Anda di halaman 1dari 56

STUDI KASUS

Gagal Ginjal Akut (GGA)

Disusun Oleh :
KELOMPOK : 3 (tiga)
Dhea Sagita Nanda, S. Farm (2330122049)
Elena Szanora, S. Farm (2330122050)
Elvi Oktavianti, S. Farm (2330122051)
Feti Marida, S. Farm (2330122052)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
BAB I TINJAUAN KASUS ............................................................................... 1
3.1 Identitas Pasien .................................................................................... 1
3.2 Riwayat Penyakit ................................................................................. 1
3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 2
3.4 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 4
3.5 Diagnosis .............................................................................................. 5
3.6 Penatalaksanaan .................................................................................. 5
3.7 Follow Up ............................................................................................. 7
3.8 Analisa Drug Related Problem .......................................................... 14
3.9 Monitoring Efek samping Obat......................................................... 26
3.10 Analisa Terapi .................................................................................... 30
PEMBAHASAN ............................................................................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 39
5.2 Saran .................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 40
Lampiran Tinjauan Obat ................................................................................ 43

i
BAB I

TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
No RM 083XXX
Nama Pasien Ny. M
Jenis Kelamin Perempuan
Umur 51 tahun 7 bulan
Berat Badan 50 kg
Tinggi Badan 155 cm
Agama Islam
Alamat Paninjauan
Pekerjaan Tidak bekerja
Ruangan Perawatan Interne
Dokter yang merawat dr. Letmi Yestrijal, Sp.PD
Farmasis apt. Lora Somisko, S.Farm
Mulai Perawatan 16 Agustus 2022
Keluar RS 2022

3.2 Riwayat Penyakit


a. Keluhan utama
- Sesak napas sejak ± 4 jam yang lalu
- Mual, pusing
- Nyeri ulu hati
- Sakit kepala
- Kaki bengkak sejak 1 minggu
b. Riwayat penyakit sekarang
- Batuk
- Nafas sesak
- Kedua kaki edema
c. Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat TB dan efusi pleura
- Riwayat jantung

1
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
e. Riwayat alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi

3.3 Pemeriksaan Fisik


a. Tanda Vital
- Assesmen awal gawat darurat
Keadaan umum Sedang
Kesadaran Compos Mentis
Tekanan darah 162/72 mmHg
Glasgow coma scale 15
Nadi -
Pernafasan -
Suhu -

- Assesmen awal rawat inap


Keadaan umum Sedang
Kesadaran Compos Mentis
Tekanan darah 152/77 mmHg
Glasgow coma scale 15
Nadi 70x/menit
Pernafasan 30x/menit
Suhu

2
b. Status Generalis
(IGD)
No. Uraian Normal Tidak Keterangan
Normal
1 Kepala √
2 Mata √
3 THT √
4 Leher √
5 Dada √
6 Punggung √
7 Abdomen √
8 Urogenital √
9 Ekstermitas atas √

(Rawat inap)
No. Uraian Normal Tidak Keterangan
Normal
1 Kepala √
2 Mata √
3 THT √
4 Leher √
5 Dada √
6 Punggung √
7 Abdomen √
8 Urogenital √
9 Ekstermitas atas √

3
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.4.1 Pemeriksaan Hematologi

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


MASUK Hb 10,8 mg/dL Normal 12-16 mg/dL
IGD
Leukosit 10350 /uL Tinggi (5.000-10.000)
16/08/2022
Basofil 0% Normal (0-1 %)
(11.00)
Eusinofil 0% Normal (1-3 %)
N. Batang 71 % Tinggi (2-6 %)
N. Segmen 71 % Tinggi (50-70 %)
Limfosit 18 % Rendah (20-40 %)
Monosit 11 % Tinggi (2-8 %)
Trombosit 273.000 /uL Normal (150-400.000)
Hematokrit 31 % Rendah (PR : 37-43)
NLR 3,94 % Tinggi (≤ 3,13)
LA 1.863 Mikroli Normal (> 1500)

3.4.2 Pemeriksaan Kimia Klinik


Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
16/08/2022 Gula Darah 120 mg/dL Normal (< 200 mmHg)
IGD Sewaktu
Ureum 67 mg/dL Tinggi (13-43 mg/dL)
Kreatinin 3,7 mg/dL Tinggi (0,6-1,2 mg/dL)
Natrium 141 mEq/L Normal (135-148 mEq/L)
Kalium 5,4 mEq/L Normal (3,5-5,5 mEq/L)
Klorida 113 mEq/L Tinggi (98-107 mEq/L)
17/08/2022 Protein total 5,46 g/dL Rendah (6,6-8, g/dL)
Rawat Albumin 2,62 g/dL Rendah (3,5-5,0 g/dL)
Inap Globulin 2,84 g/dL Normal 2,8-3,2 g/ dL
19/08/2022 Ureum 62 mg/dL Tinggi (13-43 mg/dL)
Kreatinin 3.1 mg/dL Tinggi (0,6-1,2 mg/dL)

4
3.4.3 Pemeriksaan Serologi
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
16/08/2022 Rapid Anti Negatif Non Selektif
IGD Gen

3.5 Diagnosis
Diagnosa utama :
- AKI (Acute Kidney Injury), hipertensi stage II
Diagnosa sekunder :
- Hipoalbumin
- HHD (Hypertensive Heart Disease)
- TB Paru putus obat
- Kolesistitis
3.6 Penatalaksanaan
3.6.1 Terapi di IGD
No Nama Obat Signa Jenis Sediaan
1 IVFD RL 24 jam/kolf Infus
2 Injeksi Lasix 2x1 ampul Injeksi
3 Injeksi Ranitidin 2x1 ampul Injeksi
4. Sukralfat Sirup 3x2 cth Sirup
5. Paracetamol 3x1 tab Tablet
6. Amlodipin 1x10 mg Tablet

3.6.2 Terapi Ruang Perawatan


No Nama Obat Signa Jenis Lama Terapi
Sediaan
1 IVFD RL 24 jam/kolf Infus 16-19 Agustus
2 Injeksi Lasix 2x1 ampul Injeksi 16-19 Agustus
3 Injeksi Ranitidin 2x1 ampul Injeksi 16-19 Agustus
4 Sukralfat Sirup 3x2 cth Sirup 16-20 Agustus
5 Paracetamol 3x1 tab Tablet 16-20 Agustus
6 Amlodipin 1x10 mg Tablet 17-19 Agustus
7 Octalbin 25% 100 cc Infus 17 Agustus

5
8 Candesartan 1x8 mg Tablet 17 Agustus
9 Meloxicam 2x7,5 mg Tablet 17 Agustus
10 Ceftriaxone 1x2 gr Injeksi 17-19 Agustus
11 Lexavon sirup 3x1 cth Sirup 20 Agustus
12 Cefixime 2x100 mg Tablet 20 Agustus

6
3.7 Follow Up
Nama : Ny. M Diagnosa : AKI Dokter : dr. Letmi Yestrijal, Sp. Dp
Umur : 51 tahun 7 bulan Ruangan : Interne Apoteker : apt. Lora Somisko, S.Farm

Tanggal S O A P
16 Agustus - Sesak napas sejak ± 4 jam - KU : Sedang Tidak ada DRPs - Informasi pemakaian
2022 yang lalu - Kes : compos mentis obat
IGD (11.00) - Mual, pusing - TD :162/72 mmHg
- Saki kepala Diagnosa :
- Kaki bengkak sejak 1 Diagnosia utama : AKI,
minggu Diagnose sekunder :
- Riwayat hipertensi dan Anemia ringan,
DM HHD,
- Putus minum obat OAT TB paru Putus Obat.
Terapi Pasien:
1. IVFD RL 1 kolf/24 jam
2. Injeksi lasix 1 ampul
3. Injeksi ranitidin 1 ampul

7
16 Agustus - Sesak napas sejak 4 jam - KU : sedang - Sukralfat + furosemide. - Sukralfat dan
2022 yang lalu - Kes : compos mentis Sukralfat dapat furosemide harus
Rawat Inap - Nyeri perut - TD : 152/77 mmHg menurunkan efek dipisahkan
(16.00) - Nyeri kepala - HR : 70 x/i furosemide dengan setidaknya 2 jam.
- Tidak mau makan - RR : 30 x/i mengurangi penyerapan - Informasi
- Kaki bengkak sejak 1 - Diagnosa obat dari lambung dan pemakaian obat
minggu yang lalu Diagnosia utama : AKI, usus ke dalam tubuh pada - Disarankan untuk
- Mual Diagnose sekunder : saat diminum pengecekan
- Pusing HHD, - Terdapat penyakit tanpa kembali penyakit
- Demam TB paru Putus Obat terapi TB pada pasien
- Terapi yang diberikan :
1. IVFD RL 24 jam/kolf
2. Injeksi lasix 2x1 amp
3. Injeksi ranitidin 2x1
amp
4. Sucralfat sirup 3x2 cth
5. Paracetamol 3x1 tab
6. Amlodipin 1x10 mg

