Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH ILMIAH

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

Oleh Kelompok 1 :

1.Hanan Dzaky Firdaus NIM : 442023121139

2.Faturrahman NIM : 442023

Dosen Pembimbing:

Al-Ustadz Salman Al-Farisi M.Pd

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS PENDIDIKAN

PONOROGO

2023 / 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahun di dunia ini tidaklah ada yang sama, semuanya mempunyai perbedaan
dan karakteristik yang berbeda. Hal tersebut membuat ilmu pengetahun yang didalami semakin
berarti dan tentunya memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan di masa datang. Apabila
suatu ilmu dikembangkan dan ditelaah lebih jauh lagi dengan kontek dan kondisi serta ruang dan
waktu yang berbeda, maka akan terlahir pula suatu ilmu yang kreatif dan mempunyai ciri khas
yang unik sekalipun ilmu itu bukan berasal dari agama dan budayanya.

Seperti halnya filsafat Islam, pada awalnya sudah diketahui bahwa filsafat merupakan
pengetahuan yang berasal dari Yunani, akan tetapi para filosof, para ahli keagamaan Islam, atau
orang-orang muslim semasanya, yang mempunyai kegiatan untuk berfikir, senantiasa menggali
lebih dalam lagi mengenai filsafat. Sehingga ilmu filsafat yang tadinya berasal dari agama dan
ajaran Yunani, kemudian dikemas dan dikaitkan dengan hal-hal atau ilmu-ilmu yang bersumber
dari al-Qur'an dan as-Sunnah, maka lahirlah filsafat Islam sebagai ilmu pengetahuan yang cukup
popular yang dikembangkan dan diajarkan secara turun temurun oleh para filosof kepada
generasi-generasinya atau kepada murid-muridnya.

Dalam membahasa filsafat Islam

walaupun dalam kurun waktu yang sama. Karenanya,wajar apabila pengertian filsafat
mengalami perbedaan dalam penafsirannya (Jalaluddin & Usman Said, 1994: 8).Perkembangan
dan perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman memiliki corak dan ciri yang berbeda.Kondisi
ini cenderung memacu manusia untuk selalu..berpikir mencari nilai kebenaran itu. Namun,
karena ada

perbedaan cara pandang dalam menafsirkan kebenaran

tersebut, maka belum ada kesepakatan mengenai hakikat

dan definisi filsafat. Menurut Titus, Smith dan Nolan


(Jalaluddin dan Usman Said, 1994: 8), perbedaan definisi

ini paling tidak dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi,

antara lain adat istiadat, kebiasaan, dan sejarah.

Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah mem-

beri kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna

mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh

suatu masyarakat atau bangsa. Karena itu, tak heran

bila filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu negara

dipengaruhi oleh filsafat hidup yang menjadi anutan

bangsa di negara tersebut.

Terkait dengan itu, pokok bahasan dalam buku ini

difokuskan pada tujuh masalah pokok yang berkaitan

dengan pemikiran filsafat pendidikan, yaitu:

Pengertian dan ruang lingkup bahasan filsafat pendi-

dikan:

2. Latar belakang munculnya filsafat pendidikan:

Beberapa aliran filsafat pendidikan modern ditinjau

dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi:

kedalaman mengenai kebajikan dimungkinkan untuk

dapat ditemukan. Sistematis, karena filsafat menggunakan


berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan

hukum-hukum yang ada (Imam Barnadib, 1994: 11-

12). Karena itu, menurut Harun Nasution, filsafat ialah

berpikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat

pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-

dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan (5.

Nasution, 1973: 24).

Berpikir seperti ini, menurut Jujun S. Srisuma

adalah sebagai karakteristik dan berpikir filosofis. Ia

berpandangan bahwa berpikir secara filsafat merupakan

cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh, dan

mendasar untuk sesuatu permasalahan yang mendalam.

Begitu pun berpikir secara spekulatif, termasuk dalam

rangkaian berpikir dengan cara merenung, memikirkan

segala sesuatu sedalam-dalamnya, tanpa keharusan

adanya kontak langsung dengan Objek sesuatu tersebut.

Tujuannya adalah untuk mengerti hakikat sesuatu

(Muhammad Noor Syam, 1986: 25).

Karena pemikiran-pemikiran yang bersifat filsafat


didasarkan atas pemikiran yang bersifat spekulatif,

maka nilai-nilai kebenaran yang dihasilkannya juga tak

terhindarkan dari kebenaran yang spekulatif. Hasilnya

akan sangat tergantung dari pandangan filosof yang

bersangkutan. Oleh karena itu, pendapat yang baku dan

diterima oleh semua orang agak sulit diwujudkan. Padahal

kebenaran yang ingin dicapai oleh filsafat ialah kebenaran

yang bersifat hakiki, hingga nilai kebenarn tersebut dapat

dijadikan pandangan hidup manusia.

Anda mungkin juga menyukai