Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH IMPLEMENTASI KOMUNIKASI

PERKANTORAN DI LINGKUNGAN MASYARAKAT


“Peranan Komunikasi Internal di Lingkungan Kerja
dan Implementasi Komunikasi Sosial Budaya”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata

Kuliah : Komunikasi Perkantoran

Pengampu : Indriani, S.Pd

Disusun Oleh:

Tiara Surya Putri NIM (521074)

ME 1

SEKOLAH TINGGI TEKNIK

MALANG 2022

Jl. Soekarno Hatta No.94, Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota


Malang, Jawa Timur 65142

Email: stt@stt.ac.id Tlp: (0341) 412611


DAFTAR ISI
Daftar Isi….....................................................................................................................I

Kata Pengantar….........................................................................................................II

BAB I (Pendahuluan)

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................4

BAB II (Pembahasan)

2.1 Pengertian, Urgensi Dan Fungsi Komunikasi Kantor.............................5

2.2 Komunikasi Internal...................................................................................7

2.3 Komunikasi Sosial Budaya........................................................................10

2.4 Implementasi Teori Komunikasi Sosial Budaya......................................12

BAB III (Penutup)

3.1 Kesimpulan..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah-NYA kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu yang telah di
tentukan .

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Perkantoran. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Komunikasi Perkantoran bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mrs. Indriani, S.Pd selaku dosen pengampu
Komunikasi Perkantoran . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 10 April 2021

Tiara Surya Putri


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Disetiap organisasi pasti menginginkan hal yang namanya berhasil dalam pencapaian
tujuan. Organisasi baiknya atau bisa dikatakan harus menyadari bahwa salah satu kunci
penting tercapainya tujuan itu sendiritergantung dari bagaimana kemampuan seorang
pegawai ataupun manajer untuk berkomunikasi secara efektif dengan stakeholder yang
lain. Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam setiap aspek
kehidupan. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau
gagasan.

Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan


penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai
kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut. Komunikasi merupakan
kunci dasar agar suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Komunikasi dibutuhkan
dalam rangka penyamaan persepsi antara pengirim (komunikator) dan penerima
(komunikan/audiens). Aktivitas komunikasi terjadi juga di perkantoran baik kantor
layanan pemerintah maupun swasta.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian, urgensi, dan fungsi komunikasi kantor ?
2. Apa saja unsur, proses dan prinsip komunikasi kantor ?
3. Apa saja jenis-jenis komunikasi kantor ?
4. Apa saja sarana komunikasi kantor ?
5. Bagaimana efektiftas komunikasi kantor ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Pengertian, urgensi, dan fungsi komunikasi kantor.
2. Untuk mengetahui unsur, proses dan prinsip komunikasi kantor.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis komunikasi kantor.
4. Untuk mengetahui sarana komunikasi kantor.
5. Untuk mengetahui efektiftas komunikasi kantor.
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian, Urgensi Dan Fungsi Komunikasi Kantor

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicates” atau “communicare”,


dalam bahasa inggris berarti “to impart or share” yang berarti menyampaikan atau
mambagi. Selanjutnya komunikasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli dalam
kaliamat yang bervarian. Dibawah ini beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan
oleh para ahli :

1. McKee, A

Komunikasi adalah tindakan menyampaikan pesan dari satu orang atau kelompok untuk
orang atau kelompok lain.

2. Boddy, D.

Komunikasi adalah pertukaran informasi melalui kata-kata tertulis atau lisan, simbol
dan tindakan untuk mencapai pemahaman bersama

3. Luthans, F., Doh, J.P.

Komunikasi adalah proses proses mentransfer makna dari pengirim ke penerima.

4. Mejia, L.R. G., dan Balkin, D.B.

Komunikasi adalah proses transmisi informasi yang berarti dari satu pihak ke pihak lain
melali penggunaan simbol-simbol bersama. Komunikasi akan berhasil apabila makna
dipahami bersama.

5. Hitt, M.A., J.S., dan Poter, L.W.

Komunikasi adalah proses mentransfer informasi, makna dan pemahaman dari pengirim
ke penerima.1

Dalam pengertiannya yang umum, komunikasi adalah penyampaian warta yang


mengandung macam-macam keterangan dari seseorang kepada orang lain. Dalam
komunikas itu sekaligus tercangkup penyalinan secara cermat gagasan- gagasan dari
seseorang ke dalam pikiran orang lain itu sehingga tercapai pengertian yang ditentukan
atau menimbulkan tindakan-tindakan yang diharapkan.
1 Rasto, Manajemen Perkantoran Paradigma Baru (Bandung: ALFABETA, 2015), hal. 127-128.

Organisasi merupakan kelompok individu yang bekerja secara independensi menuju


suatu tujuan. Individu akan dapat bekerja secara independensi hanya melalui
komunikasi. Komunikasi efektif sangat penting untuk semua organisasi. Tidak ada
individu, kelompok atau organisasi bisa ada tanpa berbagi makna di antara para
anggotanya. Chester Barnard menyatakan “sebuah organisasi lahir ketika ada orang
yang mampu berkomunikasi. Komunikasi adalah seperangkat yang dapat
mempertahankan organisasi. Dengan kata lain komunikasi tidak dapat dihindari dalam
fungsi organisasi. Komunikasi merupakan aliran dalam kehidupan atau nyawa dari
sebuah organisasi. Oleh karena itu komunikasi menjadi vital bagi kehidupan organisasi.
Berikut ini diuraikan pentingnya komunikasi bagi organisasi, antara lain:

1) Pasokan informasi kepada manager

2) Komunikasi keputusan manajer

3) Hubungan yang efektif

4) Koordinasi yang tepat

5) Pemeliharaan hubungan dengan pihak eksternal2

Terdapat empat fungsi komunikasi terhadap administrasi kantor. Diantaranya yaitu


fungsi kontrol, fungsi motivasi, fungsi emosi dan fungsi informasi. Berikut penjelasan
mengenai keempat fungsi tersebut.

1) Fungsi kontrol yaitu fungsi komunikasi yang digunakan untuk mengontrol


karyawan dengan menanyakan ulang deskripsi pekerjaannya, kepada siapa dia harus
melaporkan kembali hasil pekerjaannya, dan hal-hal yang membutuhkan komunikasi
dengan atasannya. Selain itu, komunikasi juga dapat mengontrol perilaku karyawan,
misalnya jika salah satu karyawan bekerja terlalu lamban atau lelet, teman yang lain
akan melakukan komunikasi atas dasar ketidak puasan mereka dengan kinerjanya, baik
berupa menjauhi, atau mengejek secara langsung bahwa yang bersangkutan bekerja
terlalu lambat.

2) Fungsi motivasi, fungsi ini digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan


dengan cara memberikan dorongan untuk bekerja lebih giat.fungsi ini biasanya
dilakukan melalui pemberian feedback atau umpan balik kepada bawahan mengenai apa
yang telah mereka lakukan, sebaik apa mereka mengerjakannya, dan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya. Motivasi tersebut dapat berupa
memberikan kata-kata yang dapat membangkitkan semangat kerja, pemberian
2 Rasto, Ibid. hlm.129-130

insentif, pemberian tunjangan, memberikan bonus, memberikan upah lebih tinggi,


memberikan kenaikan pangkat atau apapun yang dapat meningkatkan kinerja para
pekerja.

3) Fungsi emosi, salah satu tujuan bekerja adalah untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosial. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah komunikasi dimana
masing-masing anggota dapat menyampaikan emosinya, baik emosi positif maupun
emosi yang negatif. Emosi yang negatif misalnya frustasi atau tidak puas dengan
pekerjaan yang dikerjakannya, tidak puas dengan gaji yang diterima, tidak puas dengan
pelayanan manajemen yang diberikan kepadanya atau hal-hal lain yang mengandung
hal negatif bagi organisasi. Sedangkan emosi yang positif berarti penyampaian dari
emosi yang membangun yang harus dikelola untuk kemajuan perusahaan, misalnya
dengan kepuasan karena dilayani dengan baik dalam bekerja, diperhatikan oleh atasan,
gaji yang mencukupi dan hal-hal lain yang mengandung hal positif bagi organisasi.

4) Fungsi informasi, fungsi ini berhubungan dengan memperlancar pengambilan


keputusan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan mentransfer data dan
alternatif pilihan yang ada, individu atau organisasi akan lebih mudah dalam mengambil
keputusan. Fungsi ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen
kantor. Informasi yang diberikan sebaiknya harus berdasarkan fakta, transparan dan
memberikan manfaat bagi pemberi dan juga penerima informasi.

B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Internal

Komunikasi internal adalah proses penyampaian pesan-pesan yang


berlangsung antar anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan
dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan,maupun bawahan dengan
bawahan.Muhammad (2001) menyatakan bahwa komunikasi internal
adalah komunikasi yang dikirimkan kepada anggota dalam suatu organisasi
dengan kata lain penerima pesan dalam komunikasi internal adalah orang-
orang dalam organisasi. Muhammad (2001) menyatakan bahwa
terdapat 3 bentuk komunikasi internal yaitu
a. Komunikasi Kebawah
(Downward Communication) Yaitu komunikasi yang bergerak dari
pimpinan ke bawahan. Tiapkomunikasi yang mengalir dari pimpinan puncak
hingga ke bawah Mengikuti hierarki adalah komuniksi kebawah. Tipe-tipe
komunikasi kebawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Instruksi tugas

Instruksi tugas atau pekerjaan yaitupesan yang disampaikan kepada


bawahan mengenai apa yangdiharapkan dilakukan mereka dan
bagaimana melakukannya. Pesan itu dapat berupa perintah
langsung,deskripsi tugas, prosedur manualdan program latihan tertentu.
2) Rasional
Rasional pekerjaan adalah pesanyang menjelaskan mengenai tujuan
aktivitas dan bagaimana kaitanaktivitas itu dengan aktivitas lain dalam
organisasi atau obyek organisasi. Kualitas dan kuantitas dari
komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pemimpin
mengenai bawahannya.
3) Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah perluasan dari pesan rasional.
Pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan
kaitannya dengan perspektif organisasi,sedangkan pada pesan ideology
sebaliknya mencari sokongan dan antusian dari anggota organisasi
guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
4) Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untukmemperkenalkan bawahan dengan
praktik-praktikorganisasi,peraturan- peraturan organisasi,kebiasan dan
data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.

5) Balikan
Balikan adalah pesan yang berisiinformasi mengenai ketepatan individu
dalam melakukan pekerjaan. Salah satu bentuk sederhana dari balikan
ini adalah apabila pimpinan tidak mengkritik pekerjaannya, berarti
pekerjaannya sudah memuaskan.

b. Komunikasi Keatas (Upward Communication) Adalah arus komunikasi yang


bergerakdari bawah ke atas. Pesan yang disampaikan antara lain laporan
pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan, sikap dan perasaan karyawan
tentang beberapa hal,pengembangan prosedur dan teknik,informasi
tentang produksi dan hasil yang dicapai. Jika arus informasi keatas tidak
lancar maka manajemen tingkat atas atau pimpinan kurang mengetahui dan
menyadari secara tepat keadaan organisasi pada umumnya. Komunikasi
keatas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu sebagai berikut :

A. Dengan adanya komunikasi keatas pimpinan dapat mengetahui


kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan
bagaimana baiknya pimpinan menerima apa yang disampaikan
karyawan.

B. Arus komunikasi keatas memberikan informasi yang berharga


bagi pembuat keputusan.

C. Komunikasi keatas memperkuat apresiasi dan loyalitas bawahan


terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk
menanyakan pertanyaan mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang
jalannya organisasi.

3. Komuniksi Horisontal (Horizontal Communication)

Komunikasi horisontal ini sangat intern dilakukan antar bagian yang memiliki
tingkat sekuensi kerja yang tinggi, yang dimaksudkan Untuk menghemat waktu
dan memudahkan melakukan koordinasi yang dapat berlangsung secara
formal (hubungan-hubungan kerja dalam pembagian struktur kerja diatur
secara formal atau secara informal untuk mempercepat tindakan. Komunikasi
horisontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Bagian- bagian tertentu yang


sama jenjangnya dalam organisai kadangkadang perlu
mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan hal-
hal yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
organisasi.
b. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam
suatu organisasi diusulkan maka perlu ada pemahaman yang
sama dari semua komponen yang ada dalam organisasi.
c. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian
besar dari waktu kerja adalah berinteraksi dengan teman
untuk memperoleh sokongan hubungan interpersonal
dari temannya.

Di dalam suatu organisasi proses penyampaian informasi sangat penting sekali,


karena bukan saja merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, tetapi
juga kegiatan kerja sama antara satu sama lain dalam organisasi tersebut.

Proses kegiatan komunikasi itu harus diiringi oleh rasa saling pengertian
sehingga menciptakan kerjasama yang harmonis untuk kelancaran pekerjaan
karena di dalam suatu organisasi, tidak mungkin dapat terwujud bila tidak
disertai dengan cara melakukan komunikasi yang baik.

C. Komunikasi Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai
aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan
sebagainya. Di lain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan
mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi, telah menyebabkan dunia menuju ke arah
“desa dunia” (global village) yang hampir tidak memiliki batas-batas lagi sebagai
akibat dari perkembangan teknologi modern, khususnya teknologi komunikasi.
Dengan teknologi komunikasi interaksi dan pertukaran informasi menjadi mudah dan
cepat. Kendala geografis sudah tidak menjadi persoalan. Setiap orang dengan mudah
mengakses informasi yang asalnya dari berbagai tempat di berbagai belahan dunia.
Berbarengan dengan pertukaran informasi tersebut, terjadi pula proses pertukaran
nilai-nilai sosial budaya.

Oleh karenanya masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapi situasi-
situasi baru dalam konteks keberagamaan kebudayaan atau apa pun namanya.
Interaksi dan komunikasi akan melibatkan orang-orang dari berbagai latar belakang
sosial budaya. Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman latar belakang
sosial budaya, sering kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak
diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-
lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya

Tema pokok yang membedakan studi komunikasi sosial budaya dari studi ko-
munikasi lainnya ialah derajat perbedaan latar belakang, pengalaman sosial budaya
antara komunikator dan komunikan. Se- bagai asumsi dasar adalah bahwa di antara
individu-individu dengan kebudayaan yang sama umumnya terdapat kesamaan
(homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara
keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan.
Perbedaan-per- bedaan kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta
perbedaan lainnya, sep- erti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi
permasalahan inheren dalam proses komunikasi. Dengan sifatnya yang demikian,
komunikasi sosial budaya diang- gap sebagai perluasan dari bidang-bidang studi
komunikasi manusia, seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi organisasi dan
komunikasi massa.

Dalam perkembangannya teori komunikasi sosial budaya telah menghasilkan


sejumlah definisi. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa berbeda ras, etnik, atau
sosio ekonomi , atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996).

Sitaram (1970) menjelaskan, komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami


dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan Rich (1974), komunikasi bersifat sebagai
komunikasi sosial apabila terjadi di antara orang-orang yang berbeda latar belakang
sosial seperti strata sosial, pelapisan sosial, pranata sosial, dan sebagainya.

Sementara itu Stewart (1974) mendeskripsikan pengertian komunikasi sosial budaya


lebih komprehensif, yakni komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang
menunjukkan adanya perbedaan latar bela- kang sosial budaya seperti strata sosial,
bahasa , nilai-nilai, adat, dan kebiasaan. Young Yung Kim (1984) menegaskan,
komunikasi sosial budaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para
pesertanya memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, terlibat dalam
suatu kontak antara satu dengan lainnya, baik secara lang- sung atau tidak langsung.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dibuat simpulan pengertian komunikasi


sosial budaya, ialah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang yang berasal
dari lingkungan sosial budaya yang berbeda. Komunikasi sosial budaya terjadi ketika
dua atau lebih orang dengan latar belakang so- sial budaya yang berbeda
berinteraksi. Konsekuensinya adalah terjadinya interaksi nilai dan norma yang saling
berbeda sehingga berpotensi mengganggu keefektifan komunikasi.

Nilai adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan kuat oleh individu atau
kelompok sehingga mengikatnya dan lalu sangat berpengaruh pada perilakunya. Nilai
berkaitan dengan gagasan tentang baik dan buruk, yang dikehendaki dan yang tak
dike- hendaki. Nilai membentuk norma,yaitu aturan-aturan baku tentang perilaku yang
harus dipatuhi oleh setiap anggota suatu unit sosial sehingga ada sanksi negatif dan
positif. Norma sendiri ada berbagai tingkatan, yaitu:

(1) Adat istiadat (folkways), misalnya cara makan dan cara berpakaian; (2) mores,
yaitu sistem aturan tidak tertulis; dan (3) hukum (law) yakni sistem atura tertulis
dan perlang- garnya bisa dipenjarakan.