8
17 Agustus - Badan letih - KU : sedang 1. Sukralfat + furosemide. - sukralfat dan
2022 - Nafas masih terasa sesak - Albumin/Globulin: 2,6/2,8 Sukralfat dapat menurunkan furosemide harus
- batuk - Protein total : 5,4 efek furosemide dengan dipisahkan
- Diagnose mengurangi penyerapan setidaknya 2 jam.
Diagnosia utama : AKI, obat dari lambung dan usus - Informasi
Diagnose sekunder : ke dalam tubuh pada saat pemakaian obat
HHD, diminum -
Hipoalbumin 2. Ceftriaxone + Furosemid
TB paru Putus Obat Penggunaan ceftriaxone
Kolesistitis bersama dengan furosemide
- Terapi yang diberikan : dapat meningkatkan
1. IVFD RL 24 jam/kolf konsentrasi plasma atau
2. Injeksi lasix 2x1 amp menurunkan klirens dari
3. Injeksi ranitidin 2x1 ceftriaxone.
amp
4. Sucralfat sirup 3x2
cth
5. Paracetamol 3x1 tab
6. Amlodipin 1x10 mg

9
- Terapi Tambahan :
Octalbin 25% 100 cc
Ceftriaxon 2x1 ampul
18 Agustus - Nafsu makan berkurang - TD : 137/82 mmHg 1. Sukralfat + furosemide. - sukralfat dan
2022 - Letih - Terapi yang diberikan : Sukralfat dapat furosemide harus
- Batuk 1. RL 24 jam/kolf menurunkan efek dipisahkan
2. Injeksi furosemid 2x1 furosemide dengan setidaknya 2 jam.
amp mengurangi penyerapan - Monitoring fungsi
3. Injeksi ranitidin 2x1 obat dari lambung dan ginjal
amp usus ke dalam tubuh pada - Informasi
4. Ceftriaxone 2x1 gr saat diminum pemakaian obat
5. Sucralfat syr 3x2 cth 2. Ceftriaxone + Furosemid
6. Paracetamol tab 3x500 Penggunaan ceftriaxone
mg bersama dengan
7. Amlodipin 1x10 mg furosemide dapat
meningkatkan konsentrasi
plasma atau menurunkan
klirens dari ceftriaxone.

10
19 Agustus - Nafas sesak - TD : 120/80 mmHg 1. Sukralfat + furosemide. - sukralfat dan
2022 - Batuk kering, sesekali ada - Terapi yang diberikan : Sukralfat dapat furosemide harus
sekretolitik 1. RL 24 jam/kolf menurunkan efek dipisahkan
2. Injeksi furosemid 2x1 furosemide dengan setidaknya 2 jam
amp mengurangi penyerapan Monitoring fungsi
3. Injeksi ranitidin 2x1 obat dari lambung dan ginjal
amp usus ke dalam tubuh pada - Monitoring kadar
4. Ceftriaxone 2x1 gr saat diminum. kalium dalam
5. Sucralfat syr 3x2 cth 2. Ceftriaxone + Furosemid darah
6. Paracetamol tab 3x500 Penggunaan ceftriaxone - Informasi
mg bersama dengan pemakaian obat
7. Amlodipin 1x10 mg furosemide dapat
Terapi tambahan : meningkatkan konsentrasi
1. Candesartan 1x8 mg plasma atau menurunkan
2. Melocicam 2x7,5 mg klirens dari ceftriaxone
3. Meloxicam + Furosemid
Meloxicam mengurangi
efek dari furosemid
4. Candesartan + Furosemid
Candesartan meningkat

11
dan furosemid
menurunkan kadar kalium
dalam darah
5. Candesartan + Meloxicam
Candesartan dan
meloxicam keduanya
meningkatkan kadar
kalium dalam darah.
Kombinasi keduanya
dapat mengurangi fungsi
ginjal, terutama pada
orangtua arau individeu
dengan penurunan
volume. Candesartan
menurunkan efek
meloxicam dengan
melawan efek obat.Potensi
penurunan efektivitas
dalam menurunkan
tekanan darah

12
20 Agustus - Batuk sesekali - KU : sedang 1. Cefixime + Meloxicam - Monitoring fungsi
2022 - Badan lemas - Kes : Compos mentis Cefixime akan ginjal
- Tidak nafsu makan - Terapi yang diberikan : meningkatkan tingkat atau - Monitoring kadar
1. Sucralfat sirup efek meloxicam oleh obat- kalium dalam darah
2. Paracetamol obatan asam yang - Informasi
3. Meloxicam bersaing untuk jalur yang pemakaian obat
Terapi pulang : sama melalui ginjal
1. Candesartan 1x16 mg 2. Candesartan + Meloxicam
2. Amlodipin 1x10 mg Candesartan dan
3. Cefixime 2x100 mg meloxicam keduanya
4. Lexavon 3x8 mg meningkatkan kadar
5. Meloxicam 2x7,5 mg kalium dalam darah.
6. Ranitidin 2x150 mg Kombinasi keduanya
7. Sucralfat 3x1 cth dapat mengurangi fungsi
ginjal, terutama pada
orangtua arau individeu
dengan penurunan
volume.

13
3.8 Analisa Drug Related Problem
No. Drug Therapy Problem Check Rekomendasi
List
1 Terapi obat yang tidak diperlukan
Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Pasien mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi medis.
1. IVFD RL : Diindikasikan untuk mengatasi kekurangan elektrolit
tubuh
2. Injeksi lasix (furosemid) : Diindikasikan untuk retensi cairan yang
berat (edema, ascites)
3. Injeksi ranitidin : Diindikasikan untuk mengatasi asam lambung
akibat stres
4. Sucralfat sirup : Diindikasikan untuk mengatasi asam lambung
5. Paracetamol : Diindikasikan untuk analgesik dan antipiretik
6. Amlodipin : Diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah
7. Octalbin : Diindikasikan untuk meningkatkan kadar albumin
8. Candesartan : Diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah
9. Meloxicam : Diindikasikan untuk antiinflamasi (anti nyeri)
10. Ceftriaxone : Diindikasikan mengatasi infeksi kolesistitis
11. Cefixime : Diindikasikan mengatasi infeksi kolesistitis
12. Lexavon sirup : Diindikasikan untuk mukolitik atau mengencerkan

14
dahak
Pasien mendapatkan terapi tambahan yang - Pasien tidak mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan. Semua
tidak diperlukan obat yang digunakan diindikasiakan untuk kondisi medis pasien.
Pasien masih memungkinkan menjalani - Pasien tidak memungkinkan lagi menjalani terapi non farmakologi. Pasien
terapi non farmakologi membutuhkan terapi obat-obatan dan perawatan di rumah sakit
Terdapat duplikasi terapi - Tidak terdapat duplikasi terapi. Terapi yang diberikan sesuai indikasi
medis pasien dan walaupun ada obat dari golongan yang sama tetapi tidak
diberikan dalam waktu bersamaan.
Pasien mendapatkan penanganan terhadap - Pasien tidak mengalami efek samping
efek samping yang seharusnya dapat
dicegah
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat - Bentuk sediaan obat sudah tepat,
1. IVFD RL bentuk sediaan infus
2. Lasix (Furosemid) bentuk sediaan injeksi
3. Ranitidin bentuk sediaan injeksi
4. Sucralfat bentuk sediaan sirup
5. Paracetamol bentuk sediaan tablet
6. Amlodipin bentuk sediaan tablet
7. Octalbin 25% bentuk sediaan infus

15
8. Candesartan bentuk sediaan tablet
9. Meloxicam bentuk sediaan tablet
10. Ceftriaxone bentuk sediaan injeksi
11. Lexavon bentuk sediaan sirup
12. Cefixime bentuk sediaan tablet
Terdapat kontraindikasi - Tidak terdapat kontraindikasi pada terapi, obat yang digunakan aman
untuk pasien
1. IVFD RL : Alkalosis atau asidosis metabolik berat, kondisi yang
berhubungan dengan peningkatan kadar laktat (misalnya asidosis
laktat) atau gangguan pemanfaatan laktat, gagal jantung kongestif,
hiperkalemia, pasien hipervolemik atau kelebihan cairan.
Gangguan hati dan ginjal yang parah. Penggunaan bersamaan
dengan ceftriaxone pada bayi baru lahir (≤28 hari)
2. Lasix (Furosemid) : Hipovolemia, hiponatremia, anuria (obstruksi
post renal), pasien yang alergi terhadap prepara sulfa
3. Ranitidin : Penderita yang hipersensitif terhadap ranitidin atau H2
reseptor antagonis lainnya
4. Sucralfat : Hipersensitifitas terhadap sucralfat
5. Paracetamol : Hipersensitif, gangguan hati
6. Amlodipin : Hipersensitif terhadap CCB dihidropiridin, syok

16
kardiogenik, angina pectoris tidak stabil, stenosis aorta yang
signifikan
7. Octalbin 25% : Hipersensitifitas atau alergi
8. Candesartan : Kehamilan (obat harus dihentikan bila pemakai
ternyata sedang hamil), menyusui, stenosis arteri renalis bilateral
atau stenosis pada satu-satunya ginjal yang masih berfungsi.
9. Meloxicam : Pasien riwayat hipersensitifitas terhadap meloxicam
atau OAINS lain, tukak peptik aktif, gangguan hati berat,
gangguan ginjal berat, anak dan remaja < 15 tahun, hamil, laktasi,
perdarahan gastrointestinal, perdarahan serebrovaskular, atau
perdarahan lainnya.
10. Ceftriaxone : Penderita gangguan fungsi hati yang berat, penderita
hipersensitif terhadap obat ini.
11. Lexavon : Pasien dengan riwayat alergi/hipersensitivitas
12. Cefixime : Hipersensitifitas terhadap sefalosporin
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan - Kondisi pasien dapat disembuhkan dengan obat apabila pasien teratur
oleh obat minum obat, dan setelah dirawat diruang rawat inap jantung, pasien
mengalami keadaan yang membaik dari hari ke hari dan pasien juga
teratur dalam meminum obat, terlihat dari catatan pemberian obat pasien.
Apakah ada kondisi medis yang √ Pasien memiliki riwayat TB paru, pemakaian obat OAT dihentikan karena

17
membutuhkan obat tapi tidak diberikan pasien mengalami alergi. Pasien disarankan untuk melakukan pengecekan
kembali mengenai riwayat penyakitnya.
Obat tidak diindikasikan untuk kondisi - Obat yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien
pasien 1. IVFD RL : Diindikasikan untuk mengatasi kekurangan elektrolit
tubuh
2. Injeksi lasix (furosemid) : Diindikasikan untuk retensi cairan yang
berat (edema, ascites)
3. Injeksi ranitidin : Diindikasikan untuk mengatasi asam lambung
akibat stres
4. Sucralfat sirup : Diindikasikan untuk mengatasi asam lambung
5. Paracetamol : Diindikasikan untuk analgesik dan antipiretik
6. Amlodipin : Diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah
7. Octalbin : Diindikasikan untuk meningkatkan kadar albumin
8. Candesartan : Diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah
9. Meloxicam : Diindikasikan untuk antiinflamasi (anti radang/nyeri)
10. Ceftriaxone : Diindikasikan untuk mengatasi infeksi kolesistitis
11. Cefixime : Diindikasikan mengatasi infeksi kolesistitis
12. Lexavon sirup : Diindikasikan untuk mukolitik atau mengencerkan
dahak
Terdapat obat lain yang lebih efektif - Terapi obat yang diberikan telah efektif dalam proses penyembuhan

18
dimana terapi obat yang diberikan telah sesuai dengan literatur.
3 Dosis tidak tepat
Dosis terlalu rendah atau dosis terlalu Dosis terapi yang digunakan sudah tepat
tinggi 1. IVFD RL
2. Injeksi Lasix (Furosemid)
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
20 mg/2 mL 2 x 1 ampul 20 mg-40 mg

𝑆𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎


= x pengencer
𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡
20 𝑚𝑔
= 20 𝑚𝑔 x 2 mL

= 2 mL/cc (1 kali pakai)


Dosis yang diberikan : Sesuai
3. Injeksi Ranitidin
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
50 mg/2 mL 2 x 1 ampul 2 x 50 mg/2ml
𝑆𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎
= x pengencer
𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡
50 𝑚𝑔
= 50 𝑚𝑔 x 2 mL

= 2 mL/cc (1 kali pakai) Dosis yang diberikan: Sesuai

19
4. Sucralfat Sirup
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
500 mg/5 mL 3 x cth (2 cth) 3-4x/hari
Dosis yang diberikan sesuai
5. Paracetamol tab
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
500 mg 3 x 1 tab 3-4 x (500-1000) mg/hr
Dosis yang dberikan Sesuai
6. Amlodipin
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
10 mg 1 x 1 tab 1 x (5-10) mg/hr
Dosis yang diberikan: Sesuai
7. Octalbin 25%
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
25 % 100 cc 35-70 drops/menit
Dosis yang diberikan sesuai

20
8. Candesartan
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
8 mg 1 x 8 mg 1 x (8-16) mg/hari
Dosis yang diberikan: Sesuai
9. Meloxicam
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
500 mg 2 x 7,5 mg 1 x (7,5-15) mg/hr
Dosis yang diberikan : Sesuai
10. Ceftriaxone
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
1 gr 1 x 2 gr 1-2 gr/hari
Diencerkan dalam 10 mL
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎
= x Pengencer
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑜𝑏𝑎𝑡
2000 𝑚𝑔
= x 10 mL
1000 𝑚𝑔

= 20 mL
Dosis yang diberikan : Sesuai

21
11. Lexavon Sirup
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
4 mg/5 mL 3 x 2 cth 3 x (8-16) mg/hari
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎
= x pengencer
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑜𝑏𝑎𝑡
10 𝑚𝑔
= x 5 mL
4 𝑚𝑔

= 12,5 mL (2x1/2 cth) untuk 1 x pakai


= 37,5 mL untuk 1 h pakai
Sehingga, 3 x (8-16) mg/hari = (24-48) mg/hari
Dosis yang diberikan Sesuai
12. Cefixime
Kekuatan Dosis Dosis Terapi
100 mg 2 x 100 mg 2 x (50-100) mg/hr
Dosis yang diberikan : Sesuai
Frekuensi penggunaan tidak tepat - Frekuensi penggunaan obat sudah tepat.
Penyimpanan tidak tepat - Penyimpanan sudah tepat karena disimpan pada suhu ruangan, kering dan
terhindar dari cahaya matahari
Terdapat interaksi obat - 1. Sukralfat + Furosemid
Sukralfat menurunkan efek furosemid dengan mengurangi
penyerapan obat dari lambung dan usus ke dalam tubuh saat minum

22
2. Ceftriaxone + Furosemid
Ceftriaxone meningkatkan toksisitas furosemid dengan
menambahkan efek obat. Peningkatan resiko masalah ginjal
(nefrotoksisitas)
3. Meloxicam + Furosemid
Meloxicam mengurangi efek dari furosemid
4. Candesartan + Furosemid
Candesartan meningkat dan furosemid menurunkan kadar kalium
dalam darah
5. Candesartan + Meloxicam
Candesartan dan meloxicam keduanya meningkatkan kadar kalium
dalam darah. Kombinasi keduanya dapat mengurangi fungsi ginjal,
terutama pada orangtua arau individeu dengan penurunan volume.
Candesartan menurunkan efek meloxicam dengan melawan efek
obat. Potensi penurunan efektivitas dalam menurunkan tekanan darah
6. Cefixime + Meloxicam
Cefixime akan meningkatkan tingkat atau efek meloxicam oleh obat-
obatan asam yang bersaing untuk jalur yang sama melalui ginjal

