Permasalahan ini
disebabkan oleh berbagai macam hal, di antaranya adalah degradasi moral bangsa. Seiring
dengan perkembangan zaman, manusia menghalalkan segala cara untuk memperoleh
kepuasan dalam hidup. Namun kepuasan tersebut dilakukan dengan jalan melanggar aturan,
norma, bahkan hukum negara. Permasalahan tersebut menjadi perhatian dunia, termasuk
Lickona, seorang tokoh karakter dunia di Amerika. Ia menulis masalah-masalah karakter
siswa di sekolah melalui penelitian, serta strategi yang diterapkan untuk mengatasi hal
tersebut. Strategi tersebut diterapan dengan penanaman karakter. Ia menulis ada sekitar 100
strategi dalam membangun karakter
Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi bagi siswa. Kecenderungan mereka
untuk berbuat menyimpang akan terjadi seiring masa peralihan dari anak-anak menjadi
remaja terutama bagi siswa SMP dan SMA. Hal ini juga terjadi dikarenakan masa remaja
adalah proses pencarian jati diri bagi mereka. Namun jangan sampai masa emas mereka
justru dinodai oleh tindakan menyimpang yang sifatnya sangat merugikan. Baik bagi diri
sendiri, keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Mendapat kesepahaman tentang karakter dan nilai yang diajarkan tentunya tidak akan
menjamin bahwa orang-orang akan sepaham mengenai bagaimana mengaplikasikan karakter
dan nilai tersebut di dalam setiap kesempatan. Itu adalah hal yang paling utama dalam
pendidikan karakter dan nilai, khususnya ketika terjadi konflik yang disebabkan oleh
perbedaan pandangan moral atau adanya sebuah kecenderungan dari pihak lain.
1
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, terjemahan Saut Pasaribu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 76-77
Ketidaksepahaman dalam tahap aplikasi atau pelaksanaan menurut Thomas, janganlah
mengaburkan makna dari karakter dan nilai itu sendiri atau menghilangkan bukti-bukti bahwa
sebenarnya kebanyakan waktu yang kita gunakan untuk menterjemahkan makna nilai moral
yang telah kita ketahui ke dalam kehidupan sosial. Singkatnya, menurut Thomas Lickona,
meskipun kita berada dalam sebuah lingkungan yang masyarakatnya memiliki makna
karakter dan nilai yang bertentangan, kepedulian, tanggung jawab, dan manifestasi kehidupan
kitalah yang sebenarnya menjadi dasar dari kehidupan moral kita. Mengenal pemikiran dasar
yang secara umum dapat diterima oleh seluruh masyarakat adalah langkah awal yang paling
utama dalam memberikan pendidikan tentang karakter dan nilai di sekolah.Thomas Lickona
sebagaimana di buku Educating for Character, Upaya untuk mengimplementasikan
pendidikan karakter adalah tersedianya kurikulum berbasis pendekatan komperhensif, yaitu
mengintegrasikan beberapa pendekatan demi perkembangan karakter ke dalam setiap aspek
kehidupan sekolah secara menyeluruh. Berikut ini pendekatan-pendekatan komperhensif
tersebut : 2
2. Dan ada tiga pendekatan komprehensif lain yang menuntut sekolah untuk melakukannya
dalam memberikan nilai pendidikan karakter kepada para siswa, yaitu:
2
Ibid., 112.
Sekolah mengikutsertakan orang tua dan masyarakat sebagai mitra
Untuk menciptakan ruang kelas yang berkarakter, menurut Thomas harus ditempuh beberapa
langkah, yaitu :3
1. Membangun ikatan dan model karakter, seperti mengajar layaknya sebuah persoalan
hubungan, menggunakan kekuatan jabat tangan, mengenal mahasiswa sebagai individu,
menggunakan ikatan untuk memperbaiki perilaku, menggunakan kekuatan contoh,
menggunakan inventaris diri untuk fokus sebagai panutan dan mengundang pembicara untuk
jadi panutan positif.
3
Ibid., 136-146.
berbagi agenda, mempertahankan sikap bertanggung jawab
diatur.48
47 Ibid., 148-170.
48 Ibid., 175-198.