Norma sosial budaya adalah ketentuan baik dan buruk yang dipakai sebagai acuan
manusia dalam berinteraksi di lingkungan sosial budaya. Apabila tindakan sesuai den-
gan norma sosial budaya, maka tindakan itu dikategorikan baik. Norma sosial budaya
tersebut merupakan kesepakatan yang telah dibakukan atau dilembagakan. Norma
sosial budaya dapat diganti dengan norma yang baru, apabila didukung oleh
kesepakatan yang baru pula. Norma sosial budaya yang telah berjalan dalam waktu
yang cukup lama, menjelma menjadi adat istiadat atau tradisi.

Ada satu budaya adat orang Jawa yang terkenal yaitu budaya mangan ora mangan
waton ngumpul. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa orang Jawa menghargai
pentingnya hidup rukun, persahabatan, pergaulan, atau perjumpaan antar manusia.
Adanya adat istiadat yang tidak tertulis ini, menjadi sebab mengapa orang Jawa pada
umumnya hidup tenang dan bebas dari ketegangan. Dalam kehidupan sehari-hari,
setiap kesempatan digunakan untuk memelihara silahturahmi di antara kerabat
maupun kawan. Berkunjung ke tempat saudara atau teman lama tidak pernah
dilewatkan, apalagi bila sudah lama tidak bertemu. Mengunjungi teman atau tetangga
yang kesusahan selalu di- usahakan. Melawat kenalan yang mengalami musibah atau
orang meninggal merupakan kewajiban tak tertulis.

Ada lagi norma sosial budaya yang sejalan, yaitu “tuna satak batih sanak”. Artinya rugi
harta tetapi untung dapat saudara. Memang untuk menjalin silaturahmi itu diperlukan
biaya. Untuk mudik lebaran juga diperlukan biaya yang cukup besar. Tetapi hal itu
tidak menjadi masalah, tidak masalah rugi harta, karena dari silaturahmi itu akan
memperoleh keuntungan yang lebih besar nilainya, yaitu sanak, atau saudara, atau
ter- binanya ikatan famili, silaturahmi, dan integrasi sosial.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi sosial budaya adalah merupakan jenis


komunikasi yang sangat dominan, frekuensi terjadinya sangat tinggi. Mengapa?
Karena peluang berinteraksi dengan orang berbeda latar belakang sosial dan budaya
memang sangat besar. Komunikasi antara orang yang berbeda usia, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, agama, afiliasi politik, dan seba- gainya akan selalu terjadi.

Contoh komunikasi sosial budaya sebagai berikut bahwa kontak mata dianjurkan
selama berkomunikasi di Medan. Ini adalah nilai budaya yang dijunjung tinggi di sana.
Bila orang berbicara kepada penduduk Medan dengan menghindari kontak mata,
maka ia dianggap menyembunyikan sesuatu atau tidak berkata benar, dan juga
dianggap tidak mengindahkan etika. Coba bandingkan dengan nilai sosial budaya di
Jawa, justru ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dianjurkan untuk
menunduk dan tidak menatap langsung ke wajahnya.

Bahasa dapat terjadi dalam area baik verbal maupun nonverbal. Khususnya,
komunikasi nonverbal sangat rumit, dan biasanya merupakan proses yang spontan.
Orang-orang tidak sadar akan sebagian besar perilaku nonverbalnya sendiri, yang
dilakukan tanpa berpikir, spontan, dan tidak sadar (Samovar, Larry A. Dan Richard E.
Porter, 1994). Kita biasanya tidak menyadari perilaku kita sendiri, maka sangat sulit
untuk menandai dan menguasai baik perilaku verbal maupun perilaku non- verbal
dalam budaya lain. Kadang-kadang kita merasa tidak nyaman dalam budaya lain
karena kita merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Khususnya, bahasa nonverbal,
isyarat atau simbol yang digunakan memiliki makna yang tidak sesuai dengan yang
kita ketahui selama ini. Misalnya untuk memberitahukan adanya suasana berkabung
ada masyarakat yang menggunakan bendera warna putih (Yogyakarta), merah
(Surakarta), kuning (Jakarta) hitam (Jawa Timur). Pada hakikatnya komunikasi sosial
bu- daya menjunjung tinggi asas kesetaraan dan keterbukaan meskipun berbeda latar
bela- kang sosial budayanya. Bahkan adanya per- bedaan latar belakang sosial
budaya harus disikapi secara arif sehingga tidak timbul kesenjangan, tetapi justru
dapat memper- kaya pengalaman.

