Anda di halaman 1dari 7

PENUGASAN BLOK 1.

3
PENGARUH CAHAYA LAYAR PADA KETAJAMAN
PENGLIHATAN

Disusun Oleh :

Lili Farahdina (21711035)

Kelompok Tutorial 16

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM

INDONESIA TAHUN 2021/2022


Pengaruh Paparan Sinar dari Perangkat Elektronik terhadap Ketajaman
Penglihatan
Lili Farahdina

Dewasa ini, frekuensi penggunaan perangkat elektronik di kalangan masyarakat


meningkat pesat. Dalam sehari, seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk
berinteraksi dengan perangkat elektronik seperti komputer, gadget, televisi dan lainnya.
Paparan sinar yang dihasilkan layar monitor (blue light) berdampak pada struktur mata
yang berperan dalam proses refraksi. Blue light dapat berdampak buruk apabila
jumlahnya diterima mata secara berlebihan. Hal itu dapat memengaruhi ketajaman mata
dalam memersepsikan suatu objek (Akinbinu & Mashalla, 2014).
Mata manusia memiliki kemampuan akomodasi yang membantu mata untuk melihat
lebih jelas dan fokus terhadap suatu objek. Walaupun begitu, perlu diperhatikan bahwa
kemampuan akomodasi mata memiliki batas, artinya mata yang berakomodasi terus-
menerus dapat mengakibatkan perubahan struktur lensa, sehingga ketajaman mata
menurun dan mata mengalami kelelahan (eye fatigue). Pada tulisan ini akan dibahas
mengenai pengaruh dari cahaya layar monitor terhadap ketajaman mata dalam melihat
objek. Selain itu, mengenai pemahaman terhadap pentingnya pengaturan intensitas dan
durasi menatap layar monitor yang perlu diperhatikan dalam upaya menjaga fungsi dan
kesehatan mata (Good, 2014; Sumakul et al., 2020).

Mekanisme visual terhadap paparan sinar perangkat elektronik

Dalam spektrum elektromagnetik, cahaya yang mampu diterima dan dilihat oleh mata
manusia disebut cahaya tampak (visible light). Visible light yang mampu dideteksi mata
manusia memiliki panjang gelombang berkisar antara 380-740 nm (Campbell, 2012).
Pada layar monitor komputer, gadget, dan perangkat elektronik lainnya menghasilkan
sinar dengan panjang yang relatif pendek, yaitu 450-500 nm yang disebut sebagai blue
light. Penelitian menunjukkan bahwa retina lebih sensitif terhadap cahaya dengan panjang
gelombang yang lebih pendek. Intensitas dan ketajaman cahaya pada layar dalam jumlah
berlebih dapat memengaruhi kualitas penglihatan (Good, 2014).
Ketajaman mata atau visus merupakan kemampuan mata melihat bagian-bagian detail
dari suatu objek. Pada mata normal, manusia memiliki visus 6/6, artinya seseorang
mampu melihat benda berjarak 6 meter dengan ketajaman yang baik. Dalam hal ini,
cahaya yang masuk ke mata jatuh tepat pada retina, sehingga cahaya dipersepsikan
sebagaimana fungsi normalnya (Ilyas, 2014).
Pada saat melihat, struktur mata akan menyesuaikan agar objek dapat terlihat lebih
jelas. Terdapat lensa yang bersifat transparan sebagai tempat menembusnya cahaya dan
dikelilingi otot polos berpigmen yang disebut iris. Iris bekerja sama dengan pupil untuk
mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata. Terdapat bagian yang menghubungkan
otot siliaris dengan lensa yaitu serat zonular yang berperan dalam pengaturan bentuk
lensa saat proses akomodasi (Sherwood, 2013). Cahaya akan diterima dan difokuskan
pada bintik kecil di retina yaitu fovea sentralis. Pada bagian tersebut penglihatan
terbentuk dengan kualitas paling tajam. Besar fovea kurang lebih hanya 1,5 m dan
ketajamannya berkurang semakin keluar dari area sentral fovea (Hall & Guyton, 2011).
Mata manusia memiliki kemampuan akomodasi, yaitu pengaturan kecekungan lensa
untuk meningkatkan kefokusan terhadap suatu objek. Akomodasi mata berperan dalam
penglihatan jarak dekat (near vision) yang mengubah titik fokus mata pada objek yang
jauh menjadi dekat (Tortora & Derrickson, 2017). Kontraksi pada otot siliaris dipersarafi
sistem saraf simpatik, menyebabkan serat zonular mengendur yang diikuti dengan
perubahan bentuk lensa menjadi lebih cembung (konveks) dan menebal (Tortora &
Derrickson, 2017).
Pada penggunaan perangkat elektronik, paparan blue light pada mata secara
berlebihan memaksa otot siliaris untuk terus-menerus berkontraksi, menyebabkan serat
zonular meregang sehingga bentuk lensa mata berubah menjadi lebih cembung. Mata
yang pada normalnya mampu melihat benda berjarak 6 meter secara baik, perlahan akan
mengalami kekaburan dikarenakan bayangan yang akan dipersepsikan jatuh di depan
retina. Kelainan refraksi ini disebut myopia (Ilyas, 2014).

Gambar 1. Akomodasi mata saat melihat objek dekat (Tortora & Derrickson, 2017).
Selain karena kemampuan akomodasi, dalam proses melihat mata akan lebih
difokuskan dengan adanya air mata. Air mata diproduksi oleh glandula lacrimalis yang
nantinya akan didistribusikan ke seluruh permukaan mata lewat kedipan yang terjadi
secara refleks. Air mata yang diproduksi akan menghalau benda-benda asing yang masuk
ke mata sehingga lensa menjadi lebih jernih (Wimalasundera, 2006).

Durasi dan intensitas cahaya pada layar perangkat elektronik

Setiap kali seseorang berinteraksi dalam waktu yang lama dengan layar perangkat
elektronik yang memancarkan blue light, istirahat diperlukan untuk merilekskan kembali
otot siliaris yang berkontraksi terus-menerus. Selain itu, pengistirahatan dari menatap
layar memberi mata kesempatan untuk berkedip. Pada saat menatap layar monitor, mata
cenderung tidak berkedip dan penyaluran dari air mata akan terhambat, sehingga mata
menjadi kering dan akan menimbulkan rasa perih serta kemerahan. Disini, air mata
memiliki peran dalam mempertajam penglihatan setelah lama menatap layar (Sumakul et
al., 2020).
Pengaturan kekontrasan pada layar monitor juga perlu diperhatikan agar mata tidak
berlebihan dalam menerima cahaya. Kontras layar monitor yang dimaksud disini adalah
perbedaan warna karakter dengan background pada layar. Pengaturan kontras yang paling
ideal adalah dengan menggunakan layar yang berwarna lebih terang dan huruf atau objek-
objek kecil lebih gelap (dark letters on a light background) (Ilyas, 2014).
Dalam pengaturan durasi menatap layar monitor, para ahli menyarankan penerapan
aturan 20-20-20. Aturan ini mengharuskan seseorang beralih dari menatap layar monitor
setiap 20 menit dan menatap objek yang berjarak 20 kaki selama 20 detik. Hal itu agar
mencegah terjadinya kelelahan pada mata yang dapat menimbulkan gangguan pada visus
(Alghamdi & Alrasheed, 2020).

Kesimpulan

Cahaya yang dihasilkan layar perangkat elektronik merupakan jenis sinar biru (blue
light). Blue light memiliki panjang gelombang relatif pendek yang membuat mata lebih
sensitf dalam merespon sinar. Mata memiliki kemampuan akomodasi untuk
meningkatkan ketajaman mata dalam melihat jarak dekat. Paparan sinar dari layar
monitor dalam waktu lama mengakibatkan mata terus-menerus berakomodasi sehingga
dapat menurunkan visus dan menimbulkan mata lelah (eye fatigue). Maka, pengaturan
kontras dan durasi dari menatap layar monitor perlu diperhatikan untuk mengurangi
faktor resiko yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Alrasheed, S. H., & Alghamdi, W. M. (2020). Impact of an educational intervention using


the 20/20/20 rule on Computer Vision Syndrome. African Vision and Eye
Health, 79(1), 1-6.

Derrickson, B. H., & Tortora, G. J. (2013). Principle of anatoomy and physiology,14


edition.

Good, G. W. (2014). Light and eye damage. American Optometric Association, 1-13.

Hall, John E.. (2016). Guyton and Hall: Textbook of Medical Physiology (13th
ed.). Philadelpia,PA: Elsevier.

Ilyas, H. S. (2014). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.

Mashalla, Y. J. (2014). Impact of computer technology on health: Computer Vision


Syndrome (CVS). Medical Practice and Reviews, 5(3), 20-30.

Reece, J. B., & Campbell, N. A. (2011). Campbell biology. Boston: Benjamin Cummings
/ Pearson.

Sherwood, L. (2013). Human physiology. Pacific Grove, Calif: Brooks/Cole.

Sumakul, J. J., Marunduh, S. R., & Doda, D. V. (2020). Hubungan Penggunaan Gawai
dan Gangguan Visus Pada Siswa SMA Negeri 1 Kawangkoan. eBiomedik, 8(1).

Wimalasundera, S. (2009). Computer vision syndrome. Galle Medical Journal, 11(1).

Anda mungkin juga menyukai