23
4 Reaksi yang tidak diinginkan
Obat tidak aman untuk pasien - Obat sudah aman untuk pasien tidak ada mengeluhkan reaksi alergi
terhadap obat.
Terjadi reaksi alergi √ Pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat OAT. Namun, pasien tidak
mengetahui obat mana yang menimbulkan reaksi alergi tersebut. Akan
tetapi, pasien akan kembali kontrol pada tanggal 25 agustus untuk
pengecekan kembali riwayat penyakit TB.
Muncul efek yang tidak diinginkan √ Pasien mengalami efek yang tidak diinginkan terhadap obat riwayat
penyakit TB sebelumnya
5 Ketidaksesuaian kepatuhan pasien
Obat tidak tersedia - Semua obat tersedia di depo farmasi RSUD Kota Padang Panjang, Obat-
obatan yang ada di depo rumah sakit sesuai dengan daftar obat yang ada
diformularium nasional dan/atau formularium rumah sakit
Pasien tidak mampu menyediakan obat - Pasien dibantu oleh keluarga untuk menyediakan semua obat
Pasien tidak bisa menelan atau - Pasien masih bisa menelan dan menggunakan obat dengan baik, karena
menggunakan obat bentuk sediaan obat-obatan bisa diterima pasien
1. IVFD RL bentuk sediaan infus
2. Lasix (Furosemid) bentuk sediaan injeksi
3. Ranitidin bentuk sediaan injeksi
4. Sucralfat bentuk sediaan sirup

24
5. Paracetamol bentuk sediaan tablet
6. Amlodipin bentuk sediaan tablet
7. Octalbin 25% bentuk sediaan infus
8. Candesartan bentuk sediaan tablet
9. Meloxicam bentuk sediaan tablet
10. Ceftriaxone bentuk sediaan injeksi
11. Lexavon bentuk sediaan sirup
12. Cefixime bentuk sediaan tablet
Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan Pasien dibantu oleh keluarga pasien bila akan meminum obat serta pasien
obat dan keluarga pasien sudah mengerti dengan cara penggunaan obat untuk
pasien., karena sudah diberikan informasi tentang penggunaan obat oleh
farmasis dan juga obat diberikan kepada pasien tiap kali waktu minum
obat (1 dosis untuk satu kali minum)
Pasien tidak patuh atau memilih untuk - Pasien patuh dalam menggunakan obat setiap diberikan obat, dengan
tidak menggunakan obat adanya perbaikan kondisi pasien dari hari kehari
6 Pasien membutuhkan terapi tambahan
Terdapat kondisi yang tidak diterapi √ Kondisi pasien telah diberikan terapi obat, namun ada kondisi pasien yang
tidak diberikan terapi karena pasien mengeluhkan perut terasa mual dan
panas setelah mengonsumsi obat OAT.
Pasien membutuhkan terapi profilaksis - Pasien tidak mendapatkan terapi profilaksis

25
3.8 Monitoring Efek samping Obat
No Obat Efek Samping Parameter Monitoring Nilai yang Diinginkan Frekuensi
Monitoring
1 IVFD RL Hipernatremia Kadar natrium dalam Kadar natrium: 135-148 Setiap hari
darah mEq/L.
2 Lasix hipovolemia, hiponatremia, Kadar natrium, kadar Kadar natrium: 135- Setiap Hari
(Furosemid) hipokalemia, hipokalsemia, kalsium, volume urine 148 mEq/L.
hiperurisemia,
hiperglisemia.
3 Ranitidin Sakit kepala, gangguan Sakit kepala, mual, Tidak ada sakit kepala, Setiap hari
gastrointestinal, reaksi hipersensitifitas muntah, pemantauan mual, muntah, tidak ada
reaksi hipersensitifitas. reaksi hipersensitifitas.
4 Sucralfat Peningkatan risiko akumulasi dan Pantau kadar glukosa Kadar glukosa darah Setiap Hari
toksisitas Al seperti osteodistrofi Al, darah pada pasien normal, dan tidak ada
osteomalacia dan ensefalopati (pada diabetes yang tanda-tanda toksisitas A1
pasien dengan gangguan ginjal); menggunakan susp oral. pada pasien gangguan
pembentukan bezoar dan obstruksi Pantau Al fosfat, Ca ginjal
usus (pada pasien yang sakit parah); dan alkali fosfatase
hiperglikemia (susp); aspirasi disertai secara berkala, dan
dengan komplikasi pernafasan (tab). tanda-tanda toksisitas

26
Gangguan gastrointestinal: Sembelit, Al pada pasien dengan
diare, perut kembung, gangguan ginjal.
ketidaknyamanan lambung, mulut
kering, dispepsia, mual, muntah.
5 Paracetamol Ruam dan gangguan darah, nekrosis Pantau kadar Pasien mengalami Setiap Hari
hati dan gangguan fungsi ginjal. parasetamol serum pada penurunan suhu tubuh.
Gangguan jantung: Takikardia. pasien dengan penyakit
Gangguan gastrointestinal: Mual, hati selama penggunaan
muntah; kemerahan selaput lendir jangka panjang. Kaji
dubur (rektal supp). pengurangan nyeri atau
demam.
6 Amlodipin Edema pretibial, gangguan tidur, sakit Gangguan tidur, sakit Tidak mengalami sakit Setiap Hari
kepala, letih, hipotensi kepala, letih, tekanan kepala, letih dan tidak
darah pasien mengalami hipotensi
TD : 120/80
7 Octalbin Hipotensi (tekanan darah rendah), Tekanan darah normal Pasien tidak mengalami Setiap Hari
urtikaria (gatal-gatal/biduran), demam 120/80 mmHg, pantau penurunan tekanan darah,
dan mual rasa gatal, demam dan tidak ada rasa gatal,
mual demam dan mual

27
8 Candesartan Pusing, sakit kepala, diare, penurunan Pusing, sakit kepala, Tidak ada pusing, sakit Setiap hari
Hb, ruam penurunan Hb, ada kepala, tidak terjadi Kadar Hb di
ruam penurunan hb, tidak ada monitoring
ruam kulit.
Hb : 13 - 15
9 Meloxicam Mual atau muntah, diare, perut Pantau rasa mual, diare, Pasien tidak mengalami Setiap hari
kembung, pusing atau sensasi seperti perut kembung dan rasa mual, diare, perut
berputar pusing kembung dan pusing
10 Ceftriaxone Gangguan saluran pencernaan (seperti Kram perut, mual, Pasien tidak mengalami Setiap hari
kram perut, nyeri, mual, muntah diare) muntah, reaksi kram perut, mual,
dan reaksi hipersensitivitas (seperti hipersensitivitas muntah, reaksi
ruam kulit, gatal) dan terjadi. Gejala hipersensitivitas
colitis pseudomembran (jarang).
11 Lexavon Gangguan pada saluran pencernaan Rasa mual, muntah, Pasien tidak mengalami Setiap Hari
misalnya mual, muntah, diare, rasa nyeri ulu hati mual maupun muntah,
penuh di perut, dan nyeri pada ulu hati serta tidak ada nyeri pada
ulu hati
12 Cefixime Gangguan saluran cerna (diare, nyeri, Pantau diare, nyeri, Tidak mengalami diare, Setiap Hari
abdomen, mual, muntah, dyspepsia, abdomen, mual, mual, muntah, dispepsia,
kembung, pseudomembran nosa, muntah, dyspepsia, kembung

28
colitis, anoreksia, rasa terbakar, kembung,
sembelit): reaksi hipersensitivitas pseudomembran nosa,
(ruam kulit, urtikaria, pruritus) : colitis, anoreksia, rasa
gangguan fungsi hati (peningkatan terbakar, sembelit
sementara nilai SGPT, SGOT, ALT) :
gangguan SST (pusing, sakit kepala):
lain lain (syok, fruritus genital,
candidiasis, nekrolisis, disfungsi ginjal
atau hati perdarahan, colitis):
gangguan hematologi
(trombositopenia, leukopenia,
eusinofilia).

29
3.8 Analisa Terapi
3.12.1 Lembaran Pengobatan Pasien di Bangsal Interne
Nama Obat Dosis/Aturan Jenis Tangga Pemberian Obat
Pakai Sediaan 16 Agustus 2022 17 Agustus 2022 18 Agustus 2022 19 Agustus 2022 20 Agustus 2022
P S Sr M P S Sr M P S Sr M P S Sr M P S Sr M
IVFD RL 24 jam/ 1 kolf Infus
Lasix 2x1 ampul Injeksi √ √ √ √ √ √ √ √
11 21 09 21 09 21 09 21
Ranitidin 2x1 ampul Injeksi √ √ √ √ √ √ √ √ Terapi
11 21 09 21 12 21 09 21 Pulang
Sucralfat 3x2 cth Sirup √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Terapi
17 06 13 18 06 12 18 14 18 06 Pulang
Paracetamol 3x500 mg Tablet √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 07 13 18 06 12 18 07 14 18 06
Amlodipin 1x10 mg Tablet √ √ √ Terapi
07 06 07 Pulang
Octalbin 100 cc Infus
25%
Candesartan 1x8 mg Tablet √ √ T. Pulang
08 08 Candesartan
1x16

30
Meloxicam 2x7,5 mg Tablet √ √ √ Terapi
09 21 06 Pulang
Ceftriaxone 1x2 gr Injeksi √ √ √
11 11 11
Lexavon 3 x 8 mg Sirup Terapi
Pulang
Cefixime 2x100 mg Tablet Terapi
Pulang

31
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan berinisial Ny. M berumur 51 tahun 7 bulan


masuk ke IGD RSUD Padang Panjang pada pukul 11.00 WIB tanggal 16 Agustus
2022, dengan keluhan Sesak napas sejak ± 4 jam yang lalu, Mual, pusing, Saki
kepala, Kaki bengkak sejak 1 minggu, Riwayat hipertensi dan DM, Putus minum
obat OAT. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pasien sedang, kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah162/72 mmHg.
Pemeriksaan Hematologi pada tanggal 16 Agustus 2022 HB 10,8 mg/dL
(Normal), Leukosit10350 /uLTinggi (5.000-10.000), Basofil 0 % Normal,
Eusinofil0 % Rendah (1-3 %), N batang dan N segmen Tinggi 71%, Limfosit
Rendah 18% Rendah (20-40%), monosit Tinggi 11% (2-8%), trombosit Normal
273.000 /uL, Hematokrit Rendah Rendah 31% (PR : 37-43), NLR 3,94 %Tinggi
(≤ 3,13), LA Normal 1.863 Mikroli. Sedangkan pemeriksaan kimia klinik
didapatkan gula darah sewaktu 120 mg/ dl Normal, Ureum tinggi 67 mg/ dl (13-
43 mg/dL), Kreatinin3,7 mg/dL Tinggi (0,6-1,2 mg/dL), Natrium141 mEq/L
Normal, Kalium5,4 mEq/L Normal, Klorida113 mEq/LTinggi (98-107 mEq/L).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di IGD pada tanggal 16
Agustus 2022 pasien didiagnosis AKI, Anemia ringan, HHD, dan TB paru Putus
Obat. Terapi obat yang diterima di IGD adalah IVFD RL 1 kolf/24 jam, Injeksi
lasix 1 ampul, Injeksi ranitidin 1 ampul. Setelah menerima penanganan medis,
pasien Ny. J dipindahkan ke ruang rawat inap bangsal Interne pada tanggal 16
Agustus pukul 16.00 dini hari, dan dilakukan pemantauan tanda-tanda vital secara
berkala seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, dan SPO 2. Serta
dilakukan pemantauan harian pasien yang meliputi skor nyeri, pupil, reflex, akral,
kesadaran GCS, dan monitoring terapi obat.
Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan dari
pengalaman pasien terkait terapi obat dan secara nyata maupun potensial
berpengaruh pada outcome yang diharapkan. Suatu kejadian dapat disebut DRPs
apabila terdapat dua kondisi, yaitu: (a) adanya kejadian tidak diinginkan yang
dialami pasien, kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosa

32
penyakit, ketidakmampuan (disability) yang merupakan efek dari kondisi
psikologis, fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan (b) adanya hubungan antara
kejadian tersebut dengan terapi obat. DRPs adalah suatu kejadian yang tidak
diinginkan yang dialami oleh pasien yang secara aktual maupun potensial dapat
mengganggu keberhasilan terapi yang diinginkan.
Berdasarkan analisa DRPs pada pasien Ny. M mengenai “Terapi tanpa
Indikasi Medis” didapatkan hasil bahwa tidak ada terapi tanpa indikasi medis
karena terapi yang diberikan sesuai dengan penyakit pasien. Pada tanggal 16
Agustus 2022 Ny. M Mendapatkan terapi tambahan berupa Sucralfat sirup 3x2
cth, Paracetamol 3x1 tab, Amlodipin 1x10 mg, Terdapat DRP terhadap terapi
yaitu sukralfat dengan furosemide Sukralfat dapat menurunkan efek furosemide
dengan mengurangi penyerapan obat dari lambung dan usus ke dalam tubuh pada
saat diminum. Sukralfat bekerja dengan menempel pada protein di permukaan
ulkus dengan membentuk kompleks larutan stabil. Kompleks ini berfungsi
sebagai penghalang dan pelindung permukaan ulkus, hal inilah yang
menyebabkan absorbsi dari furosemide tidak maksimal dan mengurangi efek
antihipertensinya. Tatalaksana terapi untuk efek yang ditimbulkan dari interaksi
kedua obat ini adalah dengan memberikan jeda pada waktu pemberian obat.
Sukralfat sebagai obat mukoprotektor harus diberikan terlebih dahulu, setealah 2
jam kemudian baru diberikan furosemide. Hal ini dilakukan agar absorbs dan
efek terapeutik furosemide tidak terganggu oleh keberadaan sukralfat (maulia,
2022)
Pada saat di rawat inap tanggal 16 agustus 2022 pasien memiliki riwayat
TB dengan pengobatan terputus sejak bulan april 2022. Namun, pengobatan
terhadap kondisi pasien tersebut tidak diberikan terapi sejak di RS. Karena pasien
mengeluhkan perut terasa mual, dan panas setelah mengonsumsi obat OAT.
Menurut Pionas, pasien mengalami efek samping minor. Jika timbul efek samping
minor, maka pengobatan dapat diteruskan pada dosis biasa atau kadang-kadang
dosis perlu diturunkan. Pasien yang mengalami puus obat tergolong dalam
kategori II yaitu diberikan obat fase intensif setiap hari 1HRZE dan fase lanjutan
3xseminggu 5H3R3E3. Namun obat tersebut tidak diberikan pada pasien karena

33
pasien perlu kontrol ulang terkait riwayat penyakit TB paru tersebut (Pionas,
2015).
Pada tanggal 17 agustus 2022 Ny. N dilakukan pemeriksaan klinik,
didapatkan hasil Protein total5,46 g/dL rendah (6,6-8, g/dL), Albumin2,62
g/dLRendah (3,5-5,0 g/dL) dan kadar Globulin2,84 g/dL Normal. Pasien
didiagnosa mengalami hipoalbumin dan diberi terapi tambahan berupa octalbin
Albumin memiliki fungsi mempertahankan tekanan osmotikplasma
sehingga menghindari dari edema.Kondisi albuminemia sangat sering ditemukan
pada pasien gagal ginjal. Menurut Anita (2015) ketidaknormalan albumin pada
pasien gagal ginjal dengan diabetes mellitus disebabkan karena tingginya kadar
gula darah,, sehingga akan merusak membran penyaring ginjal yang menyebabkan
protein yang seharusnya tidak lolos dari ginjal menjadi lolos. Protein di dalam
urin berasal dari ultrafiltrasi dan dari traktus urinarius sendiri. Protein dengan
Berat Molekul (BM) rendah (<40.000) akan melewati barier filtrasi glomerulus
dan diabsorpsi. Protein serum orang normal mengandung sekitar 60%
albumin.Konsentrasi albumin di dalam plasma lebih tinggi, BM yang sedang dan
kemampuan filtrasi yang terbatas, menyebabkan hanya sejumlah kecil albumin
yang berada di dalam urin normal. Sebanyak 0,1% albumin dalam plasma
difiltrasi sebagai filtrat ultra dan 95-99% dari semua protein yang difiltrasi akan
direabsorbsi. Protein dengan BM tinggi (>90.000) tidak mampu melalui melewati
barier filtrasi glomerulus pada orang normal. Kemampuan ginjal menyaring
protein tergantung pada beberapa faktor yaitu tekanan filtrasi, ukuran pori, muatan
listrik membran basal glomerulus dan reabsorbsi protein dalam tubulus proksimal
Tubulus terekspos protein berlebih akan terjadi reabsorbsi protein berlebih
pula, sehingga tubulus menjadi reaktif, akan mensekresi sitokin dan kemokin yang
kemudian mengaktifkan makrofag. Kemokin meransang fibrolas, dan matriks
protein.Secara bersama-sama semua ini menyebabkan fibrosis interstitial,
inflamasi, dan penyakit ginjal.Tekanan kapiler glomerulur yang tinggi menganngu
permeabilitas glomeruler terhadap protein yang difiltrasi dalam jumlah berlebihan
dan mencapai lumen tubulus proksimal.Jumlah protein yang ditemukan di urin
merupakan indikator abnormalitas pada permeabilitas glomerular sebagai petanda
kerusakan lesi ginjal. Protein yang berfiltrasi melaui kapiler glomerular mungkin

34
memeiliki toksisitas ginjal, dan dapat menyebabkann faktor resiko penyakit lain
seperti hipertensi.
Semakin tinggi derajat hipertensi semakin tinggi nilai albuminuria.Hal ini
menggambarkan bagaimana petanda kerusakan ginjal kedepannya.Protein yang
ditemukan dalam urin menggambarkan keadaan dari abnormalitas atau perubahan
permeabilitas vaskuler sistemik.Albuminuria mempunyai peran sebagai petanda
resiko mortalitas kardiovaskular dan prediktor progresivitas penyakit ginjal dan
jumlah protein yang dikeluarkan melalui urin berkolerasi dengan besarnya
penurunan LFG (laju filtrasi Glomerulus).Semakin lama pasien menderita
hipertensi maka semakin meningkat albuminuria, dan semakin banyak penyakit
penyerta.
Pemeriksaan rasio albumin kreatinin digunakan untuk melihat sebagai
mana peningkatan albuminuria, yang menggambarkan kemampuan ginjal
bekerja.Hipertensi dapat menyebabkan peningkatan filtrasi glomerulus sehingga
terjadi peningkatan dan permeabilitas kapiler glomerulus sehingga protein dapat
lolos dan ditemukan di dalam urin. Peningkatan filtrasi protein akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi protein dalam lumen tubulus, protein tersebut akan
mengalami reabsorpsi oleh sel tubulus proksimal dan apabila terjadi secara
berlebihan akan menyebabkan akumulasi protein di dalam retikulum endolisosom.
Sehingga hipertensi yang telah berlansung lama yang akan menyebabkansklerosis
glomerulus dan nefrosklerosis yang diakibatkan oleh hipertensi yang dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang akan berkembang secara progresif
Ginjal mempunyai peranan dalam memfiltrasi, protein yang lolos dalam urin
mengindikasikan adanya gangguan pada glomerulus yang dapat menyebabkan
peningkatan intraglomerular yang kemudian akan berkembang menjadi
nefroklerosis. Glomerulus tidak bisa bekerja dengan baik maka banyak protein
yang beredar kembali ke aliran darah, sehingga viskositas darah menjadi
kental.Jantung memberi tekanan untuk memompa darah dengan lebih, sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah.(Widranti, 2003)
Pemberian Octalbin dapat digunakan pada kondisi hipoproteinemia atau
hipoalbuminemia dengan edema (rendahnya kadar albumin yang memberikan

35
efek pembengkakan).Octalbin bekerja dengan meningkatkan volume plasma
darah atau meningkatkan jumlah dari albumin dalam darah (TMMN, 2019).
Pada tanggal 18 agustus, pasien mengalami nafsu makan berkurang, letih,
dan batuk.Dengan tekanan darah 137/82 mmhg.Terdapat DRP berupa Penggunaan
ceftriaxone bersama dengan furosemide dapat meningkatkan konsentrasi plasma
atau menurunkan klirens dari ceftriaxone.sehingga untuk menghindari interaksi
antara obat tersebut diperlukan moitoring fungsi ginjal (Rufaidah, 2018).
Pada tanggal 19 agustus 2022 pasien mengeluh sesak nafas, batuk kering,
sesekali ada sekretolitik. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah 120/80 mmHg,
dan pemeriksaan Ureum62 mg/dL Tinggi (13-43 mg/dL), Kreatinin3.1 mg/dL
Tinggi (0,6-1,2 mg/dL). Ada beberapa penyebab peningkatan kadar kreatinin
dalam darah, yaitu dehidrasi, kelelahan yang berlebihan, penggunaan obat yang
bersifat toksik pada ginjal, disfungsi ginjal disertai infeksi, hipertensi yang tidak
terkontrol, dan penyakit ginjal. Kadar ureum dan kreatinin yang tinggi pada
pasien menandakan kerusakan pada fungsi ginjal, Jika terjadi disfungsi renal
maka kemampuan filtrasi kreatinin akan berkurang dan kreatinin serum akan
meningkat. Peningkatan kadar kreatinin serum dua kali lipat mengindikasikan
adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga peningkatan kadar
kreatinin serum tiga kali lipat merefleksikan penurunan fungsi ginjal sebesar
75%.(alfonso, 2016).
Terdapat DRP terapi yaitu penggunaan candesartan dengan furosemid,
Interaksi tersebut memiliki efek terhadap keseimbangan kadar kalium dalam
tubuh. Keseimbangan kalium dalam tuhuh harus dipertahankan karena rasio
kalium intra dan ekstraseluler merupakan faktor penentu potential listrik di sel
membran, hal ini berperan dalam bangkitan potensial jaringan syaraf dan otot.
Gangguan kadar Kalium sangat mempengaruhi kelangsungan hidup karena
effeknya terhadap fungsi jantung yaitu untuk mengatur irritabilitas neuromuskuler
dan metabolisme sel. Kurangnya kalium dalam tubuh akan menghambat Na/K
ATP-ase dan kanal K sehingga kadar K intrasel turun dan kadar Na intrasel naik.
Hal tersebut menyebabkan depolarisasi membran sel yang akan menyebabkan Ca
ekstrasel masuk melalui kanal Ca membran, sehingga kadar Ca intrasel
meningkat. Dalam sel, Ca akan berikatan dengan calmodulin yang akan

36
meningkatkan aktivitas miosin ATPase, sehingga terjadi interaksi aktin miosin,
dan akibatnya terjadi kontraksi otot polos pembuluh darah/vasokonstriksi.
Sedangkan kelebihan kalium dalam tubuh akan dapat menyebabkan timbulnya
gejala aritmia jantung, parestesia, kelemahan otot atau paralisis (Juffrie, 2014).
sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap kadar kalium pasien.
Sedangkan penggunaan bersama antara obat meloxicam dengan
furosemide adalah meloxixam dapat menurunkan efek dari
furosemide.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muller dkk tahun 1995
bahwa meloxicam tidak mempengaruhi farmakokinetik furosemide juga tidak
mempengaruhi diuresis yang diinduksi furosemide atau elektrolit serum.Hanya
saja ekskresi elektrolit urin kumulatif setelah pemberian meloxicam dan
furosemide secara bersamaan agak lebih rendah daripada pemberian furosemide
saja.
interaksi yang terjadi antara candesartan dan meloxicam memiliki tingkat
keparahan minor. Meloxicam merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) yang dapat menghambat sintesis prostaglandin, sehingga dapat
menyebabkan penurunan aliran darah dan retensi cairan garam. Tatalaksana
terapi untuk mengatasi interaksi tersebut adalah dengan melakukan pemantauan
fungsi ginjal (maulia,2022)
pada tanggal 20 agustus 2022 kondisi pasien keluhan sudah menurun,
batuk sesekali, badan lemas, dan tidak nafsu makan. Pasien dinyatakan boleh
pulang dan melanjutkan terapi dirumah. Terapi yang diberikan berupa
Candesartan 1x16 mg, Amlodipin 1x10 mg, Cefixime 2x100 mg, Lexavon 3x8
mg, Meloxicam 2x7,5 mg, Ranitidin 2x150 mg, Sucralfat 3x1 cth.
Dari pengobatan yang didapatkan oleh pasien di rawat inap bangsal
interneTidak terdapat duplikasi terapi.Terapi yang diberikan sesuai indikasi medis
pasien.Pada analisa DRPs mengenai “Kesalahan Obat” tidak ditemukannya
kesalahan bentuk sediaan dan tidak ditemukannya kontraindikasi pada sediaan
yang diberikan kepada pasien.Kondisi pasien dapat disembuhkan dengan obat
apabila pasien teratur minum obat dan setelah dirawat diruang rawat inap
interne.pasien mengalami keadaan yang membaik dari hari ke hari dan pasien juga
teratur dalam meminum obat, terlihat dari catatan pemberian obat pasien. Setelah

37
dinyatakan boleh pulang pasien dianjurkan untuk melakukan kontrol kesehatan
secara bekala ke rumah sakit dan menjaga pola hidup sehat dan rutin meminum
obat

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan 6 tepat yaitu: tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu,
tepat cara, dan tepat dokumentasi sangat mempengaruhi terkait
keberhasilan terapi. Namun dalam kasus ini terdapat penyakit yang tidak
diberikan terapi.
2. Dari hasil pembahasan diatas ditemukan beberapa DRP
5.2 Saran
1. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
penggunaan obat yang baik dan benar untuk dapat memaksimalkan efek
terapi dan meminimalkan efek samping yang akan terjadi.
2. Memberitahu keluarga pasien untuk kembali kontrol ke poliklinik RSUD
Padang Panjang sesuai tanggal yang sudah di tentukan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Acalovschi, M. 2001. Cholesterol gallstones: from epidemiology to


Prevention. Post grad MedJ.77:221–229.

Alina ,D., Hobart ,W, H.,et al. 2008. Biliary System. In:Norton,J.A.,Barie,
P.S.,Bollinger, R., Chang, A.E., Lowry, S.F., Mulvihill, S.J., Pass,H.I.,
Thompson,R.W., editors. Surgery Basic Science and Clinical Evidence.
2nd. Ed. New York:McGrawHill.p.911-925.

Anita.D.C. (2014). Perbedaan kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal
kronis dengan diabetes dan non diabetes melitus. Yogyakarta: Stikes
‘Aisyiyah

Artikel Bedah. 2011. Batu Empedu, Cholelithiasis, Patofisiologi.(serial


online), Oct. Des., (cited2011Oct.25). Availablefrom:
URL:http://ilmubedah.info/kolelithiasis-batu-empedu-makalah-20110207.
htm.

Artikel Bedah. 2011. Kolelithiasis, Batu Empedu. (serial online), Oct.-Des.,


(cited2011Oct.25).Availablefrom:URL:http://ilmubedah.info/kolelithiasis-
batu-empedu-makalah-20110207.htm.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klie

Basic pharmacology and drug notes edisi 2019

Bateson, M. 1991. Batu Empedu. In: Bateson, M., editor. Batu Empedu
danPenyakitHati.Jakarta:Arcan.p.35-41.

Beat, M., et al. 2008. Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts Diagnosis
andTreatment.In: Beat, M., editor. Clinical Surgery. New York : McGraw
Hill.p. 219-230

Bilhartz LE. Acute acalculous cholecystitis. Dalam: Feldman M, Scharschmidt


BF, Sleisenger MH, Fordtran JS, Zorab R, editor. Sleisenger and
Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease: Pathophysiology, diagnosis,
and management. 6th ed. Washington: WB Saunders; 1998

Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo
DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrison’s principle of
internal medicine. Ed 16. New York: 28 McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-
53.

40
Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts. Dalam: Fauci AS, Kasper DL, Longo
DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al., editor. Harrison's
Principles of internal medicine. New York: McGraw Hill Company; 2008

Hoste E, Clermont G, Kersten A, et al.: RIFLE criteria for acute kidney injury are
associated with hospital mortality in critically ill patients: A cohort
analysis. Critical Care 2006; 10:R73.

JNC-8. 2014. The Eight Report of the Joint National Commite. Hypertension
Guidelines: An In-Depth Guide. Am J Manag Care.

Kamran , R . Hypertensiv e Hear t Disease.2010 . University of Nebrask a


Medical Center

Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO). KDIGO Clinical Practice


Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney International Supplements
2012. Vol.2. 19-36

Lameire N, Biesen WV, Vanholder R. The rise of prevalence and the fall of
mortality of patients with acute renal failure: what the analysis of two
databases does and does not tell us. J Am Soc Nephrol. 2006;17:923-5.

Lane JD, Lomis N. Cholecystitis, acalculous. Tersedia di


http://emedicine.medscape.com/ article/365553-print.

M. Wilson Lorraine, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit.


6th edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2012.p867-889.

Markum, H. M. S. Gangguan Ginjal Akut. In : Sudoyo AW et al (ed). Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam. 5th edition. Jakarta: InternaPublishing; 2009.p1041

Maulia, aprilia nur. dkk. 2022. Kajian Potensi Interaksi Obat Pada Pasien
Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Periode Agustus 2019.
Jurnal Ilmiah Jophus : Journal of Pharmacy UMUS

Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and classification: time
for change?. J Am Soc Nephrol. 2003;14:2178- 87.

Mehta RL, Kellum JA, Shah SV, Molitoris BA, Ronco C, Warnock DG, et al.
Acute kidney injury network: report of an initiative to improve outcomes
in acute kidney injury. Critical Care. 2007,11:R31

Müller et al. Eur J Clin Pharmacol. 1995. Influence of meloxicam on furosemide


pharmacokinetics and pharmacodynamics in healthy volunteers

Nash K, Hafeez A, Hou S: Hospital-acquired renal insufficiency. American


Journal of Kidney Diseases 2002; 39:930-936.

41
42
TINJAUAN OBAT

No. Keterangan
1. Ringer Lactat
Indikasi : Agen alkali. Sesuai petunjuk dokter (berdasarkan
tingkat keparahan asidosis metabolik)
Dosis : 5 mEq/mL (560 mg/mL)
Kontra Indikasi : Alkalosis atau asidosis metabolik berat, kondisi yang
berhubungan dengan peningkatan kadar laktat
(misalnya asidosis laktat) atau gangguan pemanfaatan
laktat, gagal jantung kongestif, hiperkalemia, pasien
hipervolemik atau kelebihan cairan. Gangguan hati dan
ginjal yang parah. Penggunaan bersamaan dengan
ceftriaxone pada bayi baru lahir (≤28 hari).
Efek Samping: Respon demam, infeksi tempat suntikan, radang urat
darah, trombosis, pengeluaran darah, hypervolemia

2. Ranitidin
Mekanisme kerja Bekerja dengan memblok reseptor histamine pada sel
parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang
untuk mengeluarkan asam lambung.
Indikasi : Jarang, kebingungan mental, depresi, halusinasi.
Dispnea, jarang, asistol, blok atrioventrikular,
bradikardia (pemberian IV cepat), takikardia, kontraksi
prematur ventrikel.
Dosis : Injeksi 25 mg/mL
Kontra Indikasi : Penyakit refluks gastroesofagus.
Efek Samping : Sakit kepala, sakit perut,, agitasi, alopecia,
kebingungan, sembelit, diare, pusing, reaksi

43
No. Keterangan
hipersensitivitas, mual muntah
Interaksi : - Perubahan waktu protrombin dan peningkatan
konsentrasi serum dengan antikoagulan kumarin
(misalnya warfarin).
- Dapat mengurangi ekskresi dan meningkatkan
konsentrasi plasma procainamide dan N-
acetylprocainamide (ranitidine dosis tinggi).
- Dapat mengubah penyerapan obat yang bergantung
pada pH yang dapat mengakibatkan peningkatan
penyerapan (misalnya triazolam, glipizide,
midazolam) atau penurunan penyerapan (misalnya
atazanavir, gefitnib, ketoconazole, delaviridine).
- Penurunan penyerapan dengan pemberian bersama
sukralfat dosis tinggi.

3. Candesartan
Mekanisme kerja Menghambat ikatan angiostensin 2 dengan reseptornya.
Indikasi : Hipertensi, gagal jantung
Dosis : 16 mg PO qDay, titrasi menjadi 8-32 mg PO qDay
ATAU dibagi q12hr
Kontra Indikasi : Gangguan hati berat dan/atau kolestasis. Anak-anak
(<1 tahun). Kehamilan. Penggunaan bersamaan dengan
aliskiren pada pasien dengan diabetes mellitus atau
gangguan ginjal sedang sampai berat (GFR <60
mL/min/1.73m2 ) .
Efek Samping : Angioedema, hipotensi, hiperkalemia, gangguan ginjal.
Agranulositosis, leukopenia, neutropenia. Mual. Fungsi
hati abnormal atau hepatitis. Urtikaria. Infeksi saluran

44
No. Keterangan
pernapasan.
Interaksi : - Peningkatan risiko hipotensi dengan diuretik dosis
tinggi dan anestesi. Peningkatan kadar K serum
dengan diuretik hemat K (misalnya spironolakton),
suplemen K, pengganti garam yang mengandung K
atau obat lain yang meningkatkan kadar K
(misalnya heparin).
- Dapat meningkatkan konsentrasi litium serum.
Penurunan efek antihipertensi, dan peningkatan
risiko perburukan fungsi ginjal dan peningkatan
serum K dengan NSAID (misalnya selektif COX-2
inhibitor, aspirin).
- Berpotensi Fatal: Pemberian bersama dengan
aliskiren pada pasien diabetes dapat meningkatkan
risiko gangguan ginjal, hipotensi dan hiperkalemia.

4 Ceftriaxone Injeksi
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis dinding sel mikroba dengan
mekanisme yang serupa dengan golongan penicillin.
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang sensitive
terhadap ceftriaxone dalam kondisi sepsis, meningitis,
infeksi abdomen peritonitis, infeksi kandug empedu,
dan saliran pencernaa, infeksi tulang, persendian dan
jaringan lunak, pencegahan infeksi prabedah; infeksi
ginjal dan saluran kemih; infeksi saluran pernapasan,
terutama pneumonia, infeksi THT, infeksi kelamin
(termasuk gonorea).
Dosis : Dosis umum dewasa dan anak > 12 tahun: 1-2 g/hari.

45
No. Keterangan
Pada infeksi berat dosis dapat ditingkatkan hingga 4
g/hari. Seftriaxon dapat diberikan secara injeksi IV
atau IM.
Dosis neonatus: 20-50 mg/KgBB/hari.
Permberian infus iv dalam 60 menit
Kontraindikasi : Penderita gangguan fungsi hati yang berat, penderita
hipersensitif terhadap obat ini.
Efek samping : Umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Gangguan
saluran pencernaan (seperti kram perut, nyeri, mual,
muntah, diare) dan reaksi hipersensitivitas (seperti
ruam kulit, gatal) dapat terjadi. Gejala colitis
pseudomembran (jarang).
Interaksi : adanya peningkatan resiko nefro toksisitas bila
sefalosporin diberikan bersama aminoglikosida.

5 Lasix Furosemide
Mekanisme kerja : Furosemide bekerja dengan menghambat reabsorbsi
aktif ion natrium dan klorida di tubulus proksimal dan
distal, serta menghambat reabsorbsi Na, Cl, K Ca, Mg
dan air di lengkung henle.
Indikasi : Edema paru akut (i.v), Hipertensi (oral), gagal ginjal
(oral), edema.
Dosis 20mg, 40mg, 80mg.
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap furosemid dan sulfonamid.
Anuria, gagal ginjal dengan anuria yang tidak
berespons terhadap furosemid; gagal ginjal karena
keracunan oleh agen nefrotoksik atau hepatotoksik;
gagal ginjal yang berhubungan dengan koma hepatik,

46
No. Keterangan
gangguan elektrolit, shipovolemia, dehidrasi, hipotensi;
keadaan koma atau pra-koma yang berhubungan
dengan sirosis hati atau ensefalopati
Efek Samping: Hiperurisemia (40%), hipokalemia (14-60%),
anafilaksis anemia, anoreksia, diare, pusing, intoleransi
glukosa, glikosuria, sakit kepala, gangguan
pendengaran, hiperurisemia, hipokalsemia,
hipokalemia, hipomagnesemia, hipotensi, kram otot,
mual, fotosensitifitas, ruam, kegelisahan, tinnitus,
frekuensi buang air kecil, urtikaria, vertigo, kelemahan.

6 Amlodipine
Mekanisme kerja menghambat masuknya ion kalsium ke dalam otot
pembuluh darah dan jantung, sehingga vasodilatasi dan
menurunkan tekanan darah.
Indikasi Hipertensi, angina Prinzmetal, Kerusakan hati
Dosis 5-10 mg per hari
Kontra indikasi Hipotensi berat, syok kardiogenik, obstruksi saluran
keluar ventrikel kiri (misalnya stenosis aorta derajat
tinggi), gagal jantung setelah infark miokard akut.
Efek samping Edema perifer, hipotensi, angina/MI. Leukopenia,
trombositopenia. Bradikardia, takikardia ventrikel,
nyeri dada, palpitasi.
Interaksi - Peningkatan konsentrasi plasma sistemik dengan
imunosupresan (misalnya siklosporin, tacrolimus).
Peningkatan konsentrasi serum simvastatin.
- Peningkatan paparan dengan inhibitor enzim CYP3A4
(misalnya inhibitor protease, antijamur azole,
eritromisin, diltiazem).

47
No. Keterangan
- Penurunan konsentrasi plasma dengan penginduksi
CYP3A4 (misalnya rifampisin).

7 Paracetamol
Mekanisme kerja : Bekerja pada pusat pengatur suhu dihipotalamus untuk
menurunkan suhu tubuh (antipiretik). Bekerja
menghambat sintesis prostagladin sehingga dapat
mengurangi nyeri ringan-sedang. Efek anti inflamasi
sangat lemah atau hampir tidak ada, sehingga tidak
digunakan sebagai anti reumatik.
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang, demam
Dosis Dewasa: 500-1000 mg per kali, diberikan tiap 4-6 jam.
Maksimum 4 gr per hari.
Anak <12 tahun : 10 mg/kgBB/ kali (bila ikterik : 5
mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4
dosis sehari.
Kontra indikasi Hipersensitif, gangguan hati
Efek samping Raksi alergi, ruam kulit berupa eritemia atau urtikaria,
kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati.
Interaksi obat Kolestiramin menurunkan absorpsi paracetamol.
Metoclopramide fan domperidone meningkatkan efek
paracetamol, paracetamol meningkatkan kadar
warfirin.

8 Sucralfat sirup
Mekanisme kerja Membentuk lapisan pada dasar tukak sehingga

48
No. Keterangan
melindungi tikak dari pengaruh agresif asam lambung
dan pepsin. Efek lainnya yaitu membantu sintesa
prostaglandin, menambah sekresi bikarbonat dan
mukus, meningkatkan daya tahan dan perbaikan
mukosa.
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum
Dosis Tukak lambung dan duodenum : larutan suspensi : 2
sdt 4x / hari
Profilaksis stress-related ulcer : 6x1 gr maks 8 gr/hari.
Anak< 15 tahun : tidak dianjurkan
Efek samping Konstipasi, diare, mual, gangguan pencernaan,
gangguan lambung, mulut kering, ruam, reaksi
hipersensitifitas, nyeri punggung, pusing, sakit kepala,
vertigo, dan mengantuk, pembentukan bezoar.
Interaksi obat Menurunkan absopsi ciprofloxacin, warfirin, afloxacin,
tetracycline, phenytoin, ketoconazole, tiroksin. Berikan
sucralfat 2 jam setelah pemberian obat tersebut.

9 Meloxicam
Mekanisme kerja OAINS COX (preferential) mengahambat sintesis
prostaglandin dengan hambatan pada enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat
menjadi PGG2 terganggu
Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit reumatik : osteoartritis
yang memburuk (jangka pendek), ankilosing
spondilitis
Kontraindikasi Pasien riwayat hipersensitivitas terhadap meloxicam

49
No. Keterangan
atau OAINS lain, tukak peptik aktif, gangguan hati
berat, gangguan ginjal berat, anak dan remaja < 15
tahun, hamil, laktasi, pendarahan gastrointestinal,
pendarahan antikoagulan, pasien lanjut usia, kondisi
lemah.
Dosis Osteoartritis : 1 x 7,5 mg sehari bersama makan, dapat
ditingkatkan sampai 15 mg / hari.
Rheumatoid arthritis, ankilosing spondilitis : 1 x 15 mg
sehari bersama makan, dapat dikurangi sehingga 7,5
mg sehari, lansia : 7,5 mg sehari.
Interaksi obat Peningkatan risiko terjadinya perdarahan lambung jika
digunakan dengan antikoagulan, antidepresan jenis
SSRI, kortikosteroid, atau obat antiinflamasi nonsteroid
lain, seperti aspirin. Penurunan efektivitas ACE
inhibitor, diuretik, ARB, atau penghambat beta, dalam
menangani hipertensi.

Lexavon sirup
10
(bromhexine HCL)
Indikasi : Mukolitik untuk meredakan bentuk berdahak
Mekanisme kerja : Mengencerkan sekret saluran napas ddengan jalan
memecahkan benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum.
Dosis : Dewasa dan anak-anak > 10 tahun : 1 tablet atau 10 ml
sirup 3 kali sehari,
Anak 5-10 tahun : ½ tablet atau 5 ml sirup 3 kali sehari
Anak 2-5 tahun : ½ tablet atau 5 ml sirup 2 kali sehari
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Efek samping : Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik,

50
No. Keterangan
bronkospasme, mual, muntah, diare, nyeri perut bagian
atas, ruam, angiordema, urtikaria, pruritus.
Indikasi obat Pemberian bