Anda di halaman 1dari 46

DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KESEHATAN

MENTAL PESERTA DIDIK SMA BUNDA HATI KUDUS

JAKARTA

KARYA TULIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Peminatan


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disusun Oleh :

Alfonsus Nathanael / 2

Febrian Santiago Leonard / 12

Felix Prajna Susanto / 13

Kelas XII MIPA 2

SMA BUNDA HATI KUDUS

JAKARTA

2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI SIDANG KARYA

TULIS ILMIAH

DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KESEHATAN

MENTAL PESERTA DIDIK SMA BUNDA HATI KUDUS

JAKARTA

Disusun oleh:

Felix Prajna Susanto

Alfonsus Nathanael

Febrian Santiago Leonard

Kelas XII MIPA 2

Telah disahkan tanggal………..

Pembimbing Ketua Kelompok

Agus Hartono, S.Pd. Felix Prajna Susanto

2
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KESEHATAN


MENTAL PESERTA DIDIK SMA BUNDA HATI KUDUS
JAKARTA

Disusun oleh:
Felix Prajna Susanto
Alfonsus Nathanael
Febrian Santiago Leonard

Kelas XII MIPA 2

No Nama Hari, Tanggal Tanda Tangan

1 Agus Hartono, S.Pd.

Pembimbing ……………………... ……………………...

2 Ch. Sri Sulastri

Penguji ……………………... ……………………...

Mengetahui,
Kepala SMA Bunda Hati Kudus

Sr. M. Veronica, PBHK

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang

berjudul “Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik SMA

Bunda Hati Kudus Jakarta”.

Laporan ini disusun dengan bahasa yang sederhana, sistematis,

komunikatif, dan terpadu sehingga pembaca dapat memahami isi makalah ini

dengan mudah. Laporan ini juga dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan

berdasarkan angket yang sudah dibagikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

berkontribusi sehingga laporan ini dapat terbentuk terutama untuk orang tua

dan guru pembimbing kami. Kami berharap dari dibuatnya laporan penelitian

ini dapat menambah wawasan pembaca dan menjadi semakin mengerti akan

pengaruh lingkungan rumah terhadap kondisi mental peserta didik.

Penelitian yang kami buat tentunya masih memiliki banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca yang membangun untuk menghasilkan penelitian yang jauh

lebih baik lagi di masa mendatang.

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN MENGIKUTI SIDANG ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 5

2.1 Tinjauan Penelitian Sejenis ................................................................................. 5

2.2 Kerangka Teori/Konsep ...................................................................................... 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 12

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 12

3.2 Subjek Penelitian ............................................................................................... 13

3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 15

3.4 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 16

5
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................... 17

4.1 Deskripsi Data ................................................................................................... 17

4.2 Analisis Data ..................................................................................................... 22

BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 26

5.1 Simpulan Hasil Penelitian ................................................................................. 26

5.2 Saran .................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 28

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 30

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan rumah/keluarga merupakan tempat pertama kali anak

melihat seperti apa kehidupan dan belajar dari apa yang mereka lihat. Jika

anak terbiasa akan hal-hal positif di lingkungan keluarganya seperti

komunikasi yang baik dan rasa kasih sayang antara sesama maka tentunya

akan membantu perkembangan seorang anak menjadi pribadi yang lebih

baik.

Lingkungan rumah adalah lingkungan yang paling berpengaruh

terhadap kondisi mental seseorang, karena sesuai dengan namanya,

lingkungan “rumah” adalah tempat seseorang berteduh dan berlindung.

Apabila kondisi lingkungan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat

perlindungan dan peristirahatan mereka buruk, maka tentu saja akan

berdampak pada kesehatan mental mereka. Tanpa adanya dukungan dari

sosok orang tua dan tempat beristirahat, mereka akan merasa tersesat dan

kesepian.

Keluarga sebagai wadah antara individu dan kelompok yang menjadi

tempat pertama dan utama untuk sosialisasi anak, ibu, ayah, saudara,dan

keluarga yang lain adalah orang yang pertama bagi anak untuk mengadakan

kontak dan tempat pembelajaran. Keluarga merupakan kelompok kecil yang

1
anggota-anggotanya berinteraksi secara langsung. Dalam kelompok yang

demikian, perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tua

nya sebagai penyesuai secara pribadi dalam hubungan sosial agar lebih

mudah terjadi nantinya.

Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk dapat mendidik anak

karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami istri. Dari motivasi

yang kuat tersebut melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan

anak. Karena dari hubungan keluarga yang relatif tetap, maka dari situlah

orang tua memainkan peranan yang sangat penting terhadap proses

pendidikan anak.

