Anda di halaman 1dari 2

BAHAN AJAR FIKIH

JUAL BELI
PERTEMUAN KE DUA

A. Hukum Jual beli.

Jual beli sudah ada sejak zaman dahulu, walaupun bentuknya berbeda. Jual beli mengalami
perkembangan seiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia.
Jual beli yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat agama Islam. Prinsip jual beli dalam
Islam, tidak boleh merugikan salah satu pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harus dilakukan
atas dasar suka sama suka antar penjual dan pembeli, bukan karena paksaan.

Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:


1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli.
2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk membayar
hutang.
3. Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat memerlukan
barang yang dijual.
4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual barang
untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak harga pasar, dan
jual beli dengan tujuan merusak ketentraman masyarakat.
B. Rukun Jual beli.
Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu
yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli
tidak dapat dilakukan.

Rukun Jual beli ada 5 :

1. Penjual

2. pembeli

3. Benda yang dijual

4. Alat tukar yang sah (uang)

5. Ijab Qabul

Ijab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barang dagangan, misalnya: “Saya jual barang ini
seharga Rp 50.000,00”. Sedangkan Qabul adalah perkataan pembeli dalam menerima jual beli,
misalnya: “Saya beli barang itu seharga Rp 50.000,00”.
Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab dan Qabul tidak harus diucapkan, tetapi menurut adat
kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangat sesuai dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini di
pasar swalayan. Pembeli cukup mengambil barang yang diperlukan kemudian dibawa ke kasir untuk
dibayar.

Anda mungkin juga menyukai