Anda di halaman 1dari 19

ISSN: 1978-3116

PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)


Vol. 4, No. 3, November 2010
Hal. 201-219 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-


WORK CONFLICT TERHADAP KEPUASAN DALAM BEKERJA,
KEINGINAN PINDAH TEMPAT KERJA,
DAN KINERJA KARYAWAN
Anisah Amelia
Jalan Cik Di Tiro, Gang Puntodewo, GK V Nomor 249, Yogyakarta
E-mail:anisahamelia@yahoo.co.id

ABSTRACT Pernyataan ini juga didukung oleh Vinokur et al., (1999)


yang menyatakan bahwa partisipasi wanita dalam
This research examined the influence of work-to-fam- angkatan kerja mendekati 50 persen. Akan tetapi,
ily conflict and family-to-work conflict to job satisfac- adanya perubahan demografi tersebut tetap tidak
tion, intent to leave, and job performance. Participants menghilangkan peran yang harus dilakukan oleh suami
of this research are employees of Bank BRI and Bank istri yaitu menyeimbangkan peran dalam keluarga dan
BCA. Data collection procedure uses questionnaire. pekerjaan.
Data was processed with structural equation model Peran dalam keluarga berhubungan dengan
(SEM). There are several results. First, work-to-family tekanan yang timbul dalam menangani urusan rumah
conflict has negative influence to job satisfaction. Sec- tangga dan menjaga anak. Peran dalam pekerjaan
ond, work-to-family conflict has positive influence to berhubungan dengan tekanan yang timbul dari beban
intent to leave. Third, work-to-family conflict has nega- kerja yang berlebihan dan waktu yang dibutuhkan,
tive influence to job performance. Fourth, family-to- misalnya pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
work conflict has negative influence to job satisfac- Berdasarkan penjelasan di atas, pekerjaan dan keluarga
tion. Fifth, family-to-work conflict has positive influ- merupakan hal yang sangat penting dan saling terkait.
ence to intent to leave. Sixth, family-to-work conflict Akan tetapi, mengintegrasikan kedua peran tersebut
has negative influence to job performance. sangat sulit sehingga dapat menimbulkan suatu konflik
yang disebut dengan work-family conflict. Work-fam-
Keywords: work-to-family conflict, family-to-work con- ily conflict merupakan suatu bentuk interrole conflict
flict, job satisfaction, intent to leave and job perfor- yang timbul karena seseorang mengalami kesulitan
mance menyeimbangkan peran dalam pekerjaan dan keluarga
(Greenhaus & Beutell, 1985). Menurut Herman dan
PENDAHULUAN Gyllstrom (1977) seperti yang dikutip dalam Greenhaus
Fenomena mengenai suami istri yang bersama- dan Beutell (1985), menyatakan bahwa seseorang yang
sama mencari nafkah (bekerja) untuk masa depan sudah menikah lebih sering mengalami work-family
keluarga mereka sudah lazim terjadi dalam era globalisasi conflict dibandingkan yang belum menikah. Ini terjadi
ini. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan karena seseorang yang telah menikah memiliki
kecenderungan demografi yang melanda seluruh dunia tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan yang
yaitu terdapat peningkatan jumlah wanita yang bekerja. belum menikah saat menyeimbangkan peran-perannya

201
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

demi menjaga keutuhan rumah tangganya. Work-fam- terjadinya work-family conflict dalam diri karyawan-
ily conflict timbul saat seseorang yang melakukan karyawannya, terutama mereka yang sudah menikah
perannya dalam suatu pekerjaan mengalami kesulitan dan memiliki keluarga (memiliki anak). Berdasarkan
melakukan perannya dalam keluarga, maupun uraian tersebut, terdapat berbagai macam dampak
sebaliknya. Definisi di atas membatasi lingkup work- work-family conflict, tetapi peneliti memfokuskan
family conflict dalam beberapa hal yaitu 1) hubungan pengaruh work-family conflict (work-to-family con-
“work-family” mengandung arti bahwa seseorang flict dan family-to-work conflict) pada kepuasan dalam
memiliki peran dalam pekerjaan dan keluarga, bukan bekerja (job satisfaction), keinginan pindah tempat
hanya peran dalam pekerjaan saja maupun hanya peran kerja (intent to leave), dan kinerja (job performance).
dalam keluarga saja; 2) adanya perbedaan antara nilai, Ketiga variabel dependen tersebut termasuk work-re-
hubungan sosial, dan kebutuhan dalam kehidupan lated outcomes yaitu dampak work-family conflict
pekerjaan atau keluarga yang dengan sendirinya dapat yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang.
menimbulkan konflik; dan 3) adanya kejadian yang Kepuasan dalam bekerja adalah hasil emosional
terjadi secara bersamaan dalam beberapa peran yang menyenangkan dari seseorang atas
sehingga menimbulkan tekanan (peran dalam keluarga pencapaiannya dalam pekerjaannya atau mendapatkan
dan pekerjaan. sesuatu yang bernilai dari pekerjaannya. Kepuasan
Work-family conflict memiliki tiga bentuk yaitu dalam bekerja dapat juga diartikan sebagai
1) Time-based conflict adalah banyaknya waktu yang pertimbangan karyawan tentang bagaimana
dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan salah satu pekerjaannya secara keseluruhan memberikan
peran (pekerjaan/keluarga) sehingga menyebabkan kepuasan terhadap kebutuhannya yang bermacam-
seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi macam. Menurut Spector (1997) seperti yang dikutip
kebutuhan peran lainnya (pekerjaan/keluarga); b) dalam Kinnoin (2005), mengartikan kepuasan dalam
Strain-based conflict merupakan banyaknya tekanan bekerja sebagai suatu tingkatan dimana seseorang
yang timbul dalam melakukan salah satu peran menyukai pekerjaannya. Berdasarkan berbagai
(pekerjaan/keluarga) sehingga membuat seseorang pengertian tersebut, maka dapat diperoleh simpulan
mengalami kesulitan dalam memenuhi peran lainnya bahwa kepuasan dalam bekerja adalah rasa puas/
(pekerjaan/keluarga); c) Behavior-based conflict yaitu senang yang dirasakan oleh seseorang atas hasil kerja
adanya perilaku secara khusus yang dibutuhkan oleh yang dicapainya. Akan tetapi, seseorang dapat
salah satu peran (pekerjaan/keluarga) sehingga merasakan ketidakpuasan dalam dirinya karena
membuat seseorang mengalami kesulitan dalam timbulnya work-family conflict. Seseorang yang tidak
memenuhi kebutuhan peran lainnya (pekerjaan/ dapat menyeimbangkan perannya dalam keluarga dan
keluarga). Work-family conflict terdiri dari dua arah pekerjaan akan menimbulkan konflik dalam dirinya yang
yaitu WIF dan FIW (Martins et al., 2002). Work-to- akan berdampak pada kepuasannya dalam bekerja.
family conflict atau “Work interfering with family” Keinginan pindah tempat kerja merupakan
conflict (WFC/WIF) terjadi ketika pekerjaan seseorang keinginan seseorang untuk meninggalkan
mempengaruhi atau mengganggu kehidupan pekerjaannya. Keinginan pindah tempat kerja berbeda
keluarganya. Family-to-work conflict atau “Family dengan turnover akan tetapi memiliki arti yang hampir
interfering with work” conflict (FWC/FIW) terjadi sama. Biasanya karyawan yang menginginkan untuk
ketika keluarga seseorang mempengaruhi atau keluar dari pekerjaannya, tidak selalu dapat
mengganggu kehidupan pekerjaannya. melakukannya. Hal itu dikarenakan mereka tidak memiliki
Dengan memperhatikan isu di atas, saat ini kemampuan untuk dapat keluar dari pekerjaannya atau
perusahaan dituntut untuk lebih memperhatikan mereka merasa takut untuk meninggalkan pekerjaannya.
kesejahteraan karyawannya, yaitu bagaimana Keinginan pindah tempat kerja disebut juga turnover
perusahaan dapat meningkatkan kepuasan intent yaitu adanya niat untuk meninggalkan organisasi
karyawannya sehingga mereka akan berkinerja lebih dimana karyawan tersebut bekerja. Turnover intent
baik demi kepentingan perusahaan dalam jangka merupakan tahapan yang penting ketika seseorang
panjang. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencegah ingin keluar dari perusahaan. Keinginan untuk pindah

202
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

tempat kerja dapat dipengaruhi oleh work-family con- karena seseorang mengalami kesulitan
flict. Sebagai contoh, apabila seseorang tidak dapat menyeimbangkan peran dalam pekerjaan dan keluarga
menyeimbangkan perannya dalam keluarga dan tersebut adalah work-family conflict (Greenhaus dan
pekerjaan maka akan muncul konflik dalam dirinya yang Beutell, 1985). Work-family conflict muncul karena
akan berdampak pada keinginannya untuk keluar dari adanya ketidaksesuaian antara hal yang terjadi dan
perusahaan. yang diharapkan. Ketika hasil yang dicapai seseorang
Kinerja merupakan suatu tingkatan tidak sesuai dengan harapannya maka sebagai
produktivitas karyawan yang dibandingkan dengan akibatnya peran dalam pekerjaan akan mengganggu
karyawan lain, berkaitan dengan perilaku (cara bekerja) peran dalam keluarga dan sebaliknya.
dan hasil yang diterima karyawan tersebut. Seseorang Berdasarkan Martins et al., (2002), work-family
yang memiliki peran dalam keluarga dan pekerjaan, akan conflict terdiri dari dua arah yaitu “Work interfering
memiliki kinerja yang terbatas dalam melakukan with family” conflict (WIF) atau work-to-family con-
perannya di dalam keluarga maupun pekerjaannya flict (WFC) dan “Family interfering with work” con-
tersebut. Oleh karena itu, semakin besar kemungkinan flict (FIW) atau family-to-work conflict (FWC). Work-
munculnya work-family conflict. to-family conflict terjadi ketika pekerjaan mempengaruhi
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan atau mengganggu kehidupan keluarga seorang
bank. Pemilihan setting riset ini dilakukan atas karyawan. Ketegangan yang timbul dari perannya
pertimbangan peneliti bahwa karyawan bank seringkali dalam pekerjaan akan mempengaruhi perilakunya saat
mengalami tekanan kerja yang tinggi yang disebabkan berada di rumah. Contoh mengenai work-to-family
lamanya jam kerja sehingga rentan terjadi work-family conflict yaitu ketika seseorang karyawan merasa lelah
conflict. Penelitian ini berbeda dengan penelitian- dengan tuntutan kerja yang berlebihan, tingkat emosi
penelitian terdahulu mengenai work-family conflict. menjadi lebih tinggi sehingga perhatiannya pada
Penelitian-penelitian terdahulu (umumnya di Amerika keluarga pun menjadi menurun. Family-to-work con-
Serikat) menekankan pada setting pasangan suami istri, flict terjadi ketika keluarga mempengaruhi atau
sedangkan pada penelitian ini tidak hanya menekankan mengganggu kehidupan kerja seorang karyawan.
pada pasangan suami istri akan tetapi juga karyawan Ketegangan yang timbul dari perannya dalam keluarga
yang belum menikah. Hal ini didasarkan pada konteks akan mempengaruhi perilakunya saat bekerja. Contoh
yang berlaku di Indonesia dimana hubungan anak dan mengenai family-to-work conflict yaitu tanggungjawab
orang tua/saudara berlangsung sangat panjang terhadap anak dapat menimbulkan kelelahan dan
sehingga potensi work-family conflict bukan hanya akhirnya berdampak pada menurunnya kinerja
dialami oleh pasangan suami istri tetapi juga sesama seseorang saat berada di tempat kerja.
anggota keluarga. Berikut ini adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya work-family conflict di
MATERI DAN METODE PENELITIAN lingkungan pekerjaan dan keluarga. Pertama, adanya
tekanan dalam lingkungan kerja seperti jam kerja yang
Work-Family Conflict tidak pasti, sering tugas ke luar kota atau luar negeri,
jam kerja yang berlebihan (lembur) dan bentuk-bentuk
Pekerjaan dan keluarga merupakan dua hal yang lain stres dalam pekerjaan, adanya konflik interpersonal
saling terkait dan sangat penting bagi setiap orang. di tempat kerja serta pimpinan yang tidak mendukung
Mengintegrasikan kedua hal tersebut amatlah sulit karyawannya di organisasi. Kedua, adanya tekanan
apalagi jika orang tersebut sudah menikah dan memiliki dalam lingkungan keluarga antara lain kehadiran anak
anak. Oleh karena itu, konflik akan muncul ketika kecil, tanggung jawab terhadap anak, tanggung jawab
seseorang harus membuat pilihan diantara dua peran terhadap orang tua, adanya konflik interpersonal antara
yang harus dijalani (peran dalam keluarga dan anggota keluarga, dan adanya anggota keluarga yang
pekerjaan) sehingga orang tersebut harus menjalankan tidak mendukung orang tersebut dalam pekerjaannya.
peran ganda yaitu sebagai suami/istri, orang tua, anak Tekanan yang timbul dalam pekerjaan maupun keluarga
dan karyawan. Bentuk interrole conflict yang timbul berhubungan positif dengan work-family conflict,

203
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

artinya semakin tinggi tekanan yang diperoleh maka dikutip dalam Greenhaus dan Beutell (1985), seseorang
semakin tinggi pula konflik interpersonal yang akan yang sudah menikah lebih sering mengalami work-fam-
dialami. ily conflict dibandingkan yang belum menikah.
Menurut hasil penelitian Hammer et al., (1998) Seseorang yang telah menikah akan memiliki
seperti yang dikutip dalam Elerina Maria D. T. (2008), tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan yang
mengemukakan adanya keterbatasan waktu dan sumber belum menikah saat menyeimbangkan peran-perannya
daya yang tercermin dari jumlah jam kerja dan jumlah demi menjaga keutuhan rumah tangganya. Beberapa
anak. Keterbatasan waktu dan sumber daya tersebut penelitian menemukan bahwa orang tua yang memiliki
dapat membuat seseorang mengalami kesulitan dalam anak kecil (yang memerlukan lebih banyak waktu
menyeimbangkan perannya dalam pekerjaan dan dengan orang tuanya) akan lebih sering mengalami
keluarga. konflik dibandingkan dengan orang tua yang memiliki
Work-family conflict memiliki tiga bentuk yaitu anak yang sudah dewasa (Pleck et al., 1980 seperti
time-based conflict, strain-based conflict, dan behav- yang dikutip dalam Greenhaus dan Beutell, 1985).
ior-based conflict. Time-based conflict. Seseorang Keluarga yang memiliki banyak anak juga
akan berusaha membagi waktunya apabila memiliki membutuhkan waktu lebih banyak daripada keluarga
peran ganda (dalam keluarga dan pekerjaan). Secara yang memiliki sedikit anak (keluarga kecil) sehingga
umum, ketika seseorang meluangkan lebih banyak berisiko mengalami work-family conflict. Pria (suami)
waktu ketika melakukan satu peran maka akan yang memiliki pekerjaan yang mengharuskan untuk
mengalami kesulitan dalam melakukan peran yang sering keluar kota dan harus mengutamakan
lainnya (kesulitan dalam membagi waktu). Time-based pekerjaannya maka akan mengalami work-family con-
conflict memiliki dua bentuk yaitu tekanan yang muncul flict. Timbulnya work-family conflict ini karena pria
karena seseorang mengalami kesulitan saat membagi sebagai suami hanya memiliki waktu yang sedikit untuk
waktu dalam memenuhi kebutuhan beberapa peran dan keluarganya.
tekanan yang muncul karena banyaknya waktu yang Tekanan yang timbul dari peran dalam keluarga
dibutuhkan dalam memenuhi satu peran sehingga yang dialami seorang wanita juga terjadi dalam hal
kebutuhan peran lain tidak dapat dipenuhi. jumlah jam kerja di luar rumah. Contoh dari penjelasan
Work-family conflict berhubungan dengan tersebut yaitu wanita yang sudah menikah dan bekerja
banyaknya jam kerja dalam tiap minggu maupun paruh waktu akan lebih mengalami home-related con-
banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk pulang pergi flict dibandingkan wanita yang bekerja secara penuh.
kerja tiap minggu. Hal ini dikarenakan seseorang harus Hal ini dikarenakan wanita yang bekerja paruh waktu
dapat menyeimbangkan waktu baik untuk pekerjaan akan memiliki peran secara penuh pada keluarga dan
maupun keluarga. Setiap peran harus berjalan seimbang pekerjaan. Saat berada di kantor wanita dituntut untuk
(tidak boleh ada yang dominan) karena akan bekerja dengan baik dan saat di rumah dituntut untuk
menimbulkan work-family conflict. Work-family con- menjadi ibu rumah tangga sebagaimana mestinya. Oleh
flict juga dihubungkan dengan jumlah tugas, frekuensi karena itu, wanita harus dapat menyeimbangkan
lembur kerja, kehadiran dan pergantian shift kerja yang perannya dalam pekerjaan dan keluarga. Suami istri yang
tidak tetap. Menurut Pleck et al.,1980 seperti yang sama-sama memiliki posisi manajerial/ professional,
dikutip dalam Greenhaus dan Beutell (1985), faktor lain akan lebih sering mengalami work-family conflict
yang akan menimbulkan work-family conflict yaitu dibandingkan suami istri yang tidak memiliki posisi
jumlah jam kerja tiap minggu yang sedikit dan jadwal manajerial/profesional. Hal ini dikarenakan semakin
kerja yang tidak fleksibel. Seseorang yang memiliki tinggi posisi seseorang maka semakin besar
peran dalam keluarga harus dapat meluangkan tanggungjawabnya dalam pekerjaan. Maka dapat
waktunya untuk melakukan aktivitas di rumah. Akan diperoleh simpulan bahwa suami istri yang memiliki
tetapi, apabila mengalami kesulitan dalam melakukan posisi manajerial/professional, tidak memiliki banyak
aktivitas di rumah karena melakukan peran lainnya, waktu untuk keluarganya sehingga mengalami work-
maka dia akan mengalami work-family conflict. family conflict.
Menurut Herman dan Gyllstrom (1977) seperti yang

204
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

Beberapa faktor yang berhubungan dengan pria yang hangat, perhatian, emosional, dan lembut saat
work-family conflict yaitu jadwal kerja, orientasi kerja, berinteraksi. Jika seseorang tidak dapat menyesuaikan
status menikah, anak, dan suami istri yang sama-sama dirinya dalam memenuhi harapan dalam peran yang
bekerja. Apabila faktor-faktor di atas tidak dapat berbeda-beda, orang tersebut akan mengalami konflik
diintegrasikan dengan baik oleh seseorang saat antara peran-perannya. Contoh tipe perilaku pria dalam
melakukan perannya dalam keluarga dan pekerjaan, pekerjaannya yaitu tegas, berpikir secara logika,
maka akan terjadi tekanan yang berlebih dan memiliki kekuatan dan wewenang. Tipe perilaku ini
menimbulkan suatu konflik. Konflik tersebut terjadi berbeda saat pria tersebut sedang bersama dengan
ketika adanya tekanan yang ditimbulkan oleh keluarganya. Contoh berdasarkan uraian tersebut yaitu
ketidaksesuaian waktu yang dibutuhkan dalam manajer muda (pria) merasa memiliki dua perilaku yang
melakukan peran-peran yang berbeda. berbeda yaitu membatasi emosi saat di kantor akan
Pada strain-based conflict, seseorang akan memperkuat dirinya akan tetapi saat berada di rumah,
mengalami tekanan apabila tidak dapat keterbukaan sangat diharapkan oleh anggota keluarga.
mengintegrasikan beberapa peran. Tekanan yang Terdapat beberapa teori yang berhubungan
dirasakan seperti tegang, gelisah, kelelahan, depresi, dengan work-family conflict yaitu spillover theory,
kelesuan, dan mudah marah. Strain-based conflict compensation theory, dan segmentation theory.
konsisten dengan dimensi kelelahan/mudah marah Spillover merupakan pengaruh yang timbul dari peran
yang diidentifikasi oleh Pleck et al., 1980 seperti yang seseorang dalam keluarga yang akan menimbulkan
dikutip dalam Greenhaus dan Beutell, 1985. Hal ini pengaruh yang sama pada perannya dalam pekerjaan
muncul ketika tekanan yang timbul dalam satu peran dan sebaliknya. Salah satu contoh spillover yaitu jika
mempengaruhi kinerja peran lainnya. Pekerjaan menjadi seseorang memiliki mood yang negatif saat berada
sumber terjadinya konflik. Tekanan yang dirasakan saat dalam keluarga maka saat berada di dalam kantor mood
bekerja memiliki hubungan positif dengan work-fam- orang tersebut juga negatif.
ily conflict. Misalnya, rendahnya tingkat dukungan Berdasarkan teori spillover, terdapat kesesuaian
pimpinan dan interaksi antara karyawan dengan pengaruh antara yang terjadi di pekerjaan dan yang
pimpinan akan menghasilkan work-family conflict. terjadi di luar pekerjaan (Staines, 1980 seperti yang
Work-family conflict terjadi karena tidak adanya dikutip dalam Kinnoin, 2005). Spillover ini dapat
kebijakan dari pimpinan untuk karyawan yang merasa memiliki pengaruh positif atau negatif. Spillover positif
kesulitan dalam memenuhi perannya dalam pekerjaan dianggap sebagai timbulnya peningkatan hubungan
dan keluarga. Pernyataan tersebut didukung oleh Pleck antara pekerjaan dan keluarga, sedangkan spillover
et al., (1980) seperti yang dikutip dalam Greenhaus dan negatif dianggap sebagai timbulnya konflik antara
Beutell (1985), yang mengemukakan bahwa peran dalam pekerjaan dan keluarga. Pernyataan ini didukung oleh
pekerjaan berhubungan dengan beberapa bentuk work- Evans dan Bartolome (1984) seperti yang dikutip dalam
family conflict. Akan tetapi, peran dalam pekerjaan Kinnoin (2005), yang menyatakan bahwa spillover
dapat juga dikatakan tidak berhubungan dengan strain- positif dapat meningkatkan kesejahteraan individu dan
based conflict. Hal ini terjadi karena karyawan memiliki keluarganya sedangkan spillover negatif mengacu
tugas yang tidak menantang, tugas tersebut dilakukan pada konflik antara pekerjaan dan di luar pekerjaan.
secara rutin sehingga menimbulkan kebosanan dan Misalnya, ketika karyawan merasa lelah sehingga
melakukan tugas di luar konteks pekerjaan yang menyebabkan mudah naiknya emosi maka emosi
seharusnya dilakukan. tersebut akan terbawa hingga ke dalam rumah. Spillover
Behavior-based conflict adalah pola perilaku positif dapat dikatakan juga sebagai kepuasan yang
yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam dirasakan seseorang di salah satu bagian yang
peran lainnya. Contoh behavior-based conflict yaitu menghasilkan kepuasan di bagian lainnya sedangkan
ketika seorang pria saat berada di kantor diharuskan spillover negatif yaitu suatu tingkatan dimana
memiliki sosok yang dapat diandalkan, memiliki kewajiban dalam pekerjaan mengganggu kehidupan
keseimbangan emosional, agresif, dan memiliki tujuan. keluarga dan kewajiban dalam keluarga mengganggu
Akan tetapi di sisi lain, keluarga juga menginginkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Pekerjaan yang

205
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

didasarkan dari multi peran (peran dalam keluarga dan muridnya maka secara langsung membentuk tingkah
pekerjaan) mungkin tidak dapat menghasilkan laku mereka terhadap orang tuanya. Evans dan
kesehatan secara fisik dan kesejahteraan psikologi Bartolome (1984) seperti yang dikutip dalam Kinnoin
yang lebih baik. (2005), menggambarkan spillover yaitu: “Jika saya puas
Spillover terdiri dari beberapa bentuk meliputi dengan pekerjaan saya, maka akan berpengaruh positif
mood, nilai, kemampuan, dan tingkah laku (Burke & dalam kehidupan keluarga saya, ketika saya tidak puas
Greenglass, 1987; Eckenrode & Gore, 1990; Lambert, dengan pekerjaan saya, maka akan berpengaruh negatif
1990; Near, 1984; Near et al., 1980; Staines, 1980; pada kehidupan keluarga saya atau kepuasan dalam
Voydanoff, 1989; Zedeck, 1992 seperti yang dikutip kehidupan keluarga akan berpengaruh pada perasaan
dalam Edwards & Rothbard, 2000). Mood dari spillover saya tentang karir dan pekerjaan saya”.
terjadi ketika mood seseorang dalam satu peran Teori kompensasi merupakan pendekatan lain
mempengaruhi mood mereka dalam peran lainnya. yang menjelaskan hubungan antara kehidupan di
Contoh berdasarkan penjelasan tersebut yaitu mood pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan. Teori
dalam satu peran berpengaruh pada kinerja seseorang kompensasi terjadi apabila seseorang merasa
dan secara langsung berpengaruh pada mood-nya kehilangan dalam satu peran maka mereka akan mencari
dalam memperoleh reward di peran lainnya. Terdapat ganti rugi dalam peran lainnya. Hal itu ditunjukkan
spillover positif maupun negatif. Mood spillover positif dengan adanya usaha untuk mengimbangi rasa
memperbaiki peran seseorang dalam berkinerja dan ketidakpuasan dalam satu peran dengan mendapatkan
mood spillover negatif menghambat peran seseorang kepuasan dalam peran lainnya. Sebagai contoh,
dalam berkinerja. karyawan akan mencari kesenangan di luar kantor
Nilai antara pekerjaan dan keluarga dapat apabila mereka merasa bosan dengan pekerjaan mereka.
mempengaruhi nilai mengenai kehidupan secara Secara umum, teori kompensasi terlihat pada karyawan
keseluruhan (Kanter, 1977 seperti yang dikutip dalam yang secara aktif mencari kepuasan dari kehidupan
Greenhaus & Beutell, 1985) atau secara langsung akan pekerjaannya atau keluarganya apabila adanya
mempengaruhi nilai dalam peran lainnya, contoh ketidakpuasan dalam peran lainnya. Kompensasi
penjelasan tersebut adalah saat individu menekankan melibatkan satu dari peran (pekerjaan atau keluarga)
dirinya untuk taat dalam pekerjaannya maka akan sebagai jalan untuk memperbaiki kehilangan yang
cenderung menekankan ketaatan dalam diri anak-anak terjadi dalam peran lainnya. Evans dan Bartolome (1980)
mereka. Kemampuan dalam pekerjaan dan keluarga seperti yang dikutip dalam Greenhaus dan Beutell
yang berpengaruh positif berarti kemampuan yang (1985), menggambarkan kompensasi yaitu: “Jika
digunakan dalam satu peran dapat digunakan untuk semakin kecil kepuasan yang saya peroleh dalam dalam
meningkatkan kinerja seseorang dalam peran lainnya kehidupan keluarga saya, maka semakin besar
(Edwards & Rothbard, 2000). Perpindahan kemampuan kepuasan yang saya harapkan dapat saya peroleh
dari satu peran ke peran lainnya sering menghasilkan dalam pekerjaan saya”.
pengaruh positif. Sebagai contoh, kemampuan
memecahkan masalah yang dikembangkan di pekerjaan Kepuasan dalam Bekerja
akan meningkatkan kemampuan beralasan seseorang
secara analitis dan akhirnya kemampuan tersebut juga Kepuasan dalam bekerja dirumuskan dalam berbagai
dapat diterapkan dalam memecahkan masalah di hal yang berbeda. Kepuasan dalam bekerja merupakan
keluarga meskipun masalah yang dialami dalam kedua hasil emosional yang menyenangkan dari seseorang
peran tersebut berbeda. atas pencapaiannya terhadap pekerjaannya atau
Tingkah laku yang dikembangkan dalam satu mendapatkan sesuatu yang bernilai dari pekerjaannya.
peran akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam peran Kepuasan dalam bekerja dapat diartikan sebagai
lainnya (Champoux, 1978; Greenhaus & Beutell, 1985; pertimbangan karyawan tentang bagaimana
Staines, 1980; Zedeck, 1992 seperti yang dikutip dalam pekerjaannya secara keseluruhan memberikan
Edwards & Rothbard, 2000). Sebagai contoh, guru kepuasan terhadap kebutuhannya yang bermacam-
mengembangkan pola interaksi yang baik dengan macam. Pengertian lain kepuasan dalam bekerja yaitu

206
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

suatu tingkatan dimana seseorang menyukai emosional terhadap situasi kerja maka kepuasan kerja
pekerjaannya. Berdasarkan Hoon (2001) seperti yang dapat dilihat maupun diperkirakan. Kedua, kepuasan
dikutip dalam Jayaweera’ A. Thusel (2005), kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil
dalam bekerja dihubungkan dengan kesediaan yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan.
seseorang untuk melakukan aktivitas pengembangan Misalnya, karyawan merasa telah bekerja dengan giat
karir. Ilies dan Judge (2004) mengemukakan kepuasan daripada yang lainnya akan tetapi tidak mendapatkan
dalam bekerja adalah adanya nilai yang tidak tampak penghargaan yang sesuai dengan apa yang telah
dari hubungan pekerjaan dan responnya (perilakunya) dilakukannya maka mereka mungkin akan memiliki sikap
atas pekerjaannya sejak mulai bekerja. Kepuasan dalam negatif terhadap pekerjaannya.
bekerja tidak hanya dapat ditaksir melalui perilakunya
akan tetapi juga menanyakan langsung pada karyawan Keinginan Pindah Tempat Kerja
tersebut atau mengevaluasi pekerjaan mereka setiap
hari. Keinginan seseorang untuk meninggalkan
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka pekerjaannya dari suatu perusahaan disebut
dapat disimpulkan kepuasan kerja adalah rasa puas/ keinginan pindah tempat kerja. Penelitian sebelumnya
senang yang dirasakan oleh seseorang atas hasil kerja menyatakan bahwa keinginan pindah tempat kerja
yang dicapainya. Kepuasan kerja memiliki berpengaruh merupakan prediktor kuat penyebab turnover
secara langsung maupun tidak langsung terhadap (Mowday, Koberg, & McArthur, 1984 seperti yang
efektifitas organisasi. Kepuasan kerja dapat dilihat dari dikutip dalam Kinnoin, 2005). Keinginan pindah tempat
selisih antara apa yang diharapkan dan apa yang kerja berbeda dengan turnover akan tetapi memiliki arti
diperoleh. Semakin banyak yang diperoleh sesuai yang hampir sama. Biasanya, karyawan yang
dengan yang diharapkan maka seseorang semakin puas menginginkan untuk keluar dari pekerjaannya, tidak
pada pekerjaannya. Terdapat tiga komponen dari selalu dapat melakukan hal tersebut. Hal itu dikarenakan
kepuasan kerja yaitu karakteristik organisasi, faktor mereka tidak memiliki kemampuan untuk dapat keluar
tugas pekerjaan, dan karakteristik pribadi. Karakteristik dari pekerjaannya atau mereka merasa takut untuk
pribadi dihubungkan dengan kesejahteraan individu. meninggalkan pekerjaannya.
Seseorang yang puas dengan pekerjaannya dapat Keinginan pindah tempat kerja disebut juga
dilihat dari kesejahteraannya. Karyawan yang terlihat turnover intent yaitu adanya niat untuk meninggalkan
menikmati pekerjaannya maka mereka merasa puas organisasinya dan ini merupakan tahapan yang penting
dengan pekerjaannya tersebut. dalam proses keinginan pindah tempat kerja. Menurut
Faktor tugas pekerjaan dapat dilihat dari lima Tett dan Meyer (1993) seperti yang dikutip dalam
hal yaitu 1) pekerjaan itu sendiri yaitu pekerjaan Kinnoin (2005), mendefinisikan turnover intent sebagai
tersebut menarik, adanya kesempatan untuk belajar, dan adanya kesadaran dan niat untuk meninggalkan
kesempatan untuk menerima tanggung jawab; 2) gaji perusahaannya. Turnover merupakan tahapan akhir
yang diperoleh yaitu sesuai dengan apa yang setelah adanya keinginan untuk keluar, keinginan untuk
dilakukannya; 3) kesempatan mendapatkan promosi mencari pekerjaan lain, mulai merasa tidak puas dan
yaitu kesempatan untuk bekerja dengan lebih baik lagi akhirnya terjadinya turnover.
atau kesempatan untuk maju dalam perusahaan; 4) Keinginan pindah tempat kerja dapat dikatakan
pengawasan yaitu kemampuan penyelia untuk tahapan seseorang setelah mengalami ketidakpuasan
memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku; dan akhirnya dalam proses penarikan diri menunjukkan
dan 5) rekan sekerja yaitu secara teknis, rekan bahwa keinginan untuk berhenti kerja merupakan
sekerjanya pandai dan secara sosial, rekan sekerjanya tahapan selanjutnya sebelum memutuskan berhenti
mendukungnya. kerja. Intention to leave juga diikuti oleh beberapa
Kelima karakteristik pekerjaan yang langkah lainnya sebelum memutuskan berhenti kerja.
dihubungkan dengan kepuasan kerja tersebut sangat Beberapa tahapan yang dilalui oleh seseorang sebelum
penting bagi perilaku organisasi dikarenakan beberapa memutuskan untuk tetap bekerja atau berhenti bekerja
hal. Pertama, kepuasan kerja merupakan respon yaitu 1) mengevaluasi pekerjaan yang sekarang dengan

207
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

mempertimbangkan apakah dengan pekerjaan yang kinerja karyawan tersebut. Kinerja yang tinggi dapat
sekarang, karyawan tetap dapat menyeimbangkan peran dilihat dari adanya peningkatan efisiensi, efektivitas,
dalam pekerjaannya dan keluarga; 2) mengalami job atau kualitas yang lebih tinggi dari hasil penyelesaian
satisfaction atau job dissastifaction; 3) berpikir untuk tugas yang telah dilakukan individu dalam organisasi.
keluar dari pekerjaan yang terjadi apabila karyawan Hal ini akan terjadi apabila individu tidak merasa
merasakan ketidakpuasan dalam pekerjaannya; 4) terbebani oleh berbagai macam faktor salah satunya
evaluasi manfaat yang mungkin diperoleh dari work-family conflict yang dapat menurunkan semangat
pekerjaan lainnya. Karyawan yang memiliki referensi kerjanya. Seseorang yang melakukan perannya dalam
pekerjaan lain akan mengevaluasi manfaat yang akan keluarga dan pekerjaan secara bersamaan, maka akan
diperolehnya dan dibandingkan dengan pekerjaan memiliki kinerja yang terbatas dalam melakukan
yang sekarang, mana yang lebih baik; 5) adanya perannya di dalam keluarga apabila seseorang tersebut
kesempatan untuk menemukan alternatif lain dan biaya harus memenuhi perannya dalam pekerjaan, maupun
tidak menjadi halangan; 6) jika tidak menemukan sebaliknya. Williams dan Anderson (1991) menyatakan
alternatif yang sesungguhnya, individu akan terus kinerja adalah in-role performance. In-role perfor-
mencari alternatif lainnya, mengevaluasi kembali mance adalah ukuran kinerja yang terkait langsung
manfaat dari pekerjaan lainnya, mengevaluasi pekerjaan dengan pekerjaan seseorang. Salah satu contoh In-
saat ini, mengurangi pikiran untuk berhenti, dan menarik role performance yaitu seberapa baik karyawan
diri; 7) jika alternatif tersedia maka evaluasi dilakukan. melakukan pekerjaan sesuai deskripsi kerja dan hasil
Tiap individu memiliki faktor-faktor spesifik untuk yang dicapai.
mengevaluasi alternatif yang ada; 8) hasil evaluasi Family-to-work conflict adalah konflik yang
alternatif tersebut dibandingkan dengan pekerjaan saat timbul dikarenakan keluarga mengganggu kehidupan
ini, dan 9) jika alternatif tersebut lebih baik maka hal ini pekerjaannya. Seseorang yang merasakan kelelahan
akan menstimuli perilaku individu agar segera berhenti karena mengurus keluarganya maka emosi yang tercipta
dari pekerjaan saat ini. akan dibawa ke tempat kerja dan akhirnya berpengaruh
pada rasa puas atau tidak puasnya seseorang. Jadi,
Kinerja work-to-family conflict dan family-to-work conflict
berpengaruh negatif pada kepuasan kerja. Semakin
Berdasarkan Babin dan Boles (1998) seperti yang tinggi konflik yang dirasakan oleh seseorang maka
dikutip dalam Elerina Maria D. T. (2008), mengartikan kepuasan kerjanya semakin menurun. Pernyataan ini
kinerja sebagai suatu tingkatan produktivitas karyawan didukung oleh penelitian Schjoedt, Dr. Leon et al., (2008)
secara individu yang dibandingkan dengan sesama yang menemukan bahwa work-to-family conflict dan
karyawan atas beberapa pekerjaan yang berhubungan family-to-work conflict berpengaruh secara signifikan
dengan perilaku (cara bekerja) dan hasil yang diterima. pada kepuasan dalam bekerja. Berdasarkan penjelasan
Kinerja dapat dikatakan sebagai tingkat prestasi tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
seseorang atau karyawan dalam suatu perusahaan H1a: Work-to-family conflict berpengaruh negatif
yang dapat meningkatkan produktifitas karyawan terhadap kepuasan dalam bekerja seseorang.
tersebut. Tingkat prestasi seseorang tersebut dapat H1b: Family-to-work conflict berpengaruh negatif
dilihat dari tingkat kesuksesan yang dapat dicapai terhadap kepuasan dalam bekerja seseorang.
dalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran Keinginan pindah tempat kerja yaitu keinginan
kesuksesan yang dicapai oleh seseorang tidak dapat seseorang untuk meninggalkan pekerjaannya.
disamakan dengan orang lain. Kesuksesan yang Karyawan yang mengalami work-family conflict akan
dicapai seseorang adalah berdasarkan ukuran yang menyebabkan rendahnya kepuasan kerja karyawan
berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. sehingga dapat mengambil keputusan untuk berhenti
Kinerja berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai bekerja. Sebagai contoh yaitu karyawan yang
oleh seseorang atau sebagai suatu hasil dari perilaku mengalami ketegangan, depresi, mudah marah atau
kerja seseorang. Semakin tinggi tingkatan tujuan (hasil lelah (strain-based conflict) dalam menyeimbangkan
yang diharapkan) yang akan dicapai maka semakin giat kedua peran tersebut sehingga secara tidak langsung

208
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

tidak puas dengan pekerjaannya dan dapat rumah, maka hal tersebut menimbulkan konflik dalam
menimbulkan keinginan untuk berhenti bekerja. Jadi, dirinya sehingga akan berpengaruh pada menurunnya
semakin tinggi work-family conflict maka semakin kinerjanya saat berada di dalam kantor (work-to-fam-
semakin tinggi keinginan seseorang untuk berhenti dari ily conflict). Apabila seseorang sebelum berangkat
pekerjaannya. kerja, sibuk mengurus rumah tangga-nya maka
Berdasar sisi work-to-family conflict, seseorang kelelahan yang dirasakan akan menyebabkan emosinya
yang memiliki jam kerja yang lama maka akan merasa mudah naik dan turun. Hal tersebut menimbulkan konflik
kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan atas dalam dirinya (family-to-work conflict) yang akan
pekerjaan dan keluarga sehingga timbul tekanan atau berpengaruh pada menurunnya kinerjanya saat bekerja.
stres dalam dirinya. Pada akhirnya menyebabkan Saat seseorang mengalami family-to-work con-
seseorang tersebut berhenti dari pekerjaan yang lama flict, kemungkinan dia tidak dapat melakukan pekerjaan
kemudian mencari pekerjaan lain Berdasar sisi family- dengan baik karena kelelahan yang dialami, semangat
to-work conflict, seseorang yang merasa lelah karena menurun, konsentrasi pecah sehingga tidak fokus pada
sibuk mengurus anak-anaknya maka emosi yang timbul pekerjaan. Oleh karena itu, semakin tinggi konflik yang
dari kelelahan tersebut akan berdampak pada dirasakan oleh seseorang maka kinerjanya semakin
menurunnya kepuasan kerja dan pada akhirnya memilih menurun. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
untuk berhenti bekerja. Keinginan pindah tempat kerja dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
disebut juga turnover intent yaitu adanya niat untuk H3a: Work-to-family conflict berpengaruh negatif
meninggalkan organisasinya dan ini merupakan tahapan terhadap kinerja seseorang.
yang penting dalam proses ke arah pergantian. Turn- H3b: Family-to-work conflict berpengaruh negatif
over intent merupakan job outcome yang hampir terhadap kinerja seseorang.
semuanya berhubungan dengan work-family conflict. Responden penelitian ini adalah karyawan
Meskipun penelitiannya terbatas, akan tetapi tetap ada bank. Pemilihan responden ditentukan atas
penelitian empiris yang mendukung hubungan antara pertimbangan peneliti bahwa karyawan bank memiliki
family-to-work conflict dan turnover intent (Boyar et jam kerja yang lama dan beban kerja yang berat
al., 2003). Oleh karena itu semakin tinggi konflik yang sehingga memungkinkan terjadinya work-family con-
dirasakan seseorang maka makin tinggi pula keinginan flict. Pengumpulan data dilakukan dengan
seseorang untuk meninggalkan perusahaannya. menggunakan metode survei yaitu menyerahkan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dirumuskan kuesioner berisi daftar pernyataan yang dibagikan
hipotesis sebagai berikut: secara langsung kepada responden untuk ditanggapi
H2a: Work-to-family conflict berpengaruh positif dan diisi, setelah itu dikembalikan secara langsung
terhadap keinginan pindah tempat kerja kepada peneliti.
seseorang. Terdapat masing-masing 5 item pernyataan yang
H2b: Family-to-work conflict berpengaruh positif dapat mengukur work-to-family conflict dan family-
terhadap keinginan pindah tempat kerja to-work conflict yang diambil dari Boles et al., (2001).
seseorang. Salah satu contoh item pernyataan work-to-family
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa conflict adalah “Karena pekerjaan, saya sering tidak
adanya hubungan antara work-family conflict dan dapat berkumpul dengan keluarga saya, pasangan, atau
kinerja. Aminah Ahmad (2008) menemukan bahwa teman saya” sedangkan contoh item pernyataan fam-
adanya hubungan antara work-family conflict dan ily-to-work conflict adalah “Terkadang saya harus
kinerja. Berdasarkan artikel tersebut ditemukan adanya tidak masuk kerja untuk memenuhi tanggung jawab di
hubungan negatif, baik work-to-family conflict dan keluarga saya”. Pengukuran semua variabel dilakukan
family-to-work conflict dengan kinerja. Work-to-fam- dengan menggunakan skala likert dengan 5 skala. Skala
ily conflict and family-to-work conflict dapat 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menunjukkan
menimbulkan rendahnya kinerja seseorang. Depresi, setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2
ketegangan yang timbul dari tempat kerja akan menunjukkan tidak setuju, dan skala 1 menunjukkan
berdampak pada mood-nya selama berada di dalam sangat tidak setuju.

209
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

Kepuasan kerja adalah hasil emosional yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai
menyenangkan dari seseorang atas pencapaiannya reliabilitas (alpha) setiap variabel. Analisis faktor
terhadap pekerjaannya atau mendapatkan sesuatu yang dilakukan secara terpisah per konstruk yaitu kelompok
bernilai dari pekerjaannya. Terdapat 9 item pernyataan variabel work-to-family conflict dan family-to-work
yang dapat mengukur kepuasan dalam bekerja yang conflict, variabel kepuasan dalam bekerja, variabel
diambil dari Elerina Maria D. T., UGM, 2008. Salah satu keinginan pindah tempat kerja, serta variabel kinerja.
contoh item pernyataan tersebut adalah “Saya dapat Prosedur analisis faktor dilakukan sesuai prosedur yang
mengatasi kesibukan setiap waktu”. Pengukuran semua dilakukan oleh Antoni et al. (2002). Analisis faktor
variabel di atas dilakukan dengan menggunakan skala dilakukan secara berulang kali sampai tidak ada item
likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat pernyataan yang dapat di-drop lagi sesuai kriteria yang
setuju, skala 4 menunjukkan setuju, skala 3 ditetapkan dengan menggunakan program SPSS 16.
menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan tidak setuju, Suatu item dipertahankan jika factor loading-nya sama
dan skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju. atau lebih dari 0,5 sesuai pedoman Comrey dan Lee
Keinginan pindah tempat kerja disebut juga (1992) seperti dikutip dalam Tabachnick dan Fidell
turnover intent yaitu adanya niat untuk meninggalkan (1996). Item juga akan di-drop jika ada nilai factor load-
organisasinya dan ini merupakan tahapan yang penting ing lebih dari standar yang ditetapkan pada lebih dari
dalam proses ke arah pergantian. Tett dan Meyer (1993) satu faktor (Peck, 1994).
seperti yang dikutip dalam Kinnoin (2005), Setelah pengujian validitas, dilanjutkan dengan
mendefinisikan turnover intent sebagai adanya pengujian reliabilitas (Cronbach’s Alpha) untuk tiap
kesadaran dan niat untuk meninggalkan variabel. Cronbach’s Alpha menunjukkan konsistensi
perusahaannya. Terdapat 3 item pernyataan yang dapat responden dalam merespon keseluruhan item yang
mengukur keinginan pindah tempat kerja yang mewakili pengukuran satu variabel tertentu. Nilai
dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990). Salah satu Cronbach’s Alpha yang lazim dipakai adalah lebih besar
contoh item pernyataan tersebut adalah “Saya merasa dari 0,6 atau > 0,6. Semakin besar nilai Cronbach’s Al-
bahwa saya akan benar-benar pindah ke perusahaan pha maka semakin baik pengukuran variabel tersebut.
lain jika ada pekerjaan yang lebih baik”. Pengukuran Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan SEM
semua variabel di atas dilakukan dengan menggunakan (Structural Equation Model) dengan bantuan program
skala likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat Amos 16.0. Peneliti menggunakan SEM karena ingin
setuju, skala 4 menunjukkan setuju, skala 3 menguji secara simultan pengaruh work-to-family con-
menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan tidak setuju, flict dan family-to-work conflict pada kepuasan dalam
dan skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju. bekerja, keinginan pindah tempat kerja, dan kinerja
In-role performance adalah ukuran kinerja yang karyawan. Pengujian model SEM dilakukan dengan
terkait dengan seberapa baik seorang karyawan melihat nilai-nilai absolute fit yang menunjukkan bahwa
menjalankan tugas sesuai dengan deskripsi kerjanya. secara umum model mempunyai goodness of fit yang
Terdapat 7 item pernyataan yang dapat mengukur baik.
kinerja karyawan dengan in-role performance yang
dikembangkan oleh Williams dan Anderson (1991). HASIL PENELITIAN
Salah satu contoh item pernyataan tersebut adalah
“Saya menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan Responden penelitian ini adalah karyawan pada dua
kepada saya dengan baik”. Pengukuran variabel ini bank yaitu Bank BCA dan Bank BRI. Proses
dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan 5 pengumpulan data pada kedua bank dilakukan kurang
skala. Skala 5 menunjukkan sering sekali, skala 4 lebih 3 minggu dengan membagikan kuesioner.
menunjukkan agak sering, skala 3 menunjukkan kadang- Pembagian kuesioner pada Bank BCA, dilakukan mulai
kadang, skala 2 menunjukkan sekali-sekali, dan skala 1 tanggal 10 Agustus 2009 sedangkan pembagian
menunjukkan tidak pernah. kuesioner pada Bank BRI, dilakukan mulai tanggal 24
Pengujian validitas item-item pernyataan Agustus 2009. Hasil penyebaran kuesioner pada kedua
dilakukan dengan menggunakan analisis faktor bank dapat dilihat pada tabel berikut ini.

210
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

Tabel 1
Kriteria Fit Model

ABSOLUTE FIT KRITERIA


tidak signifikan
Chi square; df; probability
(Hair et al., 1998)
>0,9
GFI
(Hair et al., 1998)
<0,08; upper limit <0,1
RMR
(Arbuckle, 2005)
<0,08; upper limit <0,1
RMSEA
(Arbuckle, 2005)
INCREMENTAL FIT
AGFI >0,8 (Sharma, 1996)
NFI >0,9 (Hair et al., 1998)
CFI >0,9 (Hair et al., 1998)
TLI >0,9 (Hair et al., 1998)
PARSIMONIOUS FIT
CMIN/DF 1 – 2 over fit
(subject to sample size) 2-5 liberal limit
(Arbuckle, 2005)

Tabel 2
umur responden status, usia responden yang dominan
Hasil Penyebaran Kuesioner
adalah antara 36-40 tahun dengan jumlah 32 orang
(25%) dari 128 responden. Proporsi usia yang mayoritas
No Keterangan Responden Bank
pada rentang 36-40 tahun memungkinkan terjadinya
1 Kuesioner yang disebar 200 work-family conflict yang semakin besar. Hal ini
2 Kuesioner yang dikembalikan 128 dikarenakan karyawan pada usia 36-40 tahun tersebut
3 Response rate 64% kemungkinan besar sudah memiliki anak sehingga
4 Total kuesioner yang dianalisis 128 memiliki tanggungjawab yang besar dalam
menyeimbangkan peran di dalam keluarga dan
pekerjaan.
Data demografi responden terdiri atas profil Berdasarkan status perkawinan, menunjukkan
responden berdasarkan jenis kelamin, usia, status, bahwa jumlah responden yang menikah lebih dominan
pendidikan terakhir, dan masa kerja. Berdasarkan jenis daripada responden yang belum menikah dengan
kelamin, responden dominan adalah wanita dengan jumlah 101 orang (78,9%) dari 128 responden. Sesuai
jumlah 75 orang (58,59%) dari 128 responden. Proporsi hasil tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
wanita yang lebih besar menunjukkan semakin besar semakin besar potensi terjadinya work-family conflict.
potensi terjadinya work-family conflict karena wanita Hal ini dikarenakan karyawan yang telah menikah
memiliki tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga
pria dalam menyeimbangkan peran di dalam keluarga keutuhan keluarganya. Berdasarkan pendidikan
dan pekerjaan. Oleh karena itu, responden ini tepat responden, jumlah responden yang dominan adalah
untuk penelitian work-family conflict. Berdasarkan yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S1 dengan

211
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

jumlah 94 orang (73,44%) dari 128 responden. reliabilitas family-to-work conflict adalah 0,686. Oleh
Berdasarkan masa kerja, jumlah responden yang karena itu, dapat diperoleh simpulan bahwa konsistensi
memiliki masa kerja yang dominan adalah antara 16 - 20 responden sangat baik dalam merespon keseluruhan
tahun sebanyak 38 orang (29,69%) dari 128 responden. item yang mewakili pengukuran satu variabel karena
Dilihat dari masa kerja karyawan maka seseorang akan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
bertambah dewasa seiring dengan lamanya masa kerja Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
karyawan. Hal ini juga menyimpulkan bahwa seseorang kepuasan dalam bekerja. Item pernyataan kepuasan
yang telah lama bekerja maka memiliki keahlian yang dalam bekerja digambarkan dalam JS1 hingga JS9. Item-
semakin bagus dan secara tidak langsung akan item JS1 hingga JS9 masuk ke faktor 1 sebagai faktor
mendapatkan posisi yang lebih tinggi di kepuasan dalam bekerja sehingga dianggap valid. Nilai
perusahaannya. Semakin tinggi posisi karyawan di reliabilitas kepuasan dalam bekerja adalah 0,885. Oleh
dalam perusahaan maka semakin besar tantangan yang karena itu, dapat diperoleh simpulan bahwa konsistensi
harus dihadapi. Secara tidak langsung karyawan akan responden sangat baik dalam merespon keseluruhan
lebih sibuk daripada sebelumnya sehingga rentan item yang mewakili pengukuran satu variabel karena
terjadi work-family conflict. nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
Uji validitas adalah untuk melihat apakah item Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pernyataan yang digunakan mampu mengukur apa yang keinginan pindah tempat kerja. Item pernyataan
ingin diukur. Analisis faktor dapat digunakan untuk keinginan pindah tempat kerja digambarkan dalam ITL1
menguji validitas suatu rangkaian kuesioner. Jika item hingga ITL3. Item-item ITL1 hingga ITL3 masuk ke
pernyataan tidak mengelompok pada variabelnya, tetapi faktor 1 yang merupakan faktor keinginan pindah
malah mengelompok ke variabel yang lain, berarti item tempat kerja sehingga dianggap valid. Nilai reliabilitas
pernyataan tersebut tidak valid sedangkan item keinginan pindah tempat kerja adalah 0,859. Oleh
pernyataan yang valid akan mengelompok pada karena itu, dapat diperoleh simpulan bahwa konsistensi
variabel yang diukur. Analisis faktor dilakukan secara responden sangat baik dalam merespon keseluruhan
terpisah per konstruk yaitu kelompok variabel work- item yang mewakili pengukuran satu variabel karena
to-family conflict dan family-to-work conflict, variabel nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
kepuasan dalam bekerja, variabel keinginan pindah Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
tempat kerja serta variabel kinerja. kinerja. Item pernyataan kinerja digambarkan dalam JP1
Variabel independen dalam penelitian ini adalah hingga JP7. Item-item JP1 hingga JP7 masuk ke faktor 1
work-family conflict yang diukur dengan work-to-fam- yang merupakan faktor kinerja sehingga dianggap valid.
ily conflict dan family-to-work conflict. Analisis faktor Nilai reliabilitas kinerja adalah 0,818. Oleh karena itu,
untuk menguji validitas item-item pernyataan variabel dapat diperoleh simpulan bahwa konsistensi responden
work-to-family conflict dan variabel family-to-work sangat baik dalam merespon keseluruhan item yang
conflict dilakukan dengan menetapkan dua faktor mewakili pengukuran satu variabel karena nilai
sebagai batasan jumlah faktor yang ada dengan Cronbach’s Alpha > 0,6.
menggunakan rotasi varimax untuk mendapatkan Uji reliabilitas adalah untuk melihat apakah
pemisahan dan pengelompokan yang lebih baik antar rangkaian kuesioner yang dipergunakan untuk
faktor (Tabachnick & Fidell, 1996). Work-to-family con- mengukur suatu konstruk/variabel tidak mempunyai
flict digambarkan dengan item pernyataan WFC1 kecenderungan tertentu. Uji reliabilitas salah satunya
hingga WFC5 sedangkan family-to-work conflict bisa dengan menghitung Cronbach’s Alpha yang
digambarkan dengan item pernyataan FWC2 hingga menunjukkan konsistensi responden dalam merespon
FWC4. Item-item WCF1 hingga WCF5 masuk ke faktor keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu
1 yang merupakan faktor work-to-family conflict variabel tertentu. Nilai Cronbach’s Alpha yang lazim
sehingga dianggap valid. Item-item FWC2 hingga dipakai > 0,6. Akan tetapi, jika nilai Alpha < 0,6 hal ini
FWC4 masuk ke faktor 2 yang merupakan faktor fam- mengidentifikasikan ada beberapa pernyataan yang
ily-to-work conflict sehingga dianggap valid. Nilai negatif sehingga menyebabkan responden menjawab
reliabilitas work-to-family conflict adalah 0,896 dan nilai terbalik atau bahkan netral, jawaban responden seperti

212
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

itu akan diubah skalanya dengan berbalik arah dan CFI (Comparative Fit Index) sebesar 0,919 memenuhi
Alpha akan meningkat. Jika nilai Cronbach Alpha < batas minimum 0,9 (Hair et al., 1998). Ukuran incre-
0,6 maka reliabilitasnya buruk, jika nilai Cronbach Al- mental fit yang sesuai standar dipenuhi oleh nilai AGFI
pha 0,6-7,9 maka reliabilitasnya diterima dan jika nilai (Adjusted Goodness of Fit) sebesar 0,811 yang lebih
Cronbach Alpha 0,8-1,0 maka reliabilitasnya baik. dari batas minimum 0,8 (Sharma, 1996). Ukuran parsi-
Semua variabel tersebut dinyatakan reliabel, karena nilai monious fit yang masih di atas standar (nilai hasil
alpha cronbach’s > dari kriteria pengujian reliabilitas penelitian 4,455 dan nilai batas atas maksimal 5)
yang sebesar 0,6. menunjukkan bahwa model memiliki unsur parsimoni.
Hasil pengujian korelasi antarvariabel Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan ringkasan
independen tidak menunjukkan adanya masalah hasil pengujian hipotesis.
multikolinearitas yang berat antarvariabel independen Hasil analisis menunjukkan bahwa family-to-
(Gujarati, 1995). Hasil pengujian korelasi juga work conflict berpengaruh mendukung hipotesis
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara yang menyatakan bahwa family-to-work conflict
variabel-variabel independen dan variabel-variabel berpengaruh negatif pada kepuasan dalam bekerja.
dependen dalam penelitian ini, sehingga pengujian Hasil analisis menunjukkan bahwa work-to-family con-
model dengan model persamaan struktural dapat flict tidak berpengaruh pada keinginan pindah tempat
dilakukan. Hasil pengujian model dilakukan dengan kerja (â=-0,137; p>0,1). Penelitian ini bertentangan
melihat nilai-nilai absolute fit yang menunjukkan bahwa dengan hipotesis yang menyatakan bahwa work-to-
secara umum model mempunyai goodness of fit yang family conflict berpengaruh positif pada keinginan
baik, sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan pindah tempat kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa
dengan model yang ada. Nilai-nilai absolute fit terdiri family-to-work conflict berpengaruh positif pada
dari tiga jenis yaitu 1) absolute fit measures mengukur kepuasan dalam bekerja (â=0,736; p<0,01). Penelitian
tingkat fit model secara keseluruhan yang dilakukan ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa fam-
dengan melihat nilai chi-square statistics, GFI, RMR, ily-to-work conflict berpengaruh positif pada
dan RMSEA; 2) incremental fit measures menunjukkan keinginan pindah tempat kerja. Hasil analisis
seberapa baik model penelitian ini dibandingkan dengan menunjukkan bahwa work-to-family conflict tidak
model dasar (null model) yang dilakukan dengan berpengaruh pada kinerja (â=-0,048; p>0,1). Penelitian
melihat nilai AGFI, CFI, TLI, dan NFI; dan 3) parsimo- ini bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan
nious fit measure menunjukkan seberapa jauh model bahwa work-to-family conflict berpengaruh negatif
tersebut ringkas yang dilakukan dengan melihat nilai pada kinerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa fam-
normed chi-square (CMIN/DF). Secara umum, ily-to-work conflict berpengaruh negatif pada kinerja
pengujian ini sangat sulit dalam memenuhi kriteria fit, (â=-0,438; p<0,01). Penelitian ini mendukung hipotesis
oleh karena itu kriteria penerimaan model ditentukan yang menyatakan bahwa family-to-work conflict
atas dasar seberapa banyak kriteria fit yang memenuhi berpengaruh negatif pada kinerja.
kriteria. Tabel 3 berikut ini menunjukkan nilai-nilai ab-
solute fit measures, incremental fit measures, dan par- PEMBAHASAN
simonious fit measure.
Konflik yang timbul dikarenakan tekanan yang dialami
Nilai GFI (Goodness of Fit Index) sebesar 0,962 saat bekerja dan dibawa ke rumah merupakan faktor
memenuhi kriteria penerimaan model karena lebih besar yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Akan
dari 0,9. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian model tetapi, penelitian ini menemukan bahwa work-to-fam-
dengan data. Nilai RMR sebesar 0,015 memenuhi kriteria ily conflict tidak berpengaruh pada kepuasan dalam
penerimaan model dan RMSEA sebesar 0,165 tidak bekerja. Dengan demikian, tekanan yang timbul dalam
memenuhi kriteria penerimaan model karena lebih besar bekerja yang akhirnya menimbulkan konflik dalam
dari batas atas 0,1 (Hair et al., 1998). Nilai-nilai incre- dirinya saat berada di rumah tidak mempengaruhi
mental fit menunjukkan hasil yang secara umum baik. kepuasan dalam bekerja seseorang saat berada di kantor.
Nilai NFI (Normed Fit Index) sebesar 0,903 dan nilai Hipotesis ini tidak didukung karena karyawan bank

213
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

Tabel 3
Pengujian Fit Model

Pengujian Kriteria Nilai Fit Keterangan

Absolute Fit
Chi square; df; tidak signifikan 13.365; df3;
Kurang Baik
probability (Hair et al., 1998) 0,004
>0,9
GFI 0,962 Baik
(Hair et al., 1998)
<0,08; upper
limit
RMR <0,1 0,015 Baik
(Arbuckle, 2005)
<0,08; upper
limit
RMSEA <0,1 0,165 Kurang Baik
(Arbuckle, 2005)
incremental fit
>0,8 (Sharma,
AGFI 1996) 0,811 Baik

>0,9 (Hair et al.,


NFI 0,903 Baik
1998)
>0,9 (Hair et al.,
CFI 0,919 Baik
1998)
>0,9 (Hair et al.,
TLI 0,731 Kurang Baik
1998)
Parsimonious Fit
CMIN/DF 1 – 2 over fit
(subject to sample 2-5 liberal limit 4,455 Baik
size) (Arbuckle, 2005)

mungkin tidak merasa terganggu dengan tekanan yang lagi. Konflik yang timbul dikarenakan tekanan yang
dirasakan sehingga tetap dapat bekerja dengan baik dirasakan saat berada di rumah dan dibawa ke kantor
dan memperoleh kepuasan dalam bekerja. Karyawan merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam
merasa apa yang diharapkan sesuai dengan apa yang bekerja seseorang. Penelitian ini menemukan bahwa
diperoleh, misalnya gaji sesuai dengan tugas yang family-to-work conflict berpengaruh negatif pada
mereka jalankan sehingga konflik yang timbul tidak kepuasan dalam bekerja. Semakin rendah tekanan yang
berpengaruh pada kepuasan kerja yang dirasakan dirasakan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat
karyawan tersebut. Karyawan bank juga tidak pernah kepuasan kerja yang dirasakan seseorang atau semakin
membawa tugas ke rumah, semua tugas hari ini harus tinggi tekanan yang dirasakan seseorang maka akan
diselesaikan hari ini karena besok akan ada tugas baru semakin rendah tingkat kepuasan kerja seseorang.

214
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis

Standar- Standard Critical Proba-


HIPOTESIS Dized Keterangan
Estimate Error Ratio bility

H1a: Work-to-family
conflict berpengaruh Tidak
negatif terhadap -0.096 0.125 -0.765 0.445
kepuasan Didukung
dalam bekerja
seseorang.
H1a: Family-to-work
conflict berpengaruh
negatif terhadap -0.554 0.139 -3.99 0.000 Didukung
kepuasan
dalam bekerja
seseorang.
H2a: Work-to-family
conflict berpengaruh
positif terhadap Tidak
keinginan -0.137 0.13 -1.057 0.290
Didukung
pindah tempat kerja
seseorang.
H2b: Family-to-work
conflict berpengaruh
positif terhadap
keinginan 0.736 0.144 5.096 0.000 Didukung
pindah tempat kerja
seseorang.
H3a: Work-to-family
conflict berpengaruh Tidak
-0.048 0.134 -0.356 0.722
negatif terhadap kinerja Didukung
seseorang.
H3b: Family-to-work
conflict berpengaruh
-0.438 0.146 -2.999 0.003 Didukung
negatif terhadap kinerja
seseorang.
 

215
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

Tekanan yang dirasakan seseorang mungkin timbul yang disebabkan dari faktor keluarga maka karyawan
karena adanya masalah dalam keluarga yang dibawa lebih memilih mencari pekerjaan lain yang lebih baik
ke kantor akan membuat karyawan merasa tidak yang dapat meminimalkan terjadinya family-to-work
bersemangat dalam bekerja dan tidak fokus sehingga conflict dalam diri karyawan; dan (3) adanya faktor
apa yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang kedekatan keluarga misalnya, keluarga menginginkan
diperoleh. Hal ini disebabkan keluarga merupakan faktor karyawan untuk pindah tempat kerja ke daerah yang
yang paling berpengaruh pada diri karyawan. dekat dengan keluarga.
Tekanan yang timbul saat bekerja dan dibawa Tekanan yang timbul dalam bekerja dan dibawa
ke rumah menjadi faktor yang mempengaruhi keinginan ke rumah menjadi suatu konflik dalam dirinya sehingga
pindah tempat kerja seseorang. Akan tetapi, penelitian menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
ini menemukan bahwa work-to-family conflict tidak saat bekerja. Akan tetapi, penelitian ini menemukan
berpengaruh pada keinginan pindah tempat kerja. bahwa work-to-family conflict tidak berpengaruh pada
Hipotesis ini tidak didukung mungkin terkait dengan kinerja. Tekanan yang timbul dalam dirinya mungkin
beberapa alasan di bawah ini yaitu 1) tekanan yang tidak menjadi halangan bagi karyawan akan tetapi
timbul saat bekerja yang dibawa ke rumah dan menjadi tantangan sehingga mereka berkinerja lebih
menimbulkan konflik akan membuat karyawan baik. Oleh karena itu, tetap akan menyelesaikan
menganggap hal tersebut sebagai tantangan sehingga pekerjaannya meskipun kerja mereka berat. Berdasarkan
akan memotivasinya untuk bekerja lebih baik lagi; 2) penjelasan tersebut, dapat diperoleh simpulan bahwa
karyawan merasa bahwa mendapatkan pekerjaan di meskipun timbul konflik yang dirasakan seseorang saat
bank itu sangat susah. Hal ini dikarenakan karyawan berada di rumah karena tekanan saat di kantor dibawa
merasa Bank BRI dan Bank BCA merupakan bank yang ke rumah, akan tetapi hal tersebut tidak menyebabkan
baik. Keuntungan yang diperoleh oleh karyawan menurunnya kinerja karyawan.
misalnya, adanya tunjangan bagi karyawan dan Tekanan yang timbul dari faktor keluarga
keluarga serta besarnya gaji karyawan; dan 3) masa berdampak pada rendahnya kinerja seseorang.
kerja karyawan yang mayoritas selama 16-20 tahun Penelitian ini menemukan bahwa family-to-work con-
sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa karyawan flict berpengaruh negatif pada kinerja. Semakin tinggi
memiliki loyalitas tinggi pada perusahaannya. family-to-work conflict maka semakin rendah kinerja
Tekanan yang timbul dari faktor keluarga seseorang. Tekanan yang timbul dari faktor keluarga
berdampak pada tingginya keinginan pindah tempat yang dibawa ke kantor mungkin membuat karyawan
kerja seseorang. Penelitian ini menemukan bahwa fam- menjadi tidak fokus dan mengalami stres. Pada akhirnya
ily-to-work conflict berpengaruh positif pada keinginan karyawan yang mengalami tekanan akan berkinerja
pindah tempat kerja. Semakin tinggi family-to-work buruk. Pada dasarnya keluarga merupakan faktor yang
conflict maka semakin tinggi pula keinginan pindah penting bagi karyawan sehingga paling berpengaruh
tempat kerja. Tekanan yang timbul dari pihak keluarga pada kinerja karyawan saat berada di kantor. Apabila
mungkin membuat karyawan merasa harus mengambil memiliki masalah di rumah maka emosinya secara tidak
keputusan yang tepat meskipun harus keluar dari langsung akan terbawa hingga ke kantor dan
kantor tempatnya bekerja sekarang. Keputusan ini berdampak buruk pada kinerjanya.
diambil karyawan agar dapat menyeimbangkan antara
peran di keluarga dan kantor. Karyawan pada umumnya SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN
tetap mengutamakan keluarga karena mereka bekerja SARAN
untuk keluarga. Oleh karena itu, terdapat beberapa
alasan yang menyebabkan karyawan keluar dari Simpulan
perusahaannya yaitu 1) ada masalah di rumah dan
mengakibatkan kerjaan di kantor tidak beres maka Penelitian ini menguji pengaruh work-to-family con-
karyawan kemungkinan besar akan pindah dari flict dan family-to-work conflict pada kepuasan dalam
pekerjaannya yang sekarang; 2) karyawan mengalami bekerja, keinginan pindah tempat kerja, dan kinerja
kesulitan dalam menyeimbangkan kedua peran tersebut karyawan. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan

216
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

dalam penelitian ini tidak mendukung adanya adanya hubungan antara work-to-family conflict dan
hubungan antara work-to-family conflict dan kepuasan kinerja. Hal ini terjadi karena karyawan tidak merasa
dalam bekerja. Hal ini terjadi karena karyawan tidak bahwa tekanan yang terjadi di kantor mempengaruhi
merasa bahwa tekanan yang terjadi di kantor dirinya dalam melakukan aktivitas di rumah sehingga
mempengaruhi dirinya dalam melakukan aktivitas di secara tidak langsung tidak mempengaruhi kinerjanya
rumah sehingga secara tidak langsung tidak saat di kantor. Karyawan merasa bahwa tekanan yang
mempengaruhi kepuasan kerjanya saat di kantor. timbul di kantor menjadi faktor tantangan bagi dirinya.
Karyawan merasa bahwa tekanan yang timbul di kantor Karyawan dapat membagi waktu antara pekerjaan dan
merupakan tantangan yang harus dihadapinya dan keluarga meskipun timbul tekanan dari pekerjaannya
tidak pernah membawa pekerjaan ke rumah. sehingga karyawan tetap dapat berkinerja dengan baik.
Pengujian hipotesis selanjutnya mendukung Hasil pengujian selanjutnya mendukung adanya
adanya hubungan negatif antara family-to-work con- hubungan negatif antara work-to-family conflict dan
flict dan kepuasan dalam bekerja. Artinya, semakin kinerja. Artinya, semakin tinggi family-to-work con-
rendah tekanan yang dirasakan seseorang maka akan flict maka semakin rendah kinerja seseorang. Karyawan
semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan merasa faktor keluarga merupakan hal yang penting
seseorang. Hal ini terjadi karena karyawan merasa bagi dirinya. Hal ini terjadi karena karyawan merasa
bahwa tekanan yang terjadi di rumah mempengaruhi bahwa tekanan yang terjadi di rumah mempengaruhi
dirinya dalam melakukan aktivitas di kantor sehingga dirinya dalam melakukan aktivitas di kantor sehingga
secara tidak langsung mempengaruhi kepuasan secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerjanya
kerjanya saat di kantor. Saat ada masalah di rumah maka saat berada di kantor. Emosi yang timbul disebabkan
emosi yang tercipta akan dibawa hingga ke kantor. Hal konflik di rumah menyebabkan karyawan tidak
itu menyebabkan karyawan tidak bersemangat bekerja semangat bekerja dan akhirnya tidak dapat berkinerja
dan kepuasan kerja yang dirasakan berkurang. dengan baik.
Karyawan menganggap keluarga sebagai faktor yang
paling penting bagi dirinya. Hasil pengujian berikutnya Keterbatasan Penelitian
tidak mendukung adanya hubungan antara work-to- Keterbatasan pada penelitian ini terkait dengan
family conflict dan keinginan pindah tempat kerja. Hal validitas item pernyataan kuesioner untuk pernyataan
ini terjadi karena karyawan tidak merasa bahwa tekanan yang mengukur mengenai family-to-work conflict. Hal
yang terjadi di kantor mempengaruhi dirinya dalam ini menyebabkan variabel family-to-work conflict
melakukan aktivitas di rumah sehingga secara tidak kehilangan beberapa item (tidak valid), sehingga
langsung tidak mempengaruhi keinginan karyawan pengukuran untuk variabel terkait tidak dapat dilakukan
untuk keluar dari perusahaannya. secara utuh.
Hasil pengujian berikutnya mendukung adanya
hubungan positif antara family-to-work conflict dan Saran
keinginan pindah tempat kerja. Artinya, semakin tinggi
work-to-family conflict maka semakin tinggi pula Saran peneliti dalam penelitian yang akan datang yaitu
keinginan pindah tempat kerja. Hal ini terjadi karena 1) peneliti mendatang diharapkan dapat memperbaiki
keluarga merupakan faktor yang penting bagi dirinya. instrumen untuk variabel di atas dan, 2) dapat
Karyawan merasa bahwa tekanan yang terjadi di rumah menggunakan variabel dependen selain yang
mempengaruhi dirinya dalam melakukan aktivitas di termasuk work-related outcomes atau
kantor sehingga secara tidak langsung mempengaruhi menggabungkan variabel-variabel dependen dari
keinginan keluar dari perusahaan saat di kantor. Hal ini faktor-faktor yang telah ada, misalnya menggabungkan
juga disebabkan pekerjaan di kantor menjadi tidak beres work-related outcomes, nonwork-related outcomes
dan keluarga menginginkan karyawan untuk ganti (life satisfaction) dan stress-related outcomes (depres-
pekerjaan yang lebih baik atau pindah tempat kerja ke sion, burnout). Berdasarkan hasil penelitian, manfaat
daerah yang dekat dengan keluarga. yang dapat diperoleh oleh pimpinan perusahaan adalah
Hasil pengujian berikutnya tidak mendukung pimpinan sebaiknya mengeluarkan kebijakan agar

217
JAM, Vol. 4, No. 3, November 2010: 201-219

karyawan dapat memenuhi perannya baik dalam and Work Satisfaction, Journal of Managerial
pekerjaan dan keluarga. Misalnya, mengadakan acara Issues. Vol. 13 No. 3, pp. 376-90.
rekreasi bersama keluarga yang didukung oleh
perusahaan, adanya arisan atau pengajian yang Boyar, S. L., Maertz, C. P. Jr, Pearson, A. W and Keough
diadakan di kantor, adanya ruang konsultasi bagi (2003), Work-Family Conflict: A Model of Link-
karyawan yang mengalami kesulitan, khusus malam ages Between Work and Family Domain Vari-
minggu tidak ada kerja lembur, dan sebagainya. Manfaat ables and Turnover Intentions, Journal of
yang diperoleh karyawan adalah karyawan diharapkan Managerial Issues, vol. 15, No. 2, 175-90.
dapat lebih mengatur emosinya sehingga masalah di
rumah tidak dibawa ke kantor dan mampu Edwards, J. R., & Rothbard, N. P. (2000), Mechanisms
mengintegrasikan perannya dalam keluarga dan Linking Work and Family : Clarifying the Re-
pekerjaan. Apabila karyawan dapat melakukannya maka lationship Between Work and Family Con-
karyawan akan dapat berkinerja dengan baik dan secara struct, Academy of Management Review, 25(1),
tidak langsung akan berdampak positif bagi 178-199.
perusahaan. Penelitian ini diharapkan juga dapat
membantu keluarga untuk lebih saling memahami Elerina Maria D. T. (2008). Analisis Pengaruh Kepuasan
sehingga karyawan tidak mengalami frustasi karena Kerja, Komitmen Organisasi dan Motivasi
merasa terlalu dituntut oleh keluarga dalam melakukan terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah
perannya di rumah. Penelitian ini diharapkan akan Daerah, Tesis UGM.
memberikan pengetahuan bagi keluarga sehingga
keharmonisan akan tercipta dan karyawan tetap dapat Greenhaus J. H., Beutell N.J. (1985). Sources of Con-
bekerja dengan baik. flict Between Work and Family Roles. Acad-
emy of Management Review, 10(1), s.76-88.

Gujarati, D.N. (1995). Basic Econometrics, New York:


Mc Graw Hill.
DAFTAR PUSTAKA Ilies R., Judge TA. (204). An Experience-Sampling
Measure of Job Satisfaction and Its Relation-
Antoni, J., Leung, K., Knowles, G., (2002). Critical Suc- ships with Affetivity, Mood at Work, Job Re-
cess Factors of TQM Implementation in liefs, and General Job Satisfaction, European
Hongkong Industries, International Journal of Journal of Work and Organizational Psychol-
Quality and Reliability Management, Vol 19 (5): ogy. 13, 367-389.
551-566.
Ilker Carikei. Gender Differences in Work Family Con-
Aminah Ahmad. (2008). Direct and Indirect Effects of flict among Managers in Turkey: Non Western
Work-Family Conflict on Job Performance. The Perspective. Department of Management, Uni-
Journal of International Management Studies, versity of Suleymen Demirel, Turkey.
Volume 3, Number 176 2, August.
Jayaweera’ A. (2005). Thusel. Management Develop-
ment: A Model of Linkages Between Work Fam-
Allen, T. D., & Meyer, J. P. (1990). The Measurement
ily Conflict, Job Satisfaction and Individual’s
and Antecedents of Affective, Continuance,
Passionate Desire to Develop through Man-
and Normative Commitment to the Organiza-
agement Development Opportunities.
tion, Journal of Applied Psychology, 63, 1-19.
Departement of Human Resources Management
Faculty of Commerce and Management Stud-
Boles, J.S., Howard, W.G. and Donofrio, H.H. (2001).
ies University of Kelaniya Sri Lanka.
An Investigation into the Inter-relationships
of Work-Family Conflict, Family-Work Conflict

218
PENGARUH WORK-TO-FAMILY CONFLICT DAN FAMILY-TO-WORK CONFLICT.............. (Anisah Amelia)

Kinnoin Carl M.(2005). An Examination of the Rela-


tionship Between Family-Friendly and Em-
ployee Job Satisfaction, Intent to Leave, and
Organizational Commitment, Nova Southeast-
ern University.

Martins, L.L, Edd Leston, K.A, Veiga, J.F. (2002). Mod-


erators of the Relationship Between Work-Fam-
ily Conflict and Career Satisfaction, Academy
of Management Journal, 45 (2), 399-409.

Peck, S.R. (1994). Exploring the Link Between Orga-


nizational Strategy and the Employment Re-
lationship: The Role of Human Resources
Policy, Journal of Management Studies, 31:715-
735.

Schjoedt, (2008). Dr. Leon, Hauck, Dr. Roslin V., Con-


flict Between The Domains of Work and Fam-
ily: How Does It Affect Job Satisfaction For
Small Business Executives?, The Journal of
International Management Studies, Volume 3,
No 2, Agustus.

Tabachnick, B.G. dan Fidell, L.S. (1996). Using Multi-


variate Statistics, Harper Collins College Pub-
lishers.
Triaryati, N. (2003). Pengaruh Adaptasi Kebijakan
Mengenai Work Family Issue Terhadap Absen
dan Turnover. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, Vol 5, No. 1, 85-96.

Vinokur,A.D, Pierce, P.F, Buck, C.L. (1999). Work-Fam-


ily Conflicts of Women in the Air Force: Their
Influence on Mental Health and Functioning,
Journal of Organizational Behavior, 20, 865-878.

Widjajani, S. (2008). Pengaruh Konflik Pekerjaan-


Keluarga pada Kepuasan Kerja, Kinerja,
Komitmen Organisasional, Tesis UGM.

Williams, L.J. dan Anderson, S.E. (1991). Job Satisfac-


tion and Organizational Commitment as Pre-
dictors of Organizational Citizenship and In-
Role Behaviors. Journal of Management, 17
(3):601-617.

219

Anda mungkin juga menyukai