Kesehatan mental atau jiwa menurut undang – undang nomor 18

tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, merupakan kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga

individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,

dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya. Kesehatan mental remaja adalah terhindarnya dari gangguan

maupun penyakit kejiwaan,mampu menyesuaikan diri,sanggup menghadapi

masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa,sehingga

mendapatkan keserasian fungsi-fungsi jiwa ( tidak konflik) dan merasa

bahwa dirinya berharga,berguna dan bahagia, serta bermanfaat dan mampu

berbuat baik untuk orang lain atau dirinya sendiri,serta dapat menggunakan

potensi yang ada padanya seoptimal mungkin baik secara psikologi,

sosiologi, dan agama di usia 12 sampai 21 tahun.

2
Hal ini menyatakan bahwa kesehatan mental sangat berpengaruh

terhadap kesehatan fisik seseorang, karena jika kesehatan fisik tidak baik,

maka dapat mengganggu produktivitas masing-masing individu.

Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018, menunjukkan lebih dari 19

juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental

emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun

mengalami depresi. Depresi dapat dialami oleh siapa saja, terutama pada

remaja. Depresi remaja memiliki banyak konsekuensi kesehatan dan sosial

yang negatif seperti isolasi sosial dan penilaian kesehatan diri yang buruk

(Brière et al., 2015; Naicker et al., 2013).

(Pereira et al., 2005) menyatakan bahwa banyak remaja tidak bisa

menghilangkan kesedihannya bahkan dengan bantuan dari keluarga maupun

teman terdekatnya. Dapat dilihat bahwa lingkungan sosial sangat

berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja bahkan anak-anak. Karena

kadang hal yang membuat mental anak jadi tidak baik adalah kehidupan

sosialnya yang tidak sesuai dengan dirinya.

Lingkungan yang terlihat baik dan nyaman belum tentu baik pula

untuk beberapa remaja dan anak-anak. Kadang bukan hanya lingkungan

sosial saja yang mempengaruhi kesehatan mental pada anak dan remaja.

Lingkungan keluarga pun sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental

anak dan remaja. Bahkan sedikit banyak remaja yang menyatakan bahwa

“Rumah bukanlah tempatku untuk kembali pulang.” Banyak dari remaja dan

3
anak depresi takut untuk kembali pulang ke rumah, karena di rumah pun

tidak ada yang menanti kehadiran mereka.

Keharmonisan keluarga memanglah tujuan utama di setiap bahtera

rumah tangga. Tapi terkadang keluarga yang harmonis belum tentu

menjamin kesehatan mental anak dan remaja sehat. Bahkan ada yang

keluarga nya sangat harmonis, tetapi anaknya mengalami depresi. Hal ini

dikarenakan kurangnya komunikasi di antara orang tua dan anak. Dengan

demikian maka kondisi lingkungan rumah berpotensi mempengaruhi

kesehatan mental remaja.

4
B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh kondisi lingkungan rumah terhadap kesehatan mental

para peserta didik SMA BHK?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang

ditimbulkan dari lingkungan rumah terhadap mental peserta didik SMA

Bunda Hati Kudus.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis :

5
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang berkaitan

dengan ilmu psikologis, terutama tentang kaitan lingkungan rumah dengan

mental peserta didik.

2. Manfaat Praktis :

● Bagi sekolah, penelitian ini memberitahukan bagaimana kondisi

lingkungan rumah peserta didik dapat mempengaruhi kesehatan

mental mereka yang juga akan bermanfaat terhadap niat belajar

mereka.

● Bagi guru, dapat menambah wawasan tentang kondisi mental murid

mereka

● Bagi orang tua, dapat menambah wawasan mengenai pentingnya

menjaga dan mengelola kondisi lingkungan rumah yang baik dan

mendukung demi kebaikan anak-anak mereka.

● Penelitian ini dapat mengetahui bagaimana dampak yang disebabkan

kondisi lingkungan rumah bagi kondisi mental peserta didik

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Penelitian Sejenis

Kesehatan mental merupakan suatu isu yang menjadi perhatian tidak

hanya bagi orang dewasa, tetapi juga pada anak dan remaja saat ini (Bukhori,

2012; Iswanto, 2014; Nursalam & Dian, 2007). Fenomena demikian

berkaitan dengan adanya modernisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

menimbulkan berbagai masalah psikologis dan sosial di lingkungan sekolah

dan keluarga. Sangat banyak kompetisi yang terjadi, mau itu di lingkungan

sekolah ataupun di lingkungan rumah.

