perusahaan dalam jangka panjang karena an keluarga dibawa ke kantor ataupun urusan
karyawan tidak berkinerja optimal. kantor dibawa pulang, maka kepuasan sese-
Dinamika dalam pekerjaan semacam orang dalam bekerja akan turun. Hal ini terjadi
itu dijelaskan dalam konteks perspektif konflik karena semakin tinggi tingkat work- family con-
(Parasuraman and Greenhouse, 2002). Per- flict, orang akan semain sulit untuk menikmati
spektif ini menjelaskan bahwa tanggung jawab pekerjaannya, sehingga kepuasannya dalam
dan tuntutan peran di rumah dan di kantor tidak bekerja akan turun. Oleh karena itu, semakin
akan kompatibel, sehingga tuntutan yang lebih tinggi work- family conflict, maka kepuasan
tinggi dari satu peran akan mengganggu peran kerja akan berkurang, sehingga dirumuskan
yang lain. Dengan demikian, tuntutan pekerjaan hipotesis pertama sebagai berikut:
yang terlalu tinggi bisa mengganggu peran se- H1: Work-family conflict berpengaruh negatif
orang karyawan di rumah dan tuntutan peran di pada kepuasan dalam bekerja.
rumah yang terlalu tinggi juga bisa meng-
ganggu pekerjaan seseorang. Pengaruh kepuasan dalam bekerja pada
Pandangan tersebut juga berakar pada kinerja
scarcity hypotheses (Parasuraman and Green- Kepuasan dalam bekerja (job satisfaction) ber-
house, 2002) yang menyebutkan bahwa energi kaitan dengan perasaan atau pemikiran sese-
dan waktu yang dimiliki seseorang bersifat orang tentang sifat dan kondisi pekerjaannya.
tetap dan individu yang menjalani peran ganda Kepuasan dalam bekerja ini dapat dipengaruhi
pasti akan mengalami konflik antar peran. berbagai faktor sepeti kebijakan perusahaan,
Dengan demikian, work-family conflict akan perilaku atasan, besarnya dan administrasi gaji,
muncul jika seorang karyawan tidak mampu serta kualitas kehidupan kerja dalam organisasi.
untuk memisahkan perannya di kantor dan di Kepuasan dalam bekerja (job satisfaction) yang
rumah. Jika urusan kantor terbawa ke rumah tinggi pada dasarnya adalah kondisi saat sese-
atau sebaliknya jika urusan rumah terbawa ke orang dapat menikmati pekerjaannya. Kinerja
kantor, hal ini rentan menumbuhkan work- dalam suatu pekerjaan biasanya berkaitan dengan
family conflict. Penelitian ini akan berfokus seberapa efektif seorang karyawan bekerja dalam
pada pengujian pengaruh work- family conflict upaya pencapaian tujuan organisasi.
pada kepuasan dalam bekerja (job satisfaction) Jika seorang karyawan dapat memiliki
dan pengaruh kepuasan dalam bekerja pada kepuasan dalam bekerja yang tinggi, dia akan
kinerja (job performance) dan niat untuk keluar memiliki motivasi kerja yang tinggi pula. Hal
dari pekerjaan (intention to leave). ini didukung oleh temuan Iqbal et al. (2012)
Pengaruh work-family conflict pada kepuasan yang menemukan hubungan positif antara
dalam bekerja kepuasan dalam bekerja pada kinerja seseorang.
