Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK STASE

KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN

DISUSUN OLEH

NAMA : NELYWATI

NIM : 213001080143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2022 – 2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
STASE KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN
PADA NY. S DENGAN INJEKSI KB 1 BULAN SECARA IM
DI PUSKESMAS MUARA KIBUL
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan (KKPK)

Jambi, Oktober 2022

Disetujui,
CI Akademik

Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb.,M.Kes

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
STASE KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN
PADA NY. S DENGAN INJEKSI KB 1 BULAN SECARA IM
DI PUSKESMAS MUARA KIBUL
TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


NAMA : NELYWATI
NIM : 213001080143

Disetujui,

CI Akademik

Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb.,M.Kes

Mengetahui,
Ka.Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Bdn.Devi Arista, S.Keb.,M.Kes)


Nik.1010300715008

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu Asuhan
Kebidanan Kehamilan berjudul “Asuhan kebidanan pada Ketrampilan Dasar
Praktik Kebidanan”. Adapun laporan ini telah penulis usahakan semaksimal
mungkin.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan berterima kasih
kepada ibu Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb.,M.Kes selaku pembimbing C.I
akademik yang telah memberikan saran,arahan dan masukan terhadap laporan
stase Keterampilan Klinik Praktik Bidan. Penulis menyadari bahwa penyusunan
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran
penulis harapkan sebagai bahan untuk perbaikan.

Jambi, Oktober 2022

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Halaman Persetujuan.................................................................................................ii
Halaman Pengesahan...............................................................................................iii
Kata Pengantar.........................................................................................................iv
Daftar Isi....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Injeksi Intramuskular (IM).............................................................4
2.2 Tujuan Injeksi Intramuscular (IM)...................................................................4
2.3 Lokasi Pemberian Injeksi Intramuscular (IM).................................................4
2.4 Peralatan...........................................................................................................5
2.5 Golongan Obat Yang Termasuk Dalam Injeksi Intramuscular (IM)...............6
2.6 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Injeksi IM......................6
2.7 Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi............................................................7
2.8 Teknik Injeksi Intramuscular (IM)...................................................................7
2.9 Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuscular (IM)...........................8
2.10Kontra Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuscular (IM).............8

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Kasus Terkait...................................................................................................9
3.2 Pengkajian.......................................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................18
5.2 Saran..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Injeksi Intramuskular (IM) dilakukan dengan memasukkan obat ke
jaringan otot klien. Pemberian oba melalui intramuskular memiliki laju
penyerapan obat lebih cepat karena daerah ini memiliki jaringan pembuluh
yang banyak. Sudut jarum untuk penyuntikan intramuskular adalah 90 0. Lokasi
injeksi yang dipilih pada daerah dengan ukuran otot yang memadai terdapat
sedikit saraf pembuluh darah besar. Karakterisik dari area injeksi intramuscular
dan indikasi penggunaanya adalah vastus lateralis, ventrogluteal, dan deltoid
(Jayanti, 2020).
Melalui ijeksi intramuskular, obat yang diberikan mecapai pembuluh
darah paling cepat setelah intravena. Absorpsi obat melalui intramuskular dan
subkutan tergantung dari kuantitas dan komposisi dari jaringan ikat sekitar,
jumlah pembuluh darah kapiler, dan laju perfusi vaskuler di area injeksi
masing-masing . hal tersebut di pengaruhi oleh zat-zat tambahan yang ikut
terbawa saat penyuntikan bersifat vasokontriksi ataupun vasodilatasi serta yang
mempengaruhi difusi jaringan. Resiko yang mungkin terjadi saat penyuntikan
ini adalah nyeri, perih, nekrosis jaringan setempat, kontaminasi mikroba, dan
gangguan syaraf (Nabila, 2018).
Pemberian obat melalui lapisan otot disebut intramuskular, dapat
menjadi satu-satunya rute pemberian obat bila pasien mengalami iritasi saat
diberikan secara intravena dan pengganti pemberian oral karena beberapa obat
rusak oleh sistem pencernaan . Salah satu komplikasi yang ditimbulkan pada
prosedur injeksi intramuskular adalah nyeri oleh adanya trauma jaringan akibat
luka tusuk (Laodikia dan Evelyn,2017).
Melalui ijeksi intramuskular, obat yang diberikan mecapai pembuluh
darah paling cepat setelah intravena. Absorpsi obat melalui intramuskular dan

