Laporan
Pendahuluan
Profesi
Maternitas
Nama Mahasiswa :
APRIYANSAH
5021031009
GINEKOLOGI
KOREKS KOREKS
(……………………………………… (………………………..…….…………
A. Definisi
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau
bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998). Kista ovarium ovarium merupakan perbesaran
sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Etiologi
Menurut etiologinya, kista ovarium di sebabkan menurut jenisnya:
1. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormone esterogen dan progresteron.
2. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.
3. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progresterone setelah
ovulasi.
4. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
5. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
C. Klasifikasi
1. Kistoma ovari simpleks
Adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral dan dapat menjadi besar.
2. Kistoderoma ovari musinosum
Asal kista ini belum pasti, namun diduga berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhannya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari
epitel germinativum.
3. Kristoderoma ovari serosum
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terhadap
satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5. Kista dermoid
Suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektoderma dengan
deferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula
sebastea putih menyerupai lemak nampak menonjol dari pada elemen-elemen
aktoderm.
D. Manifestasi Klinis
1. Adanya ketidakteraturan menstruasi
2. Nyeri pada perut bawah
3. Rasa sebah pada perut
4. Timbul benjol pada perut
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
2. Ultrasonografi
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di
layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung
lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut..
3. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi pada kista.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk mennetukan sebab ascites.
F. Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah,misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda –tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi ( Lowdermilk.dkk.
2005:273 ).
G. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis menurut Wiknjosastro (2008) adalah sebagai berikut:
a. Sistem gastrointestinal
Tumor di dalam abdomen bagian bawah dapat menyebabkan pembengkakan perut. Apabila
tumor menekan kandung kemih dapat menimbulkan gangguan miksi.
b. Sistem pencernaan
Kista yang besar akan menekan organ disekitarnya seperti lambung. Penekan pada lambung
dapat mengakibatkan mual muntah serta kehilangan nafsu makan.
c. Sistem pernafasan
Akibat dari pertumbuhan tumor yang membesar mengakibatkan paruparu menjadi terdesak
sehingga sirkulasi oksigen terganggu maka timbul rasa sesak.
d. Sistem reproduksi
Sel telur yang gagal berovulasi mengakibatkan produksi hormon meningkat, pertumbuhan
folikel menjadi tidak teratur, kegagalan sel telur menjadi matang menimbulkan kista
ovarium. Akibat dari komplikasi kista, terjadi perdarahan ke dalam kista dan
menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi saat terjadi perdarahan sekonyong-
konyong dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
e. Sistem kardiovaskuler
Putaran tungkai pada kista ovarium dapat menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun
jarang bersifat total. Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale yang akan menimbulkan rasa sakit.
Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor
dengan akibat dari pembesaran terjadi perdarahan didalamnya.
DS:
3 Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu Nutrisi kurang dari
.- Tidak nafus makan pembentukan hormon yang mempengaruhi indung kebutuhan b.d intake tidak
DO: telur adekuat
- Mukosa bibir kering ↓
- Berat badan menurun Fungsi ovarium abnormal
- Kesadaran compos mentis ↓
- Keadaan lemah Penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
- Peristaltic menurun sempurna
↓
Folikel gagal mengalami pematangan, gagal
berinvolusi dan gagal mereabsorbsi cairan
↓
Terbentuk kista ovarium
↓
Nafsu makan menurun
↓
Peristaltik usus menurun
↓
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake tidak
adekuat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Putaran tangkai tumor
2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake tidak adekuat
C. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI AKTIVITAS
Nyeri Akut b.d Putaran Tangkai
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri Observasi
Tummor 3x24 jam maka Tingkat Nyeri menurun, Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
Meringis menurun Identifikasi respons nyeri non verbal
Sikap protektif menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Gelisah menurun memperingan nyeri
Menarik diri menurun Monitor efek samping penggunaan analgetik
Berfokus pada diri sendiri menurun Terapeutik
Diaforesis menurun Berikan teknik non farmakologhis untuk
Perasaan depresi menurun mengurangi rasa nyeri
Perasaan takut mengalami cedera berulung Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Anoreksia menurun nyeri
Perineum terasa tertekan menurun Fasilitasi istirahat dan tidur
Muntah menurun Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Mual menurun pemulihan strategi meredakan nyeri
Frekuensi nadi membaik Edukasi
Pola napas membaik Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Tekanan darah membaik Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intoleransi aktifitas b.d
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Energi Observasi
kelamahan fisik 3x24 jam maka Toleransi meningkat, dengan Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
Frekuensi naadi meningkat Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kemudahan dalam melakukan aktivitas Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
Kekuatan tubuh bagian atas meningkat melakukan aktivitas
Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
Keluhan lelah menurun Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Tekanan darah membaik
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
Frekuensi nafas membaik
Lakukan rentang gerak pasif dan atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi Observasi
kebutuhan b.d intake 3x24 jam maka Status Nutrisi membaik, Identifikasi status nutrisi
tidak adekuat dengan kriteria hasil: Identifikasi intoleransi makanan
Porsi makanan yang dihabiskan Identifikasi makanan yang disukai
meningkat Monitor asupan makanan
Berat badan membaik
Monitor berat badan
Frekuensi makan membaik
Monitor hasil laboratorium
Nafsu makan membaik
Bising usus membaik
membrane mukosa membaik Terapeutik
Berikan makanan tiggi serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR REFERENSI
Lowdermilk, Perta. (2005).Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Sjamsuhidajat,R.(1998). Buku Ajar Ilmu Bedah . Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare (2002). Bruner & Sudant Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahVol 1 Edisi
8. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Cetakan1. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta
Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008