Seorang karyawan yang memiliki kepuasan
Work-family conflict akan muncul jika tuntutan dalam bekerja yang tinggi akan berusaha untuk
peran pada salah satu posisi (bisa dari kantor bekerja keras dalam pekerjaannya. Karyawan
ataupun rumah) sampai mengganggu peran se- itu akan mengerahkan seluruh tenaga dan
seorang di posisi yang lain. Tuntutan kinerja kemampuannya sehingga dia dapat bekerja
yang sangat tinggi di kantor bisa mengganggu dengan lebih baik. Dengan demikian, semakin
peran seseorang di rumah. Demikian pula, tinggi kepuasan dalam bekerja, semakin tinggi
tuntutan berperan sebagai bapak atau ibu di pula kinerja seseorang. Oleh karena itu
rumah yang sangat tinggi juga bisa meng- dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
ganggu kinerja seseorang di kantor. Oleh H2: Kepuasan dalam bekerja berpengaruh
karena itu dinyatakan bahwa pada dasarnya positif pada kinerja
work- family conflict adalah suatu hal yang
mengganggu, karena diasumsikan setiap orang Pengaruh kepuasan dalam bekerja pada niat
memiliki kapasitas yang terbatas, sehingga untuk keluar dari pekerjaan
kelebihan tuntutan di satu posisi akan meng- Semakin tinggi kepuasan seseorang dalam
ganggu peran seseorang di posisi yang lain. bekerja, berarti dia semakin menikmati peker-
Semakin tinggi konflik antara peker- jaaanya. Hal ini menyebabkan orang bisa selalu
jaan dan rumah, baik yang terjadi karena urus- berniat untuk bekerja di perusahaan itu. Hal ini
Pengaruh Work-Family … (Wisnu Prayogo) 103
didukung penelitian Castle et al. (2007) yang sejumlah 128 kuesioner, sehingga diperoleh
menemukan bahwa semakin tinggi tingkat tingkat kembalian (response rate) sebesar 64%.
kepuasan kerja seseorang, maka niatnya untuk Data demografi responden untuk kuesioner yang
meninggalkan pekerjaan akan semakin kecil. dapat diolah disajikan dalam tabel 1.
Sejalan dengan hal ini, Helman (1997) juga
menemukan adanya hubungan negatif antara Variabel dan pengukurannya
kepuasan dalam bekerja dengan niat orang Work-family conflict merupakan konflik yang
untuk meninggalkan pekerjaannya. Dengan muncul karena seseorang memiliki peran ganda
demikian, semakin tinggi kepuasan seseorang di rumah dan di kantor. Instrumen yang dikem-
dalam bekerja, niat untuk keluar dari pekerjaan bangkan mengacu ke Boles et al. (2001). Contoh
akan semakin rendah. Oleh karena itu dirumus- item untuk hal ini adalah ”karena pekerjaan,
kan hipotesis ketiga sebagai berikut: saya sering tidak dapat berkumpul dengan
H3: Kepuasan dalam bekerja berpengaruh nega- keluarga saya, pasangan, atau teman saya”.
tif pada niat untuk keluar dari pekerjaan. Kepuasan dalam bekerja merupakan
METODE PENELITIAN hasil emosional yang menyenangkan dari se-
seorang atas pencapaiannya terhadap peker-
Responden penelitian ini adalah karyawan bank. jaannya atau mendapatkan sesuatu yang ber-
Pertimbangan pemilihan karyawan bank adalah nilai dari pekerjaannya. Instrumen yang dikem-
karyawan bank seringkali memiliki beban kerja bangkan mengacu ke Elena (2008). Contoh
yang berat. Mereka seringkali pulang kantor item untuk hal ini adalah ”saya dapat mengatasi
lebih larut dibanding karyawan kantor lainnya, kesibukan setiap waktu”.
bahkan kadangkala ada pekerjaan yang harus Niat berpindah tempat kerja merupakan
dibawa untuk diselesaikan di rumah. Karyawan niat karyawan untuk meninggalkan organisasi-
jenis itu rentan dengan work-family conflict nya dan berpindah ke organisasi yang lain.
sehingga cocok untuk riset ini. Pengumpulan Instrumen yang dikembangkan mengacu ke
data dilakukan dengan penyerahan langsung Allen and Meyer (1990). Contoh item untuk hal
kuesioner ke responden untuk langsung diisi dan ini adalah ”Saya merasa bahwa saya akan
dikembalikan ke peneliti. Sejumlah 200 benar-benar pindah ke perusahaan lain jika ada
kuesioner diedarkan ke karyawan bank yang pekerjaan yang lebih baik”.
