Anda di halaman 1dari 152

1

PENGARUH BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK


TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA
CHATIME CABANG GATOT SUBROTO MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

HAJI SAPUTRA DALIMUNTHE


160907080

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
2

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Haji Saputra Dalimunthe


NIM : 160907080
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Judul : Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Pada Chatime Cabang
Gatot Subroto Medan.

Medan, April 2021

Pembimbing Ketua Program Studi

Ainun Mardhiyah, S.AB, M.AB Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA


NIP: 199007242017042001 NIP: 195908161986111003

Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si


NIP: 197409302005011002
3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi
Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara oleh:
Nama : Haji Saputra Dalimunthe
NIM : 160907128
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Judul : Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Pada Chatime Cabang
Gatot Subroto Medan.

Yang dilaksanakan pada,


Hari :
Tanggal :
Jam :

Panitia Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )
4

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Haji Saputra Dalimunthe


NIM : 160907080

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian


Konsumen Pada Chatime Cabang Gatot Subroto Medan” merupakan hasil karya
dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar sesuai dengan ketentuan. Apabila
terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Medan, April 2021

Haji Saputra Dalimunthe


DAFTAR ISI

HALAMAN
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBARxi

BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI


2.1 Kepuasan Pelanggan Online (E-Satisfaction)
2.1.1 Definisi E-Satisfaction
2.1.2 Konsep E-Satisfaction
2.1.3 Manfaat E-Satisfaction
2.1.4 Indikator E-Satisfaction
2.2 E-Trust
2.2.1 Definisi E-Trust
2.2.2 Dimensi E-Trust
2.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi E-Trust
2.2.4 Cara meningkatkan E-Trust Konsumen
2.2.5 Indikator E-Trust
2.3 Loyalitas Pelanggan Online
2.3.1 Definisi E-Loyalty
2.3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi E-Loyalty Konsumen
2.3.3 Manfaat E-Loyalty
2.3.4 Standar Pengukuran E-Loyalty
2.3.5 Indikator E-Loyalty
2.4 E-Commerce
2.4.1 Definisi E-Commerce
2.4.2 Kategori E-Commerce
2.4.3 Komponen E-Commerce
2.4.4 Manfaat E-Commerce
2.4.5 Proses Transaksi E-Commerce
2.5 Penelitian Terdahulu
2.6 Kerangka Berpikir

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Bentuk Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi

i
ii

3.2.2 Waktu Penelitian


3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
3.4 Hipotesis
3.5 Definisi Konsep
3.6 Definisi Operasional
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1 Sumber Data
3.7.2 Skala Instrumen Pengumpulan Data
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Uji Instrumen
3.8.1.1 Uji Validitas
3.8.1.2 Uji Reliabilitas
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
3.8.2.1 Uji Normalitas
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas
3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas
3.8.3 Uji Regresi Linear Berganda
3.8.4 Uji Determinasi (R2)
3.8.5 Pengujian Hipotesis
3.8.5.1 Uji Parsial (Uji t)
3.8.5.2 Uji Simultan (Uji f)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.2 Visi dan Misi Perusahaan
4.2.1 Visi
4.2.2 Misi
4.3 Struktur Organisasi
4.4 Karakteristik Responden
4.4.1 Jenis Kelamin Responden
4.4.2 Usia Responden
4.4.3 Pekerjaan Responden
4.4.4 Pendapatan Perbulan Responden
4.4.5 Intensitas Belanja
4.5 Persepsi Terhadap E-Satisfaction
4.6 Persepsi Terhadap E-Trust
4.7 Persepsi Terhadap E-Loyalty
4.8 Hasil Uji Statistik dan Interpretasi Data Kuantitatif Pengaruh
E-Satisfaction dan E-Trust Terhadap E-Loyalty
4.8.1 Uji Instrumen
4.8.1.1 Uji Validitas
4.8.1.2 Uji Reliabilitas
4.8.2 Uji Asumsi Klasik
4.8.2.1 Uji Normalitas
4.8.2.2 Uji Heterokedastisitas
4.8.2.3 Uji Multikolinearitas
iii

4.8.3 Uji Regresi Linear Berganda


4.8.4 Pengujian Hipotesis
4.8.4.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
4.8.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
4.9 Uji R2 (Koefisien Determinasi)
4.10 Pembahasan
4.10.1 Pengaruh E-Satisfaction Terhadap E-Loyalty
Konsumen Wanita Pada Online Marketplace
Sociolla (Studi Pada Konsumen Sociolla Medan)
4.10.2 Pengaruh E-Trust Terhadap E-Loyalty Konsumen
Wanita Pada Online Marketplace Sociolla (Studi
Pada Konsumen Sociolla Medan)
4.10.3 Pengaruh E-Satisfaction dan E-Trust Terhadap
E-Loyalty Konsumen Wanita Pada Online
Marketplace Sociolla (Studi Pada Konsumen
Sociolla Medan)

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv

DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 1.1 Beauty E-Commerce Terpercaya di Indonesia
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.2 Usia Responden
Tabel 4.3 Pekerjaan Responden
Tabel 4.4 Pendapatan Perbulan Responden
Tabel 4.5 Intensitas Belanja Responden
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
senang berbelanja di marketplace Sociolla atas pelayanan
yang mereka dapatkan
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Sociolla
memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang
konsumen harapkan
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
berminat untuk berbelanja kembali di marketplace Sociolla
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang keaslian
produk yang dijual Sociolla ketika diterima sesuai dengan
yang konsumen harapkan
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang harga
produk di marketplace Sociolla sesuai dengan kualitas
yang diharapkan
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
Merasa lebih nyaman ketika berbelanja di marketplace
Sociolla
Tabel 4.12 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
berniat merekomendasikan kepada keluarga dan teman-
teman untuk berbelanja di marketplace Sociolla
Tabel 4.13 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
percaya bahwa pihak Sociolla memiliki perhatian untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya
Tabel 4.14 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
percaya bahwa Sociolla memberikan kenyamanan dalam
bertransaksi
Tabel 4.15 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
percaya pihak Sociolla akan menjaga keamanan informasi
pribadi mereka ketika bertransaksi online
Tabel 4.16 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
percaya pihak Sociolla tidak akan menyalahgunakan
informasi pribadi mereka
Tabel 4.17 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
percaya bahwa pihak Sociolla memenuhi tanggung
jawabnya terhadap pelanggan jika terjadi masalah
dalam transaksi
v

Tabel 4.18 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen


percaya Sociolla akan mengirimkan produk yang sesuai
dengan deskripsi yang tertulis di dalam website
Tabel 4.19 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
Akan berbelanja lagi ke marketplace Sociolla di kemudian
hari”
Tabel 4.20 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Sociolla
adalah pilihan pertama konsumen ketika ingin membeli
produk kecantikan secara online
Tabel 4.21 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
akan merekomendasikan Sociolla kepada keluarga dan
teman-teman yang ingin berbelanja produk kecantikan
secara online
Tabel 4.22 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
akan meningkatkan volume belanja saya di marketplace
Sociolla
Tabel 4.23 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
tidak tertarik berbelanja di online marketplace lainnya
walaupun harganya lebih murah
Tabel 4.24 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
akan berlangganan di Sociolla
Tabel 4.25 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
akan memberi komentar positif mengenai Sociolla kepada
orang lain
Tabel 4.26 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen
akan menulis ulasan positif yang mendukung Sociolla pada
website-nya
Tabel 4.27 Uji Validitas E-Satisfaction (X1)
Tabel 4.28 Uji Validitas E-Trust (X2)
Tabel 4.29 Uji Validitas E-Loyalty (Y)
Tabel 4.30 Uji Reliabilitas E-Satisfaction (X1)
Tabel 4.31 Uji Reliabilitas E-Trust (X2)
Tabel 4.32 Uji Reliabilitas E-Loyalty (Y)
Tabel 4.33 Uji Normalitas
Tabel 4.34 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.35 Regresi Linear Berganda
Tabel 4.36 Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Tabel 4.37 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.38 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
vi

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN
Gambar 1.1 Aktivitas Penggunaan E-Commerce di Indonesia
Gambar 1.2 Pengeluaran Konsumen Pada E-Commerce di
Indonesia Berdasarkan Kategori
Gambar 2.1 Struktur Sistem E-Commerce Berbasis Web
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sociolla
Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Pendekatan Histogram
Gambar 4.3 Uji Normalitas dengan Pendekatan Normal
Probability Plot
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, persaingan usaha bisnis makanan dan

minuman sangatlah besar. Jumlah penduduk yang semakin besar dan terus

bertambah juga meningkatkan daya beli masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan

dan perubahan gaya hidup masyarakat memberikan dampak yang signifikan bagi

industri makanan dan minuman dimana masyarakat mulai mencari produk yang

mengutamakan kesehatan dan juga sesuai dengan gaya hidup masa kini.

Pertumbuhan industri ini didorong kecenderungan masyarakat khususnya

kelas menengah maupun kelas menengah ke atas yang mengutamakan konsumsi

produk-produk makanan dan minuman yang higenis dan alami. Industri makanan

dan minuman di Indonesia tidak hanya dimasuki oleh produk nasional, tetapi juga

dimasuki oleh produk asing. Perkembangan franchise asing yang lebih tinggi

daripada franchise lokal itu dikarenakan adanya perilaku masyarakat Indonesia

yang lebih percaya pada kualitas produk dan jasa dari franchise asing.

Bisnis franchise terutama di bidang kuliner saat ini sedang mengalami

perkembangan yang sangat pesat khususnya di Indonesia (Warni, 2016).

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, franchising saat ini masih

didominasi oleh bidang usaha kuliner baik restoran, rumah makan dan kafetaria

sebesar 56% (Mudassir, 2017). Perkembangan yang sangat pesat ini dikarenakan

para pemilik perusahaan ingin memperluas usahanya sampai ke pelosok Indonesia

(Warni, 2016).

1
2

Melihat adanya peluang bisnis yang menjanjikan karena perkembangan

bisnis franchise yang berkembang pesat, maka pengusaha asing banyak yang

membuka usahanya di Indonesia khususnya usaha di bidang minuman.

Banyaknya pengusaha yang membuka usaha minuman dikarenakan minuman

merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap konsumen dan target pasar bisnis

ini sangat luas yang terdiri anak-anak hingga orang tua. Hal lain yang menjadi

alasan banyak pengusaha yang membuka usaha minuman adalah iklim di

Indonesia yang tergolong iklim tropis sangat cocok bagi pengusaha minuman

untuk memperluas usahanya (Cino, 2013).

Perusahaan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu perusahaan

bubble tea yang hingga saat ini masih populer terutama di kalangan anak-anak

muda. Kepopuleran bubble tea yang berasal dari Taiwan, saat ini sudah menyebar

ke seluruh dunia termasuk Asia Timur, Asia Tenggara, Amerika Serikat,

Australia, Eropa dan Afrika Selatan (Agustina, 2017).

Perusahaan yang bergerak di bisnis ritel, Kawan Lama Group tidak

ketinggalan mengambil bagian dalam niche market ini dengan menggandeng

brand bubble tea asal Taiwan yaitu Chatime. Chatime adalah salah satu

perusahaan franchise minuman yang didirikan di Taiwan pada tahun 2005. Saat

ini Chatime telah memiliki kurang lebih 800 gerai di berbagai negara, seperti

Taiwan, China, Macau, Singapura, India, Hong Kong, Thailand, Filipina, Korea,

Indonesia, Australia, Vietnam, Dubai, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat.

Chatime pertama kalinya masuk ke Indonesia pada Februari 2011 dengan

mengambil lokasi di Alam Sutera. Chatime telah berkembang dengan cepat

menjadi 100 outlet pada bulan November 2014 di kota-kota besar di Indonesia
3

termasuk Jabodetabek, Cikarang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Bali,

Medan, Pontianak, Jambi, Palembang, Makasar dan Manado (Kawan Lama,

2014).

Kota Medan menjadi salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia, hal ini

menjadi peluang bisnis bagi pelaku bisnis di industri makanan dan minuman.

Industri makanan dan minuman di kota Medan, terdiri atas usaha lokal (UMKM)

dan jaringan franchise (nasional dan internasional). Bisnis franchise asing dalam

bidang industri makanan dan minuman yang sering di jumpai di mall kota Medan

diantaranya KFC, McDonalds, Starbucks, Pizza Hut, Chatime, Bread Talk, Sushi

Tei dan masih banyak yang lainnya. Banyaknya bisnis franchise asing membuat

perusahaan harus dapat memberikan keyakinan kepada konsumen terhadap

produknya. Seperti produk Chatime yang menjadi topik penelitian ini yang masuk

dalam jajaran Top Brand Award, yaitu penghargaan yang diberikan berdasarkan

survei atau penilaian yang berskala nasional.

Tabel. 1.1
Top Brand Award Kategori Bubble Drink

Top Brand Indonesia


Merek
2018 2019 2020
Chatime 44.88% 56.0% 57.5%
Hop-hop 30.74% 12.5% 12.4%
Lup-lup 6.31% 11.9% 11.5%
Chill Bubble Tea - 4.5% 5.4%
Quickly 2.01% 3.1% 2.7%
Sumber: Website Top Brand Award

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Chatime menjadi minuman bubble tea

yang paling unggul diantara yang lain. Hal tersebut dapat diketahui dengan

perbedaan Top brand index penjualan yang cukup jauh. Hop-hop berada di posisi

kedua dari Chatime dengan jumlah index penjualan 12,4% di tahun 2020. Saat ini
4

Chatime bisa disebut memenangkan persaingan dengan minuman bubble lainnya.

Pada tahun ini juga Chatime mengeluarkan varian rasa terbaru yaitu blue galaxy

series yang menjadi trending pada saat ini, banyak konsumen dari produk

Chatime yang memutuskan untuk melakukan pembelian pada produk ini.

Saat ini perusahaan Chatime sudah semakin mudah dijumpai dan juga

peminatnya semakin hari kian bertambah, maka dari itu faktor brand image

terhadap Chatime menjadi perhatian utama dalam penelitian ini. Brand memiliki

peran penting untuk sebuah produk sekaligus perusahaan yang sedang

berkembang maupun yang baru membuka pasar. Dengan terbentuknya brand

image dapat membantu konsumen dalam membeli produk. Brand image juga

berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, yang diyakini

tidak saja dapat memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi dapat memberikan

kepuasan yang lebih baik dan terjamin. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

meneliti brand image Chatime adalah karena penulis ingin mengetahui sejauh

mana brand image Chatime menjadi faktor penarik minat konsumen untuk

membeli produk tersebut.

Menurut Nitisusastro (2013) keputusan pembelian merangkum tiga

tahapan proses yakni proses masuknya informasi, proses pertimbangan konsumen

dalam membeli dan diakhiri dengan proses pengambilan keputusan oleh

konsumen. Konsumen sangat kritis dalam memilih suatu produk, sampai pada

keputusan untuk membeli produk tersebut. Keputusan pembelian oleh konsumen

dapat dipengaruhi oleh kualitas produk.

Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan

oleh penjual mempunyai nilai jual yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.
5

Semakin baik kualitas suatu produk akan meningkatkan keputusan konsumen

untuk membeli produk tersebut. Hal ini senada dengan pendapat dari Kotler dan

Amstrong (2012) bahwa semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan

memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan

pembelian. Tuntutan permintaan akan sebuah produk barang yang semakin

berkualitas membuat perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha

berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki. Merek

mempunyai sifat khas, dan sifat khas inilah yang membedakan produk yang stau

dengan produk yang lainnya.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas, penulis akan

meneliti bagaimana brand image dan kualitas produk dapat memengaruhi

keputusan pembelian konsumen dalam membeli produk Chatime di cabang Gatot

Subroto Medan. Atas dasar hal tersebut penulis memilih untuk meneliti dengan

mengambil judul penelitian “Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Chatime Cabang Gatot Subroto

Medan.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian konsumen

Chatime di Cabang Gatot Subroto Medan?

2. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian

konsumen Chatime di Cabang Gatot Subroto Medan?


6

3. Bagaimana pengaruh brand image dan kualitas produk secara bersama-sama

terhadap keputusan pembelian konsumen Chatime Cabang Gatot Subroto

Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui apakah variabel brand image (X1) dan

variabel kualitas produk (X2) dapat menimbulkan keputusan pembelian (Y) pada

konsumen.”

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi:

1. Perusahaan Chatime, penelitian ini dapat diterapkan secara nyata dan menjadi

bahan masukan dalam mempertahankan brand image beserta kualitas produk

bahwasannya produk minuman jenis bubble tea ini memang benar-benar

terjamin kualitasnya dan akan selalu melekat di persepsi masyarakat sehingga

konsumen akan dengan senang hati untuk terus kembali membeli produk di

gerai tersebut.

2. Penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk mengembangkan

wawasan dan sebagai proses menambah pengetahuan dan pembelajaran

dalam proses pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk baik itu

makanan maupun minuman sebagai pengalaman dalam menerapkan teori-

teori yang telah dipelajari pada masa perkuliahan serta sebagai informasi pada

penelitian selanjutnya.
7

3. Program studi, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penulis

lain untuk digunakan sebagai bahan pendukung dan pertimbangan dalam

penelitian berikutnya.
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Manajemen Pemasaran

2.1.1 Definisi Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2016) manajemen pemasaran adalah seni dan

juga ilmu untuk menentukan pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, serta

menumbuhkan konsumen melalui pembuatan, pengiriman dan pengomunikasian

manfaat produk bagi konsumen.

Manajemen pemasaran merupakan tugas penting dan kreatif untuk

memberikan kepuasan konsumen dan dengan demikian menghasilkan laba

melalui permintaan konsumen. Manajer pemasaran harus memiliki perencanaan

atas pelaksanaan, koordinasi dan kontrol dalam kaitannya dengan fungsi riset

pemasaran, perencanaan dan pengembangan produk, penetapan harga, iklan,

penjualan dan distribusi dengan tujuan memuaskan kebutuhan konsumen, bisnis

dan masyarakat.

Manajemen pemasaran menurut Sofjan Assauri (2013) adalah kegiatan

penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program-program

yang dibuat untuk membentuk, membangun dan memelihara keuntungan dari

pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan)

dalam jangka panjang.

Setiap produsen selalu berusaha melalui produk yang dihasilkannya

mendapatkan tujuan serta sasarannya tercapai. Produk yang dihasilkan dapat

terjual atau dibeli oleh konsumen akhir dengan tingkat harga yang memberikan

8
9

keuntungan perusahaan jangka panjang. Melalui produk yang dapat dijualnya,

perusahaan dapat menjamin kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya dan

berkembang. Dalam rangka inilah setiap produsen harus memikirkan kegiatan

pemasaran produknya, jauh sebelum produk ini dihasilkan sampai produk tersebut

dikonsumsi oleh konsumen akhir.

Pengertian lain juga dikemukakan oleh Buchori dan Djaslim (2010) yang

menyatakan bahwa manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan

pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang

dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memuaskan individu dan

memenuhi tujuan organisasi.

Pemasaran merupakan suatu kegiatan bisnis yang dilakukan oleh individu

maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan

masyarakat. Pemasaran melibatkan semua orang dalam perusahaan yang bekerja

untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada, orientasi ini

semakin disadari sebagai kunci peningkatan manajemen pemasaran untuk

membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan manjemen pemasaran ialah alat analisis, perencanaan, penerapan dan

pengendalian program yang dirancang untuk melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen yaitu menciptakan, membangun, mengendalikan dan

mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan sasaran pasar dalam

rangka menyampaikan produk dan mencapai tujuan utama perusahaan dari pihak

produsen ke konsumen yaitu memperoleh laba.


10

Manusia memiliki kehidupan yang dinamis, juga terpencar di berbagai

lokasi. Hal tersebut berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi penawaran

perusahaan akan suatu produk kepada konsumennya. Manajemen pemasaran

sangat mendukung perusahaan untuk menghadapi persoalan tersebut, karena

perusahaan akan membuat produk yang akan diminati oleh konsumen, dipasarkan

di lokasi yang tepat dan dengan cara yang tepat pula, sehingga sumber daya

perusahaan yang terbatas akan dimanfaatkan dengan optimal. Jantung pemasaran

strategis modern dapat dijelaskan sebagai pemasaran STP yaitu (Kotler dan

Keller, 2016):

1. Penentuan Segmentasi Pasar

Penentuan segmentasi pasar atau segmenting adalah membagi pasar menjadi

konsumen yang kebutuhan, karakteristik atau perilakunya berbeda-beda.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan

segmentasi pasar memiliki peran paling dasar dalam penentuan pasar sasaran,

karena tahap ini akan mensegmentasikan berbagai jenis konsumen menjadi

kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan. Menurut Kotler, Segmentasi

pasar dibagi menjadi empat variabel segmentasi utama bagi konsumen, yaitu:

a) Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis digunakan untuk mengklasifikasikan pasar

berdasarkan lokasi yang akan memengaruhi biaya operasional dan

jumlah permintaan secara berbeda. Dalam segmentasi geografis, pasar

dibagi menjadi unit geografis, seperti: negara, provinsi, kota atau

lingkungan. Segmentasi pasar ini dilakukan dengan mengelompokkan


11

konsumen menjadi bagian pasar menurut skala wilayah atau letak

geografis yang dapat dibedakan berdasarkan:

1) Wilayah

Dapat diperoleh segmen pasar yang berupa pasar lokal, pasar

regional, pasar nasional dan pasar luar negeri atau ekspor. Masing-

masing pasar berdasarkan wilayah ini berbeda-beda potensi dan cara

menanganinya.

2) Iklim

Dengan dasar ini, diperoleh segmen pasar yang berupa pasar daerah

pegunungan dan dataran tinggi serta pasar daerah pantai dan dataran

rendah. Masing-masing pasar berdasarkan iklim ini berbeda

kebutuhan, keinginan dan pereferensinya.

3) Kota atau desa

Dapat diperoleh segmen pasar yang berupa pasar daerah perkotaan

dan pasar daerah desa atau pertanian. Masing-masing segmen pasar

ini berbeda potensi serta motif, perilaku dan kebiasaan pembeliannya

sehingga membutuhkan cara penanganan pemasaran berbeda.

b) Segmentasi Demografis

Perusahaan membagi-bagi konsumen menjadi kelompok-kelompok

berdasarkan variabel-variabel demografi seperti usia, jenis kelamin,

ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan pekerjaan,

pendidikan, tempat tinggal, agama, ras dan kebangsaan. Variabel-

variabel demografis merupakan dasar yang paling populer untuk

menentukan kelompok-kelompok pelanggan, karena keinginan,


12

kebutuhan dan tingkat pemakaian konsumen seringkali berkaitan sangat

erat dengan variabel demografis dan juga variabel demografis lebih

mudah diukur dari pada kebanyakan variabel lain.

c) Segmentasi Psikografis

Segmentasi psikografis, segmen pasar ini dilakukan dengan

mengelompokkan konsumen atau pembeli menjadi bagian pasar menurut

variabel-variabel pola atau gaya hidup (life style dan kepribadian

(personality). Sebagai contoh, segmen pasar masyarakat yang bergaya

hidup konsumtif dan mewah berbeda dengan segmen pasar masyarakat

yang bergaya hidup produktif dan hemat yang mementingkan kualitas

dengan harga yang relatif murah.

d) Segmentasi Perilaku

Segmentasi ini mengelompokkan konsumen menurut perilaku mereka

terhadap suatu produk, misalnya tingkat konsumsi dan respons setelah

membeli produk.

2. Penentuan Target Pasar

Setelah pasar disegmentasi, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah

melakukan penentuan pasar sasaran atau melakukan targeting. Langkah

tersebut akan memunculkan pasar sasaran (target market), yaitu sekelompok

pembeli yang berbagi kebutuhan dan karakteristik yang sama yang akan

dilayani oleh perusahaan. Lima pola targeting menurut Kotler dan Keller

(2016) yaitu:
13

a) Single Segment Concentration

Perusahaan memilih satu segmen saja untuk dilayani. Misalnya

perusahaan hanya berkonsentrasi pada kelompok yang beragama tertentu

yang diperkirakan jumlahnya sudah cukup banyak untuk menjadi

konsumen perusahaan. Dengan pola ini, perusahaan bisa mencapai posisi

yang lebih kuat di satu segmen, karena perusahaan akan fokus terhadap

satu segmen dengan begitu pengetahuan perusahaan akan segmen

tersebut seharusnya semakin luas dan perusahaan dapat semakin cepat

dalam mengantisipasi dinamika permintaan konsumen.

b) Selective Specialization

Perusahaan menyeleksi beberapa segmen untuk dilayani. Segmen yang

dipilih mungkin tidak saling berhubungan atau membentuk sinergi, tetapi

masing-masing segmen menjanjikan keuntungan masing-masing bagi

perusahaan.

c) Product Specialization

Perusahaan berkonsentrasi menbuat sebuah produk khusus yang dapat

dinikmati oleh banyak segmen. Melalui cara ini, perusahaan membangun

reputasi yang kuat pada produk yang spesifik.

d) Market Specialization

Perusahaan berkonsentrasi melayani berbagai kebutuhan dalam pasar

yang sama dan dapat terdiri dari beberapa segmen. Dengan begitu

perusahaan akan menjanjikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan

konsumen di dalam segmen tersebut.


14

e) Full Market Coverage

Perusahaan berusaha melayani semua kelompok dengan produk yang

dibutuhkan. Namun, hanya perusahaan yang kuat yang bisa

melakukannya. Dalam hal ini perusahaan lainnya yang mungkin lebih

kecil sehingga mereka lebih fokus dalam melayani pasar tertentu.

3. Penentuan Posisi Pasar

Penentuan posisi pasar atau positioning adalah tindakan perusahaan untuk

mengomunikasikan manfaat-manfaat dari produk mereka sehingga manfaat

tersebut dapat tersampaikan ke benak konsumen dan perusahaan akan

mendapatkan citra tersendiri yang terbentuk karena kesan dari konsumen,

dengan begitu perusahaan akan memiliki diferensiasi.

2.2 Merek (Brand)

2.2.1 Definisi Merek (Brand)

Sebuah merek yang terkenal dan terpercaya merupakan aset yang tidak

ternilai. Keahlian yang paling unik dari pemasaran yang profesional adalah

kemampuannya untuk menciptakan, memelihara, melindungi dan meningkatkan

merek. Aaker (1991) mengatakan merek adalah cara membedakan sebuah nama

atau simbol seperti logo, trademark, atau desain kemasan yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari satu produsen atau satu

kelompok produsen dan untuk membedakan produk atau jasa itu dari produk

pesaing.

Brand adalah salah satu atribut yang sangat penting dari sebuah produk

yang penggunaannya pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan,

dimana merek suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut.
15

Bisnis harus mempunyai identitas yang bisa diapresiasi oleh konsumen, agar

mereka dapat menjual produk. Karena konsumen masa kini tidak hanya

membutuhkan produk berkualitas, namun juga pengalaman yang bisa membuat

mereka puas dan bahkan gembira saat membeli dan menggunakan produk tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2009), merek adalah nama, istilah, lambang

atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang

atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan

mereka dari pesaing.

Pikiran para pelanggan dipengaruhi oleh beragam pesan yang sampai pada

angka ribuan pesan dan sering berubah-ubah. Merek tidak hanya kesan-kesannya,

tetapi merek juga harus menempati suatu posisi khusus dalam pikiran untuk

benar-benar menjadi sebuah merek.

Definisi lain tentang merek dijelaskan oleh Kartajaya (2010) dalam

bukunya yang berjudul “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa” yaitu merek

adalah aset yang menciptakan nilai bagi pelanggan dengan meningkatkan

kepuasan dan menghargai kualitas.

Dari definisi oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa merek adalah

sekumpulan identitas yang membedakan satu produk dengan produk yang lainnya

yang pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produk

tersebut dan melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang

berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.

2.2.2 Manfaat Merek (Brand)

Belakangan ini, hampir semua produk diberi brand bahkan produk-produk

yang sebelumnya tidak memerlukan brand. Brand sangat diperlukan oleh suatu
16

produk, karena selain brand memiliki nilai yang kuat brand juga bermanfaat bagi

konsumen, produsen, publik, seperti yang dikemukakan oleh Bilson Simamora

(2001), yaitu :

a. Bagi konsumen, manfaat brand adalah :

1) Brand dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu.

2) Brand membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk-produk baru

yang mungkin bermanfaat bagi mereka.

b. Bagi produsen, manfaat brand adalah :

1) Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-

masalah yang timbul.

2) Brand memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas

produk.

3) Brand memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan.

4) Brand membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

c. Bagi publik, brand bermanfaat dalam hal :

1) Pemberian brand memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih

konsisten.

2) Brand meningkatkan efisiensi pembeli karena brand dapat menyediakan

informasi tentang produk dan dimana membelinya.

3) Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk

menciptakan keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.

Suatu merek yang kuat dikatakan memiliki kesetiaan konsumen. Ini

diperkuat dengan bukti bahwa sejumlah konsumen tetap menginginkan suatu


17

merek dan menolak menggantinya, walaupun harga produk pengganti lebih

rendah. Produsen lebih menyukai memberikan merek pada produk mereka,

walaupun itu melibatkan biaya dalam pemasangan label, perlindungan hukum dan

memiliki risiko apabila produk mereka tidak memuaskan konsumen. Hal ini

karena dengan adanya merek, dapat memudahkan penjual untuk memproses dan

mencari pesanan. Nama merek dan tanda dagang akan secara hukum melindungi

penjual dari pemalsuan ciri-ciri khusus produk, yang mungkin saja ditiru oleh

pesaing. Pemberian merek juga memberikan peluang kepada penjual untuk

mendapatkan sekelompok konsumen yang setia dan memberikan keuntungan.

Merek yang dapat mengembangkan citra perusahaan, dengan membawa nama

perusahaan, merek-merek ini membantu mengiklankan kualitas dan besarnya

perusahaan.

2.2.3 Tingkatan Merek (Brand)

Pada hakikatnya, brand mengidentifikasi penjual dan pembeli. Brand

dapat berupa nama, merek dagang, logo atau symbol lain. Brand memiliki enam

level pengertian menurut Philip Kotler (2000) :

1. Atribut, brand pertama-tama mengingatkan orang pada atribut-atribut

tertentu.

2. Atribut tersebut mencirikan produk sehingga menjadi hal pertama yang

diingat oleh konsumen.

3. Manfaat, pelanggan tidak hanya membeli atribut, mereka juga membeli

manfaat. Oleh karena itu, atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional.

4. Nilai, brand juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai oleh pembeli.


18

Yang dinilai oleh pembeli adalah prestasi, keamanan dan persentase tinggi.

Pemasar harus mengetahui nilai yang sesuai dengan paket manfaat yang

diinginkan oleh konsumen.

5. Budaya, brand mencerminkan budaya tertentu.

6. Kepribadian, brand juga menggambarkan kepribadian. Konsumen biasanya

mencocokkan kepribadian mereka yang sesuai dengan brand.

7. Pemakai, brand yang menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk. Jika suatu perusahaan memperlakukan brand hanya

sebagai nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan perusahaan

yang sebenarnya. Tantangan dalam pemberian brand adalah mengembangkan

satu kumpulan makna yang mendalam untuk brand tersebut.

2.2.4 Karakteristik Merek (Brand)

Setelah diputuskan untuk memberi brand pada produk, selanjutnya perlu

diputuskan brand apa yang digunakan. Brand apapun yang digunakan semestinya

mengandung sifat berikut ini seperti yang dikemukakan oleh Bilson Simamora

(2001) :

1. Mencerminkan manfaat dan kualitas.

2. Singkat dan sederhana.

3. Mudah diucapkan, didengar, dibaca dan diingat.

4. Memiliki kesan berbeda dari merek-merek yang sudah ada.

5. Mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan tidak mengandung konotasi

negatif dalam bahasa asing.

6. Dapat didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagai hak paten.


19

Setiap perusahaan dalam menentukan brand bagi produknya harus

mempunyai dan memenuhi karakteristik di atas. Apabila brand sudah mempunyai

dan memenuhi karakteristik tersebut, maka brand itu dapat diterima konsumen.

2.2.5 Keputusan Pemberian Brand

Keputusan dalam pemberian brand untuk suatu produk adalah langkah

pertama yang harus diambil perusahaan tentang apakah pada produknya akan

menggunakan brand atau akan memasarkan produknya tanpa brand. (Kotler &

Amstrong, 2003).

a. Keputusan Sponsor Merek (Branding Sponsor Decision)

Menurut Kotler & Amstrong (2003), perusahaan memiliki empat pilihan

sponsor merek, yaitu :

1. Merek Produsen (Manufactured Brand), produk yang diberi merek

berdasarkan nama perusahaannya.

2. Merek Pribadi (Private Brand), merek yang diciptakan dan dimiliki oleh

pengecer suatu produk jasa.

3. Pelisensian (Licensing), perusahaan menggunakan lisensi nama atau

simbol yang telah diciptakan sebelumnya untuk perusahaan lain, dengan

membayar sejumlah uang.

4. Merek Bersama (Co-Branding), adalah praktek penggunaan nama merek

yang mapan oleh dua perusahaan yang berbeda pada produk yang sama.

b. Keputusan Nama Merek (Brand Name Decisions)

Produsen yang memutuskan untuk member merek pada produknya harus

memilih nama merek yang akan digunakan. Menurut Philip Kotler (2000) terdapat

empat strategi dalam pemberian nama merek, yaitu :


20

1. Nama Merek Individu (Individual Brand Name), perusahaan mencari nama

terbaik untuk masing-masing produk baru. Contoh: Indofood (Indomie,

Supermie, Sarimi).

2. Nama merek kelompok untuk semua Produk, perusahaan memberikan

merek pada semua produk dengan menggunakan nama kelompok. Contoh:

Kijang, Corolla (Toyota).

3. Nama merek kelompok untuk roduk yang berbeda, perusahaan

memproduksi produk-produk yang agak berbeda, tidak menggunakan

nama kelompok keseluruhan. Contoh: Indofood (kecap Indofood, saus

Indofood).

4. Nama Dagang Perusahaan Dikombinasikan dengan Nama Perusahaan,

produsen mengikat nama-nama perusahaan mereka pada satu nama merek

individual untuk masing-masing produk. Contoh: Lippo (Bank Lippo,

Asuransi Lippo).

c. Keputusan Strategi Merek (Brand Strategy Decisions)

Menurut Kotler & Amstrong (2003), perusahaan mempunyai empat

pilihan ketika harus memilih strategi merek, yaitu :

1. Perluasan Lini (Line Extention), penggunaan nama merek yang sukses

untuk memperkenalkan hal-hal baru ke kategori produk tertentu dengan

menggunakan merek yang sama. Contoh : Coke (New, Classic, Cheryy).

2. Perluasan Merek (Brand Extention), penggunaan merek yang telah

berhasil untuk meluncurkan produk baru atau hasil modifikasi ke kategori

baru. Contoh : Samsung (Peralatan rumah tangga, Elektronik,

Handphone).
21

3. Aneka Merek (Multi Brand), strategi yang dipakai pedagang untuk

mengembangkan dua merek atau lebih dalam kategori produk yang sama.

Contoh : Shampoo Unilever (Sunsilk, Clear).

4. Merek Baru (New Brand) Perusahaan meluncurkan produk dalam kategori

baru. Contoh : Mashushita (Panasonic, National).

d. Keputusan Penentuan Ulang Posisi Merek (Brand Repositioning Decision)

Sebaik apapun suatu brand diposisikan pada pasar, perusahaan mungkin

harus menentukan kembali posisinya nanti apabila menghadapi persaingan baru

atau bila terjadi perubahan reaksi pelanggan.

2.3 Citra Merek (Brand Image)

2.3.1 Definisi Citra Merek

Citra merek merupakan serangkaian asosiasi (persepsi) yang ada dalam

benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu

makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada

pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau image merepresentasikan

persepsi yang bisa menggambarkan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra

yang terbentuk dari persepsi inilah yang mendasari keputusan membeli bahkan

loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen.

Menurut Peter & Olson (dalam Lutiary Eka Ratri, 2007), citra merek

didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi terhadap merek,

sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam asosiasi merek yang ada

dalam ingatan konsumen. Meskipun asosiasi merek dapat terjadi dalam berbagai

macam bentuk tapi dapat dibedakan menjadi asosiasi performansi dan asosiasi

imajeri yang berhubungan dengan atribut dan kelebihan merek.


22

Citra Merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan

persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu

terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa

keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra

yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan

pembelian (Setiadi, 2003).

Sedangkan citra merek menurut (Kotler dalam Rangkuti, 2009) adalah

persepsi merek yang melekat dalam ingatan kosnumen. Asosiasi merek

merupakan informasi terhadap merek yang diberikan oleh konsumen yang

diberikan oleh konsumen yang ada dalam ingatakan mereka dan mengandung arti

merek itu.

Berdasarkan dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa brand

image atau citra merek adalah serangkaian deskripsi dan sikap konsumen terhadap

merek tertentu. Brand Image dari suatu produk yang memiliki citra positif akan

mendorong konsumen melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang telah

diyakininya dari pada produk/jasa yang lain. Oleh karena itu, perusahaan harus

dapat memperhatikan perilaku konsumennya. Brand Image yang memiliki

keunikan juga akan mudah diingat dalam benak seseorang dari pada produk dan

jasa yang lainnya. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memperhatikan

perilaku konsumennya dan menciptakan inovasi baru untuk mengantisipasi

dimasa depan.

2.3.2 Variabel Brand Image

Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit Darmawan

(2004) variabel Brand Image adalah :


23

1. Citra Pembuat (Corporate Image), citra yang ada dalam perusahaan itu

sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun image-nya

dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan

memengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Citra Pemakai (User Image), dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan

kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi

konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu

apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan

tersebut.

3. Citra Produk (Product Image), citra konsumen terhadap suatu produk yang

dapat berdampak positif maupun negative yang berkaitan dengan kebutuhan,

keinginan dan harapan konsumen.

Sedangkan menurut Sutisna (2001), brand image memiliki 3 variabel

pendukung, yaitu :

1. Citra Pembuat (Corporate Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk

atau jasa.

2. Citra Pemakai (User Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang

atau jasa.

3. Citra Produk (Product Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.


24

2.3.3 Manfaat Brand Image

Pandangan konsumen terhadap suatu brand merupakan hal yang sangat

penting dalam strategi pemasaran. Suatu image dapat membantu perusahaan untuk

mengetahui apakah strategi pemasaran yang dijalankan sudah tepat atau belum.

Menurut Sutisna (2001), ada beberapa manfaat dari brand image yang

positif, yaitu :

1. Konsumen dengan image yang positif terhadap suatu brand, lebih

memungkinkan untuk melakukan pembelian.

2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan image

positif yang telah terbentuk terhadap brand produk lama.

3. Kebijakan family branding dan leverage branding dapat dilakukan jika brand

image produk yang telah ada positif.

2.3.4 Indikator Brand Image

Dimensi-dimensi yang akan digunakan dalam pengukuran citra merek adalah :

1. Strength of Brand Association (Kekuatan Merek)

Dimensi ini mengacu pada kekuatan sebuah merek. Menurut (Keller, 2008)

kekuatan dari asosiasi merek tergantung pada seberapa banyak informasi

yang masuk ke dalam memori konsumen dan bagaimana informasi tersebut

dipertahankan sebagai bagian dari sebuah merek. Sumber informasi dalam

membentuk citra merek memiliki dua kekuatan yaitu brand attributes dan

brand benefits. Brand attributes merupakan fitur-fitur yang menjadi ciri

deskriptif sebuah produk atau jasa. Fitur-fitur ini bisa meliputi bagaimana

konsumen berfikir tentang produk atau jasa yang terlibat dalam proses

pembelian. Atribut terbagi menjadi dua yaitu product-related berupa


25

(physical composition atau service requirement) dan non-product-related,

berupa (price, packaging or product appearance information, user imagery,

usage imagery). Brand benefits merupakan nilai pribadi konsumen yang

berkenaan dengan produk atau jasa layanan, seperti apa yang konsumen

fikirkan tentang kelebihan sebuah produk atau layanan jasa. Kekuatan

merupakan acuan terpenting dalam sebuah merek, sehingga kekuatan merek

dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan tolak ukur brand image.

2. Favourability of Brand Association (Keunggulan Merek)

Dimensi ini mempunyai artian apakah merek tersebut disukai atau tidak

disukai khalayaknya. Terbentuk oleh keyakinan konsumen terhadap produk

yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan

demikian, keberhasilan sebuah merek dapat dilihat apabila merek dapat

memenuhi keinginan konsumen. Sehingga keunggulan merek dalam

penelitian ini akan dikaitkan dengan tolak ukur brand image.

3. Uniqueness of Brand Association (Keunikan Merek)

Dimensi ini mempunyai pengertian keunggulan perusahaan yang memberikan

nilai lebih kepada konsumen agar memiliki suatu ketertarikan dengan sebuh

produk atau layanan jasa. Keunggulan atau keunikan dari sebuah merek

haruslah dimiliki oleh setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan keunggulan

atau keunikan dapat menimbulkan memori yang kuat dalam benak pelanggan.

Oleh sebab itu, keunikan merek dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan

tolak ukur brand image.

Adapun indikator –indikator dari brand image adalah sebagai berikut :

 Kualitas produk/jasa yang dihasilkan


26

 Pelayanan yang disediakan

 Kebijakan perusahaan

 Reputasi perusahaan

 Kegiatan pemasaran perusahaan

2.4 Kualitas Produk

2.4.1 Definisi Kualitas Produk

Produk merupakan inti dari sebuah kegiatan pemasaran karena produk

merupakan output atau hasil dari salah satu kegiatan atau aktivitas perusahaan

yang dapat ditawarkan ke pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen. Pada dasarnya dalam membeli suatu produk, seorang

konsumen tidak hanya membeli produk, akan tetapi konsumen juga membeli

manfaat atau keunggulan yang dapat diperoleh dari produk yang dibelinya. Oleh

karena itu, suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang

lain, salah satunya dari segi kualitas produk yang ditawarkan. Kualitas produk

merupakan salah satu kunci persaingan diantara pelaku usaha yang ditawarkan

kepada konsumen.

Kualitas produk menurut Kotler dan Amstrong (2008) adalah kemampuan

produk dalam melaksanakan berbagai fungsi termasuk ketahanan, keterandalan,

ketepatan, dan kemudahan dalam penggunaan. Kualitas produk menggambarkan

sejauh mana kemampuan produk tersebut dalam memenuhi dan memuaskan

kebutuhan konsumen.

Pada dasarnya, kualitas produk adalah satu dari sekian banyaknya faktor

terpenting dalam menjalankan suatu bisnis, yang mana kualitas produk sangat

menentukan tingkat kepuasan konsumen dan juga masa depan perusahaan.


27

Adanya pergerakan bisnis yang dinamis membuat setiap perusahaan untuk bisa

terus meningkatkan inovasinya dalam mengembangkan produk yang ditawarkan

ke konsumen serta terus meng-update teknologi yang digunakan oleh perusahaan

guna mengembangkan kualitas produk.

Menurut Kotler dan Keller (2016), kualitas produk yaitu kemampuan suatu

barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa

yang diinginkan pelanggan. Kualitas produk memiliki suatu ketertarikan bagi

konsumen dalam mengelola hubungan yang baik dengan perusahaan penyedia

produk. Adanya hubungan timbal balik antara perusahaan dengan konsumen akan

memberikan peluang untuk mengetahui dan memahami apa yang menjadi

kebutuhan dan harapan yang ada pada persepsi konsumen. Maka, perusahaan

penyedia produk dapat memberikan kinerja yang baik untuk mencapai kepuasan

konsumen melalui cara memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan

meminimalisir pengalaman yang kurang menyenangkan konsumen dalam

mengonsumsi produk. Apabila kinerja dari suatu produk yang diterima atau

dirasakan sesuai dengan harapan konsumen, maka kualitas produk yang diterima

atau dirasakan sesuai dengan harapan konsumen.

Semakin tinggi tingkat kualitas produk, maka semakin tinggi pula tingkat

kepuasan konsumen yang dihasilkan (Kotler & Keller, 2009). Menurut Wood

(2009) produk yang berkualitas tinggi merupakan produk yang mampu unggul

dalam bersaing untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas yang tinggi

tersebut dapat membantu perusahaan untuk menarik konsumen baru, menciptakan

kepuasan konsumen sehingga akan mempertahankan konsumen yang ada,

merebut pangsa pasar dan akhirnya mendapatkan laba yang lebih tinggi.
28

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa kualitas produk

merupakan kemampuan suatu produk dalam memenuhi keinginan konsumen.

Keinginan konsumen tersebut diantaranya daya tahan produk, keandalan produk,

kemudahan pemakaian, serta atribut bernilai lainnya yang bebas dari kekurangan

dan kerusakan.

2.4.2 Dimensi Kualitas Produk

Menurut Tjiptono & Chandra (2005), terdapat delapan dimensi kualitas

produk yang dikembangkan oleh Garvin. Dimensi-dimensi tersebut adalah:

1) Kinerja (performance)

Kinerja (performance) berkaitan dengan fungsi utama dari suatu produk dan

merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam

membeli produk, misalnya untuk obat adalah kemanjuran, untuk makanan

adalah rasa yang enak dan untuk mobil adalah kenyamanan.

2) Fitur produk (features)

Fitur produk (features) merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang

melengkapi manfaat suatu produk dan berkaitan dengan pilihan-pilihan

produk dan pengembangannya. Fitur suatu produk biasanya diukur secara

subyektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini adalah konsumen) yang

menunjukkan adanya perbedaan kualitas suatu produk.

3) Keandalan (reliability)

Keandalan (reliability) berkaitan dengan peluang atau kemungkinan suatu

barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode

waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. Keandalan suatu produk
29

menandakan tingkat kualitas yang berarti bagi konsumen dalam memilih

produk.

4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian kinerja produk terhadap

spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan

konsumen.

5) Daya tahan (durability)

Dimensi ini berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan.

Ukuran ketahanan suatu produk meliputi segi ekonomis dan segi teknis.

Secara teknis, ketahanan suatu produk didefinisikan sebagai sejumlah

kegunaan yang diperoleh oleh seseorang sebelum mengalami penurunan

kualitas. Secara ekonomis, ketahanan diartikan sebagai usia ekonomis

kerusakan dan keputusan untuk mengganti produk.

6) Kemampuan untuk diperbaiki (serviceability)

Serviceability berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kegunaan dan

kemudahan produk untuk diperbaiki.

7) Estetika (aesthetic)

Estetika merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai

estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari

preferensi individual. Estetika suatu produk dilihat melalui bagaimana suatu

produk terdengar oleh konsumen, bagaimana tampilan luar suatu produk,

rasa, maupun aroma. Estetika menyangkut tampilan produk yang dapat

membuat konsumen menyukai suatu produk.

8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)


30

Dimensi ini berkaitan dengan penilaian konsumen terhadap citra, merek atau

iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih

berkualitas dibandingkan dengan merek-merek yang tidak dikenal.

2.4.3 Manfaat Kualitas Produk

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas

memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan

yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini

memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan

serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan

kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimumkan atau meniadakan

pengalaman pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau kepuasan pelanggan

pada perusahaan yang memberikan kualitas memuaskan.

Menurut Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013) secara ringkas manfaat

dari kualitas yang superior antara lain berupa:

a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar.

b. Pangsa pasar yang lebih besar.

c. Harga saham yang lebih tinggi.

d. Harga jual yang lebih tinggi.

e. Produktivitas yang lebih besar.

Semua manfaat tersebut pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan daya

saing berkelanjutan dalam organisasi yang mengupayakan pemenuhan kualitas

yang bersifat customer-driven. Dalam jangka panjang perusahaan akan tetap

survive dan menghasilkan laba.


31

2.4.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Produk

Pada masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah

besar kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah

dialami dalam periode sebelumnya. Menurut Assauri (2011) mengatakan bahwa

faktor yang mempengaruhi kualitas produk yaitu :

1. Pasar (Market)

Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada

laju yang eksplosif. Pelanggan diarahkan untuk mempercayai bahwa ada

sebuah produk yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pasar menjadi

lebih besar ruang lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di

dalam barang yang ditawarkan.

2. Uang (Money)

Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan fluktuasi

ekonomi dunia telah menurunkan batas (margin) laba. Pada waktu yang

bersamaan, kebutuhan akan otomasi dan pemekanisan mendorong

pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan yang baru.

Penambahan investasi pabrik, harus dibayar melalui naiknya produktivitas,

menimbulkan kerugian yang besar dalam memproduksi disebabkan oleh

barang pabrikan dan pengulangkerjaan yang sangat serius.

3. Manajemen (Management)

Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok

khusus. Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan produknya,

harus membuat persyaratan produk. Bagian perancangan bertanggung jawab

merancang produk yang akan memenuhi persyaratan itu. Bagian produksi


32

mengembangkan dan memperbaiki kembali proses untuk memberikan

kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai dengan spesifikasi

rancangan. Bagian pengendalian kualitas merencanakan pengukuran kualitas

pada seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi

persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan, setelah produk sampai pada

pelanggan menjadi bagian yang penting dari paket produk total.

4. Manusia (Man)

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh

bidang baru seperti elektronika komputer menciptakan suatu permintaan yang

besar akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu yang sama

situasi ini menciptakan permintaan akan ahli teknik sistem yang akan

mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama merencanakan,

menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu

hasil yang diinginkan.

5. Motivasi (Motivation)

Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai hadiah

tambahan uang, para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang

memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan

bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas tercapainya

sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini membimbing ke arah

kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan

komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.


33

6. Bahan (Material)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik

memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya.

Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan

menjadi lebih besar.

7. Mesin dan Mekanis (Machine and Mecanization)

Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume

produksi untuk memuaskan pelanggan telah terdorong penggunaan

perlengkapan pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada kualitas

bahan yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut. Kualitas yang baik menjadi

faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya

dapat digunakan sepenuhnya.

8. Metode Informasi Modern (Modern Information Method)

Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan untuk mengumpulkan,

menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi informasi pada skala yang

tidak terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang baru ini

menyediakan cara untuk mengendalikan mesin dan proses selama proses

produksi dan mengendalikan produk bahkan setelah produk sampai ke

pelanggan. Metode pemrosesan data yang baru dan konstan memberikan

kemampuan untuk memanajemen informasi yang bermanfaat, akurat, tepat

waktu dan bersifat ramalan mendasari keputusan yang membimbing masa

depan bisnis.
34

9. Persyaratan Proses Produksi (Mounting Product Requirement)

Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk, memerlukan pengendalian

yang lebih ketat pada seluruh proses pembuatan produk. Meningkatnya

persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk menekankan pentingnya

keamanan dan keterandalan produk.

2.4.5 Indikator Kualitas Produk

Menurut Orville, Larreche dan Boyd (2005) apabila perusahaan ingin

mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus

mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk

membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing.

Adapun indikator –indikator dari kualitas produk adalah sebagai berikut :

 Kinerja (performance)

 Fitur produk (features)

 Keandalan (reliability)

 Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications)

 Daya tahan (durability)

 Kemampuan untuk diperbaiki (serviceability)

 Estetika (aesthetic)

 Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

2.5 Keputusan Pembelian

2.5.1 Definisi Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap

produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian menurut


35

Morissan (2010) adalah tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan

membeli. Keputusan pembelian akan terjadi apabila keinginan membeli/minat beli

sudah terkumpul.

Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian produk

atau jasa diawali dengan adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan atau

keinginan dan menyadari adanya masalah selanjutnya, maka konsumen akan

melakukan beberapa tahap yang pada akhirnya sampai pada tahap evaluasi pasca

pembelian.

Keputusan pembelian diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan

pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang

mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Proses keputusan pembelian yang

spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut, yaitu: pengenalan masalah kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca

pembelian.

Menurut Sofjan Assauri (2004) keputusan pembelian merupakan suatu

proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa

yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari

kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Dari beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan pembelian adalah suatu

proses pengambilan keputusan akan pembelian yang akan menentukan dibeli atau

tidaknya pembelian tersebut yang diawali dengan kesadaran atas pemenuhan atau

keinginan.
36

2.5.2 Proses Pengambilan Keputusan

Untuk membeli sebuah produk, konsumen tidak langsung sampai pada

tahap keputusan pembelian. Namun, konsumen melalui proses untuk sampai pada

keputusan pembelian. Proses keputusan pembelian menurut Basu Swasta dan T

Hani Handoko (2000) adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau

kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui adanya

kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan terpuaskan. Jika

kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya

kebutuhan yang belum segera dipenuhi atau masih bisa ditunda

pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi.

Pengenalan masalah adalah suatu proses yang kompleks yang dapat diuraikan

sebagai berikut:

o Proses ini melibatkan secara bersama-sama banyak variabel-variabel

termasuk pengamatan, proses belajar, sikap, karakteristik kepribadian

dan macam-macam kelompok sosial dan referensi yang

mempengaruhinya;

o Proses pengenalan masalah merupakan suatu proses yang lebih kompleks

dari penganalisaan motivasi. Walaupun proses tersebut melibatkan motif-

motif pembelian, tetapi selain itu melibatkan juga sikap, konsep diri, dan

pengaruhpengaruh lain; dan

o Proses ini melibatkan juga proses perbandingan dan pembobotan yang

kompleks terhadap macam-macam kebutuhan yang relatif penting, sikap


37

tentang bagaimana menggunakan sumber keuangan yang terbatas untuk

berbagai alternatif pembelian, dan sikap tentang kualitatif dari kebutuhan

yang harus dipuaskan.

2. Pencarian informasi

Seseorang yang tergerak oleh stimulus akan berusaha mencari lebih banyak

informasi yang terlibat dalam pencarian akan kebutuhan. Pencarian

merupakan aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam

ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan. Sumber informasi

konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu:

o Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan;

o Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang perantara,

pengemasan;

o Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting konsumen;

o Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, penggunaan

produk.

3. Evaluasi alternatif

Evaluasi alternatif merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan

disesuaikan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep dasar

dalam proses evaluasi konsumen terdiri atas empat macam:

 Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan;

 Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk;

 Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan

kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari

dalam memuaskan kebutuhan;


38

 Konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda dalam memandang

atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Konsumen akan

memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang

dicarinya.

4. Keputusan membeli

Keputusan untuk membeli di sini merupakan proses dalam pembelian yang

nyata. Jadi, setelah tahap-tahap di muka dilakukan, maka konsumen harus

mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Konsumen mungkin juga

akan membentuk suatu maksud membeli dan cenderung membeli merek yang

disukainya. Namun, ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan keputusan

pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak

terduga. Bila konsumen menentukan keputusan untuk membeli konsumen

akan menjumpai keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk,

merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.

5. Perilaku setelah pembelian

Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga

periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi, konsumen akan

mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan atau

ketidakpuasan pembeli dengan produk akan mempengaruhi tingkah laku

berikutnya.

Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang

lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan

cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan

kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa
39

puas dengan produk yang telah dibelinya ada dua kemungkinan yang akan

dilakukan oleh ko nsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen tidak

mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan

mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya mengapa

ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi.

2.5.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian

Tujuan kegiatan pemasaran adalah memengaruhi pembeli untuk bersedia

membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi keputusan membeli berbeda-beda untuk masing-

masing pembeli di samping produk yang dibeli. Menurut Basu Swasta dan T Hani

Handoko (2000) faktor-faktor tersebut adalah:

1. Lokasi penjual yang strategis

Dari segi lokasi ini, pembeli akan memilih lokasi yang benar-benar strategis

dan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya seperti:

mudah dijangkau, dekat dengan fasilitas-fasilitas umum atau mungkin dekat

dengan jalan raya, sehingga lokasi ini dapat mendukung yang lain.

2. Pelayanan yang baik

Bagi konsumen yang ingin membeli suatu produk, pelayanan yang diberikan

pada saat memilih sampai terjadinya transaksi pembelian sangatlah

berpengaruh terhadap jadi tidaknya pembelian yang dilakukan oleh

konsumen. Pelayanan yang kurang baik akan menimbulkan rasa tidak puas

yang dirasakan oleh konsumen yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat

penjualan pada waktu selanjutnya.


40

3. Kemampuan tenaga penjualnya

Dalam suatu kegiatan usaha (penjualan), tidak terlepas dari tenaga kerja baik

tenaga kerja mesin maupun tenaga kerja manusia. Tenaga kerja merupakan

faktor utama dalam perusahaan sehingga diperlukan sejumlah tenaga kerja

yang berkemampuan dan mempunyai keterampilan tertentu yang sesuai

dengan kebutuhan perusahaan untuk mendukung kegiatan dalam pemasaran.

4. Iklan dan promosi

Iklan dan promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu

program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen

belum pernah mendengarnya dan tidak yakin produk itu akan berguna bagi

mereka, maka mereka tidak akan membelinya.

5. Penggolongan barang

Penggolongan barang akan menjadi faktor pertimbangan oleh konsumen yang

melakukan kegiatan pembelian. Penggolongan barang secara tepat dan rapi

akan memudahkan konsumen di dalam melakukan pembelian..

2.5.4 Dimensi Keputusan Pembelian

Menurut Basu, Swastha dan Irawan (dalam Yoga 2017) struktur keputusan

membeli dibagi menjadi 7 komponen utama, yaitu :

1) Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli produk atau

menggunakan uangnya untuk kebutuhan lain. Dalam hal ini perusahaan harus

memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli

produk serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.


41

2) Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk memilih bentuk produk

tertentu. Keputusan tersebut menyangkut ukuran, mutu, suara, corak, dan

sebagainya yang dapat menjadi pertimbangan setiap konsumen. Dalam hal ini

perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan

konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan

keputusan pembelian.

3) Keputusan tentang merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.

Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini

perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

4) Keputusan tentang penjualnya

Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli.

Dalam hal ini, produsen, pedagang pasar, dan pengecer harus mengetahui

bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.

5) Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang

akan dibelinya pada saat itu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan

banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari

pembelinya.

6) Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan

pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli


42

produk. Oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian.

7) Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran

produk yang dibeli apakah secara tunai atau dengan dicicil. Dalam hal ini

perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara

pembayarannya.

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian pertama dilakukan oleh Wulan Suciningtyas (2012) bertujuan

untuk menguji pengaruh antara Brand Awareness, Brand Image, dan Media

Communication terhadap Keputusan Pembelian. Penelitian ini menggunakan

alat analisis regresi. Hasil analisis regresi data menunjukkan bahwa tiap

variabel mengalami peningkatan setiap 1 satuan untuk brand awareness (X1)

meningkat 0,171, brand image (X2) meningkat 0,226, media communication

(X3) meningkat 0,148 dan saling berhubungan positif dengan keputusan

pembelian (Y).

2. Penelitian kedua dilakukan oleh Kurnia Akbar (2013) bertujuan untuk

menguji pengaruh Harga, Brand Image, dan Atribut Produk terhadap

Keputusan Pembelian Handphone atau Smartphone Samsung Jenis Android.

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara harga, brand image, dan atribut produk terhadap keputusan pembelian

handphone atau smartphone Samsung jenis android.


43

3. Penelitian ketiga dilakukan oleh Danny Alexander Bastian (2014) tentang

“Analisa Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek

(Brand Trust) Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ADES PT. Ades

Alfindo Putra Setia” menunjukkan bahwa variabel brand image berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel brand trust hal ini ditunjukkan hal ini

ditunjukan nilai t-Statistic = 9.551 > 1.96 dengan kekuatan jalurnya sebesar

0.671 dan menunjukkan bahwa brand image berpengaruh terhadap brand

loyalty nilai t-Statistic = 4.963 > 1.96 dengan kekuatan jalurnya sebesar

0.453. Ini menunjukkan bahwa variabel Brand Image (X1) dan Brand Trust

(X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Brand Loyalty (Y).

4. Penelitian keempat dilakukan oleh Nischay K. Upamannyu (2014) tentang

“Pengaruh Brand Trust dan Brand Image Terhadap Brand Loyalty di FMCG

sektor di Gwalior Region Cair” penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

kepercayaan merek (brand trust) mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap loyalitas merek (brand loyalty) dengan nilai signifikansi sebersar

0,000.

5. Penelitian kelima dilakukan oleh Bayu Triyanto (2014) dengan judul

“Analisis Pengaruh Produk, Promosi, Harga, dan Tempat Terhadap

Keputusan Pembelian (Studi Pada Seyegan Sport Sleman Yogyakarta)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui Analisis Pengaruh Produk, Promosi,

Harga, Dan Tempat Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Seyegan

Sport Sleman Yogyakarta). Penelitian ini merupakan penelitian korelasional

menggunakan metode survei dengan instrumen angket. Nilai validitas

instrumen sebesar 0,911 dan reliabilitasnya sebesar 0,954. Subjek penelitian


44

yang digunakan adalah pembeli di Seyegan Sport Sleman Yogyakarta yang

berjumlah 50 orang. Teknik analisis data menggunakan uji F pada taraf

signifikasi 5 %. Hasil penelitian menunjukkan Uji keberatian koefisien

tersebut dilakukan dengan cara mengonsultasi harga F hitung 13,290 > F

tabel (2,58) pada taraf signifikansi 5% dan Ry(x1.x2.x3) = 0,736 > R(0.05)

(18) = 0,243, berarti koefisien tersebut signifikan. Dengan demikian hipotesis

yang berbunyi “analisis produk, promosi, harga dan tempat berpengaruh

terhadap keputusan pembelian dan pengaruh sumbangan produk, promosi,

harga dan tempat terhadap keputusan pembelian sebesar 54,2 %, dengan

demikian beberapa variabel tersebut menjadi factor-faktor yang menentukan

keputusan pembelian.

2.7 Kerangka Berfikir

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Brand Image (X1)

Keputusan Pembelian (Y)

Kualitas Produk (X2)

Sumber : Penulis (2021)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah

penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012)

menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan

membandingkan dua variabel atau lebih. Pendekatan kuantitatif adalah

pengukuran data dan statistik objek melalui hitung – hitungan. Menurut Sugiyono

(2013), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi

atau sample tertentu, teknik pengambilan sample pada umumnya dilakukan secara

random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan

untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung (Sukardi, 2008).

Adapun yang dijadikan tempat penelitian ini yaitu di kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai dari November 2020 sampai Desember

2020.

45
46

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dan fenomena yang diteliti

(Kriyantono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen

Chatime Cabang Gatot Subroto Medan.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non

probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Menurut Sugiyono

(2012), pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu. Karena jumlah populasi

dalam penelitian ini tidak diketahui, maka penentuan jumlah sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode menurut Rao Purba (2006)

dalam Kharis (2011) menggunakan rumus sebagai berikut:

Z2
n=
4¿¿

Keterangan :

N : Jumlah sampel

Z : 1,96 score pada tingkat signifikansi tertentu (derajat keyakinan

ditentukan 95%)

Moe : Margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 10%

Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

( 1,96 )2
n=
4¿¿

n=96,04

n=96 sample
47

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel minimal yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang. Untuk memudahkan

perhitungan, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden.

3.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012), hipotesis adalah harapan-harapan yang

dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan antara variabel di dalam masalah

yang diteliti. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian.

H01: Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen.

Ha1: Brand Image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen.

H02: Kualitas Produk tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen.

Ha2: Kualitas Produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen.

H03: Brand Image dan Kualitas Produk secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

Ha3: Brand Image dan Kualitas Produk secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

3.5 Definisi Konsep

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari setiap konsep yang akan

diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari penelitian ini, yaitu:
48

a. Brand Image (X1)

Menurut Kotler (2009) brand image adalah keyakinan, ide atau kesan

seseorang terhadap sebuah brand.

b. Kualitas Produk (X2)

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas produk adalah kemampuan

sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan

durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi

produk juga atribut produk lainnya.

c. Keputusan Pembelian (Y)

Menurut Schiffman dan Kanuk (2014) keputusan pembelian adalah sebuah

pilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Sugiyono (2015) adalah suatu atribut atau

nilai dari obyek yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Skala


Brand Image Brand image adalah - Kualitas produk/jasa Likert
(X1) pandangan pelanggan
yang dihasilkan
saat ini tentang suatu
- Pelayanan yang
merek. Ini dapat
didefinisikan sebagai disediakan
kumpulan asosiasi unik
- Kebijakan
dalam benak pelanggan
perusahaan
target.
49

- Reputasi perusahaan

- Kegiatan pemasaran

perusahaan

Kualitas Kualitas produk adalah - Kinerja Likert


Produk (X2) keseluruhan barang dan
(performance)
jasa yang berkaitan
- Fitur produk
dengan keinginan
konsumen yang secara (features)
keunggulan produk
- Keandalan
sudah layak
(reliability)
diperjualbelikan sesuai
harapan dari pelanggan. - Kesesuaian dengan

spesifikasi

(conformance to

spesifications)

- Daya tahan

(durability)

- Kemampuan untuk

diperbaiki

(serviceability)

- Estetika (aesthetic)

- Kualitas yang

dipersepsikan

(perceived quality)

Keputusan Keputusan pembelian - Jenis produk Likert


50

Pembelian adalah tahap dalam - Bentuk produk


(Y) proses pengambilan - Merek
keputusan dimana - Penjual
konsumen benar-benar - Jumlah produk
membeli. - Waktu pembelian
- Cara pembayaran
Sumber : Penulis (2021)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

Dalam data riset yang dilakukan seorang peneliti akan menggunakan data-

data yang digunakan sebagai bahan utama proses pengolahan data dalam rangka

memecahkan permasalahan penelitian. Namun data itu sendiri dibedakan menjadi

data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang didapat dari penelitian

ini adalah:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam peneliti ini diperoleh langsung dari

konsumen Chatime untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah

disusun di dalam kuesioner yang disebarkan pada konsumen Chatime cabang

Gatot Subroto Medan.

2. Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku, pendapat para ahli, serta

skripsi yang memiliki relevansi dengan fenomena yang akan diteliti.

b. Studi Dokumentasi
51

Pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau

dokumentasi tertulis, gambar, atau benda lainnya yang berkaitan dengan

fenomena yang diteliti.

3.7.2 Skala Instrumen Pengumpulan Data

Skala instrumen digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Penggunaan skala likert menurut Sugiyono (2013) adalah untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Setiap pertanyaan memiliki penentuan skor dari setiap instrumennya yakni

sebagai berikut :

Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert

No Alternatif Skor
1. Sangat Setuju ( SS ) 5
2. Setuju ( S ) 4
3. Netral ( N ) 3
4. Tidak Setuju ( TS ) 2
5. Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1
Sumber : Penulis (2021)

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.8.1 Uji Instrumen

Uji instrumen dilakukan untuk menguji pernyataan dalam kuesioner atau

angket yang dibuat oleh peneliti dalam meneliti “Pengaruh Brand Image dan

Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Chatime

Cabang Gatot Subroto Medan”, apakah kuesioner tersebut layak digunakan


52

sebagai instrumen dalam penelitian. Uji instrumen dilakukan melalui validitas dan

reliabilitas.

3.8.1.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016) uji validitas adalah menunjukkan derajat

ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang

dikumpulkan oleh peneliti. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai

validitas tinggi. Sebaiknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas

yang rendah. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini adalah

Product Moment dari Karl Pearson, sebagai berikut :

rxy=n ∑ xy −(∑ x )(∑ y)


N=
√ {(N ∑ x 2−(∑∑ x) 2)}−{n∑ y 2−(∑ y 2) }
Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi suatu butir atau item

N : Jumlah responden

n : Jumlah data observasi

x : Skor item

y : Skor total item

Syarat kevaliditasian suatu item adalah apabila rhitung > rtabel pada taraf

signifikan (= 0,05) maka instrumen itu dianggap valid dan jika r hitung < rtabel maka

instrumen dianggap tidak valid.

3.8.1.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh

mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk

mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif
53

konsisten, bila koefisien korelasi (r) positif maka alat pengukur tersebut reliabel.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS

Statistics 21.0 for windows. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara

pengukuran sekali saja dan uji statistik yang digunakan dan dipakai adalah

Cronbach Alpha. Dimana suatu variabel dikatakan relibel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60. Berdasarkan output diperoleh koefisien reliabilitas tinggi

(>0,60) maka variabel-variabel yang digunakan adalah reliable.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat atau menguji suatu model yang

termasuk layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Tujuan uji normalitas

adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati

distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Kolmogrov Smirnov. Jika tingkat signifikan >5% artinya variabel residual

berdistribusi normal. Selain itu, dapat juga menggunakan grafik histogram.

3.8.2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016) uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah

pada suatu model regresi, suatu variabel independen dan variabel dependen

ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Kriteria

pengambilan keputusan pada uji kenormalan adalah sebagai berikut :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi kenormalan sebuah

data.
54

2. Jika terdapat data yang memiliki pola penyebaran yang tidak stabil dan

cenderung menjauhi arah garis diagonal pada Q-Q plot maka data tersebut

tidak memenuhi asumsi normalitas dan dapat dikatakan bahwa data tersebut

tidak normal.

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas digunakan peneliti untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan kolerasi yang kuat antara variabel Brand Image (X1),

variabel Kualitas Produk (X2), Keputusan Pembelian (Y) (Arief, 1993: Gujarati,

2001) dalam (Juliandi, 2013). Cara yang digunakan untuk menilainya adalah

dengan melihat nilai faktor inflasi Varina (Variance Inflasi Factor / VIF), yang

tidak melebihi 4 atau 5 (Hines dan Montgomery, 1990) dalam (Juliandi, 2013).

Variabel independen yakni presentasi kerja memiliki nilai VIF dalam batas

toleransi yang telah ditentukan (tidak melebihi 5), sehingga tidak terjadi

multikolenearitas dalam variabel independen penelitian ini.

3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melakukan uji apakah pada sebuah model regresi

terjadi ketidaknyamanan varian dari residual dalam satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Apabila varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Salah

satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model

regresi linier berganda, yaitu dengan melihat grafik scatter plot. Apabila tidak

terdapat pola tertentu dan tidak menyebar diatas maupun dibawah angka nol pada

sumbu y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk model

penelitian yang baik adalah yang tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,

2016).
55

3.8.3 Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui bagaimana hubungan

antara variabel. Menurut Sujarweni dan Endrayanto (2012) regresi yang memiliki

satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. Model persamaan

regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1.X1 + b2.X2 + .......

Keterangan :

Y : Keputusan pembelian

a : Konstanta

b1, b2 : Koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas

X1 : Variabel independen pertama (Variabel Stimulus)

X2 : Variabel independen kedua (Variabel Respons)

3.8.4 Uji Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016), uji koefisien determinasi bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang

kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Dan Sebaliknya jika nilai yang

mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.

3.8.5 Pengujian Hipotesis

3.8.5.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji T untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial atau

pengaruh antara tiap variabel indepen terhadap variabel dependen apakah


56

berpengaruh secara signifikan atau tidak. (Priyatno, 2009:50). Pengambilan

keputusan berdasarkan:

H0 ditolak jika thitung < ttabel pada x = 5%

H1 diterima jika thitung > ttabel pada x = 5%

3.8.5.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak dan keseluruhan, untuk

mengetahui adanya pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap

variabel dependen (Priyanto, 2009:50). Dilakukan untuk mengetahui pengaruh

tersebut secara signifikan. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan:

1. F hitung < Ftabel jadi H0 diterima

2. F hitung > Ftabel jadi H0 ditolak


57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Chatime merupakan perusahaan yang bergerak di industri food & beverage

dan merupakan franchise teh dari Taiwan yang menawarkan pengalaman teh yang

paling otentik di dunia dan dengan cepat dikenal menjadi spesialis teh segar.

Didirikan di Taiwan pada tahun 2003, Chatime merupakan franchise internasional

dengan lebih dari 1.000 outlet di seluruh dunia termasuk Amerika Serikat,

Australia, Hongkong, Cina, Filipina, Macau, Korea dan sekarang di Indonesia.

Chatime menjual minuman yang umumnya berbahan dasar teh. Teh

tersebut dikombinasikan dengan beragam topping seperti mutiara yang terbuat

dari tapioka, pudding, jellly dan lain-lain. Di Indonesia, Chatime dioperasikan

oleh grup Kawan Lama Sejahtera dengan nama PT. Food Beverage Indonesia

sekaligus menjadi sister company dari gerai Ace Hardware dan Toys Kingdom.

Setiap harinya Chatime melayani lebih dari 400.000 pelanggan Chatime

saat pertama kali dibuka di Indonesia pada tahun 2011. Chatime berkembang

dengan cepat menjadi 105 outlet pada bulan April 2015 di kota-kota besar

Indonesia termasuk Jabodetabek, Cikarang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya,

Bali, Medan, Pontianak, Jambi, Palembang, Makassar dan Manado.


58

4.2 Logo Perusahaan

Gambar 4.1
Logo Perusahaan

Sumber: Website Chatime Indonesia

4.3 Visi dan Misi Perusahaan

4.3.1 Visi

Menjadi franchise yang paling diminati dengan servis yang cepat dan

hand-made desserts.

4.3.2 Misi

Membangun kerajaan minuman dan membawa kebahagiaan untuk semua

orang.

4.4 Struktur Organisasi

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Chatime

CEO

Operational Leader Store Supervisor Crew Leader


Manager Area

Sumber: Website Chatime Indonesia


59

4.5 Karakteristik Responden

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah konsumen Chatime di

kota Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 96 orang.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

pekerjaan, pendapatan dan frekuensi pembelian. Untuk memperjelas karakteristik

reponden yang dimaksud, dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.5.1 Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Orang Persentase

Pria 35 36%

Wanita 61 64%

Sumber : Olah Data Penulis (2021)

Pada tabel di atas diketahui karakteristik jenis kelamin responden ialah 35

orang pria dengan persentase 35% sedangkan 61 orang wanita dengan persentase

sebanyak 64%.

4.5.2 Usia Responden

Tabel 4.2
Usia Responden

Usia Jumlah Orang Persentase

15 – 19 tahun 37 39%

20 – 24 tahun 32 33%

25 – 29 tahun 15 16%

>29 tahun 12 13%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)


60

Pada tabel di atas diketahui karakteristik usia responden. Responden yang

berusia antara 15-19 tahun : 39% , 20-24 tahun : 33%, 25-29 tahun: 16% dan usia

>29 tahun 13%.

4.5.3 Pekerjaan Responden

Tabel 4.3
Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Orang Persentase

Pelajar/Mahasiswa 57 59%

Pegawai Swasta 17 18%

PNS 9 9%

Wiraswasta 7 7%

Ibu Rumah Tangga 6 6%

Yang lain 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Pada tabel di atas diketahui karakteristik pekerjaan responden. Responden

yang Pelajar/Mahasiswa 57 orang dengan persentase 59%, responden yang

Pegawai Swasta 17 orang dengan persentase 18%, responden yang PNS 9 orang

dengan persentase 9%, responden yang Wiraswasta 7 orang dengan persentase

7%, responden Ibu Rumah Tangga 6 orang dengan persentase 6% dan yang

terakhir responden dengan pekerjaan yang lainnya 0 orang dengan persentase 0%.
61

4.5.4 Pendapatan Perbulan Responden

Tabel 4.4
Pendapatan Perbulan Responden

Pendapatan Jumlah Orang Persentase

<Rp.500.000 28 29%

Rp.500.000 - Rp.1.500.000 40 42%

Rp.1.500.000 - Rp.2.500.000 17 18%

>Rp.2.500.000 11 11%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Pada tabel di atas diketahui karakteristik pengeluaran perbulan responden.

Responden dengan pendapatan perbulan <Rp.500.000 berjumlah 28 orang dengan

persentase 29%, responden dengan pendapatan perbulan Rp.500.000 –

Rp.1.500.000 berjumlah 40 orang dengan persentase 42%, responden dengan

pendapatan perbulan Rp.1.500.000 – Rp.2.500.000 berjumlah 17 orang dengan

persentase 18% dan responden dengan pendapatan perbulan > Rp.2.500.000

berjumlah 11 orang dengan persentase 11%.

4.5.5 Intensitas Belanja

Tabel 4.5
Intensitas Belanja Responden

Intensitas Belanja Jumlah Orang Persentase

2 kali 34 35%

3 - 5 kali 47 49%

>5 kali 15 16%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)


62

Pada tabel di atas diketahui intensitas belanja responden. Responden

dengan intensitas belanja 2 kali berjumlah 34 orang dengan persentase 35%,

responden dengan intensitas belanja 3–5 kali berjumlah 47 orang dengan

persentase 49%, responden dengan intensitas belanja >5 kali berjumlah 15 orang

dengan persentase 16%.

4.6 Persepsi Terhadap Brand Image

Peneliti meminta responden memberikan jawabannya mengenai beberapa

item pernyataan mengenai variabel Brand Image. Skala penilaian yang digunakan

adalah skala likert berjenjang 1-5. Skala tersebut menujukkan tanggapan

responden mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime mampu bersaing
dengan minuman boba sejenis yang lain.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 29 30%

Setuju 53 55%

Netral 10 10%

Tidak Setuju 4 4%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber : Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan

kesetujuannya atas Chatime yang mampu bersaing dengan minuman boba sejenis

yang lain. Sebanyak 30% berpendapat sangat setuju. Sedangkan 0% berpendapat

sangat tidak setuju. Ini berarti produk Chatime benar-benar sudah melekat di hati
63

masyarakat sehingga banyak konsumen yang berbondong-bondong untuk

membeli minuman berjenis boba di gerai Chatime.

Tabel 4.7
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime memberikan
pelayanan yang baik sehingga konsumen merasa puas.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 29 30%

Setuju 43 45%

Netral 16 17%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 1 1%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan

kesetujuannya atas pelayanan yang diberikan oleh toko Chatime membuat

konsumen merasa puas. Sebanyak 45% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 1%

berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti perusahaan sudah dengan baik

menjaga dari segi pelayanannya agar mendapatkan respons positif dari konsumen

sehingga mereka merasa puas tiap kali berbelanja di gerai Chatime.

Tabel 4.8
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime sudah terkenal di
kalangan masyarakat Medan.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 26 27%

Setuju 40 42%

Netral 24 25%

Tidak Setuju 4 4%
64

Sangat Tidak Setuju 2 2%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

bahwa Chatime sudah terkenal di kalangan masyarakat Medan. Sebanyak 42%

berpendapat setuju. Sedangkan hanya 2% berpendapat sangat tidak setuju. Ini

berarti perusahaan berhasil memberikan kesan positif di benak masyarakat atas

produk minuman yang mereka luncurkan sehingga menimbulkan kesan baik

untuk dikenal di masyarakat kota Medan.

Tabel 4.9
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime merupakan merek
minuman yang membanggakan pengonsumsinya.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 31 32%

Setuju 38 40%

Netral 19 20%

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas Chatime merupakan merek minuman yang membanggakan pengonsumsinya.

Sebanyak 40% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak

setuju. Ini berarti kebanyakan konsumen tertarik untuk membagikan foto maupun

mempromosikan minuman yang mereka beli di Chatime untuk mengungkapkan

rasa bangga atas pembeliannya pada produk tersebut.


65

Tabel 4.10
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen merasa senang
tiap kali mengonsumsi produk Chatime.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 30 31%

Setuju 45 47%

Netral 14 15%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen merasa senang tiap kali mengonsumsi produk Chatime.

Sebanyak 47% berpendapat setuju. Sedangkan 0% berpendapat sangat tidak

setuju. Ini berarti dari segi rasa minuman maupun pelayanan yang di berikan toko

Chatime telah membuat konsumen dengan senang hati berkunjung untuk membeli

produk mereka.

Tabel 4.11
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime merupakan merek
minuman yang mudah dikenali.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 38 40%

Netral 28 29%

Tidak Setuju 8 8%

Sangat Tidak Setuju 2 2%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)


66

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

bahwa Chatime merupakan merek minuman yang mudah dikenali. Sebanyak 40%

berpendapat setuju. Sedangkan hanya 2% berpendapat sangat tidak setuju. Ini

berarti bahwa brand Chatime dalam menggunakan logo dan juga warnanya cukup

menarik dan mudah diingat di benak konsumen.

Tabel 4.12
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime mempunyai ciri
khas di setiap variannya.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 24 25%

Setuju 33 34%

Netral 32 33%

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju 2 2%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang Chatime mempunyai ciri khas di setiap variannya. Sebanyak 34%

berpendapat setuju. Sedangkan hanya 2% berpendapat sangat tidak setuju. Ini

berarti setiap varian yang produk Chatime keluarkan memiliki cita rasa tersendiri

sehingga memudahkan konsumen dalam menentukan pilihannya.

Tabel 4.13
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime senantiasa
melakukan inovasi dalam produknya terutama varian rasa.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 29 30%

Setuju 53 55%
67

Netral 10 10%

Tidak Setuju 4 4%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas yang Chatime senantiasa melakukan inovasi dalam produknya terutama

varian rasa. Sebanyak 55% berpendapat setuju. Sedangkan 0% berpendapat sangat

tidak setuju. Ini berarti daya tarik tersendiri yang perusahaan lakukan untuk

menarik konsumennya ialah melalui rasa unik di setiap varian minumannya

sehingga konsumen tidak bosan dengan pilihan rasa minumannya.

4.7 Persepsi Terhadap Kualitas Produk

Tabel 4.14
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang minuman yang dijual
Chatime sudah sesuai dengan standar kelayakan produk.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 27 28%

Setuju 42 44%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 4 4%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas minuman yang dijual Chatime sudah sesuai dengan standar kelayakan

produk. Sebanyak 44% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat


68

sangat tidak setuju. Ini berarti semua jenis minuman yang dijual Chatime memang

sudah terjamin mutunya.

Tabel 4.15
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang karyawan Chatime cepat
dan tanggap dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 28 29%

Setuju 43 45%

Netral 17 18%

Tidak Setuju 8 8%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang karyawan Chatime cepat dan tanggap dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan. Sebanyak 45% berpendapat setuju. Sedangkan 0% berpendapat sangat

tidak setuju. Ini berarti perusahaan Chatime benar-benar menjaga dari segi

pelayanan toko dengan sebaik mungkin agar konsumen merasa senang dan puas

tiap kali berbelanja minuman di Chatime.

Tabel 4.16
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang harga minuman yang
ditetapkan sudah sesuai dengan kualitas produk.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 19 20%

Setuju 51 53%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 3 3%
69

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang harga minuman yang ditetapkan sudah sesuai dengan kualitas produk.

Sebanyak 53% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak

setuju. Ini berarti harga yang ditetapkan oleh Chatime benar-benar terjangkau

dengan penampilan kemasan yang sudah sangat menarik.

Tabel 4.17
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime mempunyai desain
kemasan yang menarik.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 41 43%

Netral 27 28%

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang Chatime mempunyai desain kemasan yang menarik. Sebanyak 43%

berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak setuju. Ini

berarti penampilan produk juga sangat penting untuk menarik minat konsumen

sehingga perusahaan Chatime kini sudah menghadirkan kemasan berupa gelas dan

juga botol tergantung dengan kebutuhan konsumen.


70

Tabel 4.18
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang setiap varian rasa baru yang
dikeluarkan Chatime selalu membuat konsumen tertarik untuk membeli.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 24 25%

Setuju 44 46%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 1 1%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang setiap varian rasa baru yang dikeluarkan oleh Chatime selalu membuat

konsumen tertarik untuk membelinya. Sebanyak 46% berpendapat setuju.

Sedangkan hanya 1% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti Chatime cukup

pintar dalam mencetuskan rasa baru yang sesuai dengan selera masyarakat pada

saat itu. Varian rasa baru tersebut tentunya akan selalu menjadi ciri khas dari

produk Chatime itu sendiri.

Tabel 4.19
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime merupakan
perusahaan yang bertanggung jawab terhadap kualitas produknya.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 31 32%

Setuju 46 48%

Netral 12 13%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 0 0%


71

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

bahwa Chatime merupakan perusahaan yang bertanggung jawab terhadap kualitas

produknya. Sebanyak 48% berpendapat setuju. Sedangkan 0% berpendapat sangat

tidak setuju. Ini berarti perusahaan Chatime sudah membangun komitmen dan

juga tanggung jawab yang baik dalam setiap proses pekerjaannya yang akan

menyokong kualitas perusahaannya untuk dapat tetap bersaing dengan perusahaan

sejenis lainnya.

Tabel 4.20
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang produk Chatime memiliki
rasa yang jauh lebih enak dibandingkan dengan minuman sejenis merek
lainnya.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 27 28%

Setuju 42 44%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 4 4%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

bahwa produk Chatime memiliki rasa yang jauh lebih enak dibandingkan dengan

minuman sejenis merek lainnya. Sebanyak 44% berpendapat setuju. Sedangkan

hanya 3% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti timbulnya kesan yang kuat

soal cita rasa minuman boba merek Chatime dibandingkan merek lainnya sebab

Chatime adalah franchise minuman boba pertama yang hadir di Indonesia.


72

Tabel 4.21
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang informasi produk yang
disampaikan sesuai dengan kualitas produk.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 28 29%

Setuju 43 45%

Netral 17 18%

Tidak Setuju 8 8%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang informasi produk yang disampaikan sesuai dengan kualitas produk.

Sebanyak 45% berpendapat setuju. Sedangkan 0% berpendapat sangat tidak

setuju. Ini berarti perusahaan memang menjelaskan apa adanya tanpa melebih-

lebihkan pada informasi produk terkait minuman yang mereka jual.

Tabel 4.22
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang kecepatan pelayanan
Chatime dalam menyediakan minuman sudah cukup baik sehingga
konsumen tidak perlu menunggu waktu lama.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 19 20%

Setuju 51 53%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 3 3%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)


73

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas kecepatan pelayanan Chatime dalam menyediakan minuman sudah cukup

baik sehingga konsumen tidak perlu menunggu lama. Sebanyak 53% berpendapat

setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti bahwa

perusahaan Chatime sangat mengutamakan kenyamanan konsumennya, salah

satunya yaitu dengan kecepatan pelayanan dalam menjual produk mereka.

Tabel 4.23
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Chatime dapat dinikmati
dalam waktu 24 jam jika dalam keadaan dingin.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 41 43%

Netral 27 28%

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang Chatime dapat dinikmati dalam waktu 24 jam jika dalam keadaan dingin.

Sebanyak 43% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak

setuju. Ini berarti bahan alami yang diolah dalam minuman Chatime tidak akan

merubah rasa apapun meski disimpan dalam pendingin selama 24 jam.

Tabel 4.24
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang perusahaan dapat dengan
baik menangani setiap keluhan yang diberikan konsumen.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 24 25%


74

Setuju 44 46%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 1 1%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang perusahaan dapat dengan baik menangani setiap keluhan yang diberikan

konsumen. Sebanyak 46% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 1% berpendapat

sangat tidak setuju. Ini berarti perusahaan cepat tanggap dalam merespons keluhan

dari setiap konsumennya guna meningkatkan kepercayaan konsumen atas produk

minuman mereka.

Tabel 4.25
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang setiap gerai Chatime
mempunyai konsep unik dan cantik.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 31 32%

Setuju 46 48%

Netral 12 13%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang setiap gerai Chatime mempunyai konsep unik dan cantik. Sebanyak 48%

berpendapat setuju. Sedangkan 0% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti

selain lezatnya rasa minuman yang dijual oleh Chatime, konsep unik dari toko
75

Chatime itu sendiri juga merupakan alasan utama konsumen tertarik dan senang

untuk datang ke gerai Chatime.

Tabel 4.26
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang bahan baku yang digunakan
Chatime selalu fresh.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 27 28%

Setuju 42 44%

Netral 20 21%

Tidak Setuju 4 4%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas bahan baku yang digunakan Chatime selalu fresh. Sebanyak 44% berpendapat

setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti bahwa

minuman Chatime adalah minuman yang sehat tanpa adanya pengawet sehingga

dapat dikonsumsi kapan saja sebab bahan baku dari Chatime itu sendiri terdiri dari

bahan-bahan baku alami yang masih fresh.

4.8 Persepsi Terhadap Keputusan Pembelian

Tabel 4.27
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen membeli Chatime
karena mereknya sudah dikenal luas oleh masyarakat.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 37 39%

Netral 33 34%
76

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju 1 1%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen membeli Chatime karena mereknya sudah dikenal luas oleh

masyarakat. Sebanyak 39% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 1% berpendapat

sangat tidak setuju. Ini berarti perusahaan sudah berhasil memberikan kesan yang

cukup kuat di benak konsumen akan produk Chatime yang merupakan minuman

jenis boba pertama di Indonesia.

Tabel 4.28
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen membeli Chatime
karena harganya terjangkau.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 34 39%

Netral 26 34%

Tidak Setuju 14 5%

Sangat Tidak Setuju 2 1%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen membeli Chatime karena harganya yang terjangkau. Sebanyak

39% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 1% berpendapat sangat tidak setuju.

Ini berarti perusahaan pandai menempatkan pasaran produknya dengan harga

yang dapat dijangkau oleh segala kalangan untuk minuman yang sudah memiliki

kualitas yang baik.


77

Tabel 4.29
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen membeli Chatime
karena mudah didapat.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 34 35%

Netral 26 27%

Tidak Setuju 14 15%

Sangat Tidak Setuju 2 2%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen membeli Chatime karena mudah didapat. Sebanyak 35%

berpendapat setuju. Sedangkan hanya 2% berpendapat sangat tidak setuju. Ini

berarti keuntungan yang didapatkan perusahaan dimanfaatkan untuk menambah

gerai di setiap kota di Indonesia terutama pada mall besar yang pastinya lebih

memudahkan pengunjung untuk membeli produk Chatime.

Tabel 4.30
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang jika ingin membeli
minuman teh berjenis boba, Chatime adalah pilihan pertama konsumen.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 10 10%

Setuju 33 34%

Netral 41 43%

Tidak Setuju 9 9%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)


78

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas Chatime adalah pilihan pertama konsumen jika ingin membeli minuman teh

berjenis boba. Sebanyak 43% berpendapat netral. Sedangkan hanya 3%

berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti banyaknya jenis minuman boba merek

lain menjadi telah menjadi opsi tiap kali konsumen hendak membeli minuman

boba. Tentunya dalam hal ini membuat konsumen penasaran dan ingin mencicipi

rasa dari minuman boba merek lain tersebut sekalipun Chatime adalah pilihan

utamanya.

Tabel 4.31
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen memutuskan
untuk membeli produk Chatime setelah membandingkan dengan minuman
sejenis merek lain.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 12 13%

Setuju 31 32%

Netral 26 27%

Tidak Setuju 22 23%

Sangat Tidak Setuju 5 5%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen memutuskan untuk membeli produk Chatime setelah

membandingkan dengan minuman sejenis merek lain. Sebanyak 32% berpendapat

setuju. Sedangkan hanya 5% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti bahwa

Chatime konsisten mempertahankan kualitas serta kenyamanan konsumen hingga

mereka enggan beralih ke produk minuman sejenis merek lainnya.


79

Tabel 4.32
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen mengunjungi
Chatime karena membutuhkan suasana yang nyaman dan menikmati
berbagai rasa dari produk Chatime.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 16 17%

Setuju 28 29%

Netral 41 43%

Tidak Setuju 11 11%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas konsumen mengunjungi Chatime karena membutuhkan suasana yang nyaman

dan menikmati berbagai rasa dari produk Chatime. Sebanyak 43% berpendapat

netral. Sedangkan hanya 0% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti sebagian

dari konsumen singgah ke gerai Chatime untuk membeli minuman dan

membawanya pulang ketimbang meminumnya di tempat.

Tabel 4.33
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen membeli produk
Chatime karena adanya kebutuhan.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 17 18%

Setuju 55 57%

Netral 18 19%

Tidak Setuju 3 3%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)


80

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

atas konsumen membeli produk Chatime karena adanya kebutuhan. Sebanyak

57% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak setuju.

Ini berarti konsumen selalu datang kembali untuk membeli minuman Chatime

sehingga menjadi suatu kebutuhan disela-sela kegiatan mereka.

Tabel 4.34
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen memiliki rencana
untuk merekomendasikan kepada keluarga atau teman bahwa Chatime
memiliki rasa yang enak disetiap variannya.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 17 18%

Setuju 50 52%

Netral 23 24%

Tidak Setuju 3 3%

Sangat Tidak Setuju 3 3%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen memiliki rencana untuk merekomendasikan kepada keluarga

atau teman bahwa Chatime memiliki rasa yang enak disetiap variannya. Sebanyak

52% berpendapat setuju. Sedangkan hanya 3% berpendapat sangat tidak setuju.

Ini berarti kepuasan yang mereka dapatkan setelah mencicipi minuman dari

Chatime membuat konsumen dengan suka rela merekomendasikan kepada orang-

orang terdekatnya untuk membeli minuman yang sama dengannya.


81

Tabel 4.35
Distribusi frekuensi jawaban responden tentang konsumen merasa puas
setelah menikmati berbagai varian Chatime dan akan melakukan pembelian
ulang.

Jawaban Responden Jumlah (Orang) Persentase

Sangat Setuju 20 21%

Setuju 37 39%

Netral 33 34%

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju 1 1%

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel di atas ini, terlihat bahwa responden menyatakan kesetujuannya

tentang konsumen merasa puas setelah menikmati berbagai varian Chatime dan

akan melakukan pembelian ulang. Sebanyak 39% berpendapat setuju. Sedangkan

hanya 1% berpendapat sangat tidak setuju. Ini berarti perusahaan berhasil menarik

minat konsumen untuk terus berbelanja minuman di Chatime dengan berbagai

macam varian minuman yang tersedia yang pas di masing-masing lidah

konsumen.

4.9 Hasil Uji Statistik dan Interpretasi Data Kuantitatif Pengaruh

Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

4.8.1 Uji Instrument

4.8.1.1 Uji Validitas

Adapun uji validitas pada penelitian ini untuk mengetahui besarnya

hubungan antara item butir pernyataan dengan total item pernyataan untuk

masing-masing variabel. Pada uji ini, peneiti menyebarkan kuesioner kepada

responden sebanyak 96. Untuk mengetahui validitas setiap item pernyataan dalam
82

instrumen penelitian dapat dilihat melalui kolom rhitung dan rtabel. Jika nilai rhitung

lebih besar dari rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

1. Uji Validitas Brand Image (X1)

Uji validitas kuesioner untuk variabel Brand Image (X1) dalam penelitian

ini dilakukan kepada 96 responden dengan rtabel sebesar . Hasil uji validitas dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.36
Uji Validitas Brand Image (X1)

NO PERNYATAAN CORRECTED R TABEL KETERANGAN

ITEM TOTAL

1. Chatime mampu 0,868 0.1986 VALID

bersaing dengan

minuman boba sejenis

yang lain.

2. Chatime memberikan 0,850 0.1986 VALID

pelayanan yang baik

sehingga konsumen

merasa puas.

3. Chatime sudah 0,844 0.1986 VALID

terkenal di kalangan

masyarakat Medan.

4. Chatime merupakan 0,839 0.1986 VALID

merek minuman yang

membanggakan

pengonsumsinya.
83

5. Konsumen merasa 0,855 0.1986 VALID

senang tiap kali

mengonsumsi produk

Chatime.

6. Chatime merupakan 0,737 0.1986 VALID

merek minuman yang

mudah dikenali.

7. Chatime senantiasa 0,863 0.1986 VALID

melakukan inovasi

dalam produknya

terutama varian rasa.

8. Chatime mempunyai 0,868 0.1986 VALID

ciri khas di setiap

variannya.

Sumber: Penulis (2021)

Tabel 4.36 menunjukkan semua butir pernyataan variabel Brand Image

(X1) memiliki nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian dapat

disimpulkan 8 (delapan) butir pernyataan pada variabel Brand Image (X1)

tersebut dinyatakan valid dan sudah layak untuk dijadikan pengukuran variabel

penelitian.

2. Uji Validitas Kualitas Produk (X2)


84

Uji validitas kuesioner untuk Kualitas Produk (X2) dalam penelitian ini

dilakukan kepada 96 responden dengan rtabel sebesar . Hasil uji validitas dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.37
Uji Validitas Kualitas Produk (X2)

NO PERNYATAAN CORRECTED R TABEL KETERANGAN

ITEM TOTAL

1. Minuman yang dijual 0,820 0.1986 VALID

Chatime sudah sesuai

dengan standar

kelayakan produk.

2. Karyawan Chatime 0,869 0.1986 VALID

cepat dan tanggap

dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan.

3. Harga minuman yang 0,879 0.1986 VALID

ditetapkan sudah

sesuai dengan kualitas

produk.

4. Chatime mempunyai 0,859 0.1986 VALID

desain kemasan yang

menarik.

5. Setiap varian rasa baru 0,814 0.1986 VALID

yang dikeluarkan

Chatime selalu
85

membuat konsumen

tertarik untuk

membeli.

6. Chatime merupakan 0,850 0.1986 VALID

perusahaan yang

bertanggung jawab

terhadap kualitas

produknya.

7. Produk Chatime 0,820 0.1986 VALID

memiliki rasa yang

jauh lebih enak

dibandingkan dengan

minuman sejenis

merek lainnya.

8. Informasi produk yang 0,869 0.1986 VALID

disampaikan sesuai

dengan kualitas

produk.

9. Kecepatan pelayanan 0,879 0.1986 VALID

Chatime dalam

menyediakan

minuman sudah cukup

baik sehingga

konsumen tidak perlu

menunggu waktu
86

lama.

10. Chatime dapat 0,859 0.1986 VALID

dinikmati dalam waktu

24 jam jika dalam

keadaan dingin.

11. Perusahaan dapat 0,814 0.1986 VALID

dengan baik

menangani setiap

keluhan yang

diberikan konsumen.

12. Setiap gerai Chatime 0,850 0.1986 VALID

mempunyai konsep

unik dan cantik.

13. Bahan baku yang 0,814 0.1986 VALID

digunakan Chatime

selalu fresh.

Sumber: Penulis (2021)

Tabel 4.37 menunjukkan semua butir pernyataan variabel kualitas produk

(X2) memiliki nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian dapat

disimpulkan 13 (tiga belas) butir pernyataan pada variabel kualitas produk (X2)

tesebut dinyatakan valid dan sudah layak untuk dijadikan pengukuran variabel

penelitian.

3. Uji Validitas E-Loyalty


Tabel 4.38
Uji Validitas Keputusan Pembelian (Y)
87

NO PERNYATAAN CORRECTED R TABEL KETERANGAN

ITEM TOTAL

1. Saya membeli Chatime 0,845 0.1986 VALID

karena mereknya

sudah dikenal luas

oleh masyarakat.

2. Saya membeli Chatime 0,802 0.1986 VALID

karena harganya

terjangkau.

3. Saya membeli Chatime 0,854 0.1986 VALID

karena mudah didapat.

4. Jika ingin membeli 0,819 0.1986 VALID

minuman teh berjenis

boba, Chatime adalah

pilihan pertama saya.

5. Saya memutuskan 0,732 0.1986 VALID

untuk membeli produk

Chatime setelah

membandingkan

dengan minuman

sejenis merek lain.

6. Saya mengunjungi 0,817 0.1986 VALID

Chatime karena

membutuhkan suasana

yang nyaman dan


88

menikmati berbagai

rasa dari produk

Chatime.

7. Saya membeli produk 0,805 0.1986 VALID

Chatime karena

adanya kebutuhan.

8. Saya memiliki rencana 0,758 0.1986 VALID

untuk

merekomendasikan

kepada keluarga atau

teman bahwa Chatime

memiliki rasa yang

enak disetiap

variannya.

9. Saya merasa puas 0,845 0.1986 VALID

setelah menikmati

berbagai varian

Chatime dan akan

melakukan pembelian

ulang.

Sumber: Penulis (2021)

Tabel 4.38 menunjukkan semua butir pernyataan variabel keputusan

pembelian (Y) memiliki nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian

dapat disimpulkan 9 (sembilan) butir pernyataan pada variabel keputusan


89

pembelian (Y) tersebut dinyatakan valid dan sudah layak untuk dijadikan

pengukuran variabel penelitian.

4.8.1.2 Uji Reliabilitas

1. Uji Reliabilitas E-Satisfaction (X1)

Tabel 4.39
Uji Reliabilitas Brand Image (X1)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,938 8
Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Penguji reliabilitas untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan

responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan menggunakan analisis

reliabilitas melalui metode Croanbarch alpha, dimana suatu instrumen dikatakan

reliable bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih.

Teknik atau rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen

penelitian reliable atau tidak. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.39 di atas,

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas untuk variabel brand image (X1)

sebesar 0,938. Sehingga dapat disimpulkan instrumen penelitian variabel brand

image dapat dinyatakan reliable dan layak untuk dijadikan variabel dalam

pengukuran penelitian ini karena koefisien reliable lebih besar dari 0,6.

2. Uji Reliabilitas Kualitas Produk

Tabel 4.40
Uji Reliabilitas Kualitas Produk (X2)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,967 13
90

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Penguji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang

diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan menggunakan

analisis reliabilitas melalui metode Croanbarch alpha, dimana suatu instrumen

dikatakan reliable bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau

lebih. Teknik atau rumus dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu

instrumen penelitian reliable atau tidak. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.40

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas untuk variabel kualitas produk (X2)

sebesar 0,967. Hal ini berarti intrumen penelitian variabel kualitas produk (X2)

dapat dinyatakan reliable dan layak untuk dijadikan variabel dalam pengukuran

penelitian ini karena koefisien reliable lebih besar dari 0,6.

3. Uji Reliabilitas Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 4.41
Uji Reliabilitas Keputusan Pembelian (Y)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,932 9
Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Penguji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban yang

diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan menggunakan

analisis reliabilitas melalui metode Croanbarch alpha, dimana suatu instrumen

dikatakan reliable bila memiliki koefisien keandalan alpha sebesar 0,6 atau lebih.

Teknik atau rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen

peenelitian reliable atau tidak. Berdasarkan hasil analisis tabel 4.41 menunjukkan

bahwa koefisien reliabilitas untuk variabel keputusan pembelian (Y) sebesar


91

0,932. Hal ini berarti intrumen penelitian variabel keputusan pembelian (Y) dapat

dinyatakan reliable dan layak untuk dijadikan variabel dalam pengukuran

penelitian ini karena koefisien reliable lebih besar dari 0,6.

4.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melalui analisis regresi. Suatu model

analisis regresi dikatakan baik atau valid apabila tidak terdapat gejala asumsi

klasik. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan melalui perhitungan

dengan SPSS. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan pada penelitian

ini yaitu :

4.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Ada dua cara untuk melihat apakah

residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu menggunakan analisis grafik dan uji

statistik.

a. Uji Normalitas Pendekatan Histogram

Pada grafik histogram, dikatakan variabel berdistribusi normal jika berbentuk

lonceng yang tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Hasil pengujian dapat

dilihat pada gambar grafik berikut :

Gambar 4.2
Uji Normalitas dengan Pendekatan Histogram
92

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Pada grafik histogram pada Gambar 4.2 terlihat bahwa variabel berdistribusi

normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri

atau ke kanan dan membentuk pola lonceng.

b. Pendekatan Grafik

Apabila plot dari keduanya berbentuk linear, maka berindikasi bahwa residual

menyebar normal. Bila pola titik-titik yang terletak selain di ujung-ujung plot

masih berbentuk linear, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari

garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah normal. Berikut

adalah hasil Normal P–Plot of Regresson Standardized Residual :

Gambar 4.3
Uji Normalitas dengan Pendekatan Normal Probability Plot
93

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Gambar 4.3 merupakan pengujian normalitas dengan pendekatan normal

probability plot. Berdasarkan Gambar 4.3, diketahui titik-titik menyebar

cenderung dekat dengan garis diagonal, maka asumsi normalitas dipenuhi.

c. Pendekatan Kolmogorov Smirnov

Untuk lebih memastikan, dapat dilakukan uji Kolmogorov Smirnov, dengan

melihat data residual apakah berdistribusi normal, dengan keputusan :

a. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 maka tidak mengalami gangguan

distribusi normal.

b. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka mengalami gangguan

distribusi normal.

Tabel 4.42
Uji Normalitas
94

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parameters a,b
Mean ,0000000
Std. 3,67022704
Deviation
Most Extreme Absolute ,087
Differences Positive ,065
Negative -,087
Test Statistic ,087
Asymp. Sig. (2-tailed) ,073c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

4.8.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Prinsip pengujian heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah adanya

gangguan yang ada pada suatu penelitian. Metode untuk menguji penelitian untuk

mencari keberadaan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode grafik.

1. Pendekatan Grafik

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y

dan ZPRED pada sumbu X.(Ghozali, 2013).

Gambar 4.4
Uji Heteroskedastisitas
95

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Ghozali (2013) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu,

seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar

4.4, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.8.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan memiliki hubungan satu sama lainnya atau tidak antar variabel

independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Uji multikonlinearitas perlu dilakukan karena jumlah

variabel independen dalam penelitian ini berjumlah lebih dari satu. Mendeteksi

adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF).


96

Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,1 maka

terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, jika VIF lebih kecil dari 10 dan nilai

tolerance lebih dari 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.43
Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
Brand ,873 ,111 ,771 7,873 ,000 ,326 3,067
Image
Kualitas ,057 ,066 ,084 ,862 ,391 ,326 3,067
Produk
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan hasil output pada tabel 4.34 menunjukkan bahwa nilai

tolerance dari kedua variabel independen lebih kecil dari 10. Sehingga

berdasarkan nilai di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

multikolinearitas serta model regresi dikatakan layak dan dapat digunakan untuk

persamaan regresi.

4.8.3 Uji Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, diketahui bahwa

model regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan karena telah terbebas

dari masalah normalitas data, tidak terjadi heterokedastisitas dan

multikolinearitas. Langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis linear berganda.

Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen dalam hal ini

Brand Image (X1) dan Kualitas Produk (X2) terhadap variabel dependen yaitu
97

Keputusan Pembelian (Y). Hasil uji analisis regresi linear berganda dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.44
Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
Brand Image ,873 ,111 ,771 7,873 ,000
Kualitas ,057 ,066 ,084 ,862 ,391
Produk
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan output regresi di atas, model analisis regresi linear berganda

yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = 2,225 + 0,873 X1 + 0,057 X2 + c

Dari persamaan regresi tersebut dapat disimpulkan :

1. Nilai konstanta sebesar 2,225 artinya apabila nilai variabel independen Brand

Image ( X1) dan kualitas produk (X2) bernilai nol, maka nilai keputusan

pembelian akan tetap meningkat sebesar 2,225.

2. Koefisien regresi variabel Brand Image (X1) sebesar 0,873. Artinya nilai

konstan dari koefisien regresi (b1) sebesar 87,3% dengan koefisien bertanda

positif, yang dapat dikatakan bahwa jika variabel Brand Image (X1) dan

Kualitas Produk (X2) konstan, maka akan meningkatkan Keputusan

Pembelian sebesar 87,3%. Oleh karena itu semakin meningkat Brand Image

maka semakin meningkat pula Keputusan Pembelian konsumen.


98

3. Koefisien regresi Kualitas Produk (X2) sebesar 0,057. Artinya nilai konstan

dari koefisien regresi (b2) sebesar 5,7% dengan koefisien bertanda positif,

yang dapat dikatakan bahwa jika variabel kualitas produk (X2) meningkat 1

poin dan variabel independen Brand Image (X1) konstan, maka Keputusan

Pembelian konsumen akan mengalami kenaikan sebesar 5,7%.

4.8.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan pernyataan atau kesimpulan tentang

sesuatu yang bersifat sementara waktu dan dianggap benar. Hipotesis dikatakan

sebagai jawaban sementara karena masih didasarkan pada teori, anggapan dan

pengalaman. Sehingga untuk mengetahui kebenaran hipotesis tersebut maka perlu

dilakukan pengujian terlebih dahulu. Penelitian ini melakukan dengan pengujian

parsial (uji t) dan pengujia simultan (uji f).

4.8.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk menguji apakah brand image (X1) dan kualitas

produk (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian

(Y). Diuji dengan uji t yang bertujuan untuk menguji signifikan pengaruh satu

variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Uji signifikan

parsial (uji t) yang dilakukan terhadap variabel independen tersebut adalah dengan

hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis 1

H01 : Brand Image tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan

Pembelian konsumen.

Ha1 : Brand Image berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian

konsumen.
99

2. Hipotesis 2

H02 : Kualitas Produk tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan

Pembelian konsumen.

Ha2 : Kualitas Produk berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian

konsumen.

3. Hipotesis 3

H03 : Brand Image dan Kualitas Produk secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian konsumen.

Ha3 : Brand Image dan Kualitas Produk secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Keputusan Pembelian konsumen.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Suatu

variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan jika thitung > ttabel dengan

tingkat signifikan 5%. Maka nilai ttabel (df = 96-2) dalam penelitian ini adalah

0,677. Selain dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel, dapat juga dilihat

dari besarnya nilai signifikan. Jika nilai sig < 0,05, maka variabel independen

secara individu memengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.45
Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
Brand Image ,873 ,111 ,771 7,873 ,000
Kualitas ,057 ,066 ,084 ,862 ,391
Produk
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Hasil uji signifikansi parsial (uji t) pada tabel 4.36 menunjukkan bahwa :
100

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas nilai thitung yang diperoleh variabel

brand image (X1) adalah sebesar 7,873 dimana nilai thitung lebih besar dari

nilai ttabel yaitu 1,985. Pada tabel di atas juga menunjukkan nilai sig 0,000

dimana nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa brand image memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini berarti dengan dilakukan

pengujian tersebut menyatakan bahwa Ha diterima sedangkan H0 ditolak.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas nilai thitung yang diperoleh variabel

kualitas produk (X2) adalah 0,862, dimana nilai ttabel yaitu sebesar 1,985.

Pada tabel di atas juga menunjukkan nilai sig 0,391 dimana nilai

signifikansinya lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kualitas produk memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan

terhadap keputusan pembelian. Hal ini berarti dengan dilakukan pengujian

tersebut menyatakan bahwa H0 diterima sedangkan Ha ditolak.

4.8.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji ini dilakukan mengetahui seberapa jauh semua variabel independen

memengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini dilakukan untuk menguji

apakah brand image (X1) dan kualitas produk (X2) secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian (Y).

Pengujian ini dilakukan dengan membanding Fhitung dengan Ftabel. Variabel

independen dikatakan berpengaruh signifikan secara simultan jika Fhitung > Ftabel

dengan tingkat signifikansi 5%. Maka nilai Ftabel (df1 = 3-1; 96-3) dalam
101

penelitian ini adalah 3,09. Selain ini dengan membandingkan nilai F hitung dengan

Ftabel, dapat juga dilihat dari besarnya nilai signifikan. Jika nilai sig < 0,05, maka

variabel independen secara simultan memengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.46
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3118,130 2 1559,065 113,302 ,000b
Residual 1279,704 93 13,760
Total 4397,833 95
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Kualitas Produk, Brand Image

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, nilai Fhitung yang diperoleh

adalah sebesar 113,302 dimana nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel yaitu sebesar

3,09. Pada tabel di atas juga menunjukkan nilai sig 0,000 dimana nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa brand

image dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

2
4.9 Uji R (Koefisien Determinasi)

2
Uji koefisien determinasi (R ) mencerminkan kemampuan variabel

dependen. Tujuan pengujian ini digunakan untuk mengukur seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap dependen. Nilai koefisien determinasi

2
adalah diantara nol dan satu. Semakin tinggi nilai R maka semakin besar

kemampuan variabel-variabel independen (brand image dan kualitas produk)

dalam menjelaskan variabel dependen (keputusan pembelian).


102

Tabel 4.47
2)
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,842 a
,709 ,703 3,709
a. Predictors: (Constant), Kualitas Produk, Brand Image

Sumber: Olah Data Penulis (2021)

Berdasarkan tabel 4.38 di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai R sebesar 0,842 berarti hubungan antara brand image (X1) dan kualitas

produk (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 84,2%. Artinya, ada

hubungan yang kuat terhadap antar variabel.

2. Nilai R Square adalah 0,709 . Hal ini berarti 70,9% keputusan pembelian (Y)

dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel brand image (X1) dan kualitas

produk (X2). Sedangkan sisanya 29,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak termasuk pada penelitian ini.

4.10 . Pembahasan

4.10.1 Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen

Chatime Cabang Gatot Subroto Medan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pada uji hipotesis dengan

menggunakan analisis uji-t yang menunjukkan nilai t hitung > ttabel yaitu dengan nilai

7,873 > 1,985 dengan sig 0,000 < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa H a diterima

sedangkan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa brand image memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

Artinya, sebagian besar konsumen menganggap bahwa brand image merupakan

sesuatu yang penting bagi mereka di dalam proses pengambilan keputusan. Oleh
103

karena itu, konsumen menjadikan brand image sebagai hal yang utama dalam

pemenuhan kebutuhan. Ditambah lagi pada umumnya konsumen menganggap

bahwa brand image merupakan hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk

memengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk. Hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Kartajaya (2010) dalam bukunya yang berjudul

“Manajemen Pemasaran” yaitu merek adalah aset yang menciptakan nilai bagi

pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas. Jika suatu

bisnis, produk atau jenis layanan mendapatkan citra merek atau dagang yang baik

maka tingkat pembelian akan naik dan akan menjadi top of mind saat pelanggan

memikirkan barang atau layanan. Oleh sebab itu menjadi penting sekali untuk

pebisnis mempertahankan brand image-nya tetap dalam status positif. Singkatnya,

citra merek ini sendiri merupakan perspektif konsumen atas suatu produk

berdasarkan kualitas nyata yang disajikan.

Dengan demikian pengaruh brand image ini membawa dampak positif

terhadap keputusan pembelian konsumen. Sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Freddy Rangkuti (2009) yang menyatakan bahwa brand image merupakan

persepsi merek yang dihubungkan dengan asosiasi merek yang melekat dalam

ingatan konsumen. Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa

merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari

asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli bahkan loyalitas merek

(brand loyalty) dari konsumen.

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia

Akbar (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Harga, Brand Image dan Atribut

Produk terhadap Keputusan Pembelian Handphone atau Smartphone Samsung


104

Jenis Android” menunjukkan bahwa variabel harga, brand image dan atribut

produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.

Citra yang baik terhadap suatu brand mempunyai kemungkinan yang lebih besar

untuk konsumen melakukan pembelian produk dengan brand tersebut.

4.10.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen Chatime Cabang Gatot Subroto Medan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pada uji hipotesis dengan

menggunakan analisis uji-t yang menunjukkan nilai t hitung < ttabel yaitu dengan nilai

0,862 < 1,985 dengan sig 0,391 > 0,05. Hal ini membuktikan bahwa H 0 diterima

sedangkan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen karena hasil dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner

tidak berhasil membuktikan hipotesis. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas

produk tidak memengaruhi peningkatan keputusan pembelian secara signifikan.

Nilai positif yang diperoleh dari nilai t sebesar 0,862 ini berarti bahwa semakin

tinggi atau semakin positif nilai yang dihasilkan maka semakin baik penerapan

standarisasi kualitas produk dalam hal-hal menjaga nama baik dari produk

Chatime di mata konsumen. Kualitas produk merupakan masalah penting dalam

bisnis minuman maupun makanan. Semakin baik kualitas yang diberikan oleh

perusahaan Chatime atas produknya, maka konsumen akan dengan senang hati

untuk melakukan pembelian ulang di gerai Chatime tersebut. Hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Kotler dan Amstrong (2008) dalam bukunya yang

berjudul “Prinsip-Prinsip Pemasaran” yaitu kualitas produk (product quality)

adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas mempunyai dampak
105

langsung pada kinerja produk atau jasa, oleh karena itu, kualitas berhubungan erat

dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Dalam arti sempit, kualitas bisa

didefinisikan sebagai “bebas dari kerusakan.

Dengan demikian bahwa pengaruh kualitas produk membawa dampak

positif terhadap keputusan pembelian konsumen. Sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Adam & Ebert (2002) yang dikutip dalam Jurnal Widya

Manajemen & Akuntansi “Analisis Persepsi Konsumen terhadap kualitas Produk

Keramik merek Milan di Surabaya”, Vol.3 No.2, Agustus 2003 : pp.140-159,

menyatakan bahwa “Quality is the customer’s perception”. Artinya bahwa

pelanggan menilai baik buruknya kualitas suatu produk itu berdasarkan

persepsinya. Suatu produk dikatakan berkualitas jika memenuhi kebutuhan dan

keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh pelanggan dan pengalaman mereka

terhadap produk dan jasa. Sehingga kualitas produk dapat dikatakan sebagai

kemampuan suatu produk dalam menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu

pengertian gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan

pemeliharaan serta atribut-atribut .

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadek Ayuk

Riska Oktavenia dan I Gusti Agung Ketut Sri Ardani (2019) dengan judul

penelitian “Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Handphone Nokia dengan Citra Merek sebagai Pemediasi”. Dimana hasil

hipotesis disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kualitas

produk dengan keputusan pembelian konsumen. Penyedia produk harus dapat

diandalkan untuk berperilaku sebaik-baiknya agar konsumen merasa puas tiap kali

melakukan pembelian di gerai Chatime.


106

4.10.3 Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen Cabang Gatot Subroto Medan.

Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji F) yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai

Fhitung 113,302 > Ftabel 3,09 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini

membuktikan Ha3 diterima yaitu variabel bebas (brand image dan kualitas

produk) mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama

terhadap variabel terikatnya (keputusan pembelian). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa brand image dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif

dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Ini artinya,

kecenderungan peningkatan kombinasi brand image dan kualitas produk akan

diikuti peningkatan keputusan pembelian konsumen. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Supriyadi, Yuntawati Fristin dan Ginanjar Indra K.N (2016)

dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image

Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Mahasiswa Pengguna Produk Sepatu

Merek Converse di Fisip Universitas Merdeka Malang)” yang mengatakan bahwa

suatu produk yang mampu memenuhi harapan konsumen dan mampu

meningkatkan kepuasan pelanggan akan membuat produk tersebut laku terjual,

meningkatkan pangsa pasar dan dapat dijual dengan harga yang tinggi. Citra

merek juga memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen dalam keputusan

pembelian. Semakin baik citra merek (brand image) yang melekat pada produk

tersebut maka konsumen akan semakin tertarik untuk membeli karena konsumen
107

beranggapan bahwa suatu produk dengan citra merek yang sudah terpercaya lebih

memberikan rasa aman ketika konsumen membeli produk tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian melalui pengujian koefisien determinasi (R2)

menunjukkan bahwa brand image dan kualitas produk secara bersama-sama

memberikan kontribusi sebesar 70,9% terhadap keputusan pembelian konsumen

dan sisanya 29,1% dipengaruhi oleh variabel di luar variabel penelitian ini. Kedua

variabel tersebut memiliki pengaruh yang positif untuk dapat meningkatkan

keputusan pembelian konsumen dalam membeli Chatime. Maka dari itu, perlunya

perusahaan mempertahankan serta menjaga nama baik perusahaan dengan

peningkatan kualitas secara bertahap guna membuat konsumen merasa nyaman

untuk berbelanja di gerai Chatime. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yudi Irawan Abi yang berjudul “Pengaruh Brand Image dan

Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada KFC di Kota Bengkulu”,

ketika kualitas produk baik proses niat pembeli diperkirakan berlanjut menjadi

pengambilan keputusan setelah konsumen melakukan pencarian informasi dan

mengevaluasi kriteria suatu produk. Pengetahuan konsumen tentang suatu produk

ini merupakan kekuatan yang kuat dalam mengarahkan perilaku konsumen yang

akhirnya memutuskan untuk membeli atau tidak produk tersebut.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa brand image (X1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen

pada chatime cabang Gatot Subroto Medan, telah dibuktikan melalui hasil

pada uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t yang menunjukkan nilai

thitung > ttabel.

2. Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa kualitas produk

(X2) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen pada chatime cabang Gatot Subroto Medan, telah

dibuktikan melalui hasil pada uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t

yang menunjukkan nilai thitung positif namun tidak signifikan.

3. Hasil pengujian secara simultan (uji f) menunjukkan bahwa brand image

(X1) dan kualitas produk (X2) berpengaruh secara bersama-sama (simultan)

secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumenpada

chatime cabang Gatot Subroto Medan, telah dibuktikan melalui hasil pada uji

hipotesis dengan menggunakan analisis uji F yang menunjukkan nilai Fhitung >

Ftabel.

5.2 Saran

108
109

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:


DAFTAR PUSTAKA

110
111
LAMPIRAN
113

LAMPIRAN-1

KUESIONER
PENGARUH BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA CHATIME CABANG
GATOT SUBROTO MEDAN

No. Responden:

Saudara/Saudari responden yang terhormat,


Saya Haji Saputra Dalimunthe, mahasiswa Program Studi Ilmu
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian tugas
akhir (skripsi). Bersama ini, saya meminta kesediaan Saudara/Saudari untuk
mengisi daftar kuesioner yang diberikan. Informasi yang Saudara/Saudari berikan
merupakan bantuan yang sangat berarti bagi saya dalam menyelesaikan penelitian
ini. Atas bantuan dan perhatian Saudara/Saudari, saya ucapkan terima kasih.

Hormat
saya,

Haji Saputra
Dalimunthe

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER:


Isilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat Saudara/Saudari, dengan cara
memberikan tanda (√) pada kolom yang tersedia.

KETERANGAN:
STS : Sangat Tidak Setuju = 1
TS : Tidak Setuju =2
N : Netral =3
114

S : Setuju =4
SS : Sangat Setuju =5

a. Jenis Kelamin:
Pria Wanita

b. Usia:
15 – 19 tahun 25 – 29 tahun
20 - 24 tahun > 29 tahun

c. Pekerjaan:
Pelajar/Mahasiswa Wiraswasta
Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga
PNS Yang lain (sebutkan) : __________

d. Pendapatan:
< Rp. 500.000/bulan
Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000/bulan
Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000/bulan
> Rp. 2.500.000/bulan

e. Frekuensi Pembelian:
2 kali > 5 kali
3 – 5 kali

Brand Image (X1)


No. Pernyataan SS S N TS STS
Citra Pembuat (Corporate Image)
1. Chatime mampu bersaing dengan minuman
115

boba sejenis yang lain.


2. Chatime memberikan pelayanan yang baik
sehingga konsumen merasa puas.
3. Chatime sudah terkenal di kalangan
masyarakat Medan.
Citra Pemakai (User Image)
4. Chatime merupakan merek minuman yang
membanggakan pengonsumsinya.
5. Konsumen merasa senang tiap kali
mengonsumsi produk Chatime.
Citra Produk (Product Image)
6. Chatime merupakan merek minuman yang
mudah dikenali.
7. Chatime senantiasa melakukan inovasi dalam
produknya terutama varian rasa.
8. Chatime mempunyai ciri khas di setiap
variannya.

Kualitas Produk (X2)


No. Pernyataan SS S N TS STS
Kinerja (performance)
1. Minuman yang dijual Chatime sudah sesuai
dengan standar kelayakan produk.
2. Informasi produk yang disampaikan sesuai
dengan kualitas produk.
3. Harga minuman yang ditetapkan sudah sesuai
dengan kualitas produk.
Fitur produk (features)
4. Chatime mempunyai desain kemasan yang
menarik.
5. Setiap varian rasa baru yang dikeluarkan
Chatime selalu membuat konsumen tertarik
116

untuk membeli.
Keandalan (reliability)
6. Chatime merupakan perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap kualitas
produknya.
7. Produk Chatime memiliki rasa yang jauh
lebih enak dibandingkan dengan minuman
sejenis merek lainnya.
Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications)
8. Informasi produk yang disampaikan sesuai
dengan kualitas produk.
9. Kecepatan pelayanan Chatime dalam
menyediakan minuman sudah cukup baik
sehingga konsumen tidak perlu menunggu
waktu lama.
Daya tahan (durability)
10. Chatime dapat dinikmati dalam waktu 24 jam
jika dalam keadaan dingin.
Kemampuan untuk diperbaiki (serviceability)
11. Perusahaan dapat dengan baik menangani
setiap keluhan yang diberikan konsumen.
Estetika (aesthetic)
12. Setiap gerai Chatime mempunyai konsep unik
dan cantik.
Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
13. Bahan baku yang digunakan Chatime selalu
fresh.

Keputusan Pembelian (Y)


No. Pernyataan SS S N TS STS
Kemantapan pada sebuah produk
1. Saya membeli Chatime karena mereknya
117

sudah dikenal luas oleh masyarakat.


2. Saya membeli Chatime karena harganya
terjangkau.
3. Saya membeli Chatime karena mudah
didapat.
4. Jika ingin membeli minuman teh berjenis
boba, Chatime adalah pilihan pertama saya.
5. Saya memutuskan untuk membeli produk
Chatime setelah membandingkan dengan
minuman sejenis merek lain.
Kebiasaan dalam membeli produk
6. Saya mengunjungi Chatime karena
membutuhkan suasana yang nyaman dan
menikmati berbagai rasa dari produk
Chatime.
7. Saya membeli produk Chatime karena adanya
kebutuhan.
Memberikan rekomendasi kepada orang lain
8. Saya memiliki rencana untuk
merekomendasikan kepada keluarga atau
teman bahwa Chatime memiliki rasa yang
enak disetiap variannya.
Melakukan pembelian ulang
9. Saya merasa puas setelah menikmati berbagai
varian Chatime dan akan melakukan
pembelian ulang.

LAMPIRAN-2

1. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Brand Image


118

No.
X1-1 X1-2 X1-3 X 1-4 X1-5 X1-6 X1-7 X1-8
Responden
1 5 4 5 3 5 4 5 5
2 4 3 4 3 4 3 4 4
3 4 2 4 2 2 4 2 4
4 4 2 4 2 2 4 2 4
5 4 4 3 4 4 3 3 4
6 5 3 5 3 5 3 5 5
7 2 1 2 1 2 1 2 2
8 3 2 3 2 3 2 3 3
9 4 3 4 3 4 3 4 4
10 5 4 5 4 5 4 5 5
11 4 5 4 5 4 5 5 4
12 2 2 1 1 2 2 1 2
13 4 4 3 3 4 4 3 4
14 5 4 5 4 5 4 5 5
15 4 4 4 4 4 4 4 4
16 2 2 1 1 2 2 1 2
17 4 4 4 3 3 3 4 4
18 3 3 3 3 3 3 3 3
19 4 4 4 4 4 4 4 4
20 4 5 4 5 5 3 4 4
21 5 5 5 5 5 5 5 5
22 4 4 4 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3
24 4 3 4 5 4 5 3 4
25 4 4 3 3 3 4 3 4
26 5 5 4 4 4 4 4 5
27 4 4 4 4 4 4 4 4
28 5 5 4 4 4 4 4 5
29 4 4 4 4 4 4 4 4
30 4 5 5 4 5 4 5 4
31 4 3 3 4 4 3 3 4
32 4 4 5 3 4 4 4 4
33 4 4 4 4 4 4 4 4
34 5 5 5 5 5 5 5 5
35 5 4 4 4 4 4 3 5
36 5 5 5 5 5 5 5 5
37 4 4 3 3 3 3 3 4
38 4 4 4 4 4 4 4 4
39 5 5 5 5 5 5 5 5
40 5 5 3 4 5 3 3 5
41 5 5 3 4 5 3 3 5
42 4 4 4 4 4 4 4 4
43 4 4 4 5 3 3 3 4
119

44 4 4 4 4 4 4 4 4
45 3 3 3 4 3 3 3 3
46 5 5 5 5 5 4 4 5
47 4 5 4 4 4 5 4 4
48 5 5 5 5 5 5 5 5
49 4 4 5 5 3 4 3 4
50 4 4 4 5 5 5 5 4
51 5 5 5 5 4 4 4 5
52 4 3 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 5 4 3 4 4
55 5 5 5 5 5 5 5 5
56 4 5 4 5 4 4 5 4
57 5 5 4 3 3 2 2 5
58 3 3 3 3 3 3 3 3
59 4 3 3 3 4 3 3 4
60 3 3 3 3 3 3 3 3
61 4 4 4 4 4 4 4 4
62 4 4 3 5 4 4 3 4
63 3 2 3 2 2 3 3 3
64 4 4 4 4 5 4 4 4
65 4 3 3 3 4 3 3 4
66 4 4 4 5 4 3 4 4
67 4 4 3 3 4 4 4 4
68 4 3 3 4 3 3 3 4
69 4 3 3 4 4 3 3 4
70 3 4 4 5 5 5 4 3
71 4 4 3 4 5 4 3 4
72 4 4 5 5 5 5 3 4
73 4 4 3 4 4 3 3 4
74 4 4 2 4 4 2 3 4
75 4 5 2 4 4 2 3 4
76 5 5 5 5 5 5 5 5
77 5 5 5 5 5 4 4 5
78 4 4 4 4 4 3 3 4
79 4 4 4 4 4 3 3 4
80 4 4 4 4 5 2 4 4
81 5 5 5 5 5 5 5 5
82 5 5 5 5 5 5 5 5
83 4 4 4 4 4 4 4 4
84 4 5 4 5 5 1 4 4
85 5 5 5 5 5 5 5 5
86 5 5 5 5 5 5 5 5
87 4 5 4 5 4 5 4 4
88 2 2 2 2 2 2 2 2
89 5 4 3 5 4 3 5 5
120

90 5 5 5 4 4 4 5 5
91 3 4 5 3 4 5 3 3
92 5 4 5 4 5 4 5 5
93 4 4 4 4 4 4 4 4
94 5 5 5 5 5 5 5 5
95 3 3 3 3 3 3 3 3
96 5 4 4 5 4 4 5 5

2. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kualitas Produk

No.
X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2 X2- X2- X2- X2- X2- X2-
Respo
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 8 9 10 11 12 13
nden
1 3 5 4 5 3 5 3 5 4 5 3 5 3
2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
4 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5
6 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 3
7 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
8 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2
9 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
10 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
11 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
12 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2
13 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4
14 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2
17 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 3 3 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 5 3 4 3 4 4 5 3 4 3 4 4 5
25 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4
26 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5
29 5 5 3 3 4 4 5 5 3 3 4 4 5
30 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
32 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
121

34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35 4 4 4 2 3 5 4 4 4 2 3 5 4
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
40 1 4 4 3 5 4 1 4 4 3 5 4 1
41 1 4 4 3 5 4 1 4 4 3 5 4 1
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
45 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3
46 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
47 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
48 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
49 5 5 4 4 3 4 5 5 4 4 3 4 5
50 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5
51 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
54 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5
55 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
56 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4
57 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 3
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
62 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4
63 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4
64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
65 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3
66 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4
67 4 2 3 3 2 4 4 2 3 3 2 4 4
68 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
69 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3
70 4 4 4 3 5 5 4 4 4 3 5 5 4
71 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
72 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
73 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
74 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4
75 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4
76 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5
77 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4
78 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4
79 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4
122

80 3 4 3 3 5 4 3 4 3 3 5 4 3
81 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
82 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
83 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
84 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 3
85 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
87 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5
88 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
89 4 3 5 4 3 5 4 3 5 4 3 5 4
90 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5
91 4 5 3 4 5 3 4 5 3 4 5 3 4
92 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
93 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
95 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
96 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4

3. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Keputusan Pembelian


No.
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Responden
1 4 5 3 5 4 5 3 3 4
2 3 4 3 4 4 3 4 3 3
3 4 2 4 2 4 2 4 2 4
4 4 2 4 2 4 2 4 2 4
5 3 2 3 2 2 3 4 4 3
6 3 5 5 3 5 3 5 3 3
7 1 2 1 3 2 3 1 1 1
8 2 3 2 3 2 3 2 3 2
9 3 4 4 3 4 3 4 3 3
10 4 5 4 5 4 5 4 5 4
11 4 5 4 5 4 5 4 5 4
12 2 2 1 1 2 2 1 1 2
13 4 4 3 3 4 4 3 3 4
14 5 4 5 4 5 4 5 4 5
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 2 2 1 1 2 2 1 1 2
17 2 2 2 2 2 2 3 3 2
18 3 2 3 3 2 3 4 4 3
19 3 2 3 3 2 3 4 4 3
20 4 4 4 3 3 3 4 4 4
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 4 3 4 3 2 3 4 3 4
123

25 3 4 3 3 2 3 4 4 3
26 4 3 4 3 4 4 4 4 4
27 3 3 3 4 3 3 4 4 3
28 4 5 4 4 4 4 5 4 4
29 4 3 4 3 3 3 4 3 4
30 5 4 5 4 4 4 5 5 5
31 3 3 4 3 3 3 3 3 3
32 5 3 5 4 2 4 4 4 5
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 4 4 4 4 3 4 4 4 4
35 5 2 4 4 1 4 4 4 5
36 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 3 4 3 3 3 3 3 3 3
38 4 4 4 4 2 4 4 4 4
39 5 3 5 4 2 4 5 5 5
40 3 5 5 3 5 5 4 4 3
41 3 5 5 3 5 5 4 4 3
42 3 3 4 3 3 3 4 4 3
43 4 2 2 3 2 3 4 4 4
44 3 3 4 3 3 3 4 4 3
45 3 1 2 2 1 2 3 3 3
46 4 4 4 4 3 4 5 5 4
47 4 4 4 3 3 4 4 3 4
48 5 4 4 4 4 4 4 4 5
49 3 3 3 3 1 3 4 4 3
50 4 4 4 4 4 5 4 4 4
51 5 4 5 4 5 4 5 4 5
52 3 4 4 3 3 4 4 4 3
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4
54 4 3 5 3 3 3 4 4 4
55 5 4 4 4 3 4 4 4 5
56 5 5 4 4 4 5 5 4 5
57 4 4 3 5 4 2 2 4 4
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3
59 3 3 3 3 2 3 3 4 3
60 3 3 3 3 3 3 3 3 3
61 4 4 4 4 3 3 4 4 4
62 3 2 3 3 2 3 3 3 3
63 3 3 3 2 3 3 3 4 3
64 5 3 4 3 4 4 4 4 5
65 3 3 3 3 2 2 4 4 3
66 4 3 4 3 2 3 5 5 4
67 3 2 3 3 2 3 3 3 3
68 3 3 3 3 3 3 3 4 3
69 3 4 4 4 3 3 4 4 3
70 3 4 4 4 4 4 4 4 3
124

71 5 5 4 3 3 3 3 4 5
72 5 5 5 4 4 4 5 5 5
73 3 4 3 3 3 3 3 4 3
74 3 3 3 2 2 3 4 4 3
75 3 3 3 2 2 2 3 3 3
76 4 5 4 4 4 4 4 4 4
77 5 5 5 4 4 4 4 5 5
78 4 4 4 3 3 3 4 4 4
79 4 4 4 3 3 3 4 4 4
80 3 4 4 3 1 3 4 5 3
81 5 5 5 5 5 5 5 5 5
82 4 4 4 4 4 4 4 4 4
83 4 4 4 4 4 4 4 4 4
84 4 1 4 1 1 2 4 4 4
85 5 5 5 5 5 5 5 5 5
86 5 5 5 5 5 5 5 5 5
87 5 4 5 4 5 4 5 4 5
88 2 2 2 2 2 2 2 2 2
89 4 3 5 4 3 5 4 3 4
90 5 5 4 4 4 5 5 5 5
91 4 5 3 4 5 3 4 5 4
92 4 5 4 5 4 5 4 5 4
93 4 3 4 3 4 3 4 3 4
94 5 5 5 5 5 5 5 5 5
95 4 4 4 3 4 3 4 3 4
96 4 4 5 4 4 5 4 4 4

LAMPIRAN-3
HASIL PENGOLAHAN SPSS

Tabel Frekuensi Identitas Konsumen

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pria 35 36,5 36,5 36,5
Wanita 61 63,5 63,5 100,0
Total 96 100,0 100,0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
125

Valid 15-19 Tahun 37 38,5 38,5 38,5


20-24 Tahun 32 33,3 33,3 71,9
25-29 Tahun 15 15,6 15,6 87,5
>29 Tahun 12 12,5 12,5 100,0
Total 96 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pelajar/Mahasiswa 57 59,4 59,4 59,4
Pegawai Swasta 17 17,7 17,7 77,1
PNS 9 9,4 9,4 86,5
Wiraswasta 7 7,3 7,3 93,8
Ibu Rumah Tangga 6 6,3 6,3 100,0
Total 96 100,0 100,0

Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <Rp.500.000 28 29,2 29,2 29,2
Rp.500.000 - Rp.1.500.000 40 41,7 41,7 70,8
Rp.1.500.000 - Rp.2.500.000 17 17,7 17,7 88,5
>2.500.000 11 11,5 11,5 100,0
Total 96 100,0 100,0

Intensitas Belanja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 kali 34 35,4 35,4 35,4
3-5 kali 47 49,0 49,0 84,4
>5 kali 15 15,6 15,6 100,0
Total 96 100,0 100,0

Tabel Frekuensi Karakteristik Brand Image

X1.1
126

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 4 4,2 4,2 4,2
Netral 10 10,4 10,4 14,6
Setuju 53 55,2 55,2 69,8
Sangat Setuju 29 30,2 30,2 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Tidak Setuju 7 7,3 7,3 8,3
Netral 16 16,7 16,7 25,0
Setuju 43 44,8 44,8 69,8
Sangat Setuju 29 30,2 30,2 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 2,1 2,1 2,1
Tidak Setuju 4 4,2 4,2 6,3
Netral 24 25,0 25,0 31,3
Setuju 40 41,7 41,7 72,9
Sangat Setuju 26 27,1 27,1 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
127

Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1


Tidak Setuju 5 5,2 5,2 8,3
Netral 19 19,8 19,8 28,1
Setuju 38 39,6 39,6 67,7
Sangat Setuju 31 32,3 32,3 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 7 7,3 7,3 7,3
Netral 14 14,6 14,6 21,9
Setuju 45 46,9 46,9 68,8
Sangat Setuju 30 31,3 31,3 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 2,1 2,1 2,1
Tidak Setuju 8 8,3 8,3 10,4
Netral 28 29,2 29,2 39,6
Setuju 38 39,6 39,6 79,2
Sangat Setuju 20 20,8 20,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
128

Valid Sangat Tidak Setuju 2 2,1 2,1 2,1


Tidak Setuju 5 5,2 5,2 7,3
Netral 32 33,3 33,3 40,6
Setuju 33 34,4 34,4 75,0
Sangat Setuju 24 25,0 25,0 100,0
Total 96 100,0 100,0

X1.8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 4 4,2 4,2 4,2
Netral 10 10,4 10,4 14,6
Setuju 53 55,2 55,2 69,8
Sangat Setuju 29 30,2 30,2 100,0
Total 96 100,0 100,0

Tabel Frekuensi Karakteristik Kualitas Produk

X2.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 4 4,2 4,2 7,3
Netral 20 20,8 20,8 28,1
Setuju 42 43,8 43,8 71,9
Sangat Setuju 27 28,1 28,1 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.2
129

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 8 8,3 8,3 8,3
Netral 17 17,7 17,7 26,0
Setuju 43 44,8 44,8 70,8
Sangat Setuju 28 29,2 29,2 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 3 3,1 3,1 6,3
Netral 20 20,8 20,8 27,1
Setuju 51 53,1 53,1 80,2
Sangat Setuju 19 19,8 19,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 5 5,2 5,2 8,3
Netral 27 28,1 28,1 36,5
Setuju 41 42,7 42,7 79,2
Sangat Setuju 20 20,8 20,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.5
130

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Tidak Setuju 7 7,3 7,3 8,3
Netral 20 20,8 20,8 29,2
Setuju 44 45,8 45,8 75,0
Sangat Setuju 24 25,0 25,0 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 7 7,3 7,3 7,3
Netral 12 12,5 12,5 19,8
Setuju 46 47,9 47,9 67,7
Sangat Setuju 31 32,3 32,3 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 4 4,2 4,2 7,3
Netral 20 20,8 20,8 28,1
Setuju 42 43,8 43,8 71,9
Sangat Setuju 27 28,1 28,1 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 8 8,3 8,3 8,3
Netral 17 17,7 17,7 26,0
Setuju 43 44,8 44,8 70,8
Sangat Setuju 28 29,2 29,2 100,0
Total 96 100,0 100,0
131

X2.9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 3 3,1 3,1 6,3
Netral 20 20,8 20,8 27,1
Setuju 51 53,1 53,1 80,2
Sangat Setuju 19 19,8 19,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 5 5,2 5,2 8,3
Netral 27 28,1 28,1 36,5
Setuju 41 42,7 42,7 79,2
Sangat Setuju 20 20,8 20,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Tidak Setuju 7 7,3 7,3 8,3
Netral 20 20,8 20,8 29,2
Setuju 44 45,8 45,8 75,0
Sangat Setuju 24 25,0 25,0 100,0
Total 96 100,0 100,0
132

X2.12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 7 7,3 7,3 7,3
Netral 12 12,5 12,5 19,8
Setuju 46 47,9 47,9 67,7
Sangat Setuju 31 32,3 32,3 100,0
Total 96 100,0 100,0

X2.13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 4 4,2 4,2 7,3
Netral 20 20,8 20,8 28,1
Setuju 42 43,8 43,8 71,9
Sangat Setuju 27 28,1 28,1 100,0
Total 96 100,0 100,0

Tabel Frekuensi Karakteristik Keputusan Pembelian

Y1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Tidak Setuju 5 5,2 5,2 6,3
Netral 33 34,4 34,4 40,6
Setuju 37 38,5 38,5 79,2
Sangat Setuju 20 20,8 20,8 100,0
Total 96 100,0 100,0
133

Y2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 2 2,1 2,1 2,1
Tidak Setuju 14 14,6 14,6 16,7
Netrral 26 27,1 27,1 43,8
Setuju 34 35,4 35,4 79,2
Sangat Setuju 20 20,8 20,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

Y3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 5 5,2 5,2 8,3
Netral 25 26,0 26,0 34,4
Setuju 44 45,8 45,8 80,2
Sangat Setuju 19 19,8 19,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

Y4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 9 9,4 9,4 12,5
Netral 41 42,7 42,7 55,2
Setuju 33 34,4 34,4 89,6
Sangat Setuju 10 10,4 10,4 100,0
Total 96 100,0 100,0
134

Y5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 5 5,2 5,2 5,2
Tidak Setuju 22 22,9 22,9 28,1
Netral 26 27,1 27,1 55,2
Setuju 31 32,3 32,3 87,5
Sangat Setuju 12 12,5 12,5 100,0
Total 96 100,0 100,0

Y6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 11 11,5 11,5 11,5
Netral 41 42,7 42,7 54,2
Setuju 28 29,2 29,2 83,3
Sangat Setuju 16 16,7 16,7 100,0
Total 96 100,0 100,0

Y7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 3 3,1 3,1 6,3
Netral 18 18,8 18,8 25,0
Setuju 55 57,3 57,3 82,3
Sangat Setuju 17 17,7 17,7 100,0
Total 96 100,0 100,0
135

Y8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 3,1 3,1 3,1
Tidak Setuju 3 3,1 3,1 6,3
Netral 23 24,0 24,0 30,2
Setuju 50 52,1 52,1 82,3
Sangat Setuju 17 17,7 17,7 100,0
Total 96 100,0 100,0

Y9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Tidak Setuju 5 5,2 5,2 6,3
Netral 33 34,4 34,4 40,6
Setuju 37 38,5 38,5 79,2
Sangat Setuju 20 20,8 20,8 100,0
Total 96 100,0 100,0

Tabel Hasil Uji Validitas

Correlations
X1-1 X1-2 X1-3 X1-4 X1-5 X1-6
X1-1 Pearson Correlation 1 ,731**
,696**
,636 **
,704 **
,4
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
X1-2 Pearson Correlation ,731** 1 ,590** ,773** ,731** ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
X1-3 Pearson Correlation ,696** ,590** 1 ,595** ,639** ,6
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
X1-4 Pearson Correlation ,636 **
,773**
,595**
1 ,722** ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
X1-5 Pearson Correlation ,704 **
,731**
,639**
,722 **
1 ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
136

N 96 96 96 96 96
X1-6 Pearson Correlation ,499 **
,514**
,693**
,560**
,509**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X1-7 Pearson Correlation ,680** ,648** ,751** ,665** ,748** ,6
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
X1-8 Pearson Correlation 1,000 **
,731**
,696**
,636**
,704** ,4
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
TOTAL X1 Pearson Correlation ,868 **
,850**
,844**
,839**
,855** ,7
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,0
N 96 96 96 96 96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Co
X2-1 X2-2 X2-3 X2-4 X2-5
X2-1 Pearson Correlation 1 ,563** ,676** ,572** ,591**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-2 Pearson Correlation ,563 **
1 ,660 **
,816 **
,671**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-3 Pearson Correlation ,676 **
,660 **
1 ,737 **
,749**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-4 Pearson Correlation ,572 **
,816 **
,737 **
1 ,572**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-5 Pearson Correlation ,591** ,671** ,749** ,572** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-6 Pearson Correlation ,574 **
,804 **
,683 **
,744 **
,610**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-7 Pearson Correlation 1,000 **
,563 **
,676 **
,572 **
,591**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
137

X2-8 Pearson Correlation ,563** 1,000** ,660** ,816** ,671**


Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-9 Pearson Correlation ,676 **
,660 **
1,000 **
,737 **
,749**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-10 Pearson Correlation ,572 **
,816 **
,737 **
1,000 **
,572**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-11 Pearson Correlation ,591 **
,671 **
,749 **
,572 **
1,000**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-12 Pearson Correlation ,574** ,804** ,683** ,744** ,610**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
X2-13 Pearson Correlation 1,000 **
,563 **
,676 **
,572 **
,591**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
TOTAL X2 Pearson Correlation ,820 **
,869 **
,879 **
,859 **
,814**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Y1 Pearson Correlation 1 ,490** ,744** ,602** ,486** ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
Y2 Pearson Correlation ,490 **
1 ,573 **
,718 **
,729** ,6
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
Y3 Pearson Correlation ,744 **
,573 **
1 ,550 **
,577** ,6
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
Y4 Pearson Correlation ,602 **
,718 **
,550 **
1 ,575** ,7
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
Y5 Pearson Correlation ,486** ,729** ,577** ,575** 1 ,5
138

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,


N 96 96 96 96 96
Y6 Pearson Correlation ,579 **
,695 **
,625**
,760**
,593**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96 96
Y7 Pearson Correlation ,707 **
,481 **
,809**
,511**
,450** ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
Y8 Pearson Correlation ,607** ,562** ,612** ,630** ,292** ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,004 ,
N 96 96 96 96 96
Y9 Pearson Correlation 1,000 **
,490 **
,744**
,602**
,486** ,5
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
TOTAL Y Pearson Correlation ,845 **
,802 **
,854**
,819**
,732** ,8
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,
N 96 96 96 96 96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel Hasil Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas X1

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,938 8

Uji Reliabilitas X2

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,967 13
139

Uji Reliabilitas Y

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,932 9

Tabel Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parameters a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 3,67022704
Most Extreme Differences Absolute ,087
Positive ,065
Negative -,087
Test Statistic ,087
Asymp. Sig. (2-tailed) ,073c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
140

Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
Brand Image ,873 ,111 ,771 7,873 ,000 ,326 3,067
Kualitas ,057 ,066 ,084 ,862 ,391 ,326 3,067
Produk
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
141

Tabel Uji Heterokedastisitas

Tabel Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
TOTAL X1 ,873 ,111 ,771 7,873 ,000
TOTAL X2 ,057 ,066 ,084 ,862 ,391
a. Dependent Variable: TOTAL Y

Tabel Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collin
Model B Std. Error Beta t Sig. Toleran
1 (Constant) 2,225 2,080 1,069 ,288
Brand Image ,873 ,111 ,771 7,873 ,000
Kualitas Produk ,057 ,066 ,084 ,862 ,391
142

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Tabel Uji Signifikan Simultan (Uji F)

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3118,130 2 1559,065 113,302 ,000b
Residual 1279,704 93 13,760
Total 4397,833 95
a. Dependent Variable: TOTAL Y
b. Predictors: (Constant), TOTAL X2, TOTAL X1

Tabel Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,842a ,709 ,703 3,709
a. Predictors: (Constant), TOTAL X2, TOTAL X1
b. Dependent Variable: TOTAL Y

Anda mungkin juga menyukai