7
Kesehatan mental di sekolah menjadi isu baru, bahkan pada negara

maju seperti Amerika Serikat diperkirakan pertahunnya 20 - 25% anak dan

remaja mengalami masalah kesehatan mental, dan 40% diantaranya

memenuhi kriteria diagnostik untuk berbagai jenis gangguan mental (Kessler

et al., 2012; Merikangas et al., 2010; Nastasi, 2004), belum termasuk anak

dan remaja yang berisiko dan belum terdiagnosa namun kondisinya

mempengaruhi keberfungsian dan well-being (kesejahteraan) sehari-hari

masyarakat. Penelitian epidemiologi di AS menunjukkan 1 dari 10 anak

menunjukkan simptom depresi sebelum usia 14 tahun, dan 20% anak usia 16-

17 tahun mengalami gangguan cemas, mood, dan gangguan perilaku serta

penggunaan zat-zat terlarang (adiktif).

Sebagian besar gangguan mental dimulai pada masa remaja dan awal

masa dewasa (10 sampai dengan 24 tahun) dan kesehatan mental yang buruk

berkaitan dengan hasil pendidikan, kesehatan dan sosial yang negatif

(Nielsen et al., 2017; Patel, 2007). Sehingga sekolah adalah sebuah

signifikan konteks untuk promosi positif kesehatan mental dan pencegahan

masalah kesehatan mental (Nielsen et al., 2017). Walaupun dibilang seperti

itu, banyak riset yang menyatakan bahwa lingkungan sekolah merupakan

juga merupakan salah satu kontributor pada munculnya sikap depresi pada

peserta didik. Selanjutnya, menurut kajian Bukhari bahwa penyebab

timbulnya berbagai masalah kesehatan mental yaitu perubahan berbagai segi

kehidupan yang tidak dapat diterima oleh individu. Selain itu kebermaknaan

hidup dan tingkat religiusitas individu juga mempengaruhi kondisi kesehatan

mental yang dialami oleh individu tersebut (Bukhori, 2012).


8
Kesehatan mental menjadi kajian yang perlu diperhatikan keterkaitan

dengan permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, orang dewasa

dan lansia akhir-akhir ini. Kesehatan mental meliputi tiga komponen yaitu:

pikiran, emosional dan spiritual (Hapsari, Sari, & Pradono, 2009). Anak-

anak yang memiliki kesehatan mental yang baik dicirikan mampu

membangun dan mengembangkan resiliensi (daya tahan) dalam menghadapi

tekanan dalam hidup (Nur, 2013). Kemampuan resiliensi ini perlu

dikembangkan melalui kehidupan keluarga dan lingkungan sekolah (Aprilia,

2013; I. Ifdil & Taufik, 2016).

Keluarga merupakan suatu sistem sosial untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan para anggotanya (Effendy, 1998; Ihromi, 1999; Soemanto, 2014).

Sebagai suatu sistem sosial, kelompok-kelompok keluarga memenuhi

kebutuhan para anggotanya dengan memberikan kenyamanan, keselamatan,

kesejahteraan ekonomi, material, kesejahteraan psikologis, fisik, emosional,

dan kebutuhan-kebutuhan spiritual (Geldard, 2011).

Keluarga menjadi tempat berlindung (Agustina, 2008; Andayani,

2000; Mukarromah & Listyani, 2013), memberikan rasa kenyamanan dan

memberikan kasih sayang. Dalam keluarga terjadi komunikasi dua arah

(suami istri) dan komunikasi segala arah bagi semua anggota keluarga (ayah-

ibu-anak) yang berfungsi mengarahkan, membina, memberi perhatian dan

kasih sayang kepada semua anggota (Willis, 2013). Apabila fungsi keluarga

diatas tidak berjalan maka timbulnya berbagai permasalahan kesehatan

9
mental yang dialami oleh seluruh anggota keluarga di dalam rumah tersebut

baik itu, anak-anak dan kedua orangtuanya.

Pengaruh lingkungan keluarga terhadap kesehatan mental anak yaitu

saling berhubungan antara keduanya karena peran lingkungan keluarga

merupakan salah satu faktor penentu kesehatan mental pada anak. Jika

lingkungan keluarga yang harmonis dan terjaga dengan baik maka kesehatan

mental anak akan baik dan jika lingkungan keluarga tidak terjaga dengan

baik maka bisa mempengaruhi kesehatan mental atau biasa disebut

mengalami gangguan kesehatan mental. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat

dijadikan sebagai patokan karena semua akan kembali pada pribadi anak

masing -- masing dan bagaimana anak belajar dari apa yang anak lihat di

dalam maupun di luar rumah.

Menurut Ayu Cahyanti “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap

Kesehatan Mental Anak.”,orang tua juga harus mengetahui prioritas dalam

menjaga dan mengelola lingkungan rumah. Orang tua tidak boleh terlalu

memfokuskan perhatian pada pencarian uang, tetapi juga memberikan kasih

saying dan perhatian yang cukup pada anak. Tanpa adanya perhatian dan

kasih sayang maka anak dapat merasa terlantar dan bisa saja mencari

bimbingan atau arahan dari pihak yang lain, tidak terkecuali pihak yang

buruk.

10
B. Kerangka Teori

Lingkungan rumah sangat berpengaruh pada bagaimana seorang anak

bertingkah laku di lingkungan hidup mereka. Seberapa semangatnya mereka,

sikap mereka, bahkan kesehatan fisik mereka dipengaruhi oleh lingkungan

rumah tangga di mana mereka dibesarkan. Semua hal itu berkaitan dengan

11
kesehatan mental peserta didik. Jika mereka dibesarkan dan dididik dengan

benar saat di rumah, maka kesehatan mereka pun akan bertambah baik,

mereka akan lebih semangat belajar, dan akhirnya pun mendapatkan hasil

yang lebih baik di lingkungan sekolah.

Hal sebaliknya juga dapat terjadi di mana peserta didik merasa lesu,

malas, dan depresi jika mereka diperlakukan dengan tidak baik, mau itu

dalam bentuk kekerasan fisik maupun mental. Misalkan mereka dipukul -

pukuli karena tidak mendapatkan nilai yang puas atau jika mereka tidak

diberikan kasih sayang dan hanya ditelantarkan. Hal seperti itu malah dapat

mengurangi semangat belajar sang anak, Mereka merasa bahwa semua yang

mereka lakukan tidaklah berguna dan kehadiran mereka hanyalah beban. Hal

tersebut menyebabkan untuk nilai prestasi mereka untuk turun drastis,

menyebabkan sikap dan kesehatan mental mereka untuk terus menurun.

Dalam skenario terbaik, mereka hanya akan merasakan malas atau muncul

kenakalan. Dalam skenario terburuk, akan muncul gejala depresi, kecemasan

berat, bahkan bunuh diri.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian mixed

methods. Mixed methods adalah upaya memanfaatkan secara bersama-sama

dua metode penelitian, yaitu kuantitatif dan kualitatif, sehingga dapat

menekankan kelebihan dan meminimalisir kekurangan masing-masing

13
metode tersebut. Dengan penelitian mixed methods dapat diperoleh data

numerik dan data deskriptif dari subjek penelitian.

B. Subjek Penelitian

14
Berdasarkan diagram lingkaran yang diperoleh, terdapat 91

responden dari peserta didik, dapat ditentukan kalau 8 murid (8,8%) berasal

dari XII MIPA 1, 17 murid (18,7%) dari XII MIPA 2, 18 murid (19,8%) dari

XII IPS 1, dan 17 murid (18,7%) dari XII IPS 2, 9 murid (9,9%) dari XI

MIPA 1, 3 murid (3,3%) dari XI MIPA 2, 2 murid (2,2%) dari XI IPS 1, 2

murid (2,2%) dari XI IPS 2, 1 murid (1,1%) dari X-1, 1 murid (1,1%) dari X-

2, 13 murid (14,3%) dari X-3

C. Teknik Pengumpulan Data

15
Teknik pengumpulan data akan kami lakukan secara kuantitatif yaitu

dengan membagikan beberapa pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk Google

Form. Pertanyaan tersebut akan diisi dengan 10 pertanyaan yang diantaranya

ada berbentuk pilihan dan 3 nomor essai.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dilakukan dengan jawaban-jawaban tertulis yang

dijawab secara langsung. Jawaban ini dipilih supaya responden dapat lebih

fleksibel dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menghindari adanya

kesalahan pemilihan jawaban atau salah pencet sehingga dengan begitu data

yang didapat lebih akurat karena ditulis langsung oleh responden.

BAB IV

16
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

● Pertanyaan 1:

Diagram 4.1

Dari diagram lingkaran tersebut, yang merasa lingkungan rumah

tangga sikap dan kesehatan mental seseorang berpengaruh, dari 91

responden, dapat diperoleh jawaban : 71 murid (78%) yang merasa

lingkungan rumah tangga berpengaruh terhadap sikap dan kesehatan mental

seseorang, 10 murid (11%) yang merasa ragu ragu kalau lingkungan rumah

tangga berpengaruh terhadap sikap dan kesehatan mental seseorang, dan 10

murid (11%) yang merasa lingkungan rumah tangga tidak berpengaruh

terhadap sikap dan kesehatan mental seseorang.

● Pertanyaan 2:

17
Diagram 4.2

Dari diagram tersebut, murid SMA BHK yang pernah mengalami

perasaan sedih atau terganggu secara mental yang diakibatkan lingkungan

rumah tangga terdapat 42 murid (46,2%) yang merasa sedih atau terganggu

secara mental yang diakibatkan dari lingkungan rumah tangga, 19 murid

(20,9%) yang merasa ragu ragu, dan 30 murid (33%) yang tidak merasa

sedih atau terganggu secara mental yang diakibatkan lingkungan rumah

tangga.

18
● Pertanyaan 3 :

Diagram 4.3

Dari diagram tersebut, murid SMA BHK yang merasa marah sebagai

dampak lingkungan rumah terdapat 41 murid (67,2%), 8 murid (13,1%)

yang merasa ragu ragu, 12 murid (19,7%) merasa marah bukan dampak dari

lingkungan rumah.

19
● Pertanyaan 4:

Diagram 4.4

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa lemas

atau tidak berdaya sebagai dampak lingkungan rumah terdapat 34 murid

(55,7%), 11 murid (18%) yang merasa ragu ragu, 16 murid (26,2%) merasa

sedih atau tidak berdaya bukan dampak dari lingkungan rumah.

20
● Pertanyaan 5:

Diagram 4.5

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa

perasaan cemas atau takut sebagai dampak lingkungan rumah terdapat 34

murid (55,7%), 14 murid (23%) yang merasa ragu ragu, 13 murid (21,3%)

merasa perasaan cemas atau takut bukan dampak dari lingkungan rumah.

21
● Pertanyaan 6 :

Diagram 4.6

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa

perasaan sedih sebagai dampak lingkungan rumah terdapat 49 murid

(80,3%), 7 murid (11,5%) yang merasa ragu ragu, 5 murid (8,5%) merasa

perasaan sedih bukan dampak dari lingkungan rumah.

22
● Pertanyaan 7:

Diagram 4.7

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa kalau

perasaan - perasaan yang dirasakan di lingkungan rumah mempengaruhi

kehidupan keseharian terdapat 40 murid (65,6%), 14 murid (23%) yang ragu

ragu, dan 7 murid (11,5%) yang merasa kalau perasaan - perasaan yang

dirasakan di lingkungan rumah tidak mempengaruhi kehidupan keseharian.

23
● Pertanyaan 8:

Diagram 4.8

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa malas

beraktivitas sebagai dampak lingkungan rumah terdapat 37 murid (68,5%),

10 murid (18,5%) yang merasa ragu ragu, 7 murid (13%) merasa perasaan

malas beraktivitas bukan dampak dari lingkungan rumah.

24
● Pertanyaan 9:

Diagram 4.9

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa

perasaan tidak mampu sebagai dampak lingkungan rumah terdapat 27 murid

(50%), 13 murid (24,1%) yang merasa ragu ragu, 14 murid (25,9%) merasa

perasaan tidak mampu bukan dampak dari lingkungan rumah.

25
● Pertanyaan 10:

Diagram 4.10

Dari diagram yang diperoleh, murid SMA BHK yang merasa bahwa

perasaan yang mereka rasakan membuat mereka sulit untuk fokus dalam

beraktivitas terdapat 36 murid (66,7%), 7 murid (13%) yang merasa ragu-

ragu, dan 11 murid (20,4%) yang tidak merasakan terganggu/tidak fokus

dalam beraktivitas.

26
B. Analisis Data

Pada hasil penelitian ini, akan dipaparkan data hasil penelitian

dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu mengenai dampak

lingkungan rumah terhadap kesehatan mental peserta didik SMA BHK

Jakarta. Dari hasil data yang kami dapatkan, dapat terlihat kemiripan dengan

beberapa pernyataan dalam tinjauan pustaka yang telah kami temukan dan

kumpulkan. Pada pertanyaan pertama yang tertulis, “Menurut anda seberapa

besar pengaruh lingkungan rumah tangga terhadap sikap dan kesehatan

mental seseorang?”. Mayoritas responden yang menjawab pertanyaan ini

menjawab berpengaruh (sebanyak 78% dari 91 responden). Pertanyaan ini

memiliki tujuan untuk mencari tahu seberapa toleran peserta didik sekarang

pada kondisi mental peserta didik lainnya di sekolah, serta menguji seberapa

berpengetahuan peserta didik sekarang tentang masalah-masalah yang

diakibatkan oleh lingkungan rumah yang bermasalah.

Pertanyaan selanjutnya, “Selama anda berada di SMA Bunda Hati

Kudus, apakah anda pernah mengalami perasaan sedih atau terganggu secara

mental yang diakibatkan oleh lingkungan rumah tangga?”. Jumlah jawaban

responden pada pertanyaan ini tersebar kepada 3 pilihan jawaban yang telah

diberikan. Mayoritas menjadi responden yang menjawab bahwa mereka

pernah merasakan rasa terganggu atau sedih yang disebabkan oleh

lingkungan rumah tangga (46,2% dari 91 responden). Sedangkan responden

yang menjawab bahwa mereka tidak pernah merasakan rasa terganggu atau

27
sedih ada sebanyak 33% dari 91 responden dan sisanya tidak terlalu yakin

dari mana asal perasaan terganggunya kesehatan mental mereka. Dari hasil

data tersebut, dapat dinyatakan bahwa lingkungan rumah tangga peserta

didik SMA Bunda Hati Kudus Jakarta sekarang harus dikembangkan. Jumlah

peserta didik yang merasakan gangguan secara mental memberitahukan

bahwa masalah ini perlu dikhawatirkan dan perlu ditangani.

Dalam pertanyaan selanjutnya, “Apakah gangguan mental tersebut

berupa perasaan marah?”. Dari data yang diterima, 67,2% dari 61 responden

menjawab bahwa mereka pernah merasakan perasaan marah yang muncul

akibat lingkungan rumah tangga mereka. Anak-anak memiliki sifat alami

untuk meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Kondisi keluarga yang

bermasalah dan tidak harmonis dapat menciptakan perilaku yang cenderung

agresif, memiliki masalah dalam mengatur emosi mereka. Mereka akan

kesulitan dalam menghadapi segala permasalahan mereka di masa depan.

Pertanyaan keempat, “Apakah gangguan mental tersebut berupa perasaan

lemas atau tidak berdaya?”. Data menyatakan bahwa lebih dari setengah dari

60 responden menyatakan bahwa mereka memiliki masalah tersebut.

Masalah ini muncul diakibatkan oleh banyak hal, misalkan hilangnya rasa

percaya diri dan kehilangannya momentum mereka untuk menetapkan harga

diri mereka, diakibatkan oleh cara mendidik orang tua yang terlalu extreme.

Orang tua seringkali sangat kompetitif yang dapat disebabkan oleh rasa iri

pada orang tua lain ataupun karena masa lalu mereka. Cara mendidik yang

termasuk salah dan dapat menciptakan perasaan tersebut, yakni

membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak lain yang prestasinya


28
jauh di atasnya atau merendah-rendahkan atau membatalkan pencapaian

mereka walaupun mereka telah mencoba semampu-mampunya mereka.

Dalam pernyataan kelima tertulis, “Apakah gangguan mental tersebut berupa

perasaan cemas atau takut?”. Ketidakjujuran dan kekerasan dalam rumah

tangga dapat menciptakan ketidakpercayaan untuk muncul dalam pikiran

seluruh anggota keluarga, khususnya pada anak. Hal tersebut disebabkan

karena anak-anak pada awalnya hanya memiliki orang tua mereka untuk

dicontoh dan diandalkan untuk mendidik dan membesarkan mereka. Saat

ketergantungan dan kepercayaan itu dihancurkan, seluruh hidup anak

tersebut akan terpecah belah. Mereka akan mulai berpikir berlebihan, mulai

cemas dan khawatir akan semua orang, mencurigai mereka. Akhirnya,

mereka akan sulit untuk bersosialisasi dan berteman. Pertanyaan keenam,

berisi “Apakah gangguan mental tersebut berupa perasaan sedih?”.

Ketidakharmonisan dalam lingkungan rumah tangga dapat membuat anak

menjadi lebih emosional. Mental yang tidak stabil dan perasaan sedih yang

berlebihan dapat menyebabkan masalah pada tubuh kita, menyebabkan

sistem kekebalan tubuh untuk turun, nafsu makan yang hilang dan

munculnya rasa malas untuk melakukan aktivitas karena suasana hati kita

tidak baik.

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah perasaan-perasaan yang

anda rasakan sebagai dampak lingkungan rumah mempengaruhi kehidupan

keseharian anda?”. Pertanyaan ini ingin menunjukkan dan menegaskan

analisis sebelumnya, menyatakan bahwa lingkungan rumah tangga sangat

berdampak pada tingkah laku dan sifat peserta didik. Dari 61 responden,
29
65,6% darinya menjawab bahwa mereka merasakan bahwa lingkungan

rumah tangga mereka berdampak pada aktivitas keseharian mereka.

Pertanyaan kedelapan, kesembilan dan kesepuluh bertujuan untuk

mencari tahu dampak-dampak apa saja yang dialami oleh responden, dimana

pertanyaan ke-8 tertulis, “Apakah perasaan-perasaan tersebut membuat anda

merasa malas beraktivitas?”, pertanyaan ke-9 tertulis, “Apakah perasaan-

perasaan tersebut membuat anda merasa tidak mampu?”, dan pertanyaan ke-

10 tertulis, “Apakah perasaan-perasaan tersebut membuat anda sulit untuk

fokus?”. Dari data yang didapatkan, mayoritas responden mengalami

dampak pada perilaku mereka yang membuat mereka lebih malas dan

membuat mereka sulit fokus saat beraktivitas. Pertanyaan ke-8 dan ke-10

memiliki sekitar 67% - 68% responden yang menjawab “Iya”, sedangkan

pertanyaan ke-9 memiliki jumlah responden yang lebih sedikit menjawab

“Iya” (50% dari 61 responden). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peserta

didik memiliki tekad dan ketahan mental yang kuat. Mereka memiliki

motivasi untuk tetap maju walaupun ada halangan di depan mereka,

menghiraukan orang-orang yang ingin menjatuhkan mereka. Hal tersebut

merupakan salah satu dampak positif dari lingkungan rumah tangga yang

baik dan didikan orang tua yang baik. Ketangguhan dan ketahanan mental

juga dapat muncul jika peserta didik diuji terus menerus, mental yang kuat

muncul dari lingkungan yang keras. Walaupun begitu, lingkungan yang

terlalu extreme dan berlebihan malah akan menciptakan dampak yang

sebaliknya. Tidak semua orang memiliki ketangguhan mental yang sama

dengan satu sama lain, ada orang yang mudah terganggu, ada yang malah
30
menemukan kekuatan dari tekanan dan kekerasan orang lain. Maka dari itu,

lebih baik untuk mengembangkan dan mendidik anak dan peserta didik

dengan lingkungan yang positif dan menyemangati.

Selain pertanyaan 1-10, kami juga meminta pendapat dari para

responden yang berisi tentang pengalaman/hasil pikiran mereka masing-

masing. Pada pertanyaan “Hal-hal apakah yang menyebabkan anda

merasakan gangguan mental tersebut?”, diperoleh berbagai perspektif dari 91

responden. Di antaranya yakni masalah pribadi, pertengkaran dengan orang

tua atau saudara, tuntutan orang tua yang terlalu tinggi, dan kurangnya

komunikasi dan perhatian. Pertikaian dengan orang tua pasti akan terjadi

dalam suatu rumah tangga, tetapi pertikaian yang ada harus diselesaikan

dengan selayaknya. Konflik yang ada harus membangun bukan hanya

memisahkan. Dengan adanya perselisihan pendapat, kita dapat memahami

seseorang dengan lebih baik. Terlebih lagi dalam lingkup lingkungan rumah,

perkelahian memiliki dampak yang besar pada anak.

Pada pertanyaan “Apakah kalian pernah mengalami kekerasan secara

fisik ataupun mental di dalam rumah anda?” Jika iya dalam bentuk atau cara

apakah anda mengalami kekerasan-kekerasan tersebut? (Contoh : dipukul,

direndah-rendahkan, dicaci maki, dst.).”, diperoleh beberapa responden yang

pernah mengalami kekerasan. Tingkatan kekerasan yang diterima beragam,

dimulai dari dari kekerasan verbal seperti direndahkan, dihina, dimaki,

hingga kekerasan fisik. Kekerasan di manapun bukanlah hal yang baik,

terlebih lagi apabila terjadi di lingkungan rumah. Hal ini tidak hanya

31
menurunkan moral, rasa percaya diri, dan kesehatan mental, anak yang

melihat atau menjadi korban kekerasan bisa tumbuh menjadi pribadi yang

agresif atau menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Konflik yang ada dalam

lingkungan rumah harusnya diselesaikan dengan damai, karena peran orang

tua adalah menjadi contoh dan memberi bimbingan yang baik.

Pada pertanyaan “Menurut anda, apa saja yang dapat anda lakukan

sebagai peserta didik SMA BHK untuk membantu menciptakan lingkungan

rumah yang baik?”, diperoleh berbagai pandangan dari responden. Di

antaranya seperti bersikap sabar dan tabah menghadapi konflik yang ada,

berusaha lebih keras untuk mengikuti kemauan orang tua, saling terbuka dan

peduli, berusaha menciptakan lingkungan positif di rumah, dan saling

membantu.

32
Bab V

Penutup

1. Simpulan Hasil Penelitian

Lingkungan rumah merupakan lingkungan yang sangat penting dan

berpengaruh terhadap berbagai hal. Lingkungan rumah dapat mempengaruhi

perilaku, sikap, dan perasaan seseorang. Sejak lahir, kita sudah berada dan

terekspos dari dampak lingkungan rumah. Lingkungan rumah menjadi

tempat bersinggah, atau tempat beristirahat bagi seseorang. Kondisi

lingkungan rumah yang buruk tentunya akan mempengaruhi seseorang.

Pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dari lingkungan rumah seperti sifat

emosional seseorang. Berdasarkan hasil penelitian, rata - rata orang yang

menjawab kalau lingkungan rumah mereka memberikan pengaruh terhadap

kesehatan mental mereka. Masih banyak orang yang mengalami masalah

dalam lingkungan rumah tangga mereka dan rata-rata diakibatkan oleh orang

tua mereka, mau dalam bentuk cara mendidik mereka ataupun ekspektasi dan

harapan mereka terhadap anak mereka sendiri yang sangat extreme atau

keras. Maka dari itu, permasalahan ini harus segera diatasi

33
2. Saran

Setelah mengetahui pentingnya lingkungan rumah, sudah seharusnya

kita berkontribusi dan mencoba membudayakan lingkungan rumah yang

sehat, dimulai dari diri sendiri. Caranya dengan bersikap sabar dan tabah,

bersikap aktif dalam menghadapi masalah-masalah yang membuat kondisi

lingkungan rumah kurang baik, saling peduli dan membangun satu sama lain.

Bapak/Ibu guru juga diharapkan dapat membantu memonitor kondisi

mental peserta didik dan membangun komunikasi yang sehat dengan para

murid. Pemantauan dapat dilakukan dari nilai para murid, perilaku dan sikap

peserta didik di sekolah, dan dialog antara guru dan murid.

34
35

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/alyamonica4264/62a6832ff5f3290e6008fcc2/pengaruh-

lingkungan-terhadap-kesehatan-mental-anak-dan-remaja

Monica, Alya Monica. 2022. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan Mental Anak dan

Remaja. Kompasiana.

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1443/menjaga-kesehatan-mental-anak-di-lingkungan-

keluarga-dan-sekolah

Tirtonegoro, dr. Soeradji. 2022. Menjaga Kesehatan Mental Anak Dilingkungan Keluarga
dan Sekolah. Klaten:Kemenkes

https://www.kompasiana.com/nurrochmatullaili/629f6653bb448618b13f7552/pengaruh-lingkungan-

keluarga-terhadap-kesehatan-mental-anak

Laili, Nur Rochmatul. 2022. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kesehatan Mental Anak.

Kompasiana

Cahyanti, Ayu. 2020. Peran Keluarga Dalam Membentuk Kesehatan Mental Remaja di Kelurahan

Yosorejo 21 A Metro Timur. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Yana, Ika Mislaili. 2021. Peran Orang Tua Terhadap Kesehatan Mental Anak Dalam Menghadapi

Program Daring Pada Masa Pendemi di Desa Enggal Rejo Kecamatam Adiluwih Kabupaten

Pringsewu. Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi.


36

Saida. 2014. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Siswa di Madrasah Tsanawiyah

Yapis Palemba Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi. Diterbitkan. Falkultas

Agama Islam. Universitas Muhamadiyah : Makassar.

Dawam M. 2014. Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal dan Ketaatan Beribadah Terhadap

Kesehatan Mental Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo : Semarang.


37

LAMPIRAN

PERTANYAAN ANGKET PENELITIAN

1. Identitas diri:

● X-1

● X-2

● X-3

● X-4

● XI MIPA 1

● XI MIPA 2

● XI IPS 1

● XI IPS 2

● XII MIPA 1

● XII MIPA 2

● XII IPS 1

● XII IPS 2
38

Pertanyaan dampak lingkungan rumah

1. Menurut anda seberapa besar pengaruh lingkungan rumah tangga terhadap

sikap dan kesehatan mental seseorang?

● Berpengaruh

● Tidak berpengaruh

● Ragu-ragu

2. Selama anda berada di SMA Bunda Hati Kudus, apakah anda pernah

mengalami perasaan sedih atau terganggu secara mental yang diakibatkan

oleh lingkungan rumah tangga?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

3. Apakah gangguan mental tersebut berupa perasaan marah?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

4. Apakah gangguan mental tersebut berupa perasaan lemas atau tidak berdaya?

● Iya

● Tidak
39

● Ragu-ragu

5. Apakah gangguan mental tersebut berupa perasaan cemas atau takut?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

6. Apakah gangguan mental tersebut berupa perasaan sedih?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

7. Hal-hal apakah yang menyebabkan anda merasakan gangguan mental

tersebut?

8. Apakah perasaan-perasaan yang anda rasakan sebagai dampak lingkungan

rumah mempengaruhi kehidupan keseharian anda?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

9. Apakah kalian pernah mengalami kekerasan secara fisik ataupun mental di

dalam rumah anda? Jika iya dalam bentuk atau cara apakah anda mengalami

kekerasan-kekerasan tersebut? (Contoh : dipukul, direndah-rendahkan, dicaci

maki, dst.)
40

10. Menurut anda, apa saja yang dapat anda lakukan sebagai peserta didik SMA

BHK untuk membantu menciptakan lingkungan rumah yang baik?

11. Apakah perasaan-perasaan tersebut membuat anda merasa malas

beraktivitas?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

12. Apakah perasaan-perasaan tersebut membuat anda merasa tidak mampu?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

13. Apakah perasaan-perasaan tersebut membuat anda sulit untuk fokus?

● Iya

● Tidak

● Ragu-ragu

Anda mungkin juga menyukai