bersedia disurvey dan kuesioner yang kembali
Tabel 1: Data Demografi Responden
Klasifikasi Jumlah Prosentase
Jenis Kelamin Pria 53 41,4
Wanita 75 58,6
Umur SD 25 Th 12 9,4
26 – 30 Th 20 15,6
31 – 35 Th 22 17,2
36 – 40 Th 32 25
41 – 45 Th 29 22,7
46 – 50 Th 7 5 ,5
>50 Th 6 4,7
Status Pernikahan Menikah 101 78,9
Tidak menikah 27 21,1
Pendidikan Terakhir SMA 2 9,4
D3 20 15,6
S1 94 73,4
S2 2 1,6
Masa Kerja SD 5 Th 34 26,6
6 – 10 Th 19 14,8
11 – 15 Th 27 21,1
16 – 20 Th 38 29,7
21 – 25 Th 6 4,7
26 – 30 Th 4 3,1
104 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 1, Januari 2013 101-106
Data yang sudah valid kemudian di- sehingga pengujian model dengan model per-
lakukan penghitungan nilai reliabilitas samaan struktural dapat dilakukan.
(Conbach’s Alpha), rata-rata, standar deviasi, Hipotesis akan diuji dengan path
dan korelasi antara variabelnya seperti disam- analysis berbasis program AMOS versi 21.
paikan pada tabel 3. Hasil pengujian korelasi Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih
antar variabel independen dalam tabel 3, tidak dahulu dilakukan uji fit model. Hasil fit model
menunjukkan adanya masalah multikolinearitas dinyatakan dalam tabel 4.
yang berat antar variabel independen (Gujarati, Hasil uji hipotesis menunjukkan
1995, menyebutkan bahwa nilai korelasi antar beberapa hal. Pertama work- family conflict
variabel independen yang lebih dari 0,8 berpengaruh negatif pada kepuasan dalam
menunjukkan adanya masalah multikolinearitas bekerja ( =-0,432; p<0,01). Kedua, kepuasan
yang berat). Hasil pengujian korelasi juga dalam bekerja berpengaruh positif pada kinerja
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan ( =-0,478; p<0,01). Ketiga, kepuasan dalam
antara variabel-variabel independen dan varia- bekerja berpengaruh negatif pada niat untuk
bel-variabel dependen dalam penelitian ini, keluar dari pekerjaan ( =-0,456; p<0,01).
Tabel 3: Statistik Deskriptif
alpha Mean SD JS ITL JP WFC
JS .885 3.78 0.6 1 -.449** .368** -.387**
ITL .859 2.21 0.9 -.449** 1 -.198* .322**
JP .833 4.54 0.5 .368** -.198* 1 -.264**
WFC .896 2.27 0.7 -.387** .322** -.264** 1
*Signifikan pada tingkat 0.05
**Signifikan pada tingkat 0.01
Tabel 4: Hasil Uji Fit Model
Absolute Fit Kriteria Nilai Fit Keterangan
Kecil 2,97 Baik
Chi square; df; probability Tidak signifikan (ts) ts
(Hair et al., 1998)
GFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,988 Baik
RMR <0,08; upper limit <0,1 0,016 Baik
(Arbuckle, 2005)
RMSEA <0,08; upper limit <0,1 0,01 Baik
(Arbuckle, 2005)
INCREMENTAL FIT
AGFI >0,8 (Sharma, 1996) 0,962 Baik
NFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,958 Baik
CFI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,999 Baik
TLI >0,9 (Hair et al., 1998) 0,999 Baik
PARSIMONIOUS FIT
CMIN/DF 1-2 over fit
(subject to sample size) 2-5 liberal limit 2,98 Baik
(Arbuckle, 2005)
Tabel 5: Hasil Uji Hipotesis
HIPOTESIS Standardized Standard Critical Probability Keterangan
Estimate Error Ratio
H1: Work-family conflict berpengaruh -0,432 0.09 -4,773 < 0,01 Didukung
negatif pada kepuasan dalam bekerja
H2: Kepuasan dalam bekerja berpe- 0,478 0.09 5,248 < 0,01 Didukung
ngaruh positif pada kinerja
H3: Kepuasan dalam bekerja ber-
pengaruh negatif pada niat untuk -0,456 0.09 -0,5016 < 0,01 Didukung
keluar dari pekerjaan.
106 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 1, Januari 2013 101-106