Anda di halaman 1dari 17

RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

Sekolah :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pembelajaran : Alam Kehidupan
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan ( 3 x 45 Menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
1.1. Menghayati alam semesta dan alam- 1.1.1. Menunjukkan sikap kecintaan pada
alam kehidupan alam semesta
1.1.2. Mengembangkan pikiran cinta
kasih terhadap alam semesta
dan alam-alam kehidupan

2.1 Menunjukkan perilaku bertanggung 2.1.1. Menunjukkan sikap disiplin dan


jawab tentang alam semesta dan alam- tanggung jawab serta peduli
alam kehidupan dalam menjaga alam semesta
2.1.2 Menunjukkan sikap melindungi alam

3.1. Menganalisis pengetahuan tentang 3.1.1 Menganalisis tentang alam


alam semesta dan alam-alam kehidupan
semesta dan alam-alam
kehidupan 3.1.2 Mengkaitkan tentang sebab akibat
kelahiran dialam menyedihkan dan
menyenangkan

4.1. Menalar konsep alam semesta dan 4.1.1 Menceritakan kembali tentang
alam-alam kehidupan alam semesta dan alam-alam kehidupan
4.1.2 Mendesain peta konsep dalam
bentuk skema 31 alam kehidupan

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu:
1) Mensyukuri dan menghayati alam kehidupan dalam agama Buddha;
2) Menunjukkan perilaku disiplin, bertanggung jawab dan jujur tentang alam
kehidupan dalam agama Buddha;
3) Memahami tentang Alam Semesta dan Alam-alam kehidupan;
4) Mengidentifikasi Alam semesta dan alam- alam kehidupan;
5) Mengkaitkan sebab akibat kelahiran dialam menyedihkan dan menyenangkan
5) Membuat Skema 31 Alam Kehidupan yang kreatif

D. Materi Pembelajaran
Pengertian Alam Kehidupan dan Pembagian Alam Kehidupan

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Pembelajaran Berbasis Masalah (Projek Based Learning)
3. Metode : Tanya-jawab, Penugasan, Demonstrasi

F. Media dan Alat Pembelajaran


1. Media pembelajaran:
a. Audio/Video tentang 31 alam Kehidupan
b. Powerpoint materi pembelajaran 31 Alam Kehidupan
2. Alat Pembelajaran: LCD, laptop, papan tulis dan perangkatnya.

G. Sumber Pembelajaran
1. Buku teks Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti kelas XII.
2. Buku sains Modern dan Buddhisme.
3. Sumber dari Google “https://samaggi-phala.or.id/naskah-
dhamma/download/ebook- terbitan-vidyasena/31-alam-kehidupan/ dan Youtube
https://www. yo ut ube.co m/wa tc h? v= mq2QPeYvarM
4. https://ejo ur na l. und ip.a c. id / inde x.p hp / izum i/ art ic le / vie
w/7943 /6503

H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan/Sintaks Deskripsi Waktu

Kegiatan Pada kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan guru antara lain: 10”
Pendahuluan a) Guru mempersiapkan proses belajar mengajar awal
yang kondusif ; kerapian dan kebersihan ruang kelas,
presensi (absensi, menyiapkan media dan alat serta
buku
yang diperlukan).
b) Guru memberikan salam, bersama peserta didik
membacakan Gatha pembukaan pendidikan agama
Buddha.
c) Mengajak peserta didik duduk hening kurang lebih
selama 5 menit untuk mengondisikan pikiran
mereka agar menjadi lebih tenang dan konsentrasi.
d) Guru mengadakan apersepsi pengalaman alam
kehidupan yang pernah dipelajari, dibaca dan
didengar peserta didik.
e) Guru menyampaikan topik tentang alam Semesta
dan alam-alam kehidupan.
f) Guru memberikan motivasi kepada peserta
didik. g) Guru menegaskan kembali tentang topik
dan
Kegiatan Inti A. menentukan Pertanyaan Mendasar (mengumpulkan informasi) 115”
1. Pernahkah kalian mendengar tentang alam kehidupan
2. Menurut kalian ada berapa alam kehidupan.
3. Selain di Bumi masih adakah alam Kehidupan.
4. Menurut kalian ada berapa jenis makhluk hidup yang
ada di bumi ini.
B. Guru mengarahkan peserta didik untuk mengamati dan
menyimak
penjelasan guru melalui Power Point, mengajak peserta
didik membaca buku siswa kemudian menyimak Video di
Youtube
tentang 31 alam Kehidupan dengan link
C. Mendesain Perencanaan Proyek
- Guru menjelaskan Proyek kegiatan siswa yang akan dilakukan,
Yaitu siswa membuat sebuah Bagan/Skema yang di sertai
gambar dari 31 Alam Kehidupan.
- Guru memberikan informasi bahan dan alat yang diperlukan
diantaranya, Kertas karton, kertas warna, Pencil, Pulpen,
Spidol Warna, Lem, Gunting, gambar Alam kehidupan yang di
download di Google (Sebagian Besar Bahan dan Alat telah
disiapkan guru sebelum Pembelajaran kecuali Gambar).

D. Menyusun jadwal
Guru memberikan Informasi bahwa Kegiatan ini dilaksanakan
pada pertemuan ini, bahan yang belum di siapkan akan dibantu
guru dan
mencetak (seperti Gambar) dengan siswa mencari sendiri gambar
yang diperlukan (mengumpulkan Data dan Informasi.
E. Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek
- Guru membing, memberikan pengarahan, Diskusi dan memonitor
jalannya kegiatan siswa dalam menyelesaikan proyek
Membuat Skema/ Bagan 31 Alam Kehidupan dan Mencari
media gambar di Google.( Mengasosiasi)
- Guru melakukan monitoring tersebut dengan berlandaskan rubrik
yang telah dibuat oleh guru. Rubrik tersebut berisi tentang
kriteria pengukuran penilaian.

F. Menguji Hasil
- Guru meminta siswa guna mempresentasikan hasil proyek
Presentasi tersebut dalam bentuk menunjukkan hasil bagan.
(mengkomunikasikan)
- Dari presentasi yang di paparkan peserta didik, guru memberikan
tanggapan/ umpan balik bersama siswa yang lain. (mengasos iasi)

G. Mengevaluasi Pengalaman
- Menyampaikan kesimpulan umum dari hasil karya siswa
- menyimpulkan jawaban dari pertanyaan pada tahap Penentuan
Pertanyaan Mendasar.
- Refleksi dari keseluruhan proses pelaksanaan proyek
Penutup a. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengevaluasi 10”
pembelajaran
b. Guru bersama siswa menyimpulkan pokok-pokok
hasil pembelajaran.
c. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pemberian tugas secara individu
d. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
e. Guru bersama peserta didik melakukan doa penutup
Namakhara Patha.

H a. Penilaian Tertulis : menjawab soal uraian, Hasil


. Projeck
b. Penilaian Non Tes : Pengamatan Sikap selama
P Meditasi, Observasi sikap,
e
n 1
i .
l
a T
i e
a k
n n
i
k Aspek pengamatan
No Nama siswa Mata Wajah Badan Jum
P
e Terpejam Tenang Rileks
n 1.
i
l
a 2.
i
a Rentan Skor
n 4 = selalu, apabia dilakukan selalu sesuai pernyataan
a) Penilaian 3 = sering, apabila dilakukan sering sesuai pernyataan
Sikap Spritual 2 = kadang-kadang, apabila kadanng-kadang dilakaukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah dilakukan
Pedoman
Pengamatan Petunjuk Penskoran :
Duduk Hening Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

b). Penilaian Sikap Sosial


Pedoman Penilaian Sikap Observasi

Aspek pengamatan
Menghorm Bersikap Menerima Menerima Tidak
ati santun kesepakatan kekurangan mendominasi
Rata- Nilai
No Nama siswa Jml
pendapat dalam meskipun orang lain dalam rata
teman berpenda berbeda
pendapatnya kelompok
pat
1.

2.

P
e
t
u
n
j
u
k
:
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap saat diskusi peserta didik.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap saat diskusi yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu, apabila selalu melakukan
sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak
pernah melakukan
Petunjuk
Penskora
n:
Skor akhir menggunakan skala
1 sampai 4
Perhitungan skor akhir
menggunakan rumus: Nilai =
Skor diperoleh x 4
Skor Maksimal

c) Penilaian Pengetahuan

No Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Bentuk


Soal
1. 3.1 Menganalisis pengetahua Menjelaskan 1. Peserta didik dapat Uraian
ntentang alam semesta tentang 31 menjelaskan tentang 31
dan
alam-alam kehidupan Alam
Kehidupan dan Alam kehidupan
Pembagian 31 2. Peserta didik mampu
Alam menyebutkan Pembagian
Kehidupan 31 alam Kehidupan
3. Peserta Didik tentang
4
Alam Rendah
Rentan Nilai :
75 – 80 Siswa Menjawab dengan terbatas dan masih ada kekeliruan yang perlu diluruskan
81 - 85 Siswa Menjawab dengan lancar sesuai Buku Teks
86 – 90 Siswa Menjawab dengan lancar dan Bisa mengembangkan Jawaban

d). Penilaian Keterampilan

Penilaian Kemampuan Keterampilan Membuat Skema 31 Alam kehidupan

Nama Peserta Didik


: Kelas/Semester
:
No. Tahapan Skor (1 – 4) *
1. Kemampuan teknik mencakup:
a. Kreativitas pembuatan
b. Imajinasi karya
c. Kemampuan mengelola
waktu d. Harmonisasi desain
2. Relevansi
Kesesuaian skema dengan materi
3. Keaslian
Skema yang dibuat merupakan hasil karyanya.
4 Estetis Karya
a. Keserasian
b. Kerapian
Total Skor
Catatan: *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 4, dengan ketentuan
semakin
lengkap jawaban dan ketepatan dalam mengintepretasikan gambar maka semakin tinggi
nilainya.
Perhitungan nilai akhir menggunakan rumus:

Skor diperoleh x 100


Skor Maksimal

Mengetahui, Lampung, 28 Juli 2022


Kepala sekolah Guru PAB dan Budi Pekerti
Materi ajar

31 ALAM KEHIDUPAN

Kosmologi Buddhis merupakan penjelasan atas struktur dan keadaan alam


semesta berdasarkan berbagai sutta/sutra (kotbah Sang Buddha). Dalam berbagai sutta
Buddha menjelaskan berbagai kondisi alam kehidupan, pada sutta lainnya Buddha
menggambarkan awal mula kemunculan manusia di bumi. Gambaran alam semesta menurut
agama Buddha tidak boleh dipahami secara harfiah dan mungkin tidak dapat diuji dengan
percobaan ilmiah. Ia bisa saja tidak sesuai dengan fakta astronomi yang telah ditemukan
saat ini. Ia hanya bisa diamati melalui meditasi karena kosmologi Buddhis merupakan
struktur alam semesta yang diamati oleh mata batin (dibbacakkhu) seorang Buddha dan
orang-orang yang telah melatih pikiran mereka sampai pada tingkat pemusatan pikiran
tertentu.

Luas Alam Semesta Dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, Sang Buddha
menjelaska n kepada Ananda tentang luasnya alam semesta sebagai berikut:

“Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika lokadhatu (tata
surya kecil)?” “Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan
sejauh
pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam
seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung Sineru, seribu
Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha, empat ribu maha
samudera, empat ribu maharaja, seribu Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yama,
seribu Tusita, seribu Nimmanarati,seribu Paranimmitavassavati, dan seribu alam Brahma.
Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil (Sahasi culanika lokadhatu).
Ananda, seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika
lokadhatu, seribu
kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi lokadhatu.
Ananda,
bilamana Sang Tathagata (sebutan yang digunakan Buddha untuk menunjuk pada diri-
Nya sendiri) mau, maka Ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di
Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi itu lagi.”

Di sini Buddha menjelaskan terdapat sistem tata surya yang disebut seribu tata surya di
mana terdapat seribu matahari, seribu bulan, dan seribu bumi di mana dapat ditemukan
gunung Sineru sebagai pusat bumi, Jambudipa (benua di sebelah selatan), Aparayojana
(benua di sebelah barat), Uttarakuru (benua di sebelah utara), dan Pubbavideha (benua di
sebelah timur) dengan empat maha samudera yang mengelilingnya. Di masing- masing benua
terdapat penguasanya masing- mas ing sehingga dikatakan terdapat empat ribu maharaja
dalam seribu tata surya tersebut. Selanjutn ya dalam seribu tata surya terdapat seribu alam
surga yang diliputi nafsu inderawi (alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita,
Nimmnarati, Paranimmitavassavati) dan seribu alam surga yang tidak diliputi nafsu inderawi
(alam Brahma). Tentu saja alam semesta lebih luas dari sekedar seribu tata surya karena
Buddha menyebut sampai adanya 1.000 x 1.000 x 1.000 =
1.000.000.000 tata surya bahkan melebihi itu lagi di mana suara seorang Buddha
dapat
diperdengarkan melebihi jangkauan semilyar tata surya. Dari penjelasan ini kita dapat
mengatakan bahwa kemungkinan terdapat kehidupan lain di alam semesta selain kehidupan
manusia di bumi kita ini.

Hal ini dapat dilihat dari pernyataan bahwa terdapat empat ribu maharaja di seribu
bumi dalam seribu tata surya, yang menggambarkan bahwa masing- masing bumi (atau
lebih tepat disebut planet yang memiliki kehidupan) dalam seribu tata surya tersebut
memiliki makhluk hidup yang dipimpin oleh para pemimpin mereka masing- masing.
Kemungkinan kisah-kisah alien dan UFO yang beredar selama ini juga tersisip suatu
kebenaran. Struktur Alam Semesta Lainnya Sutra lain yang banyak menggambarkan alam
semesta adalah Avatamsaka Sutra yang berbahasa Sanskerta. Berikut ini terdapat beberapa
kutipan Avatamsaka Sutra bab 4 yang berkaitan dengan kosmologi Buddhis: “Putera-putera
Buddha, sistim-sistim dunia (galaksi) tersebut memiliki aneka bentuk dan sifat-sifat yang
berbeda. Jelasnya, beberapa di antaranya bulat bentuknya, beberapa di antaranya segi empat
bentuknya, beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segiempat. Ada perbedaan
[bentuk] yang tak terhitung. Beberapa bentuknya seperti pusaran, beberapa seperti gunung
kilatan ahaya, beberapa seperti pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana,
beberapa seperti makhluk hidup, beberapa seperti Buddha….”

Penjelasan di atas menggambarkan terdapat berbagai bentuk sistem dunia (yang


mungk in dapat disamakan dengan galaksi). Menurut hasil pengamatan, beberapa galaksi
seperti galaksi
Bima Sakti kita dan Andromeda berbentuk spiral (pusaran), beberapa seperti galaksi M47 dan
M89 berbentuk elips (bulat), beberapa berbentuk tidak beraturan (tidak bulat dan tidak
segiempat) seperti galaksi Awan Magellan dan M82, dan beberapa lainnya berbentuk seperti
makhluk hidup misalnya Nebula Kepala Kuda.

“Terdapat beberapa sistim dunia, Terbentuk dari permata, Kokoh dan tak terhancurkan,
Bernaung di atas bunga teratai nan berharga.” “Beberapa di antaranya terbentuk dari berkas
cahaya murni, Yang asalnya tak dikenal, Semuanya merupakan berkas-berkas cahaya,
Bernaung
di ruang kosong.” “Beberapa di antaranya terbentuk dari cahaya murni, Dan juga
bernaung
pada pancaran-pancaran cahaya, Diselubungi oleh awan cahaya, Tempat di mana
para
Bodhisattva berdiam.”

Ini menjelaskan komposisi galaksi di alam semesta: ada yang terdiri atas materi
(yang digambarkan seperti permata), ada yang terdiri dari sinar kosmis (yang digambarkan
sebagai berkas cahaya), dan ada yang diselubungi awan gas nebula (yang digambarkan
sebagai awan cahaya).

“Siswa-siswa Buddha, jika dijelaskan secara singkat, terdapat sepuluh penyebab dan
kondisi yang menyebabkan terbentuknya sistim dunia, baik yang telah berlangsung, sedang
berlangsung, atau akan berlangsung. Apakah sepuluh hal itu?
Kesepuluh hal itu adalah:
1) Karena kekuatan gaib para Buddha
2) Terbentuk secara alami oleh hukum alam
3) Karena akumulasi karma para makhluk
4) Karena apa yang telah direalisasi oleh para Bodhisattva yang mengembangkan
kemaha - tahuan.
5) Karena akar kebajikan yang diakumulasi baik oleh para Bodhisattva dan semua
makhluk.
6) Karena kekuatan ikrar para Bodhisattva yang memurnikan dunia-dunia itu.
7) Karena para Bodhisattva telah menyempurnakan praktek kebajikan dengan
pantang
mundur.
8) Karena kekuatan kebebasan para Bodhisattva dalam kebajikan murni.
9) Karena kekuatan independen yang mengalir dari akar kebajikan semua Buddha dan
saat
pencerahan semua Buddha.
10) Karena kekuatan independen ikrar Bodhisattva Kebajikan Universal.”

Kutipan di atas menjelaskan penyebab terbentuknya galaksi yang salah satunya


disebabkan oleh bekerjanya hukum alam sesuai dengan teori kosmologi modern, sedangkan
penyebab lainnya merupakan hasil dari perbuatan (karma) atau kebajikan makhluk hidup
apakah makhluk biasa, seorang Bodhisattva (calon Buddha), ataupun seorang Buddha.
Berikut ini terdapat beberapa kutipan dari Avatamsaka Sutra bab 5: “Sistem Dunia Tepian
Bunga, Adalah sama dengan jagad raya, Perhiasannya sungguh murni, Berada dengan
damai di ruang angkasa.” Ini menyiratka n bahwa benda-benda langit di alam semesta
berada dalam ruang angkasa tanpa ada sesuatu yang menahannya di tempatnya (tidak
seperti kepercayaan orang Yunani yang meyakini Atlas memangkul bumi di atas
punggungnya).

“Dalam setiap sistem dunia itu, Terdapat dunia-dunia yang banyaknya tak
terbayangkan, Beberapa diantaranya sedang tercipta, Beberapa di antaranya sedang menuju
kemusnahannya,
Beberapa di antaranya bahkan telah musnah.”

Menurut kosmologi Buddhis, dunia-dunia (dalam istilah astronomi mungkin bisa


disamakan dengan planet atau benda langit lainnya) di alam semesta ada yang sedang
terbentuk, ada yang sedang berproses menuju kehancuran, dan ada yang sudah hancur seperti
pada kutipan di atas.

Siklus Alam Semesta Menurut agama Buddha, alam semesta telah mengalami banyak siklus
pembentukan dan kehancuran yang tidak terhitung. Periode dari terbentuknya alam
semesta sampai dengan kehancurannya disebut mahakappa atau mahakalpa. Lamanya satu
siklus semesta atau satu mahakappa tidak pernah dihitung dalam angka tahun yang pasti,
tetapi hanya dikatakan sangat lama. Buddha menjelaskan lamanya satu mahakappa sebagai
berikut:

“Andaikan, para bhikkhu, terdapat sebuah batu besar yang bermassa padat, satu mil
panjangnya, satu mil lebarnya, satu mil tingginya, tanpa ada retak atau cacat, dan setiap
seratus tahun sekali seseorang akan datang dan menggosoknya dengan sehelai kain sutra,
maka batu
tersebut akan aus dan habis lebih cepat daripada satu siklus dunia. Namun dari siklus-siklus
dunia tersebut, para bhikkhu, banyak yang telah dilewati, beratus-ratus, beribu-ribu, beratus-
ratus ribu. Bagaimana hal ini mungkin? Tidak terbayangkan, para bhikkhu, lingkaran
kehidupan (samsara) ini, tidak dapat ditemukan awal mula dari makhluk pertama, yang
dihalangi oleh ketidaktahuan dan diliputi oleh nafsu keinginan, berkelana ke sana ke mari
dalam lingkaran
kelahiran kembali ini.” (Samyutta Nikaya,
XV:5)

Dengan demikian usia alam semesta dari terbentuknya sampai kehancurannya


sangatlah panjang, tidak terhitung bahkan dalam milyaran tahun. Karena terdapat banyak
sekali siklus pembentukan dan kehancuran alam semesta, maka tidak dapat diketahui
bagaimana awal mula makhluk pertama yang terdapat dalam lingkaran kehidupan dan
kematian ini. Dalam hal ini agama Buddha cenderung menganggap awal mula pertama
alam semesta tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia biasa (acinteyya), oleh sebabnya
menyerahkan persoalan ini sepenuhnya kepada ilmu pengetahuan.

Lebih lanjut siklus alam semesta dibagi menjadi empat periode yang disebut
asankheyya kappa (masa tak terhitung), yaitu:
1. Periode kehancuran (samvatta-kappa).
2. Periode berlangsungnya kehancuran (samvattatthayi-kappa).
3. Periode pembentukan (vivatta-kappa).
4. Periode berlangsungnya pembentukan (vivattatthayi-kappa).

“Berapa lama kehancuran dunia akan terjadi, berapa lama berlangsungnya


kehancuran, berapa lama pembentukan, berapa lama berlangsungnya pembentukan, dari hal-
hal demikian, para bhikkhu, seseorang akan sukar mengatakan bahwa ini akan terjadi
bertahun-tahun, atau
berabad-abad, atau beribu-ribu tahun, atau beratus-ratus ribu tahun,”

Demikianlah sabda Sang Buddha tentang lamanya setiap periode dalam satu siklus
alam semesta dalam Anguttara Nikaya IV:156 yang menyiratkan bahwa panjang
masing- mas ing periode tersebut tak terhitung lamanya.

Periode pertama dari siklus semesta dimulai saat terjadinya hujan deras yang
menyira m i seratus milyar tata surya (kotisatasahassa cakkavala) sampai padamnya api
(jika alam semesta hancur karena api), surutnya air (jika alam semesta hancur karena air),
atau redanya angin besar (jika alam semesta hancur karena angin). Dengan demikian,
kehancuran alam semesta dapat disebabkan oleh unsur api, air atau angin.
Dalam agama Buddha setiap materi (rupa) dibentuk dari 4 unsur dasar (mahabhuta),
yaitu:
1. Unsur tanah: unsur yang memberi landasan atau fondasi bagi unsur lainnya, yang bersifat
padat dan memberi ruang (spasial).
2. Unsur api: unsur yang berkenaan dengan suhu dan energi, termasuk di dalamnya energi
kalor, radiasi, dan cahaya.
3. Unsur air: unsur yang memiliki sifat kohesi (gaya tarik-menarik antar partikel yang sejenis)
atau
adhesi (gaya tarik-menarik antar partikel yang tidak sejenis) seperti zat cair dan
sejenisnya.
4. Unsur angin: unsur yang memberi unsur lainnya kemampuan gerak atau tekanan, misalnya
gaya
dan tekanan
udara/atmosfer.

Di samping itu terdapat pula 4 macam tumimbal- lahir secara penerusan kehidupan
di 31
Alam Kehidupan, yaitu
:
Apaya-Patisandhi : Bertumimbal-Lahir di alam
Apaya.
Kamasugati-Patisandhi : Bertumimbal- lahir di alam
Kamasugati. Rupavacara-Patisandhi : Bertumimbal- lahir di
alam Rupa-jhana. Arupavacara-Patisandhi : Bertumimbal-lahir
di alam Arupajhana.
Ada 31 Alam Kehidupan yang merupakan tempat diam makhluk- makhluk,
sedangkan
Nibbana (Nirvana) adalah di luar dari 31 Alam Kehidupan itu. Makhluk-makhluk yang diam
di 31
Alam Kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan kematian, masih mengalami derita. 31
Alam Kehidupan tidak kekal adanya. Sebaliknya, Nibbana itu terbebas dari kelahiran dan
kematian, terbebas dari derita, tidak termusnah, ada dan tidak berubah, kekal adanya.
Jika seseorang belum mencapai kesucian tingkat Arahat, setelah ia meninggal dunia, ia
akan dilahirkan kembali dalam salah satu Alam dari 31 Alam Kehidupan sesuai dengan
karmanya.
31 ALAM KEHIDUPAN TERBAGI MENJADI TIGA KELOMPOK
1. Kama-Bhumi 11
11 Alam Kehidupan yang makhluk-makhluknya masih senang dengan napsu indera
dan melekat pada panca indera.
2. Rupa-Bhumi 16
16 Alam Kehidupan yang makhluk- makhluknya mempunyai Rupa Jhana (Jhana
Bermateri, hasil dari melaksanakan Samata Bhavana).
3. Arupa-Bhumi 4
4 Alam Kehidupan yang makhluk- makhluknya mempunyai Arupa Jhana (Jhana
Tanpa
Bermateri, hasil dari melaksanakan Samatha Bhavana)

I. Kama-Bhumi 11 terdiri dari :


- Apaya-Bhumi 4 (4 alam kehidupan yang menyedihkan), yaitu :
Niraya-Bhumi : Alam Neraka.
Tiracchana-Bhumi : Alam Binatang.
Peta-Bhumi : Alam Setan.
Asurakaya-Bhumi : Alam Raksasa Asura
- Kamasugati-Bhumi 7 (7 alam kehidupan napsu yang menyenangkan) :
Manussa-Bhumi : Alam Manusia.
Catummaharajika-Bhumi : Alam Empat Dewa Raja.
Tavatimsa-Bhumi : Alam 33 Dewa. Di Sorga ini Sang Buddha mengajarkan
Abhidhamma kepada Ratu Mahamaya (Ibunda-Nya) dan para dewa lainnya.
Yama-Bhumi : Alam Dewa Yama.
Tusita-Bhumi : Alam Kenikmatan. Ratu Mahamaya dan Maitreya Bodhisattva
diam di
Sorga ini.
Nimmanarati-Bhumi : Alam Dewa yang menikmati ciptaannya.
Paranimmita-vasavatti-Bhumi : Alam Dewa yang membantu menyempumakan
ciptaan
dewa-dewa lainnya.
Penjelasan Apaya-Bhumi 4
a. Suatu alam disebut Niraya-Bhumi (alam neraka) karena alam ini tidak terdapat
kesenangan dan kabahagiaan. Niraya-Bhumi (alam neraka) terbagi pula dalam beberapa
kelompok alam, diantaranya dikenal kelompok Maha-Naraka 8, yaitu :
1. Sanjiva-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami berbagai macam siksaan.
2. Kalasutta-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini tubuhnya dipotong-potong sampai terpisah.
3. Sanghata-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini tubuhnya ditindih dengan berbagai macam alat berat.
4. Roruva-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan berat sehingga menjerit-jerit.
5. Maharoruva-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan lebih berat..sehingga suara jerit
dan
tangisan lebih keras.
6. Tapana-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan dengan api yang menyala di
tubuhnya.
7. Mahatapana-Naraka
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami kepanasan sepanjang masa.
8. Avici-Naraka (Devadatta diam di alam Avici Naraka ini).
Makhluk yang diam di Neraka ini mengalami siksaan berat berulang- ulang dalam
kelahira n
dan kematian di alam Neraka ini: Setelah mati hidup kembali dan disiksa seterusnya.
Pembagian kejahatan yang membawa akibat tumimbal- lahir dalam alam Neraka:
• Membunuh manusia : Terlahir di alam-alam Sanjiva-Naraka dan Kalasutta-Naraka.
• Membunuh binatang : Terlahir di alam-alam Sangata-Naraka dan Roruva-Naraka.
• Mencuri: Terlahir di alam Maharoruva-Naraka.
• Membakar kota: Terlahir di alam Tapana-Naraka.
• Mempunyai pandangan salah: Terlahir di alam Mahatapana-Naraka.
• Melakukan lima perbuatan durhaka : Terlahir di alam Avici-Naraka.

b. Suatu alam disebut Tiracchana-Bhumi (alam binatang), karena makhluk- makhluk


yang diam di alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus.
Makhluk binatang ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
• Kelompok makhluk binatang yang dapat dilihat dengan mata.
• Kelompok makhluk binatang yang tidak dapat dilihat dengan
mata. Makhluk binatang yang berkaki terbagi dalam 4 kelompok,
yaitu :
• Apadatiracchana : Kelompok makhluk binatang yang tidak mempunyai kaki, seperti
ular,
ikan, cacing dan lain-lainnya.
• Dvipadatiracchana : Kelompok makhluk binatang yang mempunyai dua kaki, seperti
ayam, burung, bebek dan lain-lainnya.
• Catupadatiracchana : Kelompok makhluk binatang yang mempunyai empat kaki,
seperti
kerbau, tikus, kuda dan lain-lainnya.
• Bahuppadatiracchana : Kelompok makhluk binatang yang mempunyai banyak kaki,
seperti
ulat bulu, lipan dan lain-lainnya.
c. Suatu alam disebut Peta-Bhumi (alam setan), karena makhluk yang diam di alam ini
jauh dari kesenangan dan kebahagiaan.
Makhluk Setan ini terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya terdapat
kelompok - kelompok setan yang disebut PETA 4, PETA 12 dan PETA 21 sebagai tertulis di
bawah ini :

PETA 4 (terdapat dalam Kitab Petavatthu-Atthakatha)


1. Paradattupajivika-Peta : Setan yang memelihara hidupnya dengan memakan
makanan
yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.
2. Khupapipasika-Peta: Setan yang selalu lapar dan haus.
3. Nijjhamatanhika-Peta: Setan yang selalu kepanasan.
4. Kalakancika-Peta: Setan yang sejenis
Asura. Penjelasan :
Hanya Paradattupajivika-Peta saja yang dapat menerima makanan yang diberikan
orang dalam upacara sembahyang serta kiriman jasa dari keluarga. Para Bodhisattva,
jika terlahir menjadi setan, akan menjadi Paradattupajivika-Peta, dan tidak akan menjadi setan
(peta) yang lain.
PETA 12 (terdapat dalam Kitab Gambhilokapannatti).
1. Vantasa-Peta: Setan yang makan air ludah, dahak dan muntah.
2. Kunapasa-Peta : Setan yang makan mayat manusia dan binatang.
3. Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai kotoran.
4. Aggijalamukha-Peta : Setan yang dimulutnya selalu ada api.
5. Sucimuja-Peta : Setan yang mulutnya sekecil lobang jarum.
6. Tanhattika-Peta: Setan yang dikendalikan oleh napsu keinginan rendah sehingga lapar
haus. dan

7. Sunijjhamaka-Peta : Setan yang berbulu hitam seperti arang.


pisau 8. Suttanga-Peta : Setan yang mempunyai kuku tangan kaki yang panjang dan tajam
seperti

. 9. Pabbatanga-Peta: Setan yang bertubuh setinggi gunung.


10. Ajagaranga-Peta : Setan yang bertubuh seperti ular.
11. Vemanika-Peta : Setan yang menderita pada waktu siang, dan senang pada waktu
malam
dalam kahyangan.
12. Mahidadhika-Peta: Setan yang mempunyai ilmu gaib.

PETA 21 (terdapat dalam Kitab Suci Vinaya dan Lakkhanasanyutta).


1. Attisankhasika-Peta : Setan yang mempunyai tulang bersambungan, tetapi
tidak mempunyai daging.
2. Mansapesika-Peta : Setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi
tidak
mempunyai tulang.
3. Mansapinada-Peta : Setan yang mempunyai daging berkeping-keping.
4. Nicachaviparisa-Peta : Setan yang tidak mempunyai kulit.
5. Asiloma-Peta: Setan yang berbulu tajam.
6. Sattiloma-Peta : Setan yang berbulu seperti tombak.
7. Usuloma-Peta : Setan yang berbulu panjang seperti anak panah.
8. Suciloma-Peta: Setan yang berbulu sepertijarum.
9. Dutiyasuciloma-Peta: Setan yang berbulu seperti jarum kedua (lebih tajam).
10. Kumabhanda-Peta : Setan yang mempunyai kemaluan sangat besar.
11. Guthakupanimugga-Peta : Setan yang bergelimangan dengan kotoran.
12. Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai macam kotoran.
13. Nicachavitaka-Peta: Setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.
14. Dugagandha-Peta : Setan yang baunya sangat busuk.
15. Ogilini-Peta: Setan yang badannya seperti bara api.
16. Asisa-Peta: Setan yang tidak mempunyai kepala.
17. Bhikkhu-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhu. .
18. Bhikkhuni-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhuni.
19. Sikkhamana-Peta: Setan yang berbadan seperti Setan yang berbulu seperti pelajar
wanita atau calon bhikkhuni.
20. Samanera-Peta : Setan yang berbadan seperti samanera.
21. Samaneri-Peta : Setan yang berbadan seperti samaneri.

d. Suatu alam disebut Asurakaya-Bhumi (alam raksasa asura), karena makhluk yang
diam di alam ini jauh dari kemuliaan, kebebasan, kesenangan dan kebahagiaan.

Penjelasan Kamasugati-Bhumi 7 :
1. Suatu alam disebut Manussa-Bhumi (alam manusia), karena makhluk yang diam di
alam
ini mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, yang berguna dan yang tidak
berguna, yang berfaedah dan yang tidak berfaedah dan lain-lainnya.
Dalam hal ini ada 4 macam Manusia (Manussa 4) yaitu:
Manussa-Naraka: Manusia Naraka. Manusia yang senang membunuh makhluk,
seperti berburu, pejagal, algojo, perbuatannya selalu berdasarkan kebencian (dosa).
Manussa-Peta: Manusia Setan. Manusia yang tidak kenaI kebajikan, senang meladeni
napsu indera, Kelompok Dewa yang disebut perbuatannya selalu berdasarkan
ketamakanlkeseraka ha n (lobha).

Manussa-Tiracchana : Manusia Binatang. Manusia yang tidak kenaI kebajikan


dan kejahatan, keras hati, sombong, senang bicara kasar dan jorok, tidak berbakti pada orang
tua, tidak akur dengan saudara, perbuatannya selalu berdasarkan kebodohan bathin (moha).

Manussa-Manussa : Manusia-Manusia. Manusia yang mengetahui yang mana yang


baik dan buruk, yang mana patut dilakukan dan tidak dilakukan, yang berfaedah dan tidak
berfaedah, mempunyai rasa malu (hiri) berbuat kejahatan dan takut (ottappa) akan akibat dari
perbuatan jahat, hidupnya selalu berpedoman dengan dhammavinaya (Tipitaka).
2. Suatu alam disebut Catummaharajika-Bhumi (alam empat raja dewa), karena di
alam tersebut diam Empat Raja Dewa yang bernama :
- Davadhatarattha
- Davavirulaka
- Davavirupakkha
- Davakuvera

Catummaharajjika-Bhumi terbagi dalam 3 kelompok yaitu :


a. Bhumamattha-Devata: Para Dewa yang berdiam di atas tanah, seperti para dewa
yang
diam di gunung, sungai, laut, rumah, cetiya, vihara, candi dan lain-
lain.
b. Rukakhattha-Devata : Para Dewa yang diam diatas pohon. Dewa ini dibagi dalam
dua kelompok, yaitu:
- Kelompok dewa yang mempunyai kahyangan di atas pohon.
- Kelompok dewa yang tidak mempunyai kahyangan di atas pohon.
c. Akasattha-Devata : Para Dewa yang berdiam di angkasa, seperti di bulan, bintang,
dan planet lainnya.

3. Suatu alam disebut Tavatimsa- Bhumi (alam dari 33 dewa), karena dahulu kala
ada sekelompok pria yang berjumlah 33 orang yang selalu bekerja sarna dalam berbuat
kebaikan, seperti bersama-sama membantu fakir miskin, bersama-sama melaksanakan dana
untuk pembangunan vihara, rumah sakit, sekolah dan lain-lainnya. Sewaktu mereka
meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam kehidupan, yang disebut Tavatimsa-
Bhumi (alam tiga puluh tiga dewa).
4. Suatu alam disebut Yama-Bhumi (alam dewa yama), karena para dewa yang diam di
alam
ini terbebas dari kesulitan, yang ada hanya kesenangan.
5. Suatu alam disebut Tusita-Bhumi (alam dewa kenikmatan), karena para dewa yang
diam di alam ini terbebas dari kepanasan hati, yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan.
6. Suatu alam disebut Nimmanarati-Bhumi (alam dewa yang menikmati ciptaannya),
karena para dewa yang diam di alam ini menikmati kesenangan panca indera dari hasil
ciptaannya.
7. Suatu alam disebut Paranimmita- vasavatti-Bhumi (alam dewa yang
membant u menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa lainnya), karena para dewa yang
diam di alam ini, disamping menikmati kesenangan panca indera, juga mampu membantu
menyempurnakan ciptaan
dewa-dewa
lainnya.

Perbedaan Alam Manusia dengan Alam Dewa :


a. Di Alam Dewa, Ariya-Puggala (Orang Suci) lebih banyak dari Alam Manusia,
karena
pada jaman Sang Buddha Gotama banyak orang mencapai kesucian tingkat Sotapanna
dan Sakadagami setelah mendengar khotbah Dharma langsung dari Sang Buddha Gotama.
Kemudian, setelah meninggal dunia mereka terlahir dialam Dewa. Ada juga yang mendengar
khotbah Dharma langsung dari Sang Buddha Gotama mencapai kesucian tingkat Anagarni dan
Arahat. Mereka yang telah menjadi Anagami, bila meninggal dunia, terlahir di alam Rupa-
Brahma.

Tetapi Arahat telah terbebas dari kelahiran dan kematian, mencapai Saupadisesa-
nibba na atau Kilesa Parinibbana, setelah Aranat meninggal dunia mereka mencapai
Anupadisesanibba na atau Khandha Parinibbana atau Parinibbana.

b. Keistimewaan di Alam Manusia ialah adanya Sangha, ada yang mengajarkan dan
belajar Tipitaka, sebagian besar para Bodhisattva lahir di Alam manusia untuk mencapai
kesucian tingkat Kebuddhaan. Sebaliknya, di Alam Dewa tidak ada Sangha, dan tidak ada
yang mengajarkan Tipitaka.

II. Rupa-Bhumi 16 terdiri dari :


- PATHAMA JHANA BHUMI 3 : 3 Alam kehidupan Jhana Pertama,
yaitu : Brahma Parisajja Bhumi : Alam pengikut pengikut Brahma.
Brahma Purohita Bhumi : Alam para menteri
Brahma. Maha Brahma Bhumi : Alam Brahma
yang besar.

- DUTIYA JHANA BHUMI 3 : 3 Alam kehidupan Jhana Kedua,


yaitu : Brahma Parittabha Bhumi : Alam para Brahma yang kurang
cahaya.
Brahma Appamanabha Bhumi : Alam para Brahma yang tak terbatas
cahayanya. Brahma Abhassara Bhumi: Alam para Brahma yang gemerlapan
cahayanya.

- TATIYA JHANA BHUMI 3 : 3 Alam Kehidupan Jhana Ketiga,


yaitu : Brahma Parittasubha Bhumi : Alam para Brahma yang kurang
auranya.
Brahma Appamanasubha Bhumi : Alam para Brahma yang tak terbatas
auranya. Brahma Subhakinha Bhumi : Alam para Brahma yang auranya
penuh dan tetap.

- CATUTTHA JHANA BHUMI 7 : 7 Alam Kehidupan Jhana Keempat,


yaitu : Brahma Vehapphala Bhumi : Alam para Brahma yang besar
Pahalanya.
Brahma Asannasatta Bhumi : Alam para Brahma yang kosong dari kesadaran.
Selanjutnya Alam-Alam dari Jhana ke empat ini dinamai Alam Suddhavasa 5, yaitu 5
Alam
Kehidupan Yang Murni, Alam Kehidupan khusus untuk para Anagami,
yaitu : Brahma Aviha Bhumi : Alam para Brahma yang tidak bergerak.
Brahma Atappa Bhumi : Alam para Brahma yang suci.
Brahma Sudassa Bhumi : Alam para Brahma yang indah.
Brahma Sudassi Bhumi : Alam para Brahma yang berpandangan terang.
Brahma Akanittha Bhumi : Alam para Brahma yang luhur.

Penjelasan:
Anagami yang tidak mempunyai Catutthajjhanakusala (sutta) atau Palicamajjhana-
kusa la (Abhidhamma) tidak dapat terlahir di Alam Suddhavasa 5. Beliau yang tidak
mempunya i Pancamajjhana-kusala, setelah meninggal, akan terlahir di Alam Rupa-Jhana
(bukan Suddhavasa
5) dengan kekuatan "Maggasiddhi-
Jhana".

III. Arupa-Bhumi 4 terdiri dari :


1.Akasanancayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi ruangan tanpa batas.
2.Vinnanancayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas.
3.Akincanayatana Bhumi ; Keadaan dari konsepsi kekosongan.
4.Nevasannanasannayatana Bhumi : Keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun
bukan
tidak
pencerapan.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai