا ا ْ ُُ ا ا ُ ا ا
ِ ِ ِ
ت أ ْاع اما َُلُْم اوِف النَّار ُه ْم اخال ُدو ان ِ ِ
ْ ك احبطا
أُولائ ا
”Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan
mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka
sendiri kafir, itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya dan
mereka kekal di dalam nereka”.(Qs. at-Taubah: 17).
b) Berakal Sehat
Ibadah shalat tidak diwajibkan atas orang yang tidak
berakal sehat atau orang gila, sebagaimana hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh:
رفع القلم:عن عائشة رضي هللا عنه قال رسول صلى هللا عليه وسلم
وعن, وعن الصغري حىت يكرب, عن النائم حىت يستيقظ:عن ثآلثة
51
)او يفيق(روه ابوداود,اجلنون حىت يعقل
“Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: diangkat
hukum atas tiga orang: dari orang yang tidur hingga ia bangun,
anak kecil hingga ia dewasa, dan dari orang gila hingga ia
berakal”.(HR Abu Daud).
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa
pembebanan hukum atas tiap mukallaf dicabut apabila
seseorang belum dewasa, tertidur dan gila, bahwa hukum
tersebut berlaku kembali apabila keadaan tersebut telah
hilang darinya.
c) Baligh
Menurut mayoritas ulama bahwa orang yang
dikatakan baligh adalah orang yang telah pernah
mengalami mimpi basah bagi seorang laki-laki dan datang
haid bagi seorang perempuan.52
31
Kapita Selekta Fiqh
32
Kapita Selekta Fiqh
33
Kapita Selekta Fiqh
4. Rukun Shalat
Muhammad al-Khatib asy-Syarbani mengemukakan bahwa
dalam pelaksanaan shalat fardhu memiliki rukun-rukun yang
harus dilaksanakan, di antara rukun tersebut adalah:59
a. Niat
Niat merupakan sesuatu yang dikerjakan dengan penuh
keikhlasan kepada Allah Swt., sebagaimana firman Allah Swt.
dalam surat al-Baiyyinah ayat 5 sebagai berikut:
َّ ين ُحنا افاءا اويُِقي ُموا
الص اَلةا اويُ ْؤتُوا ِ
ي لاهُ الد ا
ِ ِ َّ وما أ ُِمروا إَِّال لِي عب ُدوا
اَّللا خمُْلص ا ُْ ا ُ اا
60 ِ ِ
. ين الْ اقي امة ِ ِ َّ
ُ كد الزاكاةا او اذل ا
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam Sabda Rasulullah
Saw. yang diriwayatkan oleh:
مسعرتسول هللا صلى اللهعليهوسلم يقول امنااألعمال:عن عمر بن اخلطاب قال
61
.) (رواه مجاعة.ابلنيات وامنالكل امرئ مانوى
34
Kapita Selekta Fiqh
35
Kapita Selekta Fiqh
36
Kapita Selekta Fiqh
f. I’tidal atau bangkit dari ruku’ dengan berdiri tegak atau lurus
Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan
oleh:
ومابي, ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان سجوده وركوعه:عن الرباء
67
.)سجدتي قريبامن السواء (واخرجه البخاري والرتمذي والنسائى
”Dari al-Barra’ ra Rasulullah Saw. bersabda: bahwa sujud, ruku’
dan duduk diantara dua sujud rasulullah hampir sama
(lamanya)”.(HR.al-Bukhari, at-Turmudzi dan an-Nasa’i).
g. Sujud
Sujud adalah meletakkan kening di atas tanah atau
lantai. Sujud termasuk fardhu shalat yang sudah disepakati
para ulama fikih.
Sebagaiamana firman Allah Swt. dalam surat al-Hajj
ayat 77 :
68
اخلاْ اري لا اعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو ان
ْ اس ُج ُدوا او ْاعبُ ُدوا اربَّ ُك ْم اوافْ اعلُوا
ْ ين ءا اامنُوا ْاراكعُوا او
ِ َّ
اايأايُّ اها الذ ا
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan”. (Qs al-Hajj ayat 77).
h. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
i. Duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah
j. Membaca tasyahud akhir
Membaca tasyahud dalam melaksanakan shalat,
disunatkan untuk membaca do’a yang tujuannya untuk
kebaikan di dunia dan kebaikan ketika di ahkirat.69
Hal tersebut sebagaimana Sabda Rasulullah Saw. yang
diriwayatkan oleh:
ان النىب صلى هللا عليه وسلم علمهم التشهد مث قال ىف:عن عبدهللا بن مسعود
70
)(رواه مسلم. مث لنخرتمن املسألة مانشاء,اخره
37
Kapita Selekta Fiqh
38
Kapita Selekta Fiqh
39
Kapita Selekta Fiqh
40
Kapita Selekta Fiqh
41
Kapita Selekta Fiqh
8. Hikmah Shalat
Segala sesuatu yang berbentuk perintah, larangan dan
segala macam ibadah dalam Islam mengandung hikmah yang
besar yang mendatangkan faedah bagi umat manusia yang telah
melaksanakannya, diantara hikmah shalat tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar, karena
dengan bacaan atau do’a yang dibaca ketika shalat dengan
keikhlasan, maka rasa takut akan timbul dalam jiwa untuk
meninggalkan perbuatan jahat dan maksiat, sebagaimana
firman Allah Swt. dalam Surat al-Ankabut ayat 45:
ُاَّلل َّ الص اَل اة تا ْن اهى اع ِن الْ اف ْح اش ِاء اوالْ ُمْن اك ِر اولا ِذ ْك ُر
َّ اَّللِ أا ْك اربُ او َّ اوأاقِِم
َّ الص اَل اة إِ َّن
80
صناعُو ان
ْ يا ْعلا ُم اما تا
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
42
Kapita Selekta Fiqh
43
Kapita Selekta Fiqh
84 Baihaqi, h.42
85 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: CV Kencana,
2002)h.23
86 Depaerteman Agama RI, h,215
87 Masifuk Juhdi, Studi Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1992) h.14
88 Amir Syarifuddin, h. 22
44
Kapita Selekta Fiqh
خرجنا مع النيب صلى هللا عليه و سلم ِف غزوة تبو ك فكان يصلى الظهر
والعصر مجيعا و املغرب و العشاء مجيعا
“Kami keluar melakukan perjalanan bersama nabi dalam
perang tabuk. Nabi menjama’ shalat zhuhur denagn ashar
dan menjama’ shalat magrib dengan isya.
46
Kapita Selekta Fiqh
C. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat bersal dari kata Al-ziyadah (tambah) sehingga zakat
menurut bahasa adalah tambahan (ziyadah) dan pertumbuhan
(Nama”)zakat juga bisa diartikan membersihkan atau menyucikan
(tathhir)89Secara bahasa zakat berarti tumbuh (namuww) dan
bertambah (ziyadah). Jika diucapkan zaka Al-zar maka artinya
adalah tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan dengan kata, zakat
al-nafaqah, makaartinya nafkah tumbuh dan bertamabah jika
diberkati. Kata ini juga sering digunakan dengan makna thaharah
(suci) Allah Swt. berfirman dalam surah As-Syam ayat: 9
47
Kapita Selekta Fiqh
Putra,1999) h.4
96 Hikmat kurnia, panduan ointar Zakat, (Jakarta: qultumedia,2008) h. 3
97Depertemen Agama RI, h.7
98 Sayid sabiq, fiqih sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), jilid 1, cet-
III, h.
99 Yusuf Qardhawy 1979,h. 34
100 Rif’at Abd. Al-Latif Masyhur 2002, h 33
101 Wahbah al-zuhaily,h . 83
48
Kapita Selekta Fiqh
49
Kapita Selekta Fiqh
بِن السَلم على: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابن عمر قال
وإيتاء, وإقام الصَلة, شهادة أن ال إله إال هللا وأن حممدا رسول هللا:مخس
) وحج البيت (رواه الرتمذى, وصوم رمضان,الزكاة
”Dari bin Umar berkata Rasulullah Saw. bersabda, Islam itu
ditegakkan di atas lima dasar: (1) bersaksi bahwa tidak ada
tuhan yang hak kecuali Allah dan bahwasanya Nabi
Muhammad itu utusan Allah, (2) mendirikan shalat lima
waktu, (3) membayar zakat, (4) berpuasa di bulan ramadhan,
(5) mengerjakan ibadah haji kebaitullah.(HR. Turmidzi)”.105
Rasullullah bersabda:
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إن هللا:عن على رضى هللا عنه قال
فرض على أغنياء املسلمي ِف أمواَلم بقدر الذي يسع فقراءهم ولن جتهد
الفقراء إذا جاعوا وعروا إالمبا يصنع أغنياؤهم أال وإن هللا حياسبهم يوم
)القيامة حسااب شديدا و يعذهبم عذااب أليما (رواه الطرب ىن
”Dari Ali r.a berkata, bersabda Rasullulah Saw., sesungguhnya
Allah Swt. mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya
dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-
oarng miskin diantara mereka, fakir miskin itu tiadalah akan
menderita menghadapi kelapangan dan kesulitan sandang,
kecuali karena perbuatan golongan yang kaya, ingatlah Allah
akan mengadili mereka pada hari kiamat nanti secara tegas dan
menyiksa dengan pedih.”(HR. Thabrani)106
105 Muhammad Bin Abu Isa at-Turmidzi as- Salmi, al-Jami’ ash-Shahih
Sunan Turmidzi, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al’Arabi, 1408 H), Jilid 5, h.5
106 Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu Al-Gasim at-Thabrany, al-Mu’jam
50
Kapita Selekta Fiqh
51
Kapita Selekta Fiqh
unta jantan yang berumur 2-3 tahun. Jika jumlah unta itu
mencapai 36 ekor, zakatnya satu ekor anak unta betina yang
berumur 2-3 tahun.
Jika jumlahnya mencapai 46 ekor, zakatnya satu ekor unta
yang berumur 4-5 tahun. Jika jumlahnya mencapai 76 ekor,
zakatnya 2 ekor anak unta betina umur 2-3 tahun. Jika jumlahnya
91 ekor sampai 120 ekor dua ekor unta betiana umur 2-3 tahun.
Jika jumlahnya lebih dari 91 ekor tersebut, setip 50 ekor zakatnya
adala 1 ekor anak unta betina umur 2-3 tahun dan setiap 50 ekor
unta maka zakatnya adalah 1 ekor unta betina berumur 3-4
tahun.109
(b) Kambing
Tidak wajib zakat atas kambing kecuali telah mencapai
jumlah mencapai 40 ekor. Jadi jika ia mencapai jumlah antara 40-
120 ekor dan digembalakan sampai 1 tahun, zaktnya ialah 1 ekor
kambing betina.
Jika jumlah mencapai antara 121-200 ekor, zakatnya ialah 2
ekor kambing betina. Jika jumlahnya mencapai antara 200-300,
zakatnya 3 ekor kambing betina. Selanjutnya, jika lebih dari 300
ekor kambing, makan setiap 100 ekor, zakatnya adalah 1 ekor
kambing betina. Bayaran zakat domba harus dikeluarkan zakat
yang berumur 1 tahun, sedangkan zakat dari kambing adalah
kambing yang berumur 3 tahun, dean demikian seterusnya.110
(c) Sapi dan Kerbau
Tidak wajib zakat terhadap sapi sebelum mencukupi jumlah
30 ekor dan dibesarkan dalam gembalaan. Jika ia telah mencukupi
30 ekor digembalakan, dan berlangsung selama satu tahun,
zakatnya 1 ekor sapi jantan atau betina umur satu tahun. Jika
telah mencukupi jumlahnya 40 ekor sapi, zakatnya 1 ekor sapi
betina umur 2 tahun dan tidak ada tambahan lain hingga jumlah
mencapai 60 ekor. Jika telah mencapai 60 ekor sapi, zakatnya 2
ekor sapi umur 1 tahun. Jika jumlahnya mencapai 70 ekor sapi,
zakatnya 1 ekor sapi betina umur 2 tahun dan 1 ekor sapi umur 1
tahun. Jika jumlahnya 80 ekor sapi, zakatnya 2 ekor sapi betina
52
Kapita Selekta Fiqh
53
Kapita Selekta Fiqh
54
Kapita Selekta Fiqh
55
Kapita Selekta Fiqh
56
Kapita Selekta Fiqh
57
Kapita Selekta Fiqh
58
Kapita Selekta Fiqh
59
Kapita Selekta Fiqh
60
Kapita Selekta Fiqh
61
Kapita Selekta Fiqh
(6) Gharimin
Gharimin adalah orang yang berhutang dan sukar
untuk membayarnya. Seorang penanggung hutang
kadangkala mencari hutang untuk kemaslahatan dirinya
sendiri dan kadang mencari hutang untuk kemaslahatan
orang lain. Menurut imam Syafici, Imam Malik, dan Imam
Ahmad Ibn Hambal melihat gharim dari segi motifnya yang
terdiri dari dua macam, yaitu; pertama, orang yang
berhutang untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk
maksiat, seperti berhutang untuk menafkahi keluarga,
untuk biaya berobat, untuk mengawinkan anak dan
sebagainya, kedua, orang yang berhutang untuk
kepentingan masyarakat (kemashalatan ummat). Kedua
bentuk gharimin ini boleh diberi zakat bagi menutupi
hutangnya yang banyak dan sukar baginya untuk keluar
dari belenggu hutang tersebut.
(7) Fii Sabilillah
Fii sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan
Allah dalam artian yang sangat luas, sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh ulama-ulama fiqh yaitu dengan
maksud untuk menjaga agama dan meninggikan derjat
agama Allah seperti berperang, berdakwah, berusaha
menegakkan agama Islam, menolak fitnah-fitnah yang
ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam dan membendung
arus pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam.127 Menurut jumhur ulama fisabilillah adalah orang
62
Kapita Selekta Fiqh
63
Kapita Selekta Fiqh
64
Kapita Selekta Fiqh
عن جده عبد هللا بن عمرو بن العاص أن رسول هللا صلى هللا عليه
وسلم فقال من ويل يتيما له مال فليتجر له واليرتكه حىت أتكله
134
)الصدقة(رواه الدارقطىن
”Dari Jaddah Abdullah bin Umar bin Ash, Rasulullah Saw.
besabda: barang siapa menjadi wali seorang anak yatim yang
mempunyai harta, hendaknya ia memperdagangkan untuknya.
Dia tidak boleh membiarkan harta tesebut habis dimakan
zakat”. (HR. Daruquthniy)
Sedangkan syarat bagi harta yang wajib dizakatkan
adalah:
1) Milik Sempurna
Sesuatu yang belum sempurna dimiliki tidak wajib
dikeluarkan zakatnya. Milik sempurna artinya harta itu
dibawah kontrol dan kekuasaan orang yang wajib zakat
atau berada di tangannya, tidak tersangkut di dalamnya
hak orang lain, secara penuh ia dapat bertindak hukum
dan menikmati manfaat harta itu. Berdasarkan syarat ini,
maka seorang pedagang belum dikenai zakat apabila
barang itu belum sampai ketangannya.135
2) Harta itu berkembang
Artinya harta itu dikembangkan dengan sengaja atau
memiliki potensi untuk berkembang dalam rangka
mendapatkan keuntungan.
3) Cukup nisab
Satu nisab adalah kadar minimal jumlah harta yang
wajib dizakati berdasarkan ketetapan syara’. Nisab yang
ditetapkan syara’ untuk setiap jenis harta berbeda-beda.136
4) Sampai setahun dimiliki
Rasulullah Saw. bersabda:
134 Ali bin Umar Abu al-Hasan ad-Daruquthniy, Sunan at-Dar al-Quthniy,
(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1996), Jilid 2, h.109
135 Abdul Aziz Dahlan1985,h.1998
136Abdul Aziz Dahlan, h. 1989
65
Kapita Selekta Fiqh
عن عمرة عن عائشة قالت مسعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
137
)يقول الزكاة ِف مال حىت حيول عليه احلول (رواه ابن جمة
”Dari Umar, dari Aisah berkata, mereka telah mendngar
Rasulullah Saw. bersabda: tidak ada (wajib) zakat pada
harta seseorang sebelum sampai satu tahun dimiliki”.(HR.
Ibnu Majah)
Untuk sumber-sumber zakat tertentu seperti
perdagangan, emas dan perak harus sudah berada atau
dimiliki atau diusahakan dalam waktu satu tahun.
Contohnya, tenggang waktu Muharram 1421 H sampai
1422 H inilah yang disebut al-haul (berdasarkan
penanggalan Qamariyyah ).138 sedangkan menurut
Ulama Hambali, perhitungan nisab dilakukan dan
diperiksa setiap waktu sepanjang tahun.
5) Melebihi kebutuhan pokok
Menurut mereka harta yang dizakatkan mesti terlepas
dari hutang dan kebutuhan pokok, sebab orang yang sibuk
mencari harta untuk kedua hal ini sama dengan orang
yang tidak mempunyai harta. Ibnu Abbas memahami hal
ini dalam arti telah melebihi kebutuhan individunya
sendiri, keluarga dan orang-orang yang berada di bawah
tanggungannya.
Ulama fiqh selain mazhab Hanafi tidak mensyaratkan
harta zakat itu mesti melebihi kebutuhan pokok, menurut
mereka kebutuhan pokok itu tidak boleh dihitung dan
tidak dapat diketahui secara pasti. Berdasarkan perkara
ini, maka Yusuf Al-Qardhawi menegaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan kebutuhan pokok itu adalah
keperluan rutin atau sehari-hari yang diperlukan
seseorang bersama keluarganya, diantaranya untuk
makanan, pakaian, perumahan, dan perabotnya, buku-
buku ilmu pengetahuan, dan alat atau sarana yang
137 Muhammad bin Yazid Abu Abdullah al-Qazwiniy, Sunan ibn Majah,
66
Kapita Selekta Fiqh
67
Kapita Selekta Fiqh
1. Waktu boleh, yaitu sehari atau dua hari sebelum hari raya.
2. Waktu utama, yaitu pada hari hari raya sebelum shalat.
Adapun mengakhirkan pembayaran zakat fitri (zakat fitrah)
sampai setelah shalat maka ini hukumnya haram dan zakatnya
tidak sah. Berdasarkan hadis Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu,
ومن أداها بعد الصَلة فهي،من أداها قبل الصَلة فهي زكاة مقبولة
صدقة من الصدقات
“Barang siapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat maka itu
adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya
setelah shalat maka statusnya hanya sedekah”.(HR. Abu Daud dan
Ibnu Majah; dinilai hasan oleh Al-Albani)
Kecuali bagi orang yang tidak tahu tentang hari raya,
seperti orang yang tinggal di daratan terpencil, sehingga dia agak
telat mengetahui waktu tibanya hari raya, atau kasus semisalnya.
Dalam keadaan ini, diperbolehkan menunaikan zakat fitri setelah
shalat id, dan statusnya sah140.
68
Kapita Selekta Fiqh
69
Kapita Selekta Fiqh
b. Hikmah Zakat
Hikmah zakat dalam kehidupan manusia sungguh penting,
baik baik terhadap si kaya, si miskin maupun terhadap masyarakat
umum, di antaranya adalah :
(1) Menolong orang lemah dan susah agar dia dia dapat
menunaikan kewajibannya kepada Allah dan terhadap
makhluk Allah (masyarakat)
(2) Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela,
serata mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah
dengan membiasakan diri membayar amanat kepada orang
yang berhak dan berkepentingan. Sebagaimana firman
Allah dalam surah at-Taubah 103:
ِ ِِ ِ
ص ادقاةً تُطا ِه ُرُه ْم اوتُازكي ِه ْم بِها
ُخ ْذ م ْن أ ْام اواَل ْم ا
“Ambilah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat),
supaya dengannya Engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan
mensucikan mereka”.143
(3) Sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas nikmat
kekayaan yang Allah berikan kepadanya.
(4) Guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari
simiskin atau yang tidak berkemapuan. Firman Allah dalam
surat Ali Imran ayat 180 :
ضلِ ِه ُه او اخ ْ ًريا اَلُْم با ْل
ْ اَّللُ ِم ْن فا
َّ ين ياْب اخلُو ان ِمباا ءاا اات ُه ُم ِ َّ َّ واال احيس
َب الذ ا ا ْ اا
ُه او اشٌّر اَلُْم
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang bakhi dengan harta
benda yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari
kemurahanNya - menyangka Bahwa keadaan bakhilnya itu baik
bagi mereka. bahkan ia adalah buruk bagi mereka”. 144
(5) Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta
mencintai antara simiskin dan sikaya. Rapatnya hubungan
tersebut akan membuahkan kebaikan dan kemajuan serta
70
Kapita Selekta Fiqh
D. PUASA
145 Sulaiman Rasyid, fiqih Islam, (Bndung: Sinar baru algensido 1986) 217
146 Depertemen Agama RI h. 35
147Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hida Karya Agung,
1989) h. 224
148Nizam, al-Fatawa 'Amrikiiyah, (Beirut : Dar al-Kutub, t.t) h. 214
149Fajar sidiq atau lebih dikenal sebagai fajar subuh adalah keadaan
terbentang putih di kaki langit dengan malam terang, dalam artian jika terbit
fajar maka masuklah waktu subuh.
71
Kapita Selekta Fiqh
150 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh 'ala Mazahib al-Arba'ah, ( Beirut : Dar al-
72
Kapita Selekta Fiqh
b. Al-Sunnah
اخربانحنظل ة ب ن ا س فيان ع ن: ح دثنا عب د هللا ب ن موس ى ق ال
ق ال رس ول هللا ص لى هللا علي ه:عكرمة بن خالد عن اب ن عم ر ق ال
ش هادة ان الال ه االهللا وان حمم دا: وسلم بِن االس َلم عل ى مخ س
(رواه.رس ول هللا واق ام الص َلة وايت اء الزك اة واحل ج والص وم رمض ان
153
)االبخاري
"Abdullah bin Musa menceritakan pada kami ia berkata : " telah
mengkhabarkan pada kami oleh Hanzhalah ibn Abi Sufyan dari
'Ikrimah ibn Khalid dari Ibn Umar ia berkata : Bersabda
Rasulullah Saw. : Islam didirikan atas lima : mengaku bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa pada bulan
Ramadhan." (HR. Bukhari)
c. Ijma' Ulama
Para ulama dari berbagai mazhab dan aliran di segenap
penjuru dunia ini berpendapat bahwa hukum melaksanakan ibadah
puasa ramadhan adalah wajib dan merupakan fardhu 'ain bagi
orang-orang yang beriman yang memenuhi persyaratan.
Mahkota, 1989), h. 44
152.Departemen Agama RI,h. 45
153 Imam Abu Abdullah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,(Beirut : Dar al-Fikr,
1981), Jilid 1, h. 8
73
Kapita Selekta Fiqh
154 Abdul Azis Dahlan, (ed) Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ictiar Bam
Van Hove, 1996) cet ke I, h. 1422
155 Zainuddin, Fathul Mu'in, Alih Bahasa oleh Moch Anwar dkk, (Bandung :
74
Kapita Selekta Fiqh
75
Kapita Selekta Fiqh
76
Kapita Selekta Fiqh
4. Rukun Puasa
Adapun rukun-rukun puasa ramadhan menurut pendapat
ulama para fuqaha' adalah sebagai berikut :
a. Niat, ulama fuqhah berbeda pendapat dalam memposisikan
niat sebagai rukun dari puasa. Sebagian ulama berpendapat
bahwa niat itu merupakan rukun dari puasa dan apabila
seseorang tidak berniat dalam melakukan puasa ramadhan
atau keluar dari niat puasa maka puasanya tidak sah.160
Pendapat ini dikemukakan oleh ulama dari mazhab
Syafi'iyah. Sedangkan sebagian ulama yang lain
mengemukakan bahwa niat merupakan salah satu dari
syarat-syarat puasa. Pendapat ini dikemukakan oleh ulama
Hanafiyah.
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa. Seperti
makan, minum, jimak, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya
penulis akan menjelaskannya pada bagian tentang hal-hal
yang membatalkan puasa pada skripsi ini.
c. Berpuasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Yang dimaksud dengan mulai dari fajar di sini adalah fajas
siddiq.161
160 Al-Imam Taqiddin Abi Bakar ibn Muhammad al-Husaini, Kifayatu al-
Akhyar fii Hqlli Gayatu al-Ikhtishar, (Dar al-Ihyai al-Kitab, t.t ), Juz I, h. 205
161 Fajar Siddiq yaitu cahaya putih yang memancar secara melintang di ufuk
77
Kapita Selekta Fiqh
78
Kapita Selekta Fiqh
79
Kapita Selekta Fiqh
tidak ada yang kembali masuk setelah keluar dari mulut. Namun
apabila bila ia muntah dengan tidak sengaja, atau disengaja tetapi
tidak mengetahui haramnya, atau muntah karena dipaksa maka
puasanya tidak batal.163
Rasulullah Saw. bersabda :
ق ال رس ول هللا ص لى هللا علي ه وس لم م ن:ع ن ايب هري رة رض ى هللا عن ه ق ال
(رواه اخلمس ة واعل ه. ومن اس تقاء فعلي ه القض اء, زرعه القيء فَلقضاء عليه
)أمحد وقواه الدارقطىن
"Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bersabda Rasulullah Saw.:
Barang siapa yang terpaksa muntah, maka tidak wajib qadha
atasnya dan siapa yang muntah maka atasnya qadha". (H. R. al-
Khamsah dan dianggap cacat oleh Ahmad, tetapi dinyatakan
kuat oleh ad-Dar Al-quthni)
c. Keluar darah haid, nifas dan wiladah
Seorang wanita yang sedang melakukan puasa di bulan
Ramadhan di siang hari kedatangan darah haid, atau nifas dan
wiladah bagi wanita yang siap melahirkan maka puasanya batal.
Akan tetapi bila ia telah suci kembali, artinya habis masa haid dan
nifas atau wiladah mereka tetap diwajibkan untuk mengqadha
puasa yang ditinggalkan di luar bulan Ramadhan. Karena salah
satu syarat sah puasa itu adalah suci dari darah haid, nifas dan
wiladah. Said Sabiq menyebutkan bahwa walaupun hanya sebentar
pada saat terakhir sebelum matahari terbenam, maka dalam hal ini
para ulama ijma' tentang pembatalannya.164
d. Keluar mani (sperma) dengan sebab mubasyarah
(bersentuhan kulit tanpa alas) atau dengan onani.
e. Gila
'Akil (berakal) merupakan salah satu yang harus dimiliki
oleh setiap manusia dalam melakukan segala aktivitas apapun baik
163Baihaqi,Baihaqi,h. 206
164 Said Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Libanon: Dar-al-Fikr, 1983), cet ke 4, Jilid I,
h. 393
80
Kapita Selekta Fiqh
165 Taqiddin Abi Bakar Bin Muhammad al-Husaini, Kifayatu al-Akhyar fii
81
Kapita Selekta Fiqh
82
Kapita Selekta Fiqh
1995) h. 38
168Abdul Azis Dahlan, (ed), h. 1423
83
Kapita Selekta Fiqh
84
Kapita Selekta Fiqh
85
Kapita Selekta Fiqh
1. Pengertian Haji
Haji menurut bahasa berasal dari kata : حج: يقال: حجا-حج
بنو فَلن فَلنartinya “menyengaja, dikatakan orang : si Pulan telah
mengengaja si pulan”.169
Kata haji berasal dari akar kata:
حج حيج – حجا اى قصد املكناستعمله فشرع عل قصد الكعبة للحاج
اوالعمرة
“Menuju tempat tertentu. Mengunjungi kakbah untuk
melaksanakan haji dan umrah”.
Haji menurut syara’ terdapat beberapa pengertian yang
telah dikemukakan oleh para ulama, antara lain :
a. Menurut Abdurrahman al-Jaziri
اعمال خمصوصة تؤدى ِف زمن خمصوصة مكان خمصوصة على وجه: احلج شرعا
.خمصوصة
“Haji menurut Syara’ adalah beberapa amalan tertentu yang
dilaksanakan pada masa tertentu”.170
b. Menurut Sayyid Sabiq
احلج هو قصد مكة ألداء عبادة الطواف والسعى والوقوف بعرفة وسائر املناسك
.استجابة األمر هللا ابتغاء مرضاة هللا
“Haji adalah mengunjungi Makkah untuk mengerjakan ibadah
tawaf, sa’I,wuquf di Arafah, serta semua pelaksanaan ibadah haji
lainnya, guna memenuhi perintah Allah SWT serta mencari
keridhaan-Nya”.171
30, h. 118
170Abdurrahman al-Jaziri, Kitab Fiqh ‘Ala Mazahibul Arba’ah, ( Beirut :
86
Kapita Selekta Fiqh
h. 209
87
Kapita Selekta Fiqh
Pengertian Umrah
Umrah berasal dari kata:
عمرة اى قصد- يعمر-عمر
“Bermaksud memiliki tujuan.”
88
Kapita Selekta Fiqh
احلجأشهرمعلوماتفمنفرضفيهناحلجفَلرفثوالفسوقوالجدالفياحلج
90
Kapita Selekta Fiqh
b. Wuquf di arafah
c. Tawaf ifadah
d. Sa’i
e. Cukur
f. Tertib
Rukun haji tidak dapat di tinggalkan apabila tidak
dipenuhi, maka hajinya batal.
c) Wajib haji
1. Ihram, yakni niat berhaji dari miqat
2. Mabid di Musdalifah
3. Mabid di Mina
4. Melontar jumrah ula, wustha dan aqabah
5. Tawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan makkah.
Wajib haji ini adalah ketentuan yang apabila
dilanggar maka hajinya tetap sah, tetapi wajib membayar
dam.
c. Waktu Ihram Haji
Menurut sebagian besar ulama ketentuan waktu memulai
berihram haji yaitu dari tanggal 1 syawal sampai terbit fajar
tanggal 10 Zulhijjah. Barang siapa yang tidak ihram haji pada
saat-saat tersebut maka tidak mendapat haji.
d. Berihram dari Miqat
Tempat berihram haji/umrah di miqat yang telah
ditentukan dan boleh juga dilakukan sebelum sampai dimiqat.
Miqat ihram jamaah haji haji Indonesia gelombang I adalah di
Zulhulaifah (Bir Ali),sedangkan bagi jemaah haji gelombang II
adalah diatas udara pada garis sejajar dengan qarnul Manazil
atau dapat berihram di King Abdul Aziz Internasional
Airport(KAAIA) atau dapat diasrama haji Embarkasi Tanah
Air.
Apabila melewati miqat yang telah ditentukan dan tidak
ihram, maka ia wajib mambayar dam yaitu memotong seekor
kambing atau mengambil cara lain sebagai berikut : kembali
lagi ke Miqat haji terdekat yang dilewati tadi sebelum
melakukan salah satu kegiatan ibadah haji atau umrah.
Contoh: jamah haji yang datang dari Madinah
seharusnya memulai ihram denga miqat Dzulhulaifah
91
Kapita Selekta Fiqh
92
Kapita Selekta Fiqh
g. Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah termasuk salah satu rukun haji yang
paling utama. Jamaah haji yang tidak melaksanakan wukuf di
Arafah berarti tidak mengerjakan haji.Nabi Saw menjelaskan
bahwa haji itu hadir di Arafah. Barang siapa yang datang pada
malam hari Jama’ (10 dzulhijjah sebelum terbit fajar) maka
sesungguhnya ia masih mendapatkan haji.
Wukuf dilakukan setelah khutbah dan shalat jama’ qasar
taqdim dhuhur dan ashar berjamaah. Wukuf dapat
dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri, dengan
memperbanyak zikir, istigfar dan doa, sesuai dengan sunah
rasul. Untuk wukuf jamaah haji tidak diisyaratkan suci dari
hadas besar atau kecil, karena itu wanita yang sedang haid atau
nifas boleh melakukan wukuf. Sedangkan bagi jamaah haji
yang sakit, pelaksanaannya dilakukan dengan pelayanan
khusus sesuai dengan kondisi kesehatannya.
h. Mabid di Musdalifah
Menurut sebagian besar ulama mabit di Musdalifah
hukumnya wajib, sebagian ulama yang lain menyatakan sunat.
Bagi yang tiba di Musdalifah sebelum tengah malam
harus menunggu sampai lewat tengah malam. Pada saat mabit
hendaknya bertalbiyah, berzikir, beriztigfar, berdoa atau
membaca alquran selanjutnya mencari kerikil sebanyak 7 atau
70 butir. Kerikil dapat diambil dari mana saja, namun
disunatkan dari Muzdalifah.
Jamaah haji yang tidak melakukan mabit di Muzdalifah
diwajibkan membayar dam dengan urutan sebagai berikut:
menyembelih seekor kambing, atau tidak mampu, berpuasa 10
hari yaitu 3 hari semasa haji di tanah suci dan 7 hari dilakukan
di tanah air. (al qur’an S. 2 : 196). Apabila tidak mampu
melaksanakan puasa 3 hari semasa haji maka harus
melaksanakan 10 hari diatanah air yang 3 hari dengan niat
qhada. Pelaksanakan dipisahkanantara yang 3 hari dengan
yang 7 hari selama 4 hari.
Bagi jamaah haji yang tidak mabit karena udzur syar’i
seperti sakit, mengurus orang sakit, tersesat jalan dan lain
sebagainya tidak diwajibkan membayar dam.
93
Kapita Selekta Fiqh
i. Mabid di Mina
a) Hukum mabid di Mina menurut jumhur ulama wajib,
sebagian ulama menyatakan sunat.
b) Waktu dan tempat mabit, waktu mabit yaitu malam tanggal
11,12 dan 13 Zulhijjah. Tempat mabit bagi sebagin besar
jamaah haji Indonesia adalah di Haratul Lisan. Haratul
Lisan adalah termasuk hukum wilayah mabit di mina.
Kemungkinan pengembagan wilayah seperti ini sama
halnya dengan pengembangan masjid Nabawi dan Masjidil
Haram. Sejak tahun 1984, pemerintah Arab Saudi telah
menetapkan Haratul Lisan sebagai tempat mabit dan
kemudian semakin meluas sesuai dengan kondisi perhajian
sehingga mulai tahun 2001 sebagian jamaah haji mendapat
perkemahan yang masuk dalam batas daerah Musdalifah.
Hukum mabit perluasan Mina ditempat tersebut sah
dan dapat diterima sebagai daerah perluasan hukum untuk
mabit di mina karena kemahnya darurat dan bersambung.
j. Melontar Jumrah
Hukumnya adalah wajib, apabila tidak dilaksanakan
maka akan dikenakan dam/fidyah. Tata cara melontar jamarat
(kata jama’ dari jumrah), yaitu :
1) Kerikil mengena marma (masuk lobang)
2) Melontar dengan kerikil satu persatu. Walaupun
melontar dengan 7 kerikil sekaligus, tetap dihitung satu
kali lontaran.
3) Melontar jamaran dengan ukuran yang benar yaitu
mulai dengan jmrah ula lalu wustha dan terakhir aqabah
4) Sesuatu yang dipakai untuk melontar adalah batu kerikil,
selain itu tidak sah seperti sandal, payung, dsb.
k. Waktu Melontar
1) Pada tanggal 10 Zulhijjah yang dilontar jamrah aqaba saja.
Waktu afdalnya setelah terbit matahari hari nahr, waktu
ikhtiar (memilih) ba’da dhuhur sampai terbenam matahari
94
Kapita Selekta Fiqh
2. Thawaf Qudum
Merupakan penghormatan pada Baitullah. Thawaf
qudum tidak termasuk rukun atau wajib haji. Waktu
melakukan tawaf qudum pada hari pertama kedatangan di
95
Kapita Selekta Fiqh
96
Kapita Selekta Fiqh
97
Kapita Selekta Fiqh
5. Haji Mabrur
Haji mabrur berasal dari bahasa arab hajjun mabrurdan
dalam bahasa Indonesia “haji mabrur”. Hajjun mabrur terdiri dari
kata hajju dan mabrur yang berarti “menyengaja” atau
“bermaksud”. Berkunjung kebaitullah dengan sengaja semata-
mata untuk berbudiyah kepada Allah dengan niat menunaikan
98
Kapita Selekta Fiqh
ibadah haji dan umrah tanpa ada maksud lain, seperti berdagang
dll.
Haji yang diterima diberi batasan sebagai ibadah yang tidak
dicampur dengan dosa, sunyi dari riya’ dan tidak dinodai dari
Rofas, Fusuk dan Jidal.
Kata “Mabrur” berarti Maqbul (diterima). Dari kedua
pengertian diatas dapat disimpulkan secara bebas bahwa haji
mabrur yaitu ibadah haji yang diterima oleh Allah Swt.
6. Hikmah Haji
Ibadah haji merupakan ibadah puncak bagi seorang
muslimin sejati. Dalam melaksanakan ibadahini, ketangguhan
pribadi dan ketangguhan sosial diuji dan hasilnya akan dapat
terlihat ditengah kehidupan sosial kelak. Apakah akan menjadi
haji yang mabrur atau sebaliknya.
Ari Ginanjar Gustian, dalam buku emotion spritual qoution
(buku 1) menulis, secara prinsip, haji merupakan suatu konsep
berfikir yang berpusat kepada allah semata-mata.
Secara sosial, haji merupakan simbol dari kolaborasi yang
tertinggi, yaitu suatu pertemuan pada skala tertinggi, dimana
seluruh umat islam sedunia melaksanakan langkah yang sama
dengan landasan prinsip yang sama.
Haji merupakan simbol dari lingkaran kehidupan” manusia,
yang diawali oleh proses kelahuran yang fitrah (ihram) dan
diakhiri dengan kematian yang fitrah pula (thawaf wada’).
99
Kapita Selekta Fiqh
100
Kapita Selekta Fiqh
BAB
FIQH MUNAKAHAT
III
1. Pengertian Nikah
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin mengatur tingkah laku
manusia untuk kehidupan dunia dan akhirat, termasuk di
dalamnya hubungan antar jenis kelamin yang berbeda yang
disebut dengan pernikahan. Pernikahan akan berperan setelah
masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif
dalam mewujudkan tujuan dari pernikahan itu sendiri.1
Dalam memberikan pengertian nikah penulis akan
mengemukakan pendapat para Ulama dan Undang-Undang No. 1
tahun 1974 serta Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagaimana
tersebut di bawah ini:
a. Secara Bahasa
1) Menurut Muhammad bin Ismail al-Khahlani
2
الضم والتداخل:النكاح لغة
“Nikah menurut bahasa adalah bercampur dan saling
memasukkan”.
2) Menurut Abdurrahman al-Jaziri
الوطء والضم:النكاح لغة
3
101
Kapita Selekta Fiqh
Husaini,
1300 H), h. 254
6 Wahbah al-Zuhaily, Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, (Mesir: Darul Fikr,
1978), h. 29
7 Jalaluddin al-Mahalli, Op.Cit, h. 226
8 Abdurrahman al-Jaziri, Op.Cit, h. 1
102
Kapita Selekta Fiqh
103
Kapita Selekta Fiqh
104
Kapita Selekta Fiqh
105
Kapita Selekta Fiqh
Maghiratibni Bardazaba Bukhari, Shahih al- Bukhari, (Beirut: Darul Fikri, 1981),
Juz VI, h. 116
106
Kapita Selekta Fiqh
107
Kapita Selekta Fiqh
1. Wajib
Nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu dan
memiliki keinginan untuk menikah sementara ia takut akan
terjerumus pada zina apabila tidak segera menikah. Karena
menjaga jiwa dan menyelamatkan diri dari perbuatan yang
haram adalah wajib. Kewajiban itu tidak akan terlaksana
kecuali dengan nikah.14
2. Haram
Haram nikah bagi orang yang tidak ada keinginan
untuk menikah dan tidak ada kemampuan atau menikah
untuk maksud jahat.15 Sebagaiman firman Allah Swt. dalam
surat al-Baqarah (2):195
ُّ اَّللَ ُِحي
َّ َح ِسنُوا إِ َّن ِ اَّللِ وََّل تُ ْل ُقوا ِِبَي ِدي ُكم إِ َىل الت ِ ِ
ب ْ َّهلُ َكة َوأ
ْ ْ ْ َ َّ َوأَنْف ُقوا ِِف َسب ِيل
ني ِِ
َ الْ ُم ْحسن
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
3. Sunnah
Nikah sunnah bagi orang yang sudah mampu tetapi
ia sanggup mengendalikan dirinya dari perbuatan haram.
Dalam hal ini nikah lebih baik dari pada membujang.16
4. Mubah
Nikah mubah bagi orang yang tidak ada halangan
untuk menikah dan dorongan menikah belum
membahayakan dirinya, maka ia tidak wajib nikah dan tidak
haram baginya menikah.
5. Makruh
Ketentuan ini berlaku bila seseorang itu jelas
dipandang wajar baginya untuk menikah tetapi belum ada
108
Kapita Selekta Fiqh
Aksara, 1996), h. 22
18 Abdurrahman al-Jaziri,h. 21
19 Abdurrahman al-Jaziri, h. 25
20Wahbah al-Zuhaily, Jilid VII, h. 6533
109
Kapita Selekta Fiqh
2) Adanya wali
3) Adanya dua orang saksi
4) Adanya lafaz ijab dan qabul secara seimbang21
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam yang
menjadi rukun pernikahan itu yang terdapat dalam pasal 14
adalah:
1) Calon suami
2) Calon istri
3) Wali nikah
4) Dua orang saksi
5) Ijab dan qabul.
Undang-undang Perkawinan sama sekali tidak
berbicara tentang rukun perkawianan, namun hanya
membicarakan syarat-syarat perkawinan, yang mana
syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenaan dengan
unsur-unsur perkawinan atau rukun perkawinan.
Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Syarat calon suami
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
calon suami:
a. Beragama Islam
Dalam ajaran Islam laki-laki merupakan pemimpin
dalam rumah tangga, supaya peran dari seorang pemimpin
berjalan dengan baik, maka perlu orang yang memimpin
tersebut sama kepercayaannya dengan orang yang dipimpin.
Artinya calon suami itu mesti orang yang beragama Islam.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al-Baqarah
(2):221:
يُ ْؤِم َّن َوَْل ََمةٌ ُم ْؤِمنَةٌ َخ ْْيٌ ِم ْن ُم ْش ِرَك ٍة َولَ ْو أ َْع َجبَ ْت ُك ْم ِ تَ ْن ِكحوا الْم ْش ِرَك
ات َح َّىت َوََّل
ُ ُ
يُ ْؤِمنُو َاولَ َعْب ٌد ُم ْؤِم ٌن َخ ْْيٌ ِم ْن ُم ْش ِرٍك َولَ ْو أ َْع َجبَ ُك ْم ِ ِ
َ تُْنك ُحوا الْ ُم ْش ِرك
ني َح َّىت َوََّل
110
Kapita Selekta Fiqh
111
Kapita Selekta Fiqh
م َّل ينكح احملرم. قال رسول هللا ص:عن عثمان رضي هللا تعاىل عنه قال
وَّل ينكح (رواه مسلم وِف رواية له وَّل خيطب وزاد ابن حبان وَّل خيطب
23
)عليه
“Dan dari Usman r.a: Rasul Saw. bersabda: Orang yang sedang
ihram tidak boleh menikah dan menikahkan. Riwayat Muslim.
(Dalam riwayat Muslim yang lain dilarang meminang, Ibnu
Hiban menambah dan tidak boleh dilamar”).
e. Tidak sedang mempunyai istri empat orang
Bagi seorang laki-laki boleh beristri empat orang,
asalkan dapat berlaku adil. Sebagaimana terdapat dalam al-
Quran surat an-Nisa’ (4): 3 yang berbunyi:
اب لَ ُك ْم ِم َن النِ َس ِاء َمثْ ََن ِ ِ
َ ََوإِ ْن خ ْفتُ ْم أَََّّل تُ ْقسطُوا ِِف الْيَ تَ َامى فَانْك ُحوا َما ط
ِ
ِ ِ ِ ِ
ك أ َْد ََن ْ ع فَِإ ْن خ ْفتُ ْم أَََّّل تَ ْعدلُوا فَ َواح َد ًة أ َْو َما َملَ َك
َ ت أ َْْيَانُ ُك ْم َذل َ ث َوُرَاب َ َوثََُل
24
.أَََّّل تَعُولُوا
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.
2. Syarat Wali
Perwalian dalam pernikahan adalah suatu kekuasaan
atau wewenang syar’i atas segolongan manusia yang
dilimpahkan kepada orang yang sempurna, karena kekurangan
tertentu pada orang yang dikuasai itu, demi
kemaslahatannya. Jumhur Ulama mengatakan bahwa wali
25
2008), h. 345
112
Kapita Selekta Fiqh
113
Kapita Selekta Fiqh
wali. Wali adalah suatu yang mesti dalam akad nikah.29 Namun
menurut ulama Hanafiyah keberadaan wali hanya dianjurkan
saja, jadi pada hadits di atas tidak sempurna nikah tanpa
adanya wali. Bila kata tidak itu diartikan dengan tidak sah
maka arahnya adalah kepada perempuan yang masih kecil atau
tidak sehat akalnya, karena kepada dua perempuan tersebut
ulama Hanafiyah sependapat dengan ulama jumhur yakni juga
mewajibkan adanya wali.30
Dalam Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa Imam Abu
Hanifah dan Abu Yusuf berpendapat jika wanita itu telah baliq
dan berakal maka dia punya hak untuk langsung
mengakadnikahkan dirinya sendiri tanpa wali. Walaupun
demikian mereka menganjurkan adanya wali agar wanita
tersebut terhindar dari fitnah yang mungkin terjadi.31
Serta hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah:
أْيا: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:وعن عائشة رضي هللا عنها قالت
فإن دخل هبا فلها املهر مبا,امرأة نكحت بغْي اذن وليها فنكاحها ابطل
(أخرجه اْلربعة.استحل من فرجها فإن اشتجروا فالسلطان ويل من َّل ويل هلا
) وصححه أبو عوانه وابن حبان واِلاكم,إَّل النسائى
"Dari Aisyah rasulullah Saw. bersabda: Siapa diantara wanita
yang menikah tanpa seizin walinya, maka nikahnya batal, jika
lelakinya telah menyenggamainya, maka ia berhak atas
maharnya, karena ia telah menghalalkan kehormatannya, jika
pihak wali enggan menikahkan maka hakimlah yang bertindak
menjadi wali bagi seseorang yang tidak ada walinya.
(Diriwayatkan oleh empat imam kecuali an-Nasai, hadist ini
dipandang sahih oleh Abu Iwanah, Ibnu Hiban dan al-
Hakim)".32
29 Al-Mahally, h. 221
30 Ibnu al-Human, al-Mahalla, (Mesir: Mathba’ahnaljumhuriyahbal-
Arabiyah, 1970), h. 162
31 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,
32 Muhammad bin Ismail al-Khailani, , h. 118
114
Kapita Selekta Fiqh
115
Kapita Selekta Fiqh
34 Abdurrahman al-Jaziri,, h. 27
116
Kapita Selekta Fiqh
117
Kapita Selekta Fiqh
3. Syarat saksi
118
Kapita Selekta Fiqh
35 Depag, 945
36 Ali Umar ad-Daruqudhni, Sunan ad-daruqudhni, (Beirut: Daar al-Fikri,
t.th), Jilid II, h. 138-139
37 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: al-Ma’arif, 1981), Jilid VII, h. 9
119
Kapita Selekta Fiqh
120
Kapita Selekta Fiqh
41 Amir Syarifuddin, h. 61
42 Abdurrahman al-Jaziri, , h. 16
43 Sayyid Sabiq, , h. 53
44 Depag RI,, h. 30
121
Kapita Selekta Fiqh
122
Kapita Selekta Fiqh
123
Kapita Selekta Fiqh
2. Hikmah Nikah
47 Depaq, h. 644
124
Kapita Selekta Fiqh
Hikmah Hukum Islam), penerjemah: Hadi Mulyo dan Sobahus Surur, (Semarang:
Asy-Syifa, 1992), h. 256-258
125
Kapita Selekta Fiqh
D. TALAK
Pada dasarnya proses penyelesaian perkara perceraian
dilakukan dengan dua cara yaitu : dengan cerai talak dan cerai
gugat.
1. Cerai Talak
Cerai talak berasal dari dua kata yakni kata cerai dan talak.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, cerai diartikan dengan
perpisahan, perihal bercerai (antara suami isteri) dan perpecahan.
Perceraian merupakan sebuah proses, cara dan perbuatan
menceraikan.49
Sedangkan dalam istilah fikih cerai talak identik
dipadupadankan dengan kata "al-farqu" atau "firaq", sama dengan
talak, yaitu istilah untuk perceraian antara suami isteri.50
Dalam kamus bahasa Arab, talak diambil dari kata thalaqa,
yathluqu, thalaaqan, طََلَقًا-يَطْلُ ُق- طَلَ َقartinya bercerai51.
Pengertian talak menurut bahasa, didefenisikan para ulama
sebagai berikut:
1) Talak menurut bahasa,
126
Kapita Selekta Fiqh
127
Kapita Selekta Fiqh
1948), h. 326
60 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, (Beirut: al-Fikri, tanpa
128
Kapita Selekta Fiqh
2. Cerai Gugat
129
Kapita Selekta Fiqh
Cerai gugat terdiri dari dua kata, yakni cerai dan gugat.
Cerai gugat merupakan sebuah metode perceraian yang
merupakan kewenangan isteri untuk mengakhiri ikatan
perkawinan dengan suaminya. Cerai gugat dalam istilah fikih,
digolongkan kepada khuluk.
Khuluk berasal dari bahasa Arab َخلْ ًعا, خيَْلَ ُع, َخلَ َعyang searti
dengan: إزالة, يزيل, ازالatau نزعا, ينزع, نزعdan biasa diartikan dengan
menanggalkan, melepaskan, mencabut atau menghilangkan.
Pengertian khuluk menurut bahasa adalah:
64
اْللوع لغة النزع
Khuluk menurut bahasa yaitu menanggalkan.
Khulu’ dengan menggunakan harkat dhammah pada huruf
“kha” dan sukun pada huruf “lam” adalah permintaan cerai dari
pihak isteri dengan mengajukan ganti rugi berupa harta. Kata
tersebut diambil dari kata “khala’a al-Tsaub”, artinya
menanggalkan pakaian. Karena perempuan sebagai pakaian laki-
laki dan laki-laki pun pakaian bagi perempuan. Allah berfirman
Q.S al-Baqarah(2):187:
...باس لكم وأنتم لباس هلمِ َّ ...
ٌ هن ل
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka”. 65
Khulu’ dinamakan juga tebusan. Karena isteri menebus
dirinya dari suaminya dengan mengembalikan apa yang pernah
diterimanya atau mahar kepada suaminya. Sebagai contoh dapat
dikemukakan firman Allah dalam surat Thaha (20) ayat 12:
إين أان ربك فا خلع نعليك
“Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua
terompahmu”. 66
130
Kapita Selekta Fiqh
131
Kapita Selekta Fiqh
132
Kapita Selekta Fiqh
133
Kapita Selekta Fiqh
225
134
Kapita Selekta Fiqh
135
Kapita Selekta Fiqh
136
Kapita Selekta Fiqh
137
Kapita Selekta Fiqh
Imam Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim dan Ibnu al-
80
138
Kapita Selekta Fiqh
139
Kapita Selekta Fiqh
83 Ibid, h.155
140
Kapita Selekta Fiqh
141
Kapita Selekta Fiqh
84 Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal, (Beirut: Darul Fikri,
142
Kapita Selekta Fiqh
143
Kapita Selekta Fiqh
144
Kapita Selekta Fiqh
145
Kapita Selekta Fiqh
87 Ibid
88 Ibid, h.930
146
Kapita Selekta Fiqh
E. TAKLIK TALAK
147
Kapita Selekta Fiqh
وهوماجعل الزوج فيه حصول الطَلق معلقا على شرط مثل أن: وأما املعلقة
91
. فأنت طالق, إن ذهبت إىل مكان كذا:يقول الزوج لزوجته
”Adapun talak yang bergantung (Mu’allaq), yaitu suami di dalam
menjatuhkan talaknya digantungkan kepada sesuatu syarat,
umpamanya suami berkata kepada isterinya: Jika engkau pergi ke
tempat si anu, maka engkau tertalak.
b. Menurut Sayuti Thalib: Taklik talak adalah suatu talak yang
digantungkan jatuhnya kepada terjadinya sesuatu hal yang
memang mungkin terjadi yang telah disebutkan terlebih
dahulu dalam suatu perjanjian /telah diperjanjikan lebih
dahulu. 92
c. Menurut Hamdani dalam bukunya Risalah Nikah: Taklik talak
adalah talak yang diucapkan suami dengan suatu syarat.
Misalnya suami berkata, ”jika saya pergi meninggalkanmu
lebih dari 2(dua) tahun maka engkau tertalak. 93
148
Kapita Selekta Fiqh
149
Kapita Selekta Fiqh
150
Kapita Selekta Fiqh
97 Sayyid Sabiq, h. 37
151
Kapita Selekta Fiqh
152
Kapita Selekta Fiqh
153
Kapita Selekta Fiqh
155
Kapita Selekta Fiqh
156
Kapita Selekta Fiqh
157
Kapita Selekta Fiqh
158
Kapita Selekta Fiqh
159
Kapita Selekta Fiqh
160
Kapita Selekta Fiqh
161
Kapita Selekta Fiqh
162
Kapita Selekta Fiqh
163
Kapita Selekta Fiqh
164
Kapita Selekta Fiqh
oleh ahli warisnya. Jadi, fiqh mawaris adalah salah satu disiplin
ilmu yang membahas tentang harta peninggalan, tentang
bagaimana proses pemindahan, siapa saja yang berhak menerima
harta peninggalan itu serta berapa bagian masing-masing.3
Lafaz faraid merupakan jamak dari lafaz faridhah, yang
mengandung arti mafrudhah, yang sama artinya dengan
muqaddarah yaitu: suatu yang ditetapkan bagiannya secara jelas.
Dalam ketentuan kewarisan Islam yang terdapat dalam al-Qur’an,
lebih banyak terdapat bahagian yang ditentukan dibandingkan
bahagian yang tidak ditentukan. Oleh karena itu, hukum ini
dinamakan dengan faraidh. Dengan demikian penyebutan faraidh
didasarkan pada bahagian yang diterima oleh ahli waris.4 Dengan
demikian dapat dipahami ilmu faraidh adalah ilmu yang
membahas tentang bagian-bagian yang harus diterima oleh ahli
waris dari harta peninggalan orang yang meninggal.
Dalam istilah hukum yang baku digunakan kata kewarisan,
dengan mengambil kata asal ‘waris’ dengan tambahan awal ‘ke’
dan akhiran ‘an’. Kata waris itu sendiri dapat berarti orang
pewaris sebagai subjek dan dapat berarti pula proses. Dalam arti
pertama mengandung makna “hal ihwal orang yang menerima
harta warisan” dan dalam arti kedua mengandung makna “hal
ihwal peralihan harta dari yang mati kepada yang masih hidup”.
Arti yang terakhir ini yang digunakan dalam istilah hukum.5
Penggunaan kata ‘hukum’ diawalnya mengandung arti
seperangkat aturan yang mengikat dan penggunaan kata Islam
dibelakang mengandung arti ‘dasar yang menjadi rujukan’.
Dengan demikian Hukum Kewarisan Islam dapat diartikan
“Seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah dan
sunnah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud
harta dari yang telah mati kepada yang masih hidup, yang diakui
dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua yang beragama
Islam”.6
Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia,( Jakarta. Sinar Grafika. 2009). hal. 5-7.
4 Ibid.
5 Ibid.
6 Ibid.
165
Kapita Selekta Fiqh
Kemudian Wahbah Zuhailiy memberikan pengertian
kewarisan dengan:
7 ما خلفه امليت من اَلموال واحلقوق الىت يستحقها مبوته الوارث الشرعى
“Sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia baik
berupa harta maupun berupa hak-hak yang akan menjadi hak milik
ahli waris secara syar’i disebabkan oleh kematian tersebut”.
Selain kata mirats, waris juga dikenal dengan istilah faraidh
sebagaimana yang dinyatakan oleh Sayyid Sabiq dalam kitabnya
sebagai berikut:
والفرض, والفريضة مأخوذة من الفرض مبعىن التقدير,الفرائض مجع فريضة
8ع هوا النصيب املقدر للوارثِف الشر
“Faraidh adalah jamak dari faridhah dan diambil dari kata faradh
yang artinya takdir (ketentuan), sedangkan fardh dalam istilah
syara’ adalah bagian yang telah ditentukan bagi ahli waris."
166
Kapita Selekta Fiqh
a. Al-Quran
Banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan tentang
kewarisan, baik berupa penjelasan langsung maupun secara tidak
langsung. Di antaranya terdapat di dalam surat al-Nisa ayat 7, 11,
12, 34 dan ayat 176. :
167
Kapita Selekta Fiqh
13
Departemen Agama RI. Op. Cit. hal 71.
168
Kapita Selekta Fiqh
169
Kapita Selekta Fiqh
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian
itu sebagai) syari`at yang benar-benar dari Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”
170
Kapita Selekta Fiqh
Tirmidzi, Penerjemah Fahkrurrazi. ( Jakarta: Pustaka Azzam. 2006.) Cet Ke-I. hal.
168.
171
Kapita Selekta Fiqh
18Abu Daud, Sunan Abi Daud, (Cairo: Musthafa al-Babi, 1952), Jilid II, hal.
109, lihat juga Abu Isa at-Tarmidzi, Al- Jami’ as-Shahih, (Cairo: Musthafa al-
Babi, 1938), Jilid IV, hal. 414
172
Kapita Selekta Fiqh
تعلموا الفرائض وعلموها فاهنا:عن اىب هريرة ان النىب صلى هللا عليه وسلم قال
( رواه ابن ماجه والدار.نصف العلم وهو ينسى وهو اول شىيء ينزع من امىت
19.)قطىن واحلاكم
173
Kapita Selekta Fiqh
“Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda:
“Pelajarilah faraidh dan ajarkanlah kepada manusia, karena
faraidh adalah separoh dari ilmu dan akan dilupakan.
Faraidhlah ilmu yang pertama kali dicabut dari umatku.” (HR.
Ibnu Majah, Daruquthni dan Hakim).
a. Asas Ijbari
Kata Ijbari berasal dari bahasa Arab yaitu kalimat
Mashdar dari kata Ajbara, yang artinya paksaan (compulsory).
Secara etimologi Ijbari berarti:
اجلرب تثبيت وقوع ما. اكرهه والزمه بفعله نسبه اَل اجلرب: اجرب على اَلمر
21
يقدره هللا من القضاء وحيكم به
“Ijbar ‘ala al-‘Amr adalah terpaksa dan patuh. Ijbari
dinisbatkan kepada Jabr, pasti terjadi sesuatu yang telah
ditetapkan Allah dan ketentuan itu menjadi hukum”
174
Kapita Selekta Fiqh
22Hal ini berbeda dengan kewarisan menurut hukum perdata (BW) yang
peralihan hak kewarisan tergantung kepada kehendak dan kerelaan ahli waris
dan tidak berlaku dengan sendiri-nya. Adanya asas ijbari tidak memberatkan
kepada ahli waris, karena menurut Hukum Islam ahli waris tidak diberati untuk
membayar hutang pewaris dari hartanya sendiri. Kewajibannya hanya sekedar
membayarkan hutang pewaris dari harta peninggalan pewaris tersebut. Dalam
BW diberikan kemungkinan untuk tidak menerima hak kewarisan, karena
menerima akan membawa akibat adanya kewajiban ahli waris untuk melunasi
utang pewaris, (Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1977),
hal. 84-85), lihat juga Amir Syarifuddin, Pelaksanaan... op. cit., hal. 18-19.
23Ibid
175
Kapita Selekta Fiqh
b. Asas Bilateral
176
Kapita Selekta Fiqh
c. Asas Individual
24Ibid.,
hal. 19-20
25Wjs Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1983), hal. 329
26Amir Syarifuddin, op.cit., hal. 21
177
Kapita Selekta Fiqh
ً ِصيبًا َم ْفُر
لبيان انه حق معْي مقطوع به ليس َل حد ان ينقص منه:وضا
27
شياء وَل حيابس فيه
“Nashiban Mafrudhan adalah untuk menyatakan ketentuan yang
jelas dan pasti yang tidak bisa seseorang pun mengurangi atau
merampasnya”
ِ
ُب َوََل ََتْ ُكلُوا أ َْم َوا ََلُْم إِ ََل أ َْم َوال ُك ْم إِنَّه
ِ ِيث َِبلطَّي
َ ِاخلَب
ْ َوءَاتُوا الْيَ تَ َامى أ َْم َوا ََلُْم َوََل تَتَ بَ َّدلُوا
.وَب َكبِ ًْيا
ً َكا َن ُح
”Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya
tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar.” (QS. al-Nisa ayat 2)
dikuasai oleh sekumpulan ahli waris yang merupakan semacam badan hukum di
mana harta tersebut (harta pusaka) tidak boleh dibagi-bagikan pemakaiannya
178
Kapita Selekta Fiqh
179
Kapita Selekta Fiqh
2) Laki-laki memperoleh bagian lebih banyak atau dua kali lipat
dari bagian yang diperoleh perempuan dalam kasus yang sama;
yaitu antara anak laki-laki dengan anak perempuan dalam ayat
11 surat al-Nisa, dan antara saudara laki-laki dengan saudara
perempuan yang disebutkan dalam ayat 176 surat al-Nisa.
Dalam kasus yang terpisah duda mendapat dua kali bagian
yang diperoleh janda yaitu setengah dan seperempat dalam
keadaan pewaris tidak meninggalkan anak; atau seperempat
dan seperdelapan bila pewaris meninggalkan anak.
Ditinjau dari segi jumlah bagian pada waktu menerima hak,
memang terdapat ketidaksamaan. Tetapi hal tersebut bukanlah
berarti tidak adil; karena keadilan tidak dapat diukur hanya
dengan mendapat pembagian hak akan tetapi dikaitkan juga
dengan kegunaan serta kebutuhan ahli waris yang menerima
harta warisan tersebut.
Dalam Islam dikatakan bahwa laki-laki membutuhkan
materi yang lebih banyak dari pada perempuan, karena laki-laki
memikul kewajiban ganda yaitu terhadap dirinya sendiri dan
terhadap keluarganya termasuk di dalamnya perempuan,
sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat al-Nisa ayat 34:
ض َوِمبَا أَنْ َف ُقوا ِم ْن
ٍ ض ُه ْم َعلَى بَ ْع
َ اَّللُ بَ ْع
َّ َّل ِِ ِ ِ
َ ال قَ َّو ُامو َن َعلَى الن َساء مبَا فَض
ُ الر َج
... أ َْم َواَلِِ ْم
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka.”(QS. al-Nisa ayat 34)
31 Ibid., hal. 24
180
Kapita Selekta Fiqh
181
Kapita Selekta Fiqh
Pewaris (al-muwarist) dalam literatur fiqh ialah seseorang
yang telah meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu yang
dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup. Berdasarkan
prinsip bahwa peralihan harta dari pewaris kepada ahli waris
berlaku sesudah meninggalnya pewaris, maka kata “pewaris” itu
sebenarnya tepat untuk pengertian seseorang yang telah mati.
Atas dasar prinsip ijbari maka pewaris itu menjelang kematiannya
tidak berhak menentukan siapa yang akan mendapatkan harta
yang ditinggalkannya itu, karena semuanya telah ditentukan
secara pasti oleh Allah. Kemerdekaannya untuk bertindak atas
harta tersebut terbatas pada jumlah sepertiga dari hartanya.35
Secara garis besar dijelaskan dalam al-Qur’an, pewaris
adalah orang tua, karib kerabat dan salah seorang suami atau
isteri. Hal ini secara umum dijelaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 7:
يب ِِمَّا تَ َرَك الْ َوالِ َد ِان ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ص ِ ِ ِ
ٌ َل ِلر َجال ن
ٌ يب ِمَّا تَ َرَك الْ َوال َدان َو ْاْلَقْ َربُو َن َوللن َساء نَص
وضاً صيبًا َم ْف ُر ِ َو ْاْلَقْ ربو َن ِِمَّا قَ َّل ِمْنه أَو َكثُر ن
َ ْ ُ َُ َ
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.36
182
Kapita Selekta Fiqh
38 Ibid.
183
Kapita Selekta Fiqh
perempuan, secara bersama atau terpisah, sendiri maupun banyak.
Pemahaman yang dapat ditarik ialah pewaris adalah ibu dan
ayah.39
Kelompok kedua menjelaskan kewarisan ibu dan ayah, baik
disertai ahli waris yang lain maupun tidak. Pemahaman yang
dapat ditarik dari sini, pewaris adalah anak-anak, baik laki-laki
maupun perempuan. Kelompok ketiga menjelaskan kedudukan
yang sama antara orang tua dengan anak-anak dalam kewarisan.40
Dalam pemahaman selanjutnya terdapat dalam ayat 11
tersebut di atas, ahli tafsir mengembangkan pengertian anak
kepada cucu, karena cucu juga termasuk kepada lingkup
pengertian anak. Demikian pula pengertian ayah dikembangkan
kepada kakek saat ayah sudah tidak ada dan pengertian ibu
dikembangkan kepada nenek sewaktu nenek sudah dulu
meninggal. Dari hubungan hak kewarisan dalam ayat 11 dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi pewaris dalam kelompok
pengertian “walidani”, sebagaimana ditunjuk oleh ayat 11 dan 33
di atas adalah: ayah, ibu, kakek, nenek, anak dan cucu.41
Ayat 12 surat an-Nisa’bagian pertama menjelaskan hak
kewarisan suami atau isteri baik dalam keadaan disertai anak atau
tidak, merupakan rincian dari ayat 33 yaitu suami menjadi pewaris
bagi isteri yang ditinggalkan dan isteri adalah pewaris bagi suami
yang ditinggalkannya.42
Pewaris dengan nama “al-aqrabun” yang secaru umum
tersebut dalam ayat 7 dan atay 33 surat an-Nisa’ dirinci dalam
ayat 12 dan ayat 176.
Surat an-Nisa’Ayat 12:
الربُ ُع ِِمَّا
ُّ اج ُك ْم إِ ْن ََلْ يَ ُك ْن ََلُ َّن َولَ ٌدفَِإ ْن َكا َن ََلُ َّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم
ُ ف َما تَ َرَك أ َْزَو
ُ ص
ِ
ْ لَ ُك ْم ن
الربُ ُع ِِمَّا تََرْكتُ ْم إِ ْن ََلْ يَ ُك ْن لَ ُك ْم َولَ ٌد
ُّ ْي ِِبَا أ َْو َديْ ٍن َوََلُ َّن ِ ٍِ ِ ِ
َ تَ َرْك َن م ْن بَ ْعد َوصيَّة يُوص
Ibid.
40
41 Ibid.
42 Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai
Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika. 2009). hal. 5-7.
184
Kapita Selekta Fiqh
ت فَلَ َهاٌ ُخ ْ س لَهُ َولَ ٌد َولَهُ أ َ َاَّللُ يُ ْفتِي ُك ْم ِِف الْ َك ََللَِة إِ ِن ْام ُرٌؤ َهل
َ ك لَْي َّ ك قُ ِل
َ َيَ ْستَ ْفتُون
ان ِِمَّا
ِ َْي فَلَهما الثُّلُث ِ ِ ِ
َ ُ ْ َف َما تَ َرَك َوُه َو يَ ِرثُ َها إ ْن ََلْ يَ ُك ْن ََلَا َولَ ٌد فَإ ْن َكانَتَا اثْنَ ت ُ ص ْن
ِ
185
Kapita Selekta Fiqh
اَّللُ لَ ُك ْم أَ ْن
َّ ْيُ َِْي يُب َّ ِتَرَك وإِ ْن َكانُوا إِ ْخوًة ِر َج ًاَل ونِساء فَل
ِ ْ َلذ َك ِر ِمثْل َح ِظ ْاْلُنْثَي
ُ ًَ َ َ َ َ
ِ ٍ
اَّللُ بِ ُك ِل َش ْيء َعل ٌيم ِ َت
َّ ضلُّوا َو
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:
"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika
seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli
waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka
bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang
saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu,
supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu”.44
2. Harta Warisan.
Harta warisan menurut Hukum Islam ialah segala sesuatu
yang ditinggalkan oleh pewaris yang secara hukum dapat beralih
186
Kapita Selekta Fiqh
3. Ahli Waris.
Ahli waris adalah orang yang berhak mewarisi karena
mempunyai hubungan kekerabatan (nasab) atau hubungan
pernikahan dengan pewaris.47 Ahli waris atau disebut juga warits
dalam istilah fiqh ialah orang yang berhak atas harta warisan
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal. Yang berhak
menerima harta warisan adalah orang yang mempunyai hubungan
kekerabatan atau hubungan perkawinan dengan pewaris yang
meninggal.
46 Ibid.
47 Surwati. Loc. Cit.
187
Kapita Selekta Fiqh
48 Surwati, hal.21.
49.Surwati
188
Kapita Selekta Fiqh
189
Kapita Selekta Fiqh
a) Pertama, antara keduanya telah berlangsung akad nikah
yang sah. Tentang akad nikah yang sah ditetapkan dalan
UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 1:
“Perkawinan sah bila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaanya itu.”52
Ketentuan di atas berarti bahwa perkawinan orang-
orang yang beragama Islam adalah sah bila menurut hukum
Islam. Pengertian sah menurut istilah hukum Islam ialah
terhindar dari segala penghalangnya. Dengan demikian
nikah yang sah adalah nikah yang telah dilaksanakan sudah
memenuhi rukun dan syarat pernikahan dan telah terlepas
dari segala halangan pernikahan itu.
b) Kedua, berkenaan dengan hubungan kewarisan disebabkan
oleh hubungan perkawinan ialah bahwa suami isteri masih
terikat perkawinan saat salah satu meninggal. Termasuk
dalam perkawinan yang putus dalam bentuk talak raj’i dan
perempuan masih berada dalam masa ‘iddah.
2. Penghalang Kewarisan.
Halangan mewarisi adalah tindakan atau hal-hal yang dapat
menggugurkan hak seseorang untuk hal mewarisi karena adanya
sebab atau syarat mewarisi. Namun, karena sesuatu maka mereka
tidak dapat menerima hak waris. Hal-hal yang menyebabkan ahli
waris kehilangan hak mewarisi atau terhalang adalah sebagai
berikut:
a. Pembunuhan.
Pembunuhan menghalangi seseorang untuk mendapatkan hak
warisan dari orang yang dibunuhnya. Karena pembunuh itu
mencabut hak seseorang atas warisan. Hal ini didasarkan
kepada hadist Nabi yaitu:
dan Kompilasi Hukum Islam.(Bandung: Citra Umbara. 2009) Cet Ke-III. hal. 2.
190
Kapita Selekta Fiqh
عن الزهري عن محيد ابن, عن اسحاق ابن عبد هللا, حدثنا الليث,حدثنا قتيبة
. القاتل َل يرث: قال, عن آيب هريرة عن النيب صلى هللا عليه وسلم,عبدر محان
)(رواه الرتمذي
Qutaibah menceritakan kepada kami, Al-Laits menceritakan kepada
kami, dari ishaq bin Abdullah, dari az-Zuhri, dari Humaid bin
Abdurrahman, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Seseorang pembunuh tidak mewarisi (harta orang yang
dibunuh)” (Hadist riwayat Tarmidzi).53
191
Kapita Selekta Fiqh
b) Pembunuhan mirip sengaja.
c) Pembunuhan tidak langsung yang disengaja, misalkan
melepaskan binatang buas atau persaksian palsu yang
menyebabkan kematian seseorang.55
b. Berbeda Agama.
Berlainan agama yang dimaksud adalah perbedaan
keyakinan (aqidah) atau berbeda kepercayaan antara orang
yang mewarisi dengan ahli waris. Dasar hukumnya adalah
hadist Rasulullah Saw.:
، عن الزهري، حدثنا سفيان: قالوا، حدثنا سعيد بن عبد الرمحن املخزومي وغْي
عن، عن علي آبن حسان، عن الزهري، أخربان هشيم، وحدثنا علي بن حجر
َل: أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال، عن أسامة بن زيد،عم رو بن عسمان
) (متفق عليه.وَل الكافر املسلم, يرث املسلم الكافر
“Sa’ad bin Abdurrahman Al Makhzumi dan yang lainnya
menceritakan kepada kami, mereka berkata, Sufyan menceritakan
kepada kami, dari Zuhri. Ali bin Hujr juga menceritakan kepada
kami, Husyaim mengabarkan kepada kami, dari Zuhri, dari Ali bin
Hasan, dari Amr bin Ustman, dari Usamah bin Zaid bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim mewarisi
55 Ibid.
56 Moh. Muhibbin. Abdul Wahid. Op. Cit. hal.76-77.
192
Kapita Selekta Fiqh
(harta pusaka) seorang kafir, dan tidak pula seorang kafir mewarisi
seorang muslim”. (Hadist Diriwayatkan oleh Muttafaq ‘Alaih).57
193
Kapita Selekta Fiqh
194
Kapita Selekta Fiqh
195
Kapita Selekta Fiqh
3 Nenek dari ayah a. Ayah
b. Ibu
4 Cucu laki-laki dari anak Anak laki-laki
laki-laki
5 Cucu perempuan dari a. Anak laki-laki
anak laki-laki b. Anak perempuan dua orang
/lebih
sekandung/ seayah
d. Anak laki-laki saudara laki-
laki sekandung
e. saudara perempuan
sekandung/seayah yang
menerima Asabah ma’al
ghair
11 Paman sekandung a. Anak laki-laki/cucu laki-laki
b. Ayah/kakek
c. saudara laki-laki
sekandung/ seayah
d. anak laki-laki saudara laki-
laki sekandung
e. saudara perempuan
sekandung/ seayah yang
menerima Asabah ma’al
ghair
12 Paman seayah a. Anak/ cucu laki-laki
b. Ayah/kakek
c. Saudara laki-laki
sekandung/ seayah
d. Anak laki-laki saudara
sekandung
e. Saudara perempuan
sekandung/seayah yang
menerima Asabah ma’al
ghair
f. Paman sekandung
13 Anak laki-laki paman a. Anak/ cucu laki-laki
sekandung b. Ayah/kakek
c. Anak laki-laki
sekandung/seayah
d. Anak laki-laki saudara
e. Saudara perempuan
sekandung/ seayah yang
menerima Asabah ma’al
ghair
f. Paman sekandung/seayah
197
Kapita Selekta Fiqh
14 Anak laki-laki paman a. Anak/ cucu laki-laki
seayah b. Ayah/ kakek
c. Saudara laki-laki
sekandung/seayah
d. Anak laki-laki saudara laki-
laki sekandung
e. Saudara perempuan
sekandung/seayah yang
menerima Asabah ma’al
ghair
f. Paman sekandung/ seayah
g. Anak laki-laki paman
sekandung.
198
Kapita Selekta Fiqh
199
Kapita Selekta Fiqh
pemecah yang terdapat pada bagian-bagian ahli
waris Dzawil furud.
a. ‘Aul .
Al-‘Aul menurut istilah fuqaha yaitu bertambahnya
jumlah bagian faradh dan berkurangnya nashib (bagian) para
ahli waris. Masalah ‘aul muncul ketika pada pembagian wris
dzaw al-furudh tidak ada anak laki-laki, sehinga jumlah
harta yang harus dibagikan masih kurang dari ketentuan
yang seharusnya.
Contohnya : ahli waris terdiri dari : 2 anak
perempuan, ibu, ayah, dan suami. Maka perhitungannya:
Dua anak perempuan : 2/3 = 8/12
Ayah : 1/6 = 2/12
Ibu : 1/6 = 2/12
Suami : 1/4 = 3/12
Jumlah keseluruhan adalah 15/12, sedangkan harta
warisan 12/12. Maka berlakulah hukum al-‘aul dengan
cara :
Dua anak perempuan : 2/3 (8/12) menjadi 8/15
Ayah : 1/6 (2/12) menjadi 2/15
Ibu : 1/6 (2/12) menjadi 2/15
Suami : 1/4 (3/12) menjadi 3/15
b. Radd
Ar-radd menurut istilah ulama ilmu faraid ialah
berkurangnya pokok masalah dan bertambahnya/ lebihnya
jumlah bagian ashabul furudh. Ar-radd merupakan kebalikan
dari al-aul. Masalah ini sama dengan aul , tetapi bedanya
jumlah harta yang harus di bagikan melebihi ketentuan.
200
Kapita Selekta Fiqh
60 Ibid, h.166-167
201
Kapita Selekta Fiqh
Sementara itu, mazhab Hambali
berpendapat bahwa orang yang hilang itu dalam
keadaan yang dimungkinkkan kematiannya seperti
jika terjadi perperangan, atau menjadi salah seorang
penumpang kapal yang tenggelam. Maka
hendaknya dicari kejelasannya selama empat tahun.
Apabila setelah empat tahun belum juga
diketemukan atau belum juga diketahui beritanya,
maa hartanya boleh dibagikan kepada ahli warisnya.
Demikiannya juga istrinya, ia dapat menempuh
masa iddahnya, dan ia boleh menikah lagi setelah
masa iddah yang dijalaninya selesai.
202
Kapita Selekta Fiqh
BAB
V FIQH JINAYAH
1 Ahmad Wardi Mukhlis, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih
203
Kapita Selekta Fiqh
A. PENGERTIAN JINAYAH
Dalam mempelajari Fiqih Jinayah, ada dua istilah penting
yang terlebih dahulu harus dipahami yaitu Jinayah dan Jarimah.
Kedua masalah ini secara etimologis mempunyai arti dan arah
yang sama. Selain itu, istilah yang satu menjadi muradif (sinonim)
bagi istilah lainnya atau keduanya bermakna tunggal. Walaupun
demikian, kedua istilah tersebut berbeda dalam penerapan
kesehariannya. Dengan demikian, kedua istilah tersebut harus
diperhatikan dan dipahami agar penggunaannya tidak keliru.
Jinayah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat.
Jinayah adalah masdar (kata asal) dari kata kerja (fi’il madhi) Janaa
yang mengandung arti suatu kerja yang diperuntukan bagi laki–
laki yang telah berbuat dosa atau salah. Pelaku kejahatan itu
sendiri disebut dengan jaani yang merupakan bentuk singular bagi
laki–laki atau bentuk mufrad mudzakkara sebagai pembuat
kejahatan atau isim fa’il. Adapun sebutan bagi pelaku kejahatan
wanita adalah jaaniah, yang artinya dia ( wanita) yang telah
berbuat dosa. Orang yang menjadi sasaran objek perbuatan si
jaani atau mereka yang terkena dampak dari perbuatan si pelaku
dinamai mujnaa alaih atau korban.2
Dr. Abdul Qadir Audah dalam kitabnya At-Tasyri Al-Jina’i
Al Islamy menjelaskan arti kata jinayah sebagai berikut :
ص ِطالَ ًحا اِ جس ٌم ِ ِِ ِ ِ
وإلَ ج. ُاْلنَا يَةُ لُغَةً ا جس ٌم ل َما َجَينجيه اجملَجرءُ م جن َش ّرَما اجكتَ َسبَه
ِج
3
ك ِ ٍ لِِف جع ِل ُُمََّرٍم َشجر ًعا َس َواءٌ َوقَ َع اج ِلف جع ِل َعلى نَ جف
َ س اَجوَم ٍال اَجو َغ جٍْي ذَال َ
“Jinayah menurut bahasa merupakan nama bagi suatu perbuatan
jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah nama bagi suatu
204
Kapita Selekta Fiqh
B. PENGERTIAN JARIMAH
Jarimah menurut bahasa adalah berusaha dan bekerja. Hanya
saja pengertian berusaha di sini khusus usaha yang tidak baik atau
usaha yang dibenci oleh manusia.4 Jarimah menurut istilah
adalah:
اركاب كل ما هو خمالف للحق والعدل والطريق املستقيم
Melakukan setiap perbuatan yang menyimpang dari kebenaran,
keadilan dan jalan yang lurus.
Jarimah disebut juga dengan tindak pidana. Menurut Imam
Al-Mawardi pengertian jarimah adalah
سواء وقع الفعل على نفس أو مال أو غْي,فاْلناية اسم لفعل ُمرم شرعا
6 ذلك
4 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam (Jakarta :
Sinar Grafika, 2004), h 9
5 Abu Al-Hasan Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyah (Mesir : Mushthafa
205
Kapita Selekta Fiqh
206
Kapita Selekta Fiqh
207
Kapita Selekta Fiqh
a. Unsur jinayah
a) Al-Rukn Al-Syar’i yaitu unsur dalil yang terdapat di
dalam nash (Al-Qur’an dan Sunnah) yang melarang
perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai ancaman
hukuman atas perbuatan-perbuatan di atas. Unsur ini
dikenal dengan istilah unsur formal.
b) Al-Rukn Al-Maddi yaitu unsur perbuatan yang
membentuk jinayah, baik berupa melakukan perbuatan
yang dilarang atau meningggalkan perbuatan yang
diharuskan. Unsur ini dikenal dengan istilah unsur
material.
c) Al-Rukn al-Adabi yaitu Pelaku kejahatan adalah orang
yang dapat menerima khitbah atau dapat memahami
taklif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukallaf,
sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang
mereka lakukan. Unsur ini dikenal dengan istilah “unsur
moral”.
b. Unsur Jarimah
Unsur jarimah ini terbagi kepada dua, yaitu ada unsur
yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Unsur
umum berlaku untuk semua jarimah , sedangkan unsur
khusus hanya berlaku untuk masing-masing dari jarimah
dan berbeda antara jarimah yang satu dengan jarimah yang
lain. Dua unsur tersebut adalah :
a) Unsur Umum
Unsur umum jarimah adalah unsur-unsur yang
terdapat pada setiap jenis jarimah, unsur umum jarimah
itu terdiri dari :
1) Unsur formal ( al-Rukn al-Syar’iy), yakni telah ada
aturannya.
Unsur formal adalah adanya ketentuan syara’
atau nash yang menyatakan bahwa perbuatan yang
dilakukan merupakan perbuatan yang oleh hukum
dinyatakan sebagai sesuatu yang dapat dihukum atau
adanya nash (ayat) yang mengancam hukuman
terhadap perbuatan yang dimaksud.
208
Kapita Selekta Fiqh
209
Kapita Selekta Fiqh
210
Kapita Selekta Fiqh
ص جوَدةُ ِه َي الَِّ جِت ََليَجن تَ ِوى فِجي َها اجْلَاِِن اِتج يَا َن اج ِلف جع ِل اجمل َحَّرَم َولَ ِك جن يَ َق ُع ِ
ُ اجْلََراء ُم اجملَجق
ُ ِ ِ ِ
ُالجف جع ُل نَتجي َجةَ َخطَِإ مجنه
9
a) Jarimah masyarakat
Jarimah masyarakat adalah suatu jarimah dimana hukuman
terhadapnya dijatuhkan untuk menjaga kepentingan
masyarakat, baik jarimah tersebut mengenai perseorangan atau
mengenai ketentraman masyarakat dan keamananya. Menurut
para fuqaha, penjatuhan hukuman atas perbuatan tersebut
menjadi hak Allah dan hal ini berarti bahwa terhadap hukuman
tersebut tidak ada pengampunan, keringanan atau menunda-
nunda pelaksanaan hukuman. Hudud termasuk kedalam jarimah
masyarakat, meskipun pada ghalibnya lebih banyak mengenai
perseorangan. Seperti mencuri dan menuduh orang lain
berbuat zina.
Penggolongan pada jarimah masyarakat bukan berarti
bahwa kerugian dari perseorangan tidak masuk dalam
pertimbangan, melainkan sekedar menguatkan kepentingan
masyarakat atas kepentingan perseorangan, sehingga apabila
korban memberikan pengampunan, maka ini tidak berpengaruh
terhadap penjatuhan hukuman.
b) Jarimah perseorangan
Jarimah perseorangan yaitu suatu jarimah, dimana
hukuman terhadapnya dijatuhkan untuk melindungi
kepentingan perseorangan, meskipun sebenarnya apa yang
211
Kapita Selekta Fiqh
212
Kapita Selekta Fiqh
ص بَِوا ِح ٍد ِم َن
َّ َ َوََلج ََيجت، َما تَ َعلَّ َق بِِه النّ جف ُع اج َلعا ُّم لِلج َج َما َع ِة اجلبَ َش ِريَِّة:ِ َح ُّق هللا...
13 ِ
النَّاس
Hak Allah adalah suatu hak yang manfaatnya kembali kaepada
masyarakat dan tidak tertentu bagi seseorang.
Cipta, 1991), h. 31
213
Kapita Selekta Fiqh
اح ٍد ِمجن ُه َما ِمائَةَ َجلج َدةٍ َوََل ََتج ُخ جذ ُك جم ِبِِ َما َرأجفَةٌ ِِف ِدي ِن
ِ الزِاِن فَاجلِ ُدوا ُك َّل و
َ ج َّ الزانِيَةُ َو
َّ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِّ
َ اَّلل إِ جن ُكجن تُ جم تُ جؤمنُو َن ِب ََّّلل َوالجيَ جوم جاْلخ ِر َولجيَ جش َه جد َع َذ َاِبَُما طَائ َفةٌ م َن الج ُم جؤمن
ي
"Pezina perempuan dan pezina laki-laki, hendaklah kamu jilid
masing-masing seratus kali jilid dan janganlah kamu merasa
belas kasihan kepada keduanya hingga mencegah kamu dalam
menjalankan agama Allah jika kamu beriman kepada Allah dan
hari akhir dan hendaklah hukuman itu disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman".18
قال رسول هللا صلّى هللا:الصامت رضى هللا تعاىل عنه قال
ّ وعن عبادةبن
َلن سبيال
ّ فقد جعل هللا. عّن
ّ خخذوا، عّن ّ اعّن خخذوا
ّ عليه وسلّم خذو
214
Kapita Selekta Fiqh
البكر بلبكرجلد مائة ونفي سنة والثيب ب لثيب جلد مائة والرجم ب،
19
)حلجارة (رواه مسلم
"Dari ‘Ubadah bin Shamid menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. bersabda. “Ambillah hukum dariku, karena Tuhan telah
memberikan jalan penyelesaian bagi mereka (wanita yang
berzina) gadis dan pemuda seratus kali jilid dan pengasingan
selama setahun, sedangkan janda seratus kali jilid dan lemparan
batu (rajam).” (HR. Muslim)
b) Jarimah Qadzaf
Qadzaf menurut bahasa adalah ram’yusyain artinya
melempar sesuatu. Maksud yang dikehendaki oleh Syara’
adalah melemparkan tuduhan (wath’i) zina kepada orang lain
yang karenanya mewajibkan hukuman had bagi tertuduh
(makdzuf). Bagi pelaku jarimah qadzaf atau menuduh orang lain
berzina dan tidak terbukti, dikenakan dua hukuman, hukuman
pokok berupa dera ( jilid) delapan puluh kali (80x) dan
hukuman tambahan berupa tidak diterima kesaksiannya selama
215
Kapita Selekta Fiqh
ي َج جل َد ًة َوََل ِ ِ َات ُثَّ ََل َيجتُوا ِِبَرب ع ِة ُشه َداء فِ َوالَّ ِذين ي رمو َن الجمحصن
َ وه جم ََثَان
ُ اجل ُد
ج َ جَ َ َ َ ج َ َ َ َج ُ ُ ج
ِ ك هم الج َف
اس ُقو َن ِ
ُ ُ َ تَ جقبَ لُوا ََلُجم َش َه َادةً أَبَ ًدا َوأُولَئ
"Mereka menuduh perempuan baik-baik, kemudian mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka jilidlah mereka delapan
puluh kali dan janganlah kamu terima kesaksiannya selamanya,
mereka itulah orang-orang yang fasik".22
216
Kapita Selekta Fiqh
23 Rahmat Hakim, h. 95
24 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika,
2005), Cet. II, h. 76
217
Kapita Selekta Fiqh
218
Kapita Selekta Fiqh
219
Kapita Selekta Fiqh
َّ اَّللِ َو
اَّللُ َع ِز ٌيز َّ السا ِرقَةُ فَاقجطَعُوا أَيج ِديَ ُه َما َجَزاءً ِِبَا َك َسبَا نَ َك ًاَل ِم َن
َّ السا ِر ُق َو
َّ َو
َح ِك ٌيم
"Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan potonglah tangan
keduanya, sebagai pembalasan bagi apa yang dia kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".30
220
Kapita Selekta Fiqh
221
Kapita Selekta Fiqh
222
Kapita Selekta Fiqh
223
Kapita Selekta Fiqh
من ب ّدل د ينه فاقتلوه: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم: وعن ابن عباس رضى هللا عنه قال
)(رواه البخاري
224
Kapita Selekta Fiqh
225
Kapita Selekta Fiqh
226
Kapita Selekta Fiqh
227
Kapita Selekta Fiqh
228
Kapita Selekta Fiqh
DAFTAR PUSTAKA
229
Kapita Selekta Fiqh
230
Kapita Selekta Fiqh
231
Kapita Selekta Fiqh
232
Kapita Selekta Fiqh
234
Kapita Selekta Fiqih
Sri Yunarti, lahir di kota Palembang 03 November 1967 anak dari pasangan H
Radius(Alm) dan Hj Syamsinar. Menyelesaikan studi S1 di IAIN Imam Bonjol Padang 1992, S2
IAIN Imam Bonjol Padang 2000. Program Doktor S3 Hukum Islam UIN SGJ Bandung 2017.