D. Implementasi Teori Komunikasi Sosial Budaya


Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial budaya tertentu. Setiap
lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan adanya nilai-nilai sosial
budaya yang diacu oleh warga masyarakat penghuninya. Dengan demikian pola peri-
laku dan cara berkomunikasi akan diwarnai oleh keadaan, nilai, kebiasaan yang
berlaku di lingkungannya. Melalui suatu proses bela- jar secara berkesinambungan
setiap manusia akan menganut suatu nilai yang diperoleh dari lingkungannya.

Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk


“kebiasaan”, yaitu pola perilaku hidup sehari-hari. Dengan demikian pola pe- rilaku
seseorang dalam berkomunikasi den- gan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai- nilai
yang diperoleh dari lingkungan sosial budayanya.

Oleh karena setiap individu memiliki lingkungan sosial budaya yang saling ber- beda
dengan yang lain, maka situasi ini menghasilkan karakter sosial budaya setiap
individu bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain. Meskipun berasal dari
ke- luarga yang sama, karakter seseorang tidak- lah sama persis dengan anggota
keluarga lainnya karena lingkungan sosial tidak ter- batas pada keluarga, melainkan
mencakup teman sebaya, masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya.

Budaya dan komunikasi tak dapat dipi- sahkan oleh karena budaya tidak hanya
menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi
pesan, tetapi juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk
mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.

Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya


tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi.
Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.

Implementasi teori komunikasi sosial budaya diharapkan dapat mengembangkan


tanggung jawab sosial. Prinsip-prinsip komunikasi sosial budaya perlu
diimplementasi- kan dalam kehidupan sehari-hari agar ter- cipta keharmonisan dan
integrasi berbangsa. Pada dasarnya semua komponen masyarakat perlu memahami
prinsip-prinsip komunikasi sosial budaya, namun salah satu pihak yang dipandang
memiliki posisi strategis adalah para pengelola media, para pemuka penda- pat, dan
komponen sumber informasi lainnya. Dengan menerapkan teori komunikasi sosial
budaya, sumber informasi dan pengelolaan media dapat terpandu untuk mencintai
kebajikan dan kebenaran. Mengedukasi masyarakat dengan konten informasi yang
dikemas secara independen dan transparan, mengutamakan kebenaran, dan
menghargai perbedaan latar belakang sosial budaya.

Tujuan kajian tentang komunikasi sosial budaya adalah untuk mengantarkan ke- pada
suatu kompetensi pengetahuan bahwa perbedaan latar belakang sosial budaya dapat
mengakibatkan kurang efektifnya proses komunikasi. Dengan studi ini tidak hanya
menekankan bagaimana orang yang saling berbeda latar belakang sosial budaya
dalam berbicara, tetapi bagaimana mereka bertindak antar orang dan bagaimana
mereka mengikuti aturan-aturan terselubung yang mengatur perilaku anggota
masyarakat yang memiliki acuan nilai sosial dan budaya saling berbeda. Dengan
menerapkan prinsip komunikasi sosial budaya diharapkan:

(a) memahami bagaimana perbedaan latar belakang sosial budaya mempengaruhi


praktik komunikasi; (b) mengidentifikasi kesulitan- kesulitan yang muncul dalam
komunikasi sosial budaya; (c) meningkatkan keterampilan verbal dan nonverbal dalam
berkomunikasi sehingga mampu berkomunikasi efektif. Interaksi sosial di masyarakat
merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komu- nikasi antaindividu, anarkelompok,
antar- masyarakat.

Di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transformasi) dan pengalihan


(transfer) pengetahuan, keter- ampilan ataupun sikap dan nilai dari komu- nikator
(pemuka pendapat, pengelola media, indivudu) kepada komunikan (individu dan
masyarakat) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pada hakikatnya komunikasi sosial bu- daya menjunjung tinggi asas kesetaraan
antara komunikator dan komunikan. Bah- kan adanya perbedaan latar belakang
budaya antara komunikator dan komunikan harus disikapi secara arif sehingga tidak
timbul kesenjangan, tetapi justru dapat memperka- ya pengalaman. Berdasarkan
prinsip memak- lumi perbedaan latar belakang sosial budaya ini, maka
implementasinya dalam proses ko- munikasi dapat diuraikan berikut ini.

 Pertama, setiap individu memiliki nilai- nilai sosial budaya dan berhak
menggunakan nilai-nilai itu.Dalam hal ini komunikator dan komunikan yang
saling berbeda latar belakang budaya, harus bisa saling meng- hargai. Apabila
terjadi perbedaan penafsiran dan pemaknaan atas lambang-lambang ter- tentu,
hal itu harus dimaklumi dan dipergunakan sebagai awal untuk saling berbagi
pengetahuan sehingga di kemudian hari dapat dilakukan komunikasi yang
efektif, yang ditandai oleh adanya kesamaan pengalaman dalam memberi arti
simbol-simbol oleh komunikator dan komunikan.

 Kedua, setinggi interaksi sosial mengikuti pola komunikasi horizontal dua arah,
bukan vertikal satu arah. Setinggi horizontal, artinya posisi pihak-pihak yang
berkomunikasi adalah sejajar. Komunikasi dua arah, berarti komunikator mesti
membangun sistem komunikasi dua arah dengan, sehingga proses komunikasi
pada hakikatnya adalah proses ”berbagi”.

 Ketiga, empati merupakan kaidah emas untuk mengatasi ancaman kegagalan


berkomunikasi kaidah. emas mengasumsikan bah- wa semua orang itu sama
dalam hal memiliki perasaan. Semua orang adalah sama dalam hal: ingin
memperoleh kesenangan, keselamatan, keberhasilan, kenyamanan, dan seba-
gainya. Dengan kata lain, kalau kita melaku- kan suatu tindakan, kita harus
selalu ingat, kalau kita tidak suka dipermalukan, maka semua orang juga sama:
tidak berkenan apa- bila dipermalukan. Oleh karena itu empati sangat penting
untuk dikembangkan dalam proses komunikasi di masyarakat.

Empati adalah memposisikan diri pada posisi orang lain. Empati


menggambarkan pergeseran perspektif dari kita pada pengalaman orang lain
yang berbeda. Pergeseran perspektif ini sering kali disertai dengan kesediaan
berpartisipasi dalam pengalaman orang lain, paling tidak berperilaku yang
sesuai dengan pengalaman itu.
 Keempat, proses komunikasi tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi
juga mendidik nilai-nilai sosial budaya. Untuk mewujudkan komunikasi yang
bermakna bagi pengembangan manusia seutuhnya, maka dalam pertukaran
informasi tidak hanya bermaksud transfer pengetahuan, tetapi juga transfer
nilai-nilai sosial budaya.

 Kelima, perlunya memahami karakteristik komunikan dan berusaha


menyesuaikan cara berkomunikasi dengan karakteristik komunikan tersebut.
Komunikator yang baik dan memahami karakteristik komunikannya agar ia
sukses dalam melaksanakan perannya.

 Keenam, komunikasi sosial budaya seba- gai proses pertukaran informasi


secara terbuka. Komunikasi secara terbuka diindikasikan oleh adanya peluang
yang sama dari komunikator dan komunikan untuk menyampai- kan gagasan.
Keefektifan komunikasi yang didesain secara terbuka tersebut tergantung dari
kedua belah pihak, namun, karena komunikator yang memegang kendali maka
tanggung jawab terjadinya komunikasi yang sehat, terbuka dan efektif terletak
di tangan komunikator.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Komunukasi adalah sebagai proses mengirim dan menerima pesan dan


dikatakan efektif apabila pesan tersebut dapat dimengerti dan menstimulasi
tindakan atau dorongan untuk bertindak sesuai dengan pesan. Atau sebagai
proses pemindahan data dan memahami makna yang dimaksudkan. Dalam
suatu kantor terdapat banyak jenis komunikasi dimulai dari tingkat atas ke
bawah, tingkat bawah ke atas maupun komunikasi yang setara kedudukannya.
Proses komunikasi merupakan proses yang dinamis dan timbal balik yang
dapat digambarkan adalah pengirim mempunyai ide, setelah itu pengirim
menyandikan ide, pengirim mempunyai pesan, tahap selanjutnya penerima
mengirim pesan, penerima menguraikan pesan dan penerima menerima pesan.

Fungsi komunikasi adalah fungsi kontrol, fungsi motivasi, fungsi emosi dan
fungsi informasi. Dari fungsi keempat tersebut, tidak ada fungsi yang lebih
penting dari yang lain. Setiap proses komunikasi yang terjadi di dalam
organisasi akan melibatkan lebih dari satu fungsi yang ada.Ciri-ciri pesan yang
efektif adalah menyediakan informasi yang praktis, memberikan fakta
dibandingkan kesan, mengklarifikasi dan menyingkat informasi serta membujuk
dan menyediakan rekomendasi.

Komunikasi sebagai salah satu alat dalam menjalankan proses kegiatan


pencapaian tujuan, maka apabila komunikasi berjalan dengan baik dan efektif
maka akan mengakibatkan daya guna organisasi lebih besar dalam pencapaian
tujuan organisasi. Pentingnya organisasi dalam usaha pimpinan mempengaruhi
kegiatan bawahannya, maka penting kiranya untuk diketahui oleh pimpinan
bagaimana komunikasi yang efektif dapat diterapkan agar mereka dapat
memimpin bawahanya dengan lebih berhasil.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya proses kegiatan


komunikasi bagi seorang pimpinan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan
yang telah digariskan oleh suatu organisasi. Hal ini dapat dipahami sebab
komunikasi yang tidak baik mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan
organisasi, misalnya konflik antar pegawai. Sebaliknya, komunikasi yang baik
dapat meningkatkan saling pengertian, kerja sama dan kepuasan kerja. Oleh
karena itu, hubungan komunikasi yang terbuka harus diciptakan dalam
organisasi.
Integrasi bangsa adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kondisi
yang harmonis, nyaman, teratur, dan saling solider meskipun dihadapkan pada
berbagai perbedaan. Sebagai contoh, kondisi bangsa Indonesia menunjukkan
adanya keharmon- isan sosial, karena dalam negara kesatuan yang
penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa, dan tersebar di berbagai
daerah da- lam kondisi yang berbeda-beda namun soli- daritas dan
kebersamaan dijunjung tinggi.

Bangsa Indonesia berbeda baik dalam hal lingkungan alam, dalam hal
kesejahter- aan hidup, kesempatan pendidikan, pilihan politik, agama dan
interestnya, dan sebagain- ya. Keanekaragaman ini, jika dikelola secara baik,
akan menjadikan khazanah ke-Indo- nesia-an yang luar biasa. Tetapi
sebaliknya, jika perbedaan-perbedaan itu, tidak dikelola secara baik, maka
perbedaan-perbedaan di- maksud akan menjadi persoalan, yang pada
ujungnya akan memunculkan ketidakhar- monisan dan konflik.

Ketidakharmonisan dan konflik ham- pir pasti akan memperlemah dan memper-
lambat kemajuan pembagunan Indonesia dalam persaingan dengan negara-
negara berkembang lainnya. Apalagi dengan nega- ra-negara yang terlebih
dahulu sudah maju.

Salah satu upaya untuk menjaga integrasi bangsa adalah dengan


meningkatkan pen- erapan prinsip komunikasi sosial budaya. Dalam hal ini
interaksi antar anak bangsa harus menjujung tinggi solidaritas dan tol- eransi
terhadap perbedaan nilai-nilai sosial budaya.
Daftar Pustaka

Rasto. 2015. Manajemen Perkantoran Paradigma Baru. Bandung: Alfabeta.

Gafinov, Ivan tinarbudi. 2016. Manajemen perkantoran. Yogyakarta : Parama


Publishing. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Karya Ofset.

Rismi Somad dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Komunikas. Bandung:
Alfabeta. Badri, M.Sukoco. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran
Modern. Surabaya: Erlangga.

Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara. Jakarta.


Abdurrachman, Oemi 1983, Dasar-Dasar Publik Relation, Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Onong, Ucahjana, 1993, Human Relation Dan Public Relation, Bandung:
Cv. Mandar Maju.

Ali Murtadha. 2009. “Sistem Informasi Pe- merintah Kabupaten Aceh Tengah” da-
lam Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. Vol 10. No. 1. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Komu- nikasi dan Informatika. Medan.

Budiman. 2011. “Telepon Seluler dan Efektivi- tas Komunikasi Pedesaan” dalam
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangu- nan. Vol 12. No. 2. Balai Besar
Pengka- jian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika. Medan.

Kitty O. Locker.2004. Business and Admin- istrative Communication. Boston:


McGraw-Hill Irwin.

Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss. 2005. Human Communication. Buku Pertama &
Ke- dua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rochayat Harun & Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan dan


Peruba- han Sosial. Jakarta: PT Rajagrasindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai