SKRIPSI
OLEH:
SITI HALIMAH
105101003304
2010 M / 1431 H
78
79
SKRIPSI
OLEH:
SITI HALIMAH
105101003304
2010 M / 1431 H
80
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Siti Halimah
81
ABSTRAK
ABSTRACT
References : 46 (1980-2006)
83
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing Skripsi I
Pembimbing Skripsi II
84
Ketua
Anggota I
Anggota II
CURICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
Tahun Riwayat Pendidikan
2005-2010 S1- Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2002-2005 SMUN 1 Tambun Selatan
2000-2002 SLTPN 1 Tambun Selatan
1995-2000 SDN Mangun Jaya 03
1994-1995 TK Nurul Amin
Pegalaman Pelatihan
Tahun Pengalaman Pelatihan
2008 Training Sistem Manajemen K3 OSHAS 18001 : 2007
2008 Training Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004
Pengalaman Organisasi
Tahun Pengalaman Organisasi
2008-2010 Anggota Forum Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Jurusan
Kesehatan Masyarakat (FSK3)
2008-2009 Sekretaris PASIFIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2006-2007 KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2003-2004 Sekretaris Kelompok Ilmiyah Remaja (KIR) SMUN 1 Tambun Selatan
86
Lembar Persembahan
ِِ
ِِْ ا
ِ ا
َِْ ا
KATA PENGANTAR
ا
م ور ا و آ
Dengan menyebut nama Allah SWT dengan segala Kekuatan dan Rahmat-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan
manfaat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan
ibadah kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya.
Skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Mempangaruhi Perilaku Aman
Karyawan di PT SIM Plant Tambun II Tahun 2010” disusun sebagai salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat
kepada :
1. Keluargaku yang tiada letih melimpahkan kasih sayangnya, kebahagiannya,
semangatnya, dan perjuangan serta pengorbanannya yang tiada terhingga
untukku. Terutama untuk ibu dan bapakku, doa kalian ibarat sungai nil yang tak
kan pernah kering dan tiada tertandingi. Aku bersyukur mempunyai kalian.
Thanks to Allah yang memberikan kalian kepadaku. Tak lupa pula tuk adikku
yang memberikanku semangat baru untuk menjadi lebih baik lagi.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
5. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku Pembimbing I yang selalu siap memberikan
bimbingan dan pengarahan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi,
terima kasih ibu atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa
yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku pembimbing II, Terima kasih kepada Ibu
yang secara tulus dan penuh kesabaran membimbing dan mengajarkan banyak hal
tentang kuliah dan kehidupan. Pengalaman dan pengetahuan ibu menjadikan ibu
88
sosok yang bijak, kuat, tegar dan tegas. Ibu adalah salah seorang yang menjadi
inspirasiku dalam kehidupan ini.
7. Bapak Dr Drs. Tri Krianto, MKes selaku dosen penguji dalam sidang skripsi,
terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi penguji dan memberikan bimbingan,
saran-saran, kemudahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi.
8. Bapak Yudi Prasetyo, SE selaku Staff Safety member yang penuh canda dan
secara terbuka menerima dan memberikan kritik dan saran yang bermanfaat
selama kegiatan skripsi berlangsung. Terima kasih atas semua waktu, bantuan,
perhatian yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
9. Bapak Suhendra, SE selaku Safety Officer yang tak lelah memantau
perkembangan skripsi dan memberikan saran dan kritikan yang bermanfaat.
10. Bapak Bambang selaku HRD yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
11. Bapak Sasongko yang menambah kecerian dan semangat selama proses skripsi.
12. Seluruh staff safety member dan TC yang banyak memberikan dukungan dalam
proses penyusunan skripsi.
13. Om Gito Susilo yang telah membukakan jalan menuju gerbang PT. SIM Plant
Tambun II.
14. Seluruh Staff dan pekerja di PT. ISI Plant Tambun II, terimakasih atas waktunya,
bantuannya, dan perhatiannya.
15. Yuni Harti, teman seperjuangku selama penyusunan skripsi di PT. SIM Plant
Tambun II, terimaksih atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan canda tawanya
selama ini.
16. Sahabat-sahabat terbaikku yang walaupun jauh namun begitu erat memberikan
semangat, pemikiran, perhatiannya selama proses penyusunan skripsi dan
kehidupan ini, Thanks ”Unforgetable all of you”.
17. Teman- teman UIN, FKIK, Kesmas, K3 Yang telah banyak memberikan
dukungan dan kebaikan selama perkuliahan hingga saat ini. Thanks 4 all.
18. For My Silvester, yang tiada lelah menemani dan memberikan bantuan, semangat,
dan perhatiannya dalam menyempurnakan penyusunan skripsi ini.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca
lain.
و ا
م ور ا و آ
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
………………………………………………… 8
……………………………………………… 11
DAFTAR TABEL
Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat antara faktor Internal dan eksternal
Tabel 5.8 Hasil Analisis Multivariat Antara Peran Pengawas dan Peran
Tabel 5.9 Hasil Uji Interaksi antara Peran Pengawas Dan Peran Rekan
96
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan
ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan dapat membahayakan orang,
menyebabkan kerusakan pada properti atau kerugian pada proses. Kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang terjadi dapat menganggu operasi perusahaan. Kerugian
yang dialami perusahaan dapat berupa kerugian ekonomi dan non ekonomi.
Kerugian ekonomi adalah segala kerugian yang bisa dinilai dengan uang, seperti
perawatan, dan santunan bagi tenaga kerja yang cidera/sakit, serta hari kerja yang
hilang karena operasi perusahaan yang terhenti sementara. Kerugian non ekonomi
100
antara lain yaitu rusaknya citra perusahaan, bahkan jika kejadian itu menimbulkan
bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, hal ini setara dengan 1 orang
setiap 15 menit atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit dan kecelakaan kerja
yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali
menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam
tahun 2003 terjadi 105.846 KK, kemudian pada tahun 2004 turun menjadi 95.418
KK. Pada tahun 2005, angka kecelakaan kerja meningkat menjadi 99.023 KK.
Angka ini tahun 2006 turun menjadi 95,624 KK (Jamsostek, 2008). Data tersebut
belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-
Sementara itu, jika kita melihat The Heinrich Triangle dalam Bird dan
Germain (1990) yang dikutip oleh Sialagan (2008) dapat terlihat rasio terjadinya
adalah minor injuries, dan 300 adalah insiden near-miss. Begitu juga studi kasus
101
adalah cidera ringan, 30 adalah kerusakan harta benda, dan 600 adalah kecelakaan
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku
kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe
kontribusi perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act). Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang memegang
dilakukan oleh Stephen Guastello (1993) dalam Geller (2001) terhadap beberapa
mengurangi cidera di tempat kerja yaitu sebesar 59,6% diikuti dengan pendekatan
keselamatan kerja baik yang bersikap reaktif atau proaktif. Dalam perspektif
102
reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang berisiko atau tidak aman
(at risk behavior) yang berakibat pada kerugian. Hal ini dapat diartikan bahwa
upaya reaktif menunggu terjadinya tidak aman dulu. Sedangkan dalam perspektif
proaktif upaya keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku aman (safe behavior)
juga menyebutkan agar pencapaian behavior based safety berhasil adalah lebih
peningkatan perilaku aman. Upaya ini berujung pada usaha pencegahan terjadinya
kecelakaan di tempat kerja atau hal ini dapat dikatakan juga berupa pendekatan
Sedangkan faktor yang berasal dari luar (eksternal) sperti lingkungan fisik/non
(Notoadmodjo, 2003).
Hendrabuwana (2007) pada tahun 2007 yang dilakukan pada pekerja Departemen
metode cross sectional diperoleh 45,1% (23 orang) berperilaku kerja selamat dan
lingkungan.
PT EGS Indonesia yang dilakukan pada bulan November tahun 2008, dengan
jumlah pekerja sebanyak 31 orang yang terdiri dari 10 orang personil kantor dan
baik berperilaku aman. Selain itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara
faktor pengetahuan, motivasi, persepsi, peran rekan kerja, dan penyelia terhadap
perilaku aman. Penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Helliyanti
(2009) pada pekerja Dept. Utility and Operation PT Indofood Sukses Makmur
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills tahun 2009 diperoleh responden yang
sebanyak 40%.
kurang baik berpengaruh terhadap perilaku pekerja yang tidak aman dibanding
peran pengawas yang baik (8,85%). Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan
peran pengawas yang kurang baik cenderung 9,633 kali mendorong pekerja
berperilaku tidak aman daripada peran pengawas yang baik (95% CI 3.970-
104
yaitu peran rekan kerja yang rendah (40,71%), persepsi yang rendah (36,63%),
yang dilakukan oleh supervisor dan rekan kerja tidak hanya untuk tenaga kerja
baru tetapi juga untuk pekerja lama yang telah lama berada di lokasi kerja. Selain
itu, pengawasan terhadap pekerja untuk berperilaku aman akan kurang efektif
manajemen yang ada. Jadi, supervisor (pengawas) yang baik akan menumbuhkan
rasa tanggung jawab yang pada akhirnya akan membentuk perilaku kerja yang
PT. SIM Plant Tambun II atau PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun
kendaraan roda empat bermerk SUZUKI. Berikut ini adalah data kecelakaan
akibat Unsafe Act di area produksi PT SIM Plant Tambun II, yaitu :
105
tingkat kecelakaan kerja akibat unsafe act semakin menurun. Meskipun demikian,
dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 dan 2008 terjadi peningkatan kecelakaan
yang berat seperti dua jari tangan dan punggung telapak tangan yang terjepit
mesin, dan luka bakar pada tangan karena terkena cairan soda api.
Kecelakaan akibat unsafe act yang terjadi di PT SIM Plant Tambun II ini
tempat yang tidak seharusnya, kurang memahami cara bekerja yang aman,
bekerja yang kurang ergonomis, pekerja yang menaruh komponen di tempat yang
sembarangan.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa unsafe act dan unsafe condition
hatian dan perilaku pekerja yang aman sangat dibutuhkan untuk menghindari
yang dapat dilakukan apabila mesin sulit dikendalikan. Selain itu, Heinrich (1980)
106
memperkirakan 85% kecelakaan adalah hasil kontribusi perilaku kerja yang tidak
Tambun II pada bulan Oktober 2009 diperoleh 7 dari 15 pekerja yang berperilaku
tidak aman (46,67%) seperti tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) lengkap,
duduk di jig (tempat meletakkan komponen) dan Pallet (Rak komponen) dan 8
perilaku aman karyawan di area produksi PT SIM Plant Tambun II tahun 2010.
Adapun faktor-faktor yang akan diteliti antara lain, faktor internal meliputi
pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, umur, lama bekerja, status karyawan, dan
promotions/promosi K3, pelatihan K3, peran pengawas dan peran rekan kerja.
II terdapat peningkatan jenis kecelakaan yang berat dari tahun 2008 ke tahun
2009 seperti jari kelingking tangan dan punggung telapak tangan yang terjepit
mesin, dan tangan yang terkena cairan soda api. Selain itu, berdasarkan hasil studi
dari 15 pekerja yang berperilaku tidak aman (46,67%) dan 8 orang diantaranya
2010.
tahun 2010?
keselamatan, peran pengawas, dan peran rekan kerja) dengan perilaku aman di
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2010.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi tentang
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, bahan bacaan, dan
behavior).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 – Maret 2010. Metode
wawancara.
111
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan sosial pada
orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
(Kondarus, 2006).
pengendalian perilaku.
lain :
kerja.
efisien.
(2002) dalam Neal dan Griffin (2002) adalah sesuatu yang berkenaan
suatu prioritas yang dapat disampaikan lagi, tetapi suatu nilai yang
kepribadian).
114
Orang Lingkungan
Equipment, peralatan,
Pengetahuan, Ketrampilan, mesin, Housekeeping,
Kemampuan, Inteligensi,
Motif, Kepribadian
Budaya Panas/Dingin, Engineering,
Standar, prosedur operasi
Keselamatan
Perilaku
Persetujuan, Pelatihan,
Pengenalan, Komunikasi,
Pertunjukan, “kepedulian yang
aktif”
Gambar 2.1
Total Budaya Keselamatan Yang Memerlukan Perhatian Yang
Berkesinambungan Pada Tiga Jenis Faktor Penyokongnya
faktor tersebut maka kedua faktor lainnya pun ikut berubah. Geller
115
integrasi diperoleh dua faktor internal dan eksternal. Hal ini dapat terlihat
Manusia
Internal Eksternal
Status ciri-ciri: Perilaku:
Sikap, kepercayaan, Pelatihan, Pengenalan,
perasaan, pemikiran, Persetujuan, komunikasi,
kepribadian, persepsi, dan dan menunjukan
nilai-nilai, tujuan kepedulian secara aktif.
• Pendidikan • Pelatihan
• Person Based • Behavior based
• Teori Kognitif • Ilmu Perilaku
• Survey Persepsi • Audit Perilaku
Gambar 2.2
Aspek internal dan eksternal yang dapat menentukan keberhasilan
proses keselematan
proses keselamatan kerja terdiri dari dua faktor internal (meliputi sikap,
berisiko atau tidak aman (at risk behavior) yang berakibat pada kerugian.
Hal ini dapat diartikan upaya reaktif menunggu terjadi tidak aman dulu.
ketakutan dan citra yang jelek untuk diketahuinya oleh pihak lain
suatu kecelakaan.
(Neal dan Griffin, 2002). Berikut ini adalah korelasi kinerja keselamatan
Safety
climate sub
dimensions Knowledg
Safety Safety
e & Skill
climate Performance
Motivation
Safety
Safety climate
sub dimensions
e.g.
118
Gambar 2.3
Korelasi antara antisiden, determinan dan komponen-komponen
kinerja keselamatan
Neal dan Griffin (2002) mengungkapkan bahwa hanya tiga penentu yang
motivasi.
kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga; oleh karena
ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 1996). Selain itu, menurut
proses produksi.
Gambar 2.4
The ILCI Loss Caution Model
2.3. Perilaku
yang dapat di observasi oleh orang lain. Tetapi apa yang dilakukan atau
tindakan yang dilakukan mahluk hidup dan pada dasarnya perilaku dapat
diamati melalui sikap dan tindakan. Namun tidak berarti bahwa bentuk
perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga
merespon.
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut
bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat
(1990) perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku Kesehatan dan
tetapi juga pada kesehatan kerjanya. Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku
aman, yaitu :
1. Menurut Frank E Bird dan Germain (1990) dalam teori Loss Causation
j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
123
1980).
Predisposing Factors
• Pengetahuan
• Sikap
• Persepsi
• Nilai
• Keyakinan
• Variabel demografi
Enabling Factors
• Fasilitas penunjang
• Peraturan Perilaku
• Kemampuan sumber
daya
Reinforcing Factors
125
Gambar 2.5
Teori Lawrence Green (1980)
Kurt Lewin (1970) dalam Notoatmodjo (2003) berpendapat
dan sebagainya.
A. Teori Ramsey
Bila keempat tahapan ini dapat berlangsung dengan baik maka akan
kerja tertentu.
cenderung celaka.
terjadi didalam suatu situasi kerja yang spesifik dimana setiap orang
kebetulan. Pengertian yang kedua ini lebih jelas dari pada yang
1999).
pemikiran seperti :
a. Setiap perilaku kerja yang aman atau yang tidak aman didalam
kecelakaan).
a. Visi
b. Style (Gaya)
c. Hubungan motorik-Persepsi
d. Attitude (sikap)
e. Pengalaman
f. Umur
C. Teori Ramussen
melakukannya.
aktivitas.
pelindung.
dua, yang pertama karena tindakan tidak aman yang dilakukan oleh
pekerja dan yang kedua disebabkan oleh kondisi tidak aman pada
utama timbulnya tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman adalah
salah satu hasil akhir dari tindakan tidak aman adalah munculnya
kondisi tidak aman yang berupa kondisi laten. Disebut kondisi laten
terjadinya kecelakaan. Hal ini sangat beresiko karena bila suatu saat
yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
lokal tempat kerja, serta perilaku dan kesehatan pekerja kurang baik
atau tindakan tidak aman, yang tidak disadari oleh pekerja maupun
E. Model ABC
136
jika tidak adanya secara nyata konsekuensi negatif (segera, pasti, dan
Gambar 2.6
ABC Model
2.6.1 Pengetahuan
137
dipelajari sebelumnya.
sebenarnya.
yang tidak memadai mengenai adanya risiko dan bahaya dan kecelakaan
dirinya.
proses seperti ini didasari oleh pengetetahuan, kesadaran, dan sikap yang
memang sesuatu yang perlu tetapi bukan merupakan faktor yang cukup
pengetahuan karyawan.
2.6.2 Sikap
a. Pengertian Sikap
bahwa sikap lebih mengacu pada kesiapan dan kesediaan untuk bertindak,
antara lain adalah fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari
pihak lain.
negatif) terhadap orang, obyek, atau situasi tertentu. Sikap tidaklah sama
rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada proses-
rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-
motif dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai
sikap itu terbentuk. Oleh karena itu, diperlukan media informasi yang
sesuai dengan situasi yang ada di area kerja seperti bahaya yang ada yang
b. Pengukuran Sikap
metode yang memakai tes tersusun dan tidak tersusun. Metode langsung
142
adalah metode dimana orang itu secara langsung diminta pendapat atau
dirinya mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi tidak secara langsung.
Cara ini lebih sulit dilaksanakan, tetapi lebih mendalam. Mueller (1992)
1. Skala Likert
2. Skala Thurstone
3. Skala Guttman
juga butir skala Thurstone. Yang membuat unik skala ini adalah
Lain halnya dengan penelitian. Helliyanti (2009) dan Karyani (2005) dan
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap
2.6.3 Persepsi
a. Pengertian Persepsi
dasar pada seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan yang mereka
persepsikan.
antara individu yang satu dengan individu lain yang berbeda-beda dimana
cara menginterpretasikan sesuatu yang dilihat pun belum tentu sama antar
individu.
tempat kerja.
kecelakaan kerja.
dan mana informasi yang perlu diabaikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa
145
situasi yang dihadapi dan pengalaman masa lampau sehingga kita dapat
sama saja. Adanya faktor situasi dan faktor target yang dapat
tidak aman seseorang, kita harus menyamakan persepsi dahulu. Hal ini
sebenarnya.
b. Pengukuran Persepsi
persepsi dengan perilaku tidak aman pekerja. Hal ini diperkuat oleh
2.6.4 Motivasi
kepemimpinan. Menurut Astuti (2001), salah satu hal yang terpenting yang
Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mempengaruhi apakah dia akan
mengerjakan setiap tugasnya dengan baik atau sebaliknya, apakah dia akan
Munandar (2001), ada dua cara untuk meningkatkan motivasi kerja yaitu :
1. Bersikap keras
karier, rasa profesionalis dan intelektual. Dorongan yang ada dalam diri
dan manajemen baik, prosedur kerja baik, tanpa motivasi kerja yang
sudah terpuaskan. Teori dari Maslow (1954) ini dinamakan teori tata
ataupun reaktif .
keadaan ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Oleh karena itu,
upah, dan gaji yang dibuat dan ditetapkan sedemikian rupa sehingga
pekerjaan masing-masing.
tempat kerja.
karyawan.
rasa memiliki.
2.6.5 Umur
seseorang akan mengalami penurunan fungsi fisiologis, fungsi batin, dan fisik
153
golongan usia muda. Hal ini agak berbeda dengan Simanjutak (1985), umur
saat usia tertentu dimana seseorang dapat berprestasi secara maksimal tetapi
ada saat dimana terjadinya penurunan prestasi. Tingkat prestasi kerja mulai
perilaku yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-sifat lain yang
perilaku yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-sifat lain yang
menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang
kecelakaan kerja yang terjadi selain karena faktor manusia, disebabkan juga
pekerjaannya dengan tidak aman. Tetapi jika kita melihat Heinrich’s Triangle,
sebenarnya orang tidaklah jauh dari potensi kecelakaan. Sementara itu, Geller
(2001) menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan
155
sudah dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan
sesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat
pekerja yang belum berpengalaman atau masih baru belum mengenali seluk
Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan
dan sarana kesehatan. Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu
bentuk dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum
bahwa sistem yang didalamnya terdapat manusia (sumber dan manusia) dan
fasilitas merupakan salah satu hal yang penting dalam mewujudkan penerapan
menambah beban stress pada tubuh. Stress ini dapat menimbulkan rasa tidak
(2007) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan APD dengan
perilaku aman.
standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller, 2001).
Peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku aman yang mana
representasi dari suatu aktivitas mental dan fisik seseorang yang gagal dalam
mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelanggaran disisi lain mengacu pada niat
158
akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena
perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran
sendiri.
peraturan tersebut.
aturan yang jelas tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan
aturan tersebut harus diketahui oleh setiap perusahaan. Salah satu aturan yang
ada diperusahaan adalah SOP. Menurut Balai Pustaka (1998) dalam Utommi
ruang tertutup untuk memperbaiki area tersebut melalui sistem lockout dan
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya taat, suka menurut, berdisiplin,
oleh pekerja maka pekerja tersebut dikatakan patuh/baik, bila sebaliknya maka
Hal ini cenderung akan berlangsung lama dan menetap dalam diri individu
(Geller, 2001).
tindakan dan keadaaan ini. Hal ini cenderung akan berlangsung lama dan
bagi semua pekerja mulai dari pekerja baru hingga kepala eksekutif.
individu atau kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak
atau promosi K3 adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk mendorong
A. Media Cetak
2. Flif chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku dimana tiap
membahas masalah.
163
B. Media Papan
1. Poster/biliboard
2. Painted bulletin
164
fiberboard.
dan kesehatan).
kerja.
e) Peningkatan produktivitas.
2. Bagi pekerja
b) Penurunan stress
mencegah penyakt.
sekitar.
165
melalui indra yang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa alat-alat
informsi. Dalam hal ini, alat visual dua dimensi adalah berupa gambar,
kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah karena
dan dalam jangka waktu pendek baik untuk tenaga kerja manajerial maupun
pelatihan khusus untuk tenaga kerja baru yang tidak melatih suatu
tentang pekerjaannya dan lain-lain. Program latihan ini bertujuan agar para
pekerja dalam waktu singkat dapat mengenali dan menyesuaikan diri pada
para manager atau atasan jika memberikan pelatihan yang tepat, diantaranya :
tersebut.
juga disebabkan karena 1). Pelatihan dilaksanakan pada waktu yang tidak
masalah teknis daripada berorientasi pada permasalahan yang ada dan hasil –
hasil yang diharapkan pada pelatihan tersebut. 2). Penyampaian materi sangat
berkaitan dengan dunia industri, harus dilakukan dengan sangat interaktif dan
a. Pekerja tidak tahu cara bekerja aman (pekerja tidak kompeten atau
kurang keterampilan)
b. Terdapat cara-cara baru yang lebih aman dalam suatu pekerjaan (fungsi
pada pekerja.
168
untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai rencan dan
sebagian fungsi organik, pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak
operasional.
untuk memastikan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana dan waktu
perilaku kerja. mereka ini berhubungan langsung dengan target inidividu yang
dan kebiasaan, akan keselamatan setiap karyawan dalam suatu area tanggung
kinerja pekerja, yang mana hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk
kesuksesan program. Ada enam petunjuk praktis bagi supervisor (Birds dan
Germain, 1990):
pengarah.
perubahan kinerja.
kinerja menurun.
seorang pembimbing.
dilaksanakan maka akan timbul penyebab dasar dari suatu insiden yang dapat
perilaku aman. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang Karyani (2005)
(45,13%) yang berperilaku aman kurang baik karena peran supervisor yang
supervisor yang baik. Selain itu, pekerja yang memiliki supervisor yang
berperan baik memiliki peluang untuk berperilaku aman 9,633 kali dibanding
aman dan memberikan pujian pada pekerja yang mengikuti prosedur kerja
pencapaian hasil oleh klien dari suatu projek tentunya hal ini akan melibatkan
kolektif (team work) dan komunikasi daripada suatu upaya yang bersifat
kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku
tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif
adalah peran dari rekan kerja. Peran rekan kerja yang tinggi menujukan
173
yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada teori Green (1980), Neal dan
Griffin (2002), Geller (2001), dan Suizer (1999) yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
Perilaku
Aman
Sumber : Green (1980), Neal dan Griffin (2002) , Geller (2001), dan Suizer (1999)
Gambar 2.7
Kerangka Teori
175
BAB III
pada Green (1980), Neal dan Griffin (2002), Geller (2001), dan Suizer
dari teori-teori tersebut tidak dapat diukur oleh peneliti seperti visi,
kepedulian secara aktif, dan tujuan juga tidak dimasukkan dalam variabel
yang diteliti.
Internal
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Persepsi
4. Motivasi
5. Umur
6. Lama bekerja
177
1. Ketersediaan APD
2. Peraturan
Keselamatan Kerja
3. Safety Promotions/
Promosi Keselamatan
kerja
4. Pelatihan
Keselamatan kerja
5. Peran Pengawas
6. Peran Rekan Kerja
Gambar 3.1.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
3.3. Hipotesis
motivasi, umur, dan lama bekerja) dengan perilaku aman karyawan di PT SIM
keselamatan kerja, peran pengawas, dan peran rekan kerja) dengan perilaku
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
4.3.1 Populasi
PT SIM Plant Tambun II yang berjumlah 1200 orang (karyawan tetap dan
kontrak).
184
4.3.2 Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pekerja dengan
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan,
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian
ini.
untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut, kode data terdapat pada
kuesioner.
185
klasifikasi.
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
dan keusioner ini telah dimodifikasi oleh peneliti dan disesuaikan dengan lokasi
kerja dan perkembangan teori yang ada. Kuesioner yang akan dibagikan
sebelumnya diuji coba di bagian Exmim PT SIM Plant Tambun II tahun 2010
reabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebh dahulu. Jadi, jika pertanyaan
dengan skor totalnya. Suatu skor dikatakan valid jika skor variabel tersebut
186
secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan korelasi
Keterangan:
X = Skor pertanyaan
Y = Total skor
r = Angka korelasi
Keputusan uji :
Bila r hitung lebih besar dari r table maka Ho ditolak, artinya variabel valid
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho gagal ditolak, artinya variabel
tidak valid.
30-2 = 28. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat dengan angka r table = 0,374.
dengan nilai r hasil. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai alpha
tersebut reliabilitas. Berdasarkan hasil uji reabilitas, nilai alpha (0,822) lebih
sedangkan bila responden menjawab benar dengan jumlah diatas dari nilai mean
kuesioner. Subjek yang diteliti dapat memilih salah satu dari empat alternatif
pembobotannya seperti:
- Satuju (2)
Bila responden menjawab dengan jumlah skor kurang atau sama dengan
nilai mean dikategorikan memiliki sikap yang negatif sedang bila responden
188
menjawab dengan jumlah diatas dari nilai mean dikategorikan memiliki sikap
positif.
keselamatan kerja, promosi keselamatan kerja, peran pengawas, peran rekan kerja,
dan perilaku aman, setiap jawaban dari pertanyaan mendapatkan skor 1 (satu) jika
menjawab ”ya” sedang yang menjawab ”tidak” mendapatkan skor 0 (nol). Bila
dengan jumlah skor kurang atau sama dengan mean dikategorikan sebagai berikut:
Sedangkan bila responden menjawab dengan jumlah skor diatas dari nilai
mendapatkan skor 0 (nol). Bila jumlah skor jawaban reponden dengan kurang
atau sama dengan mean dikategorikan jarang sedang jawaban yang lebih dari
kepada para pekerja, dimana observasi ini dilakukan tanpa sepengetahuan para
kepada 13 pekerja, dimana dari pekerja yang diwawancarai adalah pekerja dari
hasil observasi yang berperilaku aman, tidak aman, dan dari usia tua hingga usia
muda, dari yang lama bekerja hingga yang tergolong masih baru bekerja.
Observasi dan wawancara ini dilakukan untuk mendukung hasil peneliitian dan
persentase dari setiap variabel independen dan dependen yang akan diteliti.
190
independen dan dependen. Pada analisis ini menggunakan uji Chi Square
value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
variabel.
independen maka dilihat nilai Odds Rasio (OR). Rumus OR sebagai berikut:
OR = AD
BC
saja. Selain itu, perbedaan antara regresi linear dengan regresi ganda
logistik ganda.
Sedangkan variabel yang memiliki P value > 0,05 dikeluarkan dari model.
memili p value paling besar. Setelah didapatkan variabel yang masuk dalam
Y = a + b1X1 + b2X2
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
3. Lokasi Penelitian
4. Waktu Penelitian
4.3.1 Populasi
PT SIM Plant Tambun II yang berjumlah 1200 orang (karyawan tetap dan
kontrak).
4.3.2 Sampel
n : Besar sampel
n= 39x2 = 78 orang
sampel kurang dari 100 orang sedangkan pada penelitian ini meliputi 13
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
3. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pekerja dengan
4. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan,
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian
ini.
untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut, kode data terdapat pada
kuesioner.
klasifikasi.
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
dan keusioner ini telah dimodifikasi oleh peneliti dan disesuaikan dengan lokasi
kerja dan perkembangan teori yang ada. Kuesioner yang akan dibagikan
sebelumnya diuji coba di bagian Exmim PT SIM Plant Tambun II tahun 2010
197
dengan menguji validitas terlebh dahulu. Jadi, jika pertanyaan tersebut tidak
dengan skor totalnya. Suatu skor dikatakan valid jika skor variabel tersebut
secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan korelasi
Keterangan:
X = Skor pertanyaan
Y = Total skor
r = Angka korelasi
Keputusan uji :
Bila r hitung lebih besar dari r table maka Ho ditolak, artinya variabel valid
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho gagal ditolak, artinya variabel
tidak valid.
30-2 = 28. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat dengan angka r table = 0,374.
198
dengan nilai r hasil. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai alpha
tersebut reliabilitas. Berdasarkan hasil uji reabilitas, nilai alpha (0,822) lebih
sedangkan bila responden menjawab benar dengan jumlah diatas dari nilai
kuesioner. Subjek yang diteliti dapat memilih salah satu dari empat alternatif
pembobotannya seperti:
- Satuju (2)
199
Bila responden menjawab dengan jumlah skor kurang atau sama dengan
nilai median dikategorikan memiliki sikap yang negatif sedang bila responden
menjawab dengan jumlah diatas dari nilai median dikategorikan memiliki sikap
positif.
keselamatan kerja, promosi keselamatan kerja, peran pengawas, peran rekan kerja,
dan perilaku aman, setiap jawaban dari pertanyaan mendapatkan skor 1 (satu) jika
menjawab ”ya” sedang yang menjawab ”tidak” mendapatkan skor 0 (nol). Bila
dengan jumlah skor kurang atau sama dengan median dikategorikan sebagai
berikut :
Sedangkan bila responden menjawab dengan jumlah skor diatas dari nilai
mendapatkan skor 0 (nol). Bila jumlah skor jawaban reponden dengan kurang
atau sama dengan median dikategorikan jarang sedang jawaban yang lebih dari
diwawancarai adalah pekerja dari hasil observasi yang berperilaku aman, tidak
aman, dan dari usia tua hingga usia muda, dari yang lama bekerja hingga yang
tergolong masih baru bekerja. Observasi dan wawancara ini dilakukan untuk
persentase dari setiap variabel independen dan dependen yang akan diteliti.
independen dan dependen. Pada analisis ini menggunakan uji Chi Square
value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
variabel.
independen maka dilihat nilai Odds Rasio (OR). Rumus OR sebagai berikut:
OR = AD
BC
Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara variabel
saja. Selain itu, perbedaan antara regresi linear dengan regresi ganda
logistik ganda.
Sedangkan variabel yang memiliki P value > 0,05 dikeluarkan dari model.
memili p value paling besar. Setelah didapatkan variabel yang masuk dalam
203
Y = a + b1X1 + b2X2
BAB V
204
HASIL
Indonesia).
2. Program-program Perusahaan
Disiplin Suzuki (GDS), Gugus Kendali Mutu (GKS), dan Keselamatan dan
gerakan intinya terdiri dari tiga prinsip, yaitu prinsip zero, prinsip
b) Program P2K3
Operator (SIO) forklift dan Over Head Crane (OHC). Selain itu,
a. Proses Pressing adalah proses pembentukan komponen / part dari material steel
b. Proses Welding adalah proses pembuatan white body (mobil kosong) dengan
c. Proses Painting adalah proses pemberian warna pada unit mobil, dan tujuan dari
proses pewarnaan adalah untuk melindungi permukaan unit mobil dari elemen-
elemen yang bisa merusak mobil, untuk memberikan keindahan pada mobil dan
interior, dalam dan juga interior luar menjadi satu unit mobil.
e. Inspection yaitu proses pemeriksaan unit mobil sesudah proses assembling, dan
proses ini memeriksa semua komponen dan part apakah unit mobil layak untuk
dijual.
5.4
Perilaku Aman n %
(83,9%).
Distribusi responden pada faktor internal dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
5.2 Distribusi Responden Berdasarkan faktor Internal di PT SIM
Plant Tambun II tahun 2010
2010
No Faktor Internal n %
1. Pengetahuan
Rendah 18 13,8
2. Sikap
Positif 22 16,9
3. Persepsi
Negatif 17 13,1
208
No Faktor Internal n %
4. Motivasi
Rendah 19 14,6
5. Umur
Muda 66 50,8
Tua 64 49,2
6. Lama
Lama Bekerja
Baru 62 47,7
Lama 68 52,3
1. Pengetahuan
orang (86,2%).
2. Sikap
(83,1%).
3. Persepsi
209
4. Motivasi
(85,4%).
5. Umur
6. Lama Bekerja
(52,3%).
tabel 5.3.
Tabel 5.3
5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal di PT SIM
Plant Tambun II tahun 2010
1. Ketersediaan APD
Sulit 83 63,8
Mudah 47 36,2
2. Peraturan Keselamatan
3. Promosi Keselamatan
Baik 46 35,4
4. Pelatihan Keselamatan
Jarang 77 59,2
Sering 53 40,8
5. Peran Pengawas
1. Ketersediaan APD
2. Peraturan Keselamatan
(86,2%).
3. Promosi
4. Pelatihan
(59,2%).
5. Peran Pengawas
212
Plant Tambun II tahun 2010 dapat dilihat dari beebrapa tabel 5.4 dibawah
ini.
Tabel 5.4
5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Internal dengan
Perilaku Aman
Total
Faktor Tidak Aman
No P Value OR (95% CI)
Internal
Internal Aman
N % n % n %
1. Pengetahuan
Perilaku Aman
Total
Faktor Tidak Aman
No P Value OR (95% CI)
Internal
Internal Aman
N % n % n %
2. Sikap
3. Persepsi
4. Motivasi
5. Umur
6. Lama Bekerja
(4,5%). Hasil uji Chi Square menunjukan ada hubungan yang bermakna
uji Chi Square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara
3. Hubungan
Hubungan Antara Persepsi dengan Perilaku Aman di bagian Produksi
Hasil uji Chi Square menunjukan ada hubungan yang bermakna antara
daripada responden yang berumur tua (17,2%). Hasil uji Chi Square
bekerja masih baru lebih banyak yang berperilaku tidak aman (17,7%)
daripada responden yang telah bekerja lama (14,7%). Hasil uji Chi
Plant Tambun II tahun 2010 dapat dilihat dari beebrapa tabel 5.5 dibawah
ini.
Tabel 5.5
5.5 Distribusi Responden Berdasarkan faktor Eksternal dengan
N Faktor Tidak
Tidak Aman P
OR (95% CI)
o Internal Aman value
n % n % n %
1. Ketersedia
an APD
217
N Faktor Tidak
Tidak Aman P
OR (95% CI)
o Internal Aman value
n % n % n %
2. Peraturan
Keselamat
an
3. Promosi
Keselamat
an
4. Pelatihan
Keselamat
an
5. Peran
Pengawas
N Faktor Tidak
Tidak Aman P
OR (95% CI)
o Internal Aman value
n % n % n %
6. Peran
Rekan
Kerja
APD (8,5%). Hasil uji Chi Square menunjukan tidak ada hubungan yang
value 0,075).
Hasil uji Chi Square menunjukan ada hubungan yang bermakna antara
Hasil uji Chi Square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna
0,449).
220
6. Hubungan Antara
Antara Peran Rekan Kerja dengan Perilaku Aman di bagian
menyatakan peran rekan kerja mendukung (3,6%). Hasil uji Chi Square
yang mendukung.
model prediksi. Tahapan yang dilakukan dalam analisis multivariat dengan model
Tabel 5.6
5.6 Hasil Analisis Bivariat Antara Faktor Internal dan
erilaku Aman di PT SIM Plant Tambun II
Eksternal Dengan Perilaku
Tahun 2010
No Variabel P value
1 Variabel Internal
Pengetahuan 0,000
Sikap 0,526
Persepsi 0,000
Motivasi 0,000
Umur 0,753
Lama Bekerja 0,639
2 Variabel Eksternal
Ketersediaan APD 0,075
Peraturan Keselamatan 0,000
Promosi Keselamatan 0,001
Pelatihan 0,449
Peran Pengawas 0,000
Pera Rekan kerja 0,000
Tabel
Tabel 5.7 Hasil Analisis Multivariat
Multivariat Regresi Logistik Ganda Antara
Pengetahuan,
Pengetahuan, Persepsi, Motivasi, Ketersediaan APD, Peraturan, Promosi
keselamatan, Peran Pengawas, Peran rekan kerja di PT SIM Plant Tambun II
Tahun 2010
P value
Variabel
Model Model
Model Model Model Model Model Model
1 2 3 4 5 6 7
Pengetahuan 0,708 - - - - - -
Pengawas
yaitu variabel peran pengawas dan peran rekan kerja. Hasil analisis
Tabel 5.8
5.8 Hasil Analisis Multivariat antara
antara Peran Pengawas dan
peran rekan Kerja dengan Perilaku Aman (Model
(Model Akhir)
khir)
3. Uji Interaksi
model tersebut. Jika P value > 0,05 maka dapat disimpulkan kedua
225
Tabel 5.9
5.9 Hasil Uji
Uji Interaksi antara Peran Pengawas Dan Peran
Interaksi -2Log G P
Likelihood value
value > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa pada model ini tidak
Tabel 5.1
5.10 Hasil Analisis
Analisis Multivariat
Multivariat Regresi Logistik Antara Peran
Pengawas Dan Peran Rekan Kerja
pengawas dan peran rekan kerja yang ditujukan pada tabel 5.10.
Selanjutnya, dilihat dari nilai koefisien B dan nilai OR pada tabel 5.10
BAB VI
PEMBAHASAN
ada kemungkinan variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep karena
pertanyaan tersebut.
229
d. Kualitas data yang diperoleh tergantung dari motivasi pekerja pada saat
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku
kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe
perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang memegang peranan penting
dalam mengakibatkan suatu kecelakaan. Geller (2001) juga menyebutkan bahwa faktor
perilaku dan faktor orang merupakan aspek manusia dan biasanya kedua faktor
Tambun II Tahun 2010 yang tertera pada tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang
berperilaku aman lebih banyak. Meskipun demikian, masih ada pekerja yang
berperilaku tidak aman pada saat bekerja. Hal ini menunjukkan budaya dan kinerja
keselamatan belum terbentuk secara menyeluruh ke seluruh pekerja. Neal dan Griffin
(2002) membedakan kinerja keselamatan menjadi dua tipe yaitu safety compliance dan
tempat kerja, seperti mengikuti standar prosedur kerja dan menggunakan alat
Berdasarkan teori diatas, pada penelitian ini peneliti meneliti tentang perilaku
aman pekerja yang meliputi safety compliance dan safety participation, dimana pekerja
keselamatan.
dan motivasi dianggap sebagai faktor penentu kinerja keselamatan. Jika individu tidak
peraturan keselamatan atau berpartisipasi dalam aktivitas keselamatan maka dia tidak
internal dan faktor eksternal dari individu tersebut. Pengamatan peneliti di lapangan,
masih kurangnya perhatian dari pihak manajemen kepada para pekerja untuk
yang kadang bertindak tidak aman, memakai APD yang kurang baik, kurang berhati-
hati dalam bekerja, dan lebih mementingkan selesainya pekerjaan yang mengabaikan
231
keselamatan dengan berperilaku tidak aman. Selain itu, komunikasi akan bahaya dari
pihak manajemen terhadap keselamatan yang masih kurang seperti poster/ tanda
bahaya yang ada di area kerja, tanda APD yang harus digunakan pada area kerja.
tahu, terjadi setelah orang melakukan proses pengindraan terhadap objek yang
pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi lebih besar. Selain itu, berdasarkan
hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang
semakin kecil kemungkinan responden untuk berperilaku aman. Hal ini juga
sebagai hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu, tingkat
menggunakan uji regresi logitik ganda diketahui tidak adanya perbedaan yang
hipotesis tidak terbukti. Hal ini terjadi karena meskipun pengetahuan para
pekerja tinggi tetapi pengetahuan tersebut tidak didukung oleh kesadaran akan
Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dan observasi, dimana
mereka mengetahui dengan baik bahaya yang ada ditempat kerja tetapi
seperti tidak memakai APD dengan lengkap dan benar, menaruh sarung
perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka sikap tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
keselamatan kerja dengan baik dan benar, menaati peraturan dan prosedur
peraturan dan rambu-rambu yang ada. Selain itu, Green (1980) juga
teramati secara langsung yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
psikologis sosial menyatakan bahwa sikap lebih mengacu pada kesiapan dan
dari sikap. Dari hasil penelitian pada tabel 5.2 responden yang memiliki sikap
negatif lebih banyak. Selain itu, hasil penelitian pada tabel 5.4 diketahui
bahwa responden yang berperilaku tidak aman lebih banyak pada responden
yang bersikap negatif daripada responden yang bersikap positif. Hasil uji Chi
square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan
perilaku aman dan variabel sikap tidak masuk menjadi kandidat model
pembentukkan sikap dan pembentukan sikap ini lah yang membuat pekerja
memiliki sikap yang negatif dan positif. Selain itu, terbentuknya sikap tidak
wawancara dan observasi, ada pekerja yang lebih memilih duduk di jig
daripada duduk di tempat yang telah disediakan tetapi pekerja yang tidak
duduk di jig juga banyak meskipun pekerja memiliki keinginan duduk di jig
235
tetapi karena merasa tidak nyaman dan aman sehingga mereka memilih duduk
pekerja yang terbiasa merokok saat bekerja di rumah tetapi saat berada di
perusahaan pekerja tersebut menjadi tidak merokok saat bekerja. Hal ini
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan terbuka (overt behavior).
fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain.
melalui proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu
positif atau negatif) terhadap orang, obyek, atau situasi tertentu. Sikap
seperti yang dikemukakan oleh Mar’at (1982) dalam Dharief (2008) dimana
selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada
rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
sikap negatif bila kecenderungan itu menolak. Faktor eksternal yaitu faktor-
faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap, terdiri dari sifat objek
komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan situasi pada saat sikap itu
terbentuk. Oleh karena itu, diperlukan media informasi yang sesuai dengan
situasi yang ada di area kerja seperti bahaya yang ada yang tertempel dengan
jelas sebagai bentuk komunikasi akan adanya bahaya sehingga pekerja dapat
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku
yang memiliki persepsi positif lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa
tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki persepsi negatif
lebih banyak yang berperilaku tidak aman daripada responden yang memiliki
persepsi positif. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi negatif
persepsikan.
antara persepsi dengan perilaku tidak aman. Hasil perhitungan Odds Rasio
positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin negatif persepsi responden maka
semakin tinggi responden berperilaku tidak aman dan semakin positif persepsi
perilaku aman. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti. Hal ini dikarenakan
238
persepsi tidak muncul begitu saja, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
sesuatu yang dilihat pun belum tentu sama antar individu. Dengan
mempersepsikan bahaya.
mengetahui dengan baik bahaya yang ada tetapi mereka menganggap remeh
rendah biaya yang harus dikeluarkan jika terjadi kecelakaan kerja. Dengan
mengganggap risiko dari suatu bahaya itu kecil dan mempunyai konsekuensi
yang ringan maka hal itu menjadi salah satu faktor yang menjadi persepsi
yang tidak aman karena mereka merasa itu bukanlah masalah, yang penting
239
adalah bagaimana kerjaan mereka bisa cepat selesai. Hal ini sejalan dengan
dapat diketahui bahwa pada penelitian ini situasi yang diyakini pekerja adalah
informasi yang perlu diabaikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa stimulus yang
dan pengalaman masa lalu sehingga kita dapat mencapai arti dan makna.
Adanya faktor situasi dan faktor target yang dapat mempengaruhi persepsi
Jika kita ingin merubah perilaku tidak aman seseorang, kita harus
menyamakan persepsi dahulu. Hal ini sesuai dengan tulisan Geller (2001)
240
semua orang yang harus menjadi persepsi seluruh karyawan sehingga dapat
terbentu perilaku yang aman. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari
(2001), salah satu hal yang terpenting yang perlu dipertimbangkan pada diri
individu untuk berperilaku adalah motivasi. Motivasi yang ada pada diri
dengan baik atau sebaliknya, apakah dia akan berperilaku aman atau tidak.
responden lebih banyak yang memiliki motivasi tinggi dan pada tabel 5.4
motivasi tinggi. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan yang
yang memiliki motivasi tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
rendah motivasi responden maka akan semakin tinggi untuk berperilaku tidak
aman dan semakin tinggi motivasi responden maka akan semakin rendah
(2009) bahwa motivasi kerja yang dimiliki oleh setiap individu juga sangat
manajemen baik, prosedur kerja baik, tanpa motivasi kerja yang tinggi maka
terbukti. Hal ini dikarenakan walaupun motivasi pekerja lebih tinggi tetapi
berdasarkan hasil wawancara banyak pekerja yang merasa tidak puas dengan
pekerjaan mereka, gaji, kemajuan karir yang ada di perusahaan, dan tidak
aman.
pekerja adalah pemenuhan rasa puas pekerja yang dialami pekerja (faktor
intelektual. Dorongan yang ada dalam diri pekerja untuk berperilaku aman
intrinsik dan tidak adanya reward yang merupakan salah satu bentuk
hal ini dapat membuat motivasi pekerja menjadi lemah karena kurangnya
itu dapat berubah bila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan
keadaan ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Oleh karena itu, agar
hal ini adalah faktor yang mendorong motivasi pekerja dan faktor penahannya
ketenangan kerja itu belum tentu bersifat motivasional bagi para pekerja.
kondisi kerja dan sistem upah, dan gaji yang dibuat dan ditetapkan sedemikian
244
rupa sehingga para karyawan tenang bekerja tetapi belum merasa puas dengan
pekerjaan masing-masing.
yang baik antara atasan dengan bawahan dan antar pekerja yang merupakan
salah satu bentuk hubungan antar personal karena faktor intrinsik dan faktor
higiene yang belum seutuhnya tercipta. Dimana, jika kita mengacu pada teori
2006).
penghargaan dan pengembalian positif dari perilaku aman yang telah mereka
positif yang diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan untuk
responden yang berumur tua dan berumur muda hampir merata. Menurut
Hurlock (1994) dalam Helliyanti (2009), semakin tua usia seseorang akan
usia muda. Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang
berumur muda lebih sedikit yang berperilaku tidak aman daripada responden
yang bermakna antara umur dengan perilaku aman dan variabel usia tidak
dengan perilaku aman. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Suma’mur
sesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat
mempunyai semangat yang tinggi karena mereka masih baru dan mereka
peningkatan karir yang lebih tinggi. Oleh karenanya, mereka menjaga dengan
Tetapi, dari hasil wawancara juga didapatkan bahwa pekerja yang berusia tua
seluk beluk perusahaan dan terbiasa berperilaku tidak aman dan mengganggap
penelitian ini karena pada saat muda pekerja cenderung bertambah tingkat
dengan berperilaku tidak aman karena mereka merasa terbiasa dan telah
mengenal dengan baik area kerja dan cenderung meremehkan bahaya yang
ada.
247
seseorang, ada saat usia tertentu dimana seseorang dapat berprestasi secara
kemudian menurun menjelang usia tua. Dalam hal ini, peningkatan prestasi
terjadi saat pekerja berumur muda dan menurun saat mereka berumur tua.
responden yang telah bekerja lama dan baru hampir merata. Meskipun
demikian, jumlah responden yang telah bekerja lama lebih banyak. Hasil
penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang bekerja masih
baru lebih banyak yang berperilaku tidak aman daripada responden yang telah
bekerja lama. Hasil studi ILO (1989) dalam Dirgagunarsa (1992) di Amerika
yang menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi selain karena faktor
tidak aman karena orang tersebut belum pernah cedera saat melaksanakan
248
pekerjaannya dengan tidak aman. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan
hubungan yang bermana antara lama bekerja dengan perilaku aman dan
variabel lama bekerja tidak masuk dalam kandidat model multivariat sehingga
bermakna antara lama kerja dengan perilaku aman. Penelitian ini juga tidak
macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang
diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih
berpengalaman atau masih baru belum mengenali seluk beluk pekerjaan dan
keselamatannya.
telah lama bekerja masih mengganggap remeh bahaya yang ada dan
menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah
249
dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus
ini cenderung berulang. Pernyataan diatas juga diperkuat ILO (1998) yang
jaminan bahwa mereka tidak akan melakukan tindakan tidak aman sehingga
hati, apalagi bila dalam jangka waktu yang lama tidak terjadi kecelakaan
melakukan perilaku yang tidak aman karena mereka merasa itu bukanlah
masalah, yang penting adalah bagaimana pekerjaan mereka bisa cepat selesai.
Hal ini sejalan dengan pendapat Winardi (2001) dalam Sialagan (2008) yang
Dalam hal ini, situasi yang diyakini oleh pekerja adalah bagaimana mereka
dan sarana kesehatan. Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu
suatu perilaku belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan jika tidak
dapat menjadi salah satu penyebab pekerja berperilaku tidak aman karena
ketersediaan fasilitas yang kurang mendukung. Hal ini terlihat dari tabel 5.5
APD.
butuhkan dan sesuai dengan area kerja mereka dan semua APD hanya
disimpan dan dipakai selama berada di tempat kerja karena jika APD tersebut
251
kerja dimulai, masing-masing kepala sub bagian memberikan APD yang harus
apabila terdapat APD yang rusak maka kepala sub tersebut melapor kepada
mengisi form pengembalian dan permintaan APD. Dalam hal ini, kesulitan
mendapatkan APD dikarenakan stok APD yang masih kurang karena ada
APD yang hanya dipakai sehari sekali seperti masker bahan dan sarung
tangan kain. Ada juga APD yang memang jumlahnya sedikit seperti masker
juga tidak menjaga dan menyimpan APD dengan baik seperti kehilangan dan
rusaknya APD, kemudian mereka meminta kembali APD yang baru. Jika hal
ini sering berlanjut maka stok APD akan semakin berkurang dan akan terjadi
mungkin agar APD tetap berada dalam kondisi yang layak untuk digunakan.
dengan perilaku aman. Hal ini dikarenakan meskipun APD tersedia tetapi para
beberapa yang menggunakan APD dengan lengkap dan baik apabila ada
252
safety member saja. Hal ini sejalan dengan pendapat Roughton (2002),
tubuh. Stress ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau kesulitan untuk
bekerja. Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Suma’mur (1996) yang
daripada pekerjaan yang safety karena tempat kerja yang memenuhi standar
Tetapi, tempat kerja yang memenuhi keselamatan saja tidak cukup karena
kerja yang tidak aman (unsafe act). Berdasarkan hal itu, maka dapat dikatakan
Di lain pihak, faktor organisasi dan faktor lingkungan kerja juga dapat
Disebut kondisi laten karena kondisi tidak aman tersebut muncul pada
lingkungan kerja bila berinteraksi dengan tindakan tidak aman dari pihak
sangat berisiko karena bila suatu saat pengawasan tidak dilakukan, dapat
standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller, 2001).
254
representasi dari suatu aktivitas mental dan fisik seseorang yang gagal dalam
mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelanggaran disisi lain mengacu pada niat
responden yang memetuhi peraturan lebih banyak. Pada tabel 5.5 dapat
peraturan. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara peraturan dengan perilaku tidak aman. Hasil perhitungan odds rasio
peraturan.
255
perilaku aman. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti. Penelitian ini tidak
dilandasi oleh kesadaran pada dirinya sendiri. Dalam hal ini, perubahan
perilaku yang tidak disadari oleh kesadaran sendiri tidak akan berlangsung
kekuatan berupa peraturan dan undang undang yang harus dipatuhi dapat
belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi
tindakan dan keadaaan ini. Hal ini cenderung akan berlangsung lama dan
menetap dalam diri individu. Jadi, para pekerja yang mematuhi peraturan
256
agar pekerja dapat berperilaku aman dan banyak pekerja yang melanggar
peraturan karena tidak adanya hukuman bagi mereka yang melanggar dan dari
pelanggaran yang telah dilakukan oleh pekerja. Dalam hal ini, sebagaimana
Selain itu, masih ada pekerja yang menggap bahwa jika terjadi
kecelaaan bisa langsung dibawa ke klinik atau ke Rumah sakit dan itupun
produksi, hari kerja yang hilang, biaya pengobatan dan perawatan, dan non
maksudnya peraturan tersebut berlaku bagi semua pekerja mulai dari pekerja
ditegakkan dalam setiap kondisi tanpa ada pengaruh dari luar. Hal ini berarti
(Roughton, 2002).
atau promosi K3 adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk mendorong
menyatakan promosi keselamatan cukup baik lebih banyak dan pada tabel 5.5
responden yang menyatakan promosi keselamatan baik. Hasil uji Chi square
yang berisi tentang bahaya yang ada di area kerja dan perilaku yang
serta dipakai untuk mengurangi kebiasaan buruk yang banyak ditemukan, dan
yang dilakukan oleh para pengawas yaitu kepala sub bagian masing-masing
line kepada para pekerja sebelum bekerja, hal ini dilakukan untuk
berperilaku yang aman serta mematuhi peraturan yang seharusnya, selain itu
Hal ini dikarenakan masih ada pekerja yang berperilaku tidak aman, karena
bahaya yang masih kurang dan belum merata di seluruh area kerja.
pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui
panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu
yang mudah diingat dan penggunaan warna yang menarik serta penempatan
yang tepat yang dapat dilihat oleh banyak orang. Sebagaimana menurut para
-27% lainnya tersalur melalui indra yang lain. Hal ini dapat disimpulkan
informsi. Dalam hal ini, alat visual dua dimensi adalah berupa gambar, peta,
bahwa penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang
teratas dalam kerucut Elgar Dale. Sedangkan televisi atau film menempati
gambar atau visual mempunyai intensitas yang lebih tinggi daripada kata-kata
dan dalam jangka waktu pendek baik untuk tenaga kerja manajerial maupun
pelatihan khusus untuk tenaga kerja baru yang tidak melatih suatu
tentang pekerjaannya dan lain-lain. Program latihan ini bertujuan agar para
pekerja dalam waktu singkat dapat mengenali dan menyesuaikan diri pada
alat-alat atau mesin yang berhubungan dengan pekerjaan seperti training CO2
kepedulian secara aktif). Selain itu, menurut Green (1980) terdapat 3 faktor
bahwa perilaku tidak hanya terbentuk karena jarang atau seringnya melakukan
itu dilakukan untuk merubah perilaku pekerja menjadi berperilaku aman, dan
memberitahukan cara-cara bekerja yang aman dan apa yang harus dilakukan
saat terjadi keadaan darurat. Sebagiamana yang dipaparkan oleh Geller (2001)
pekerja tidak tahu cara bekerja aman (pekerja tidak kompeten atau kurang
keterampilan), terdapat cara-cara baru yang lebih aman dalam suatu pekerjaan
kembali cara untuk bekerja aman pada pekerja, sebagai pengetahuan saat
Selain itu, dari hasil wawancara juga disimpulkan bahwa pekerja yang
telah mengikuti pelatihan merasa bosan dengan materi yang diberikan dan
pada saat jam kerja sehingga dapat menunda pekerjaan mereka dan pada
akhirnya mereka juga merasa kurang fokus dengan pelatihan yang dilakukan.
Oleh karena itu, sebaiknya pelatihan yang dilakukan pada saat yang tepat
seperti pada saat libur kerja atau pada saat pemadaman listrik bergiliran
wawasan, dan menumbuhkan rasa ingin tahu para pekerja seperti adanya
kegagalan suatu program pelatihan dapat juga disebabkan karena 1). Pelatihan
dilaksanakan pada waktu yang tidak tepat, kurang partisipasi manajer terkait
permasalahan yang ada dan hasil –hasil yang diharapkan pada pelatihan
kuliah. Suatu pelatihan terutama yang berkaitan dengan dunia industri, harus
dengan penelitian Karyani (2005) yaitu tidak ada hubungan yang bermakna
dan kebiasaan, akan keselamatan setiap karyawan dalam suatu area tanggung
kinerja pekerja, dimana hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk
kesuksesan program.
Pada penelitian ini, peran pengawas yang dimaksud adalah kepala sub
bivariat pada tabel 5.5 diketahui bahwa responden yang berperilaku tidak
Jika diketahui dari uji statistik, diketahui nilai OR peran pengawas paling
besar yaitu 54,085. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pekerja akan
berubah sebesar 54,085 kali lebih besar menjadi berperilaku tidak aman
perilaku aman.
paparkan, pengawas yang baik akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang
model tersebut dapat menjelaskan kejadian perilaku tidak aman sebesar 78,4%
dan selebihnya dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Birds dan Germain (1990), semua
tidak dilaksanakan maka akan timbul penyebab dasar dari suatu insiden yang
hanya dilakukan oleh para manajerial tetapi juga dari pekerja itu sendiri agar
perilaku aman yang menyeluruh yang pada akhirnya dapat membentuk suatu
budaya keselamatan.
267
pengawas sangat penting dan harus dapat mamanfaatkan waktu dengan baik
pujian pada pekerja yang mengikuti prosedur kerja ditempat kerja. Kontak
mengawasi pekerja yang tidak berperilaku aman, masih ada pekerja yang
walaupun sudah ditegur tetapi masih berperilaku tidak aman dan berperilaku
aman jika diawasi saja. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan secara
teratur atau konsisten sehingga apabila ada kondisi yang berbahaya atau
kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera dan dapat dilakukan
perilaku aman.
operasi perusahaan. bila fungsi pengawasan ini tidak dilaksanakan maka akan
timbul penyebab dasar dari suatu insiden yang dapat mengganggu kegaiatan
perusahaan. Oleh karean itu, peran rekan kerja penting dalam menjaga dan
meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat
berpengalaman. Jadi, jika dalam satu grup banyak pekerja yang berperilaku
tidak aman maka pekerja lain juga ikut berperilaku tidak aman.
kerja mendukung. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara peran rekan kerja dengan perilaku aman. Penelitian ini
dengan peran rekan kerja yang mendukung dan kurang mendukung pekerja
kerja yang kurang mendukung cenderung 227,375 kali berperilaku tidak aman
daripada pekerja dengan peran rekan kerja yang mendukung perilaku aman.
269
aman. Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui OR untuk variabel peran
rekan kerja adalah 21,129, artinya pekerja dengan peran rekan kerja yang
berperilaku tidak aman. Nilai tersebut menunjukkan bahwa peran rekan kerja
terhadap perilaku tidak aman, hal ini disebabkan karena peran rekan kerja
Seringkali pekerja berperilaku tidak aman karena rekannya yang lain juga
rekan kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam
perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat
relatif kompeten atau berpengalaman. Jadi, jika dalam satu grup banyak
pekerja yang berperilaku tidak aman maka pekerja lain juga ikut berperilaku
tidak aman.
secara sistematis. Selain itu juga melatih untuk mengamati dan menanmkan
keeselamatan kerja dan performa kerja, dan hubungan baik dengan para
Dalam hal ini, peran aktif semua pekerja juga diperlukan agar
ini sejalan dengan penelitian Karyani (2005), dimana peran rekan kerja
pengawas.
271
BAB VII
KESIMPULAN
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
bahwa :
orang (83,9%).
orang (50,8%).
68 orang (52,3%).
kehilangan dan rusaknya APD dan jika hal ini sering berlanjut
Perusahaan.
antara lain :
2010.
kerja.
7.2. Saran
A. Bagi Perusahaan
B. Bagi Pekerja
pengawasan.
jawabnya.
pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Penelitian Kesehatan. Depok : FKM
UI
Bird, E, F and Germain, G, L. 1990. Practical Loss Control Leadership. Edisi Revisi.
USA : Division Of International Loss Control Institute.
Colling, David. 1990. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall
Inc
Cooper, D. 2001. Improving Safety Culture : A Practical Guide, Applied Behavioural
Science. UK
Cahyani, Dewi. 2004. faktor-faktor yang berhubungan dengan perilku tidak aman pd
pekerja pabrik billet baja PT Karakatau Steel, Cilegon, Jawa Barat Tahun
2004.. Skripsi. Depok : FKM UI
Geller, E Scoot. 2001. The Pshychology Of Safety Handbook. USA : Lewis Publisher
Geotsch, et. Al. 1996. Safety and Health Management. Amsterdam Hall : Mac Gill
Inc
278
Hiperkes. 2007. Keselamatan Kerja. [ONLINE]. [Accesed 23th July 2009], available
from World Wide Web : <http://www.hiperkes.wordpress.com/>
Ivancevich, John M et all. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid 1 Edisi
ketujuh, Jakarta : Penerbit Erlangga
Jamsostek. 2008. Kecelakaan Kerja. [ONLINE]. [Accesed 10th Jan 2009], available
from World Wide Web : <http://www.jamsostek.co.id/>
Karyani. 2005. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (safe behavior)
di Schlumberger Indonesia tahun 2005. Tesis. FKM UI Depok
Neal, Andrew dan Graffin, Mark. 2002. Safety Climate And Safety Behavior.
Australian Journal of Management.
Prihswan, Irwadi. 2007. Studi Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak
Selamat Karyawan Bagian Produksi Dan Pemeliharaan Lapangan Panas
Bumi Gunung Salak Sukabumi, Jawa Barat Tahun 2007. Tesis. Depok : FKM
UI.
Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT. Bina Sumber Daya Manusia
Siagian, Sondang P. 1987. Teori dan Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Bina
Aksara.
Simanjuntak, David H. 1997. Hubungan Shift Kerja dan Absensi. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia, Tahun XXV, Nomor 7. Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU Medan.
Suizer, A,B. 1999. Safety behavior: fewer Injuries?. Jakarta : Balai Pustaka
Warsto, Freddin & Mamesh, Loui A. 2003. Buku Pedoman Manajemen dan LK3.
Tangerang : PT. Hardaya Aneka Shoes Industry.
Wiegman, Douglas A, et al. 2007. Human Error and General activation accident: A
Comprehensive, Fine-Grained Analysis using HFACS. [ONLINE]. [Accesed
25th July 2009], available from World Wide Web :
<http://www.humanfactors.uiuc.edu/ >
Widayatun, Rusmi Tri. 1999. Ilmu Perilaku M.A. 104 ”Buku Pegangan Mahasiswa
AKPER”. Jakarta: CV. Sagung Seto
282