Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu Muh Muhaimin, S.Pd., Mpd.

Disusun Oleh:

No Nama NIM
1. Sheila Febriyani 221330001116
2. Mubtadiatul Faizah 221330001128
3. Silvia Dwi Anjelika 221330001132
4. Agdelia Ibda Binafsik 221330001142

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN 2022

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hubungan Filsafat
dan Pendidikan dengan baik. Karena-Nya kami mengucapkan syukur sebanyak-banyaknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Meskipun dalam
pengerjaan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak kesulitan dalam proses
pengerjaannya, maka makalah ini masih belum bisa dikatakan sempurna. Namun dengan
adanya berbagai referensi dan bantuan dari beberapa pihak, maka makalah ini dapat
diselesaikan.

Terimakasih kami ucapkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa.


2. Bapak Muh Muhaimin, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Pendidikan.
3. Pihak-pihak yang terkait dalam proses pembuatan makalah

Dikarenakan kesadaran kami tentang kurang sempurnanya makalah ini, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Hal ini agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai penutup kata
pengantar, kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi pembaca dan bermanfaat bagi
semuanya.

Jepara, 19 Maret 2023

Pemakalah

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Hubungan Filsafat dan Pendidikan............................................................................................2
B. Hubungan Filsafat dan Kebudayaan..........................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
A. Simpulan....................................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia peradaban manusia mengalami metamorfosis. Berkembang dari satu


tahap yang kecil ke tahap yang lebih besar berikutnya. Proses metamorphosis tersebut
terjadi seiring perjalanan waktu. Peradaban manusia berkembang menuju suatu
perkembangan yang semakin maju, yang disebut era modern.
Kemajuan peradaban manusia terjadi dan sangat ditentukan oleh ilmu
pengetahuan yang dimiliki. Ilmu, pengetahuan menjadi sumber atau inspirasi awal
manusia untuk berubah ke arah yang lebih baik. Kemajuan peradaban manusia tidak
hanya dalam bidang teknologi. Akan tetapi terjadi juga dalam aspek kehidupan lain.
Hal ini terjadi karena adanya falsafah atau filsafat hidup bagi manusia. Pengetahuan,
Filsafat, dan Ilmu menjadi ibu dari segala perubahan yang terjadi. Oleh karena itu,
penulis mencoba memahami lebih dalam apa dan bagaimana Pengetahuan, Filsafat,
dan Ilmu menjadi suatu inti peradaban kehidupan manusia melalui penulisan makalah
ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hubungan Filsafat dan Pendidikan?


2. Bagaimana Hubungan Filsafat dan Kebudayaan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan filsafat dan pendidikan.


2. Untuk mengetahui hubungan filsafat dan kebudayaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Filsafat dan Pendidikan

Pendidikan dan filsafat mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan Filsafat
dengan pendidikan tidak dapat dipisahkan hanya dapat dibedakan. Pada jurnal
Sholikhah dalam Daniel (2020: 28) secara singkat hubungan antara keduanya dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Filsafat pendidikan memberikan pandangan-pandangan filsafiahnya kepada


teori pendidikan, khususnya pandangannya tentang manusia, peserta didik,
tujuan pendidikan, dan bagaimana seharusnya belajar.
2. Teori pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang otonom, sering menemui
masalah-masalah yang membutuhkan bantuan filsafat pendidikan. Kadang-
kadang pandangan filsafat pendidikan dapat mengubah teori pendidikan.
3. Jika suatu teori pendidikan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
filsafiah, khususnya yang berhubungan dengan hidup dan manusia maka akan
mengakibatkan perlakuan yang tidak bertanggungjawab.
4. Pelaksanaan teori pendidikan sering memberikan bahan-bahan baru kepada
filsafat pendidikan untuk direnungkan.
5. Teori pendidikan dapat meng-cover pandangan filsafat pendidikan yang cocok
baginya, meskipun pandangan-pandangan tersebut harus diolah kembali.

Penjelasan diatas dapat terlihat bahwa hubungan filsafat dan pendidikan diantara
keduanya saling memengaruhi. Selain itu, menurut Sholikhah dalam Zuhairini (2020:
28) terdapat hubungan fungsional antara keduanya. Berikut ini hubungan fungsional
antara filsafat dan teori pendidikan.

4. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah salah satu pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori pendidikan. Pandangan filsafat-termasuk
aliran filsafat- akan mempengaruhi bangunan teori;

2
5. Filsafat berfungsi untuk memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan, memiliki relevansi dengan dunia nyata. Teori yang
dikembangkan itu setelah diarahkan oleh filsafat sesuai dengan kehidupan saat
ini;
6. Filsafat memberi arah terhadap penngembangan teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan.

Hubungan filsafat dan pendidikan juga dapat diperhatikan pada praktik


pendidikan. Pemikiran filsafati merupakan ideologi pendorong dan landasan praktik
pendidikan yang sebenarnya. Dalam praktik pendidikan pemikiran filsafati tersebut
berusaha untuk diwujudkan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat bahwa
filsafat pendidikan pada dasarnya merupakan penerapan suatu analisis filosofis
terhadap lapangan pendidikan. Dewey seorang filsuf Amerika yang sangat terkemuka
mengatakan bahwa filsafat merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari
semua pemikiran mengenai pendidikan. Selanjutnya, mengatakan bahwa hubungan
filsafat dan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua berikut ini.

1. Hubungan keharusan
Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang lebih baik,
sedangkan pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam. kehidupan
manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, dengan berbekal
teori-teori pendidikan yang diberikan antara lain oleh pemikiran filsafat
2. Dasar pendidikan
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia,
maka dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-
konsep ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan. penyusunan tujuan dan
metodologi pendidikan. Sebaliknya, pengalaman pendidik dalam realita
menjadi masukan dan pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan
pemikiran pendidikan. Filsafat memberi dasar- dasar dan nilai-nilai yang
sifatnya das Sollen (yang seharusnya), sedangkan praksis pendidikan berusaha
mengimplementasikan dasar- dasar tersebut, tetapi juga memberi masukan
dari realita terhadap pemikiran ideal pendidikan dan manusia. Jadi, ada
hubungan timbal balik di antara keduanya (Rukiyati dan Puswastuti dalam
Barnadib, 2025: 22).

3
Hubungan filsafat dan pendidikan juga terdapat dalam konteks mendidik. Dalam
konteks mendidik, pendidikan pada hakikatnya lahir dari spekulasi filsafat tentang
kehidupan manusia. Pendidikan yang lahir dari spekulasi filosofis dieksplorasi
melalui proses refleksi dan analisis, atau proses antitesis dan sintesis berulang. Hasil
spekulasi filosofis diterima sebagai kebenaran yang melahirkan premis bahwa
pendidikan dipercaya membawa perubahan bagi manusia (Hisarma dkk dalam
Effendi, 2021: 63).

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, dimulai dengan keraguan, sedangkan
Filsafat dimulai dengan keduanya. Melalui pendidikan, anak mendapatkan apa yang
ingin dicapai, apa yang seharusnya dihasilkan individu melalui kegiatan pendidikan.
Filsafat dan pendidikan memberikan putaran terpadu untuk semua upaya pendidikan.
Semua upaya tidak terpisah tetapi saling berhubungan sehingga ada kesinambungan.
Pendidikan memungkinkan pendidik menilai, terkait dengan tujuan mana yang telah
dicapai. Maksud/tujuan pendidikan juga merupakan tujuan/sasaran filsafat yaitu
kearifan (Hisarma dkk dalam Effendi, 2021: 63).

Epistemologi mengeksplorasi pengetahuan sistematis tentang pengetahuan,


metode, validitas, dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologis adalah kebenaran
fakta. Jadi hubungan epistemologis dengan pendidikan adalah mengembangkan
pengetahuan ilmiah, yaitu: bagaimana, mengapa, di mana, dan apakah. Pertanyaan
bagaimana menanyakan tentang kualitas yang bisa ditangkap atau dilihat oleh indra?
Jawaban berupa deskriptif (penggambaran). Pertanyaan mengapa menanyakan tentang
penyebab (asal) suatu benda. Jawaban kausalitas. Pertanyaan kemana harus pergi,
menanyakan masa lalu, sekarang, dan masa depan. Jawaban yang diperoleh
menyajikan tiga jenis pengetahuan, yaitu: Pertama, pengetahuan yang muncul dari
hal-hal yang terus menerus berulang (kebiasaan). Kedua, pengetahuan yang muncul
berupa tradisi yang berlaku di masyarakat. Ketiga, pengetahuan yang muncul dari
pedoman yang digunakan (hukum) sebagai bahan pegangan. Jadi, ilmu yang didapat
dari jawaban manakah yang normatif pengetahuan (Hisarma dkk dalam Effendi,
2021: 63-64).

Pendidikan dasar aksiologis mengacu pada pendidikan sebagai ilmu teori


kemanfaatan otonom dan juga dituntut untuk memberikan landasan peradaban
manusia yang beradab. Dikatakan demikian karena era kontemporer adalah era yang

4
kini dihadapkan pada suatu permasalahan. Perang dan konflik terus berlanjut tanpa
henti, terorisme, perusakan, pembakaran, penculikan, pembunuhan, penyalahgunaan
narkoba, alkohol, amoralitas seksual, kehancuran keluarga, ketidakadilan, korupsi,
penindasan, persekongkolan, dan fitnah, terjadi di seluruh dunia. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan hal fundamental bagi pembangunan
masyarakat di masa yang akan datang (Hisarma dkk dalam Effendi, 2021: 64).

B. Hubungan Filsafat dan Kebudayaan

Kebudayaan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh tangan
manusia dan yang terjadi dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah
hubungan antara proses dan isi, yaitu. pendidikan adalah proses penanaman budaya
dalam arti mendidik seseorang, tugas pendidikan yang lain adalah menyempurnakan
kebudayaan menjadi sikap mental, perilaku bahkan kepribadian peserta didik. .
Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan dengan demikian juga merupakan
hubungan antara nilai-nilai demokrasi. Dimana tugas pendidikan sebagai pelaku
kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih penting yaitu menjadikan kepribadian
manusia lebih kreatif dan produktif yaitu kemampuan untuk menciptakan
kebudayaan.
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara
hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan
sosial budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan
baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman
pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis
yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat
bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya
nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan
pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan danpembangunan nasional
serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan
masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha
pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besari bagi mnausia dan masyarkat, berbagai
macam kekuatan harus dihapi sepert kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil.

5
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia danpat
mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa
kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga
diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan
budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena
itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang
akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain.
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. pembeda manusia dengan binatan
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam
pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan
Kebudayaan masyarkat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi
atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dlaam melindungi
masyarakt terhadap lingkungan di dalamnya.
Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, bertemu dalam
hal berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal yang
berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat
yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan hidup
(Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir
kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan
dikembalikan kepada perbedaan filsafat.
Tuhan menentukan nilai melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui
filsafat. Kebudayaan berpangkal pada manusia, maka yang menentukan kebudayaan
adalah filsafat. (Mustopo, 1983 : 71-72)

6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses
pendidikan . artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan
maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan
dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang integral atau satu kesatuan.
Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek
pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan.
Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang
masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan
sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat pendidikan
merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang terperinci
kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Mohon maaf atas segala
kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan karena kami
sebagai manusia sadar akan banyaknya kesalahan dari materi dan terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati dan Andriani Purwastuti. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:


UNY Press.
Saragih, Hisarma dkk. 2021. Filsafat Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Sholikhah, Ma'akus. 2020. Hubungan antara Filsafat dengan Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam. 2. (2). Hlm. 22-30.
Tafsir, Ahmad, 2020. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nata, Abuddin, 2019 Filsafat Pendidikan 1. Jakarta: LOGOS WACANA ILMU.

Anda mungkin juga menyukai