1
2

subkutan tergantung dari kuantitas dan komposisi dari jaringan ikat sekitar,
jumlah pembuluh darah kapiler, dan laju perfusi vaskuler di area injeksi
masing-masing . hal tersebut di pengaruhi oleh zat-zat tambahan yang ikut
terbawa saat penyuntikan bersifat vasokontriksi ataupun vasodilatasi serta yang
mempengaruhi difusi jaringan. Resiko yang mungkin terjadi saat penyuntikan
ini adalah nyeri, perih, nekrosis jaringan setempat, kontaminasi mikroba, dan
gangguan syaraf (Nabila, 2018).
Salah satu tugas penting seorang tenaga kesehatan adalah memberikan
obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi
untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek
teraupetik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam
banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan
(Pratiwi,2018).
Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil laporan tentang
Asuahan Kebidanan Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan dengan Injeksi KB
1 Bulan Secara IM di Puskesmas Muara Kibul Kec.Tabir Barat, Kabupaten
Merangin
1.2. Tujuan
- Tujuan Umum Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan
Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan Penyuntikan IM dengan
menggunakan manajemen kebidanan sesuai dengan kewenangan bidan.
- Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data keterampilan dasar praktik
kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB 1 Bulan secara IM
2. Mampu menginterprestasikan data atau mendiagnosa, masalah
keterampilan dasar praktik kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB
1 Bulan secara IM
3. Mampu mengidentifikasi masalah potensial keterampilan dasar
praktik kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB 1 Bulan secara IM
3

4. Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi


maupun rujukan dalam memberikan asuhan kebidanan keterampilan
dasar praktik kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB 1 Bulan secara
IM
5. Mampu melakukan rencana tindakan asuhan keterampilan dasar
praktik kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB 1 Bulan secara IM
6. Mampu mengimplementasikan asuhan kebidanan keterampilan dasar
praktik kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB 1 Bulan secara IM
7. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan keterampilan dasar praktik
kebidanan pada Ny. S dengan injeksi KB 1 Bulan secara IM
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Injeksi Intramuscular (IM)


Pemberian obat secara intramuscular adalah pemberian obat/cairan dengan cara
dimasukkan langsung ke otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf,
misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat
seperti ini memungkinkan obat akan di lepas secara berkala dalam bentuk depot obat
(Ambarwati, 2015).
2.2 Tujuan Pemberian Obat Secara Intramuscular (IM)
Tujuan pemberian obat secara intramuscular yaitu agar tubuh yang berotot besar, agar
tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada bagian bokong dan kaki bagian
atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk
depot obat. Jaringan intramuscular dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak
vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikan (Ambarwati,
2015).
2.3 Lokasi Pemberian Injeksi Intramuscular (IM)

a. Paha (vastus lateralis)

Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini terletak antar sisi median
anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara
baik pada orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan
menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh
darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan
dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral
menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini
pasian dapat diatur miring atau duduk.

b. Ventrogluteal

Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul
miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter.
Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang
terkontaminasi.

4
5

c. Lengan atas (deltoid)

Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks
menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian
luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko
besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf.
Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adlah meletakkan dua jari secara
vertical dib awah akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3
jari dibawah akromion.

d. Dorsogluteal

Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati- hati sehingga
injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada
orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada
anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang.
Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi
kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang
kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.
e. Rectus femoris
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga tengah paha bagian
depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit
dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat. Volume injeksi ideal
antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml). Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya
sangat penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi
berat biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka
bawa kemana-mana.
2.4 Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan
jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke
tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum
mana yang paling efektif.
A. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di
desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang
tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok
atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
6

Adapun tipe-tipe spuit yaitu:


a) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1
ml.
c) Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim
menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume
spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar
disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar
sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat
memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan
sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian
dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.
B. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara
individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum
terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali. Jarum memiliki tiga bagian:
hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung
dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiapum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang
jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga
meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari
¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta
tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat. Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar
ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan
disuntikkan atau diinfuskan
2.5 Golongan Obat Yang Termasuk Dalam Injeksi Intramuskular (IM)
1. Metoclopramide
2. Codein
3. Suntikan KB
4. Vaksin
5. Suspensi Penisilin
7

6. Hormone kelamin
2.6 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi Intramuskular (IM)
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a) Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b) Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c) Tempat injeksi
d) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e) Kondisi/penyakit klien
2.7 Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi
Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat
menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama injeksi dilakukan yaitu :
a) Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan biarkan
ampul dalam keadaan terbuka.
b) Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi
(mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas
wadah obat, permukaan meja).
c) Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau
bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum.
d) Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan
sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika
membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar
dalam jarak dua inci.
2.8 Tekhnik Injeksi Intramuskular (IM)
1. Informed consent
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Menyiapkan obat sesuai dosis
4. Mengatur posisi pasien
5. Melakukan cuci tangan
6. Menggunakan sarung tangan
7. Menentukan lokasi penyuntikan
- Muskulus Gluteus Maximus (otot bokong) kanan kiri tempat 1/3 bagian dari Spina
Iliaca Anterior Superior ke os Coxygeus
8

- Muskulus Quadriceps Femoris (otot paha bagian luar)


- Muskulus Deltoideus (otot pangkal lengan)
8. Menghapuskan tempat yang akan disuntikkan dengan kapas alcohol, lalu tunggu sampai
kering.
9. Menyuntikkan dengan membentuk sudut 900 dari permukaan kulit
10. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah
11. Memasukan cairan obat perlahan-lahan sampai cairan masuk seluruhnya
12. Menekan daerah penusukan jarum dengan kapas alcohol, jarum ditarik keluar dengan
cepat
13. Menutup jarum dengan metode single hand
14. Memassage daerah penyuntikan dengan 1 tangan
15. Membuang jarum dan spuit ke dalam tempat sampah medis
16. Cuci tangan
2.9 Indikasi dalam pemberian obat secara intramuscular
Indikasi pemberian obat secara intramuscular biasa dilakukan pada pasien yang tidak
sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot, atau saraf besar
dibawahnya. Pemberian obat secara intramuscular harus dilakukan atas perintah dokter
(Ganiswara, 2015).
2.10 Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuscular
Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuscular yaitu : infeksi, lesi kulit,
jaringan parut,benjolan tulang, otot, atau saraf besar dibawahnya.
9

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. KASUS TERKAIT


Ny. S Usia 30 Tahun dengan Injeksi KB 1 Bulan secara IM
3.2. PENGKAJIAN

KETRAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN

Tempat Praktek/Ruang : Puskesmas Muara Kibul


Nomor MR : 4-136
Masuk RS/klinik. H/Tgl : 12 Oktober 2022
Pembimbing lahan/CI : Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb.,M.Kes
Pengkajian tanggal : 12 Oktober 2022 Jam: 09.00 Oleh: Nelywati
Sumber data : Primer

A. LANGKAH I : PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA


12 Oktober 2022 Jam: 09.00
a. Biodata
- Nama Istri : Salma - Nama Suami : Wahid
- Umur : 30 Tahun - Umur : 36 Tahun
- Suku : Melayu - Suku : Melayu
- Agama : Islam - Agama : Islam
- Pendidikan : SMP - Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : IRT - Pekerjaan : Petani
- Alamat : Ds. Ngaol - Alamat : Ds. Ngaol
b. Data Subjektif
1. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin suntik KB 1 bulan
2. Riwayat menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus 28 hari, lamanya 5 hari, banyaknya 2-3 kali ganti doek,
sifat darah encer, warna kemerahan.
3. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Sah
10

Kawni ke : Pertama
Lamanya perkawinan : 10 tahun
4. Riwayat obstetrik yang lalu
a. Riwayat seluruh kehamilan
Gravida : 1 kali
Partus : 1 kali
Abortus : Tidak ada
Lahir hidup : 1 Orang
Lahir mati : Tidak ada
b. Riwayat persalinan terakhir/aborsi terakhir
Tanggal persalinan terakhir : 10 Januari 2016
Jenis persalinan : Normal/Spontan
Apakah sedang menyusui : Tidak
c. Riwayat KB sebelumnya
Dalam 2 tahun terakhir apakah ada memakai kontrasepsi : Ya
b. Riwayat medis sebelumnya
Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak
Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak
c. Riwayat Sosial
Merokok : Tidak pernah
Minuman keras : Tidak pernah
d. Riwayat ginekologi
Tumor ginekologi : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
e. Riwayat kesehatan yang lalu
DM (Diabetes Mellitus) : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ad
c. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
KU : baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 153 cm
11

BB sekarang : 50 kg
TTV : TD : 120/80 mmH
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 0C
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : - Bentuk : Bulat, simetris kanan dan kiri
- Rambut : Bersih, Tidak berketombe
- Kebersihan : Bersih
- Mudah rontok/tidak : Tidak
b. Mata
Konjungtiva : Merah Jambu
Sklera : Putih
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak Ada
Gangguan penglihatan : Tidak Ada
c. Hidung
Kebersihan : Bersih
Polip : Tidak Ada
d. Mulut
Warna bibir : Merah Muda
Integritas jaringan : Tidak Ada
Kebersihan lidah : Bersih
Gangguan pada mulut : Tidak Ada
e. Telinga
Kebersihan : Bersih
Gangguan pendengaran : Tidak Ada
f. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada
g. Dada
Simetris/tidak : Simetris
Besar payudara simetris/tidak: Simetris
Nyeri : Tidak Ada
Keadaan puting : Simetris
12

Kebersihan puting : Bersih


h. Perut
Inspeksi : Normal
Bentuk : Simetris
Bekas luka operasi : Tidak Ada
i. Ekstremitas atas: Simetris, kuku jari tangan tidak pucat.
Kelainan : Tidak Ada
Kebersihan : Bersih
j. Ekstremitas bawah: Simetris, tidak ada kelainan
Oedema : Tidak Ada
Varises : Tidak Ada
Perkusi reflek patellla : (+)
k. Genitalia
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran pervaginam :Tidak Ada
Tanda infeksi vagina : Tidak Ada
l. Anus
Hemmoroid : Tidak Ada
Kebersihan : Bersih
m. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : -
b. Lain-lain: -
II. INTERPRETASI DATA
12 Oktober 2022 Jam: 09.10

1. Diagnosa Kebidanan
Ny. S Usia 30 Tahun dengan Akseptor KB 1 Bulan secara IM
Data Dasar :
DS : Ibu ingin suntik KB 1 Bulan
DO :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TB : 153 cm
4. BB sekarang : 50 kg
5. TTV :TD : 120/80 mmHg
13

- Nadi : 84 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- Suhu : 36,5 C0

6. Masalah : Tidak ada


7. Kebutuhan : Suntik KB 1 bulan

III.MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada
IV. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
Tidak ada
V. MEMBUAT PERENCANAAN
12 Oktober 2022 pukul 09.20
 Informed consent kepada ibu
 Beritahukan hasil pemeriksaan
 Siapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemberian obat KB 1 bulan secara IM
 Lakukan prosedur penyuntikan
 Rapikan alat habis pakai
 Catat tanggal kembali pada buku akseptor KB dan kartu akseptor KB
 Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
VI. IMPLEMENTASI
12 Oktober 2022 pukul 09.30
 Melakukan inform concent kepada ibu
 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/i
Nadi : 84 x/i Temp : 36,5 0C
 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemberian obat KB 1 bulan
secara IM
- Spuit 3 cc
- 1 vial obat KB
- Kapas alkohol
 Melakukan prosedur penyuntikan
- Menyiapkan obat sesuai dosis
- Mengatur posisi pasien
14

- Melakukan cuci tangan


- Menggunakan sarung tangan
- Menentukan lokasi penyuntikan Muskulus Gluteus Maximus (otot bokong)
kanan kiri tempat 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke os
Coxygeus
- Menghapuskan tempat yang akan disuntikkan dengan kapas alcohol, lalu
tunggu sampai kering.
- Menyuntikkan dengan membentuk sudut 900 dari permukaan kulit
- Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah
- Memasukan cairan obat perlahan-lahan sampai cairan masuk seluruhnya
- Menekan daerah penusukan jarum dengan kapas alcohol, jarum ditarik
keluar dengan cepat
- Menutup jarum dengan metode single hand
- Memassage daerah penyuntikan dengan 1 tangan
- Membuang jarum dan spuit ke dalam tempat sampah medis
- Cuci tangan
 Merapikan alat habis pakai
 Mencatat tanggal kembali pada buku akseptor KB dan kartu akseptor KB
 Menganjurkan ibu untuk melakukan suntik ulang tanggal 09 november 2022

VII. EVALUASI

12 Oktober 2022 pukul 09.40


 Informed consent kepada ibu telah dilakukan
 Telah memberitahukan hasil pemeriksaan
 Telah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemberian obat KB 1
bulan secara IM
 Telah melakukan prosedur penyuntikan
 Telah merapikan alat habis pakai
 Telah mencatat tanggal kembali pada buku akseptor KB dan kartu akseptor
KB
 Ibu mau melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan

CI Akademik Peserta Praktik


15

(Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb.,M.Kes) (Nelywati)

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data subjektif, ibu ingin suntik KB 1 bulan. Data objektif didapatkan semua
dalam keadaaan normal. Pengkajian dilaksanakan pada 12 Oktober 2022 pukul 09.00 dengan ibu
akseptor KB 1 bulan. Ibu telah mendapatkan Suntikan KB 1 bulan sesuai dengan prosedur
termasuk dalam injeksi Intramuskular. Berdasarkan teoritis Injeksi intramuskuler ( IM ) adalah
pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), paha bagian depan (Rectus
Femoris), daerah ventro gluteal (M. Gluteus Medius) (Rosyidah,M.Kep dan Prasetyaningrum,
M.Kep tahun 2019).
Dalam tinjauan kasus ini tidak ada diagnosa potensial sehingga tidak memerlukan tidakan
segera. Selanjutnya pukul 09.20 dilaksanakan rencakan tindakan, dalam kasus ini Asuhan
Kebidanan Ketrampilan Klinik Praktik Kebidanan, yang dilakukan adalah pemberian suntik KB 1
bulan secara IM. Dengan langkah tindakan sebagai berikut Informed consent, mempersiapkan alat-
alat yang akan digunakan, menyiapkan obat sesuai dosis, mengatur posisi pasien, melakukan cuci
tangan, menggunakan sarung tangan, menentukan lokasi penyuntikan muskulus Gluteus Maximus
(otot bokong) kanan kiri tempat 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke os Coxygeus,
menghapuskan tempat yang akan disuntikkan dengan kapas alcohol, lalu tunggu sampai kering,
menyuntikkan dengan membentuk sudut 900 dari permukaan kulit, melakukan aspirasi untuk
memastikan tidak masuk pembuluh darah, memasukan cairan obat perlahan-lahan sampai cairan
masuk seluruhnya, menekan daerah penusukan jarum dengan kapas alcohol, jarum ditarik keluar
dengan cepat, menutup jarum dengan metode single hand, memassage daerah penyuntikan dengan
1 tangan,membuang jarum dan spuit ke dalam tempat sampah medis,Cuci tangan.
16

Berdasarkan pengkajian diatas, tidak ada perbedaan antara praktik dan teori susilawati
(2021), dalam jurnal kb suntik 3 (tiga) bulan dengan efek samping gangguan haid dan
penanganannya 2021. Cara penggunaan kontrasepsi DMPA yaitu :Kontrasepsi suntikan DMPA
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (IM) dalam daerah pantat dengan
membentuk sudut 900 dari permukaan kulit, Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas
alkohol yang dibasahi etil/ isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik,
setelah kering baru disuntik, kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara. Berdasarkan teori diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di
lapangan.

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Asuhan Kebidanan Ketrampilan Klinik Praktik Kebidanan, yang dilakukan dengan
memberikan penyuntikan KB 1 bulan secara intramuscular (IM) dengan menggunaka tujuh
langkah varney diawali dengan pengkajian ( meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik),
interpretasi data dasar, menentukan diagnose potensial, menentukan kebutuhan tindakan
segera, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Asuhan penyuntikan KB 1 bulan secara
intramuscular (IM) dilaksanakan dengan menggunakan prosedur sesuai dengan standart
operasional prosedur. Pada pelaksanaan, tidak ada perbedaan antara praktik dan teori. Sesuai
antara Praktek dan teori.
5.2 SARAN
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, penulis memberikan sedikit
masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat meningkatkan mutu penanganan dan
pelayanan dalam ketrampilan dasar praktik kebidanan yaitu dalam memberikan penyuntikan
intramuskular (IM).
17
18

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, (2014). Kebutuhan dasar Manusia untuk Keperawatan.


Jakarta : Trans Info Media.
Ambarwati. (2015). KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
PT. Kawan Pustaka
Bachtiar dan Madjid, (2015). Pendidikan Keterampilan Klinik
1..https://pdfcoffe.com
19

A
20

N
21

Dokumentasi
22

LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2022-2023

Nama : Nelywati
NIM : 213001080143
Ruangan : Puskesmas Muara Kibul
Stase : Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan (KKPK)
CI Akademik : Bdn. Gustien Siahaan, S.Keb.,M.Kes
TTD
No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing
CI Akademik
1 11 November 2022 - Tamba
hkan
jurnal
terkait

Diketahui,
Ketua Prodi
Pendidikan
Profesi Bidan
23

Devi Arista,
SST.,Bdn.,M.
Kes
NIK.
101030071500
7

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN


HAID DAN PENANGANANNYA 2021
Oleh : Endang Susilowati, S.SiT
Staff pengajar Prodi D-III Kebidanan FIK Unissula

ABSTRAK

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan


yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot
medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA
berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam
suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu (Baziad, 2012). Efek samping penggunaan suntik DMPA
adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,
nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan
berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore)

Kata kunci : Suntik KB, DMPA, Gangguan haid,


Penanganannya.

PENDAHULUAN

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


24

(BKKBN) Sugiri Syarif mengatakan “Jumlah penduduk Indonesia


232,9 juta orang pada tahun 2017 dan diperkirakan pada tahun
2018 sebanyak 236,4 juta orang dan akan terus bertambah 3 juta
orang setiap tahun, jika tidak ada upaya pengendalian yang
memadai” (BKKBN, 2018). Pertambahan penduduk yang cepat
dan tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya tekanan-
tekanan yang berat pada sektor penyediaan pangan, sandang,
perumahan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan dan
lain-lain. Untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin tua
umur, makin banyak anak yang dilahirkan, makin kecil atau
pendek jarak waktu antara kelahiran anak, maka makin banyak
dan tinggi komplikasi kesakitan dan kematian ibu (Mochtar,
1998).
25

Dari terlalu sering dan terlalu dekat jarak kelahiran dapat meningkatkan angka
kematian ibu maka salah satu program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah
kelahiran hidup tersebut dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu
melalui konsep pengaturan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB) (Dinkes
Jawa Tengah,2017). Program KB merupakan program yang menyentuh langsung masyarakat
banyak meliputi para keluarga yang pada saat ini lebih dari 9,1 juta Kepala Keluarga (KK),
dengan jumlah peserta KB aktif sebesar 4,9 juta yang tersebar di seluruh wilayah propinsi
Jawa Tengah pada tahun 2017 (BKKBN, 2017)
Peserta KB aktif dan KB baru pada pemakaian kontrasepsi suntik tahun 2017
mengalami kenaikan dari tahun 2016 (tahun 2016 peserta KB aktif sebanyak 95.450 pasang
dan peserta KB baru sebanyak 19.948 pasang). Dari berbagai macam alat kontrasepsi yang
memiliki prosentase paling tinggi adalah kontrasepsi suntik karena sifatnya praktis, cepat
dalam mendapatkan pelayanan dan jaringan pelayanan juga tersedia sampai ke tingkat desa/
kelurahan baik melalui pemerintah ataupun swasta (Dinkes Jawa Tengah, 2017).
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan
menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik
DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150
mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2012). Efek samping penggunaan
suntik DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid
yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak
haid sama sekali (amenore) (BKKBN, 2013).

KONTRASEPSI SUNTIK DEPOT MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (DMPA)


1. Pengertian
Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak mengandung
hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot medroksiprogesteron
asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Varney, 2016).
26

2. Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2014) :
a. Primer : Mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH)
menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA, endometrium
menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan
pemakaian jangka lama endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga
hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan
tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA
berakhir.
b. Sekunder
1). Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
2). Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi.
3). Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam tuba falopi.
3. Efektivitas
DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100
perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan yang terjadi
pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal
yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar
intragluteal (Baziad, 2012).
4. Kelebihan
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2013) :
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak mempengaruhi ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 3 tahun
27

sampai perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

5. Keterbatasan
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2013) :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B dan virus HIV.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
6. Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2013) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

7. Kontra Indikasi
Menurut BKKBN (2013), kontra indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
28

8. Waktu Mulai Menggunakan


Menurut Saifuddin (2013), waktu mulai menggunakan kontrasepsi DMPA yaitu :
a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi dapat
diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak
hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama
dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya.
e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak
hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
9. Cara Penggunaan
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2013) :
a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (IM) dalam daerah pantat dengan membentuk sudut 900 dari
permukaan kulit.

b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kering
baru disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.
10. Efek Samping
Efek samping yang sering ditemukan menurut Baziad (2012) :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting, menorarghia,
metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
29

e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.

EFEK SAMPING GANGGUAN HAID


1. Gejala Gangguan Haid
a. Tidak mengalami haid (amenore)
Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan masa remaja
kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens atau belum menampakkan
tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan amenore sekunder bila wanita
sudah mengalami menstruasi namun kemudian tidak mengalami menstruasi
dalam waktu 3-6 bulan (Varney, 2016).
b. Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun dengan
makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2011).

c. Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia)


Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat insiden
bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi, istilah metroragi digunakan
untuk menggambarkan keadaan tersebut (Varney, 2016).
d. Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada biasanya
(menorarghia)
Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah apabila tiga
sampai empat pembalut sudah penuh selama empat jam. Jumlah kehilangan darah
yang dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc sejak penelitian yang
dilakukan pada tahun 1960-an dan setiap perdarahan yang lebih dari 80 cc
dinyatakan perdarahan abnormal, seperti yang dikatakan oleh Engstrom, bahwa
batas 8 cc merupakan ukuran standar untuk menetapkan menoragi (Varney,
2016).
2. Penyebab Gangguan Haid
Secara umum semua gangguan haid disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan. Keadaan
amenore disebabkan atrofi endometrium (Depkes, 1999).
30

Penyebab amenore primer umumnya lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui,
seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik sedangkan amenore sekunder lebih
menunjuk pada sebab-sebab yang timbul dalam kehidupan wanita seperti gangguan
gizi, gangguan metabolisme, penyakit infeksi dan lain-lain.
Metroragi dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau
kelainan fungsional. Bila penyebab menoragi dan metroragi adalah neoplasma,
gangguan pembekuan darah, penyakit kronis atau kelainan ginekologik, klien perlu
dirujuk ke spesialis (Varney, 2016).
3. Penatalaksanaan
a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

1). Jelaskan sebab terjadinya.


2). Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka penyesuaian diri,
bersifat sementara dan individu :

a). Amenore
Amenore bila tidak hamil tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup
konseling dengan menjelaskan bahwa haid terkumpul dalam rahim dan
beri nasihat untuk kembali ke klinik (Saifuddin, 2013).
b). Spooting
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun
dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2011). Sebagian
wanita yang mengalami perdarahan bercak menemukan bahwa keluhan
ini membaik dengan sendirinya, biasanya pada suntikan keempat
(Everett, 2017).
c). Metrorarghia
Memberikan konseling pada akseptor bahwa perdarahan diluar siklus
haid merupakan efek samping kontrasepsi suntik yang dipakai dan jenis
perdarahan ini tidak berbahaya meskipun berlangsung sampai beberapa
minggu (Saifuddin, 2013).
d). Menorarghia
Perdarahan banyak atau memanjang lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih
banyak dari haid biasanya, jelaskan hal itu biasa ditemukan pada bulan
pertama suntikan (Saifuddin, 2013).
31

3). Motivasi agar tetap memakai suntikan (Depkes,1999).

b. Tindakan Medis
1). Amenore
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan, bila tidak terjadi
perdarahan juga rujuk ke klinik. Bila klien tidak menerima gangguan
tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian
kontrasepsi yang lain. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan
jelaskan bahwa hormone progestin tidak akan menimbulkan kelainan
(Saifuddin, 2013).
2) Spotting dan metrorarghia

Bila ringan atau tidak terlalu menganggu tidak perlu diberi obat. Bila
cukup mengganggu dapat diberikan pil KB 3x1 tablet selama 7 hari
(Depkes, 1999). 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau
obat sejenis lain (Saifuddin, 2013).
3) Menorarghia
Bila terjadi perdarahan banyak selama penyuntikan ditangani dengan
pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari
dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50
µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21
hari. Untuk mencegah anemia perlu preparat besi atau makanan yang
mengandung banyak zat besi (Saifuddin, 2013). Diberi tablet sulfas
ferosus (Fe) 3x1 tablet antara 5-7 hari sampai keadaan membaik
(Depkes, 1999).
SIMPULAN
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi jenis suntikan yang berisi hormon
progesteron saja dan tidak mengandung hormon estrogen, dosis yang diberikan adalah 150
mg/ml secara intramuskuler setiap 12 minggu. Mekanisme kerja dari KB suntik 3 bulan
adalah mencegah ovulasi, membuat lendir servik menjadi kental, membuat endometrium
kurang baik untuk implantasi dan mempengaruhi kecepatan transpotasi ovum didalam tuba
fallopi.
32

Efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan haid, penambahan
berat badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan
vagina kering. Dari beberapa efek samping tersebut yang paling sering dialami oleh
akseptor adalah gangguan haid. Gejala gangguan haid yang terjadi antara lain tidak
mengalami haid (amenorea), perdarahan berupa bercak-bercak (spotting), perdarahan haid
yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya (menorarghia).
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2012. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono


BKKBN. 2013. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN
----------. 2017. Buletin Program KB Nasional No.2 Tahun 2017
----------.2018.Penduduk Indonesia bertambah 3 Juta setiap tahun.
www.bkkbn.go.id/jateng. tanggal 11 Juli 2018.23:18
Depkes RI. 1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping/ Komplikasi Kontrasepsi.
Jakarta : Depkes RI
Hartanto, Hanafi. 2014. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta : EGC
Novianto, 2013. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Bringin55
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
YBP-Sarwono P
Siswosudarmo, Moch. Anwar, Ova Emilia. 2011. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Varney, Hellen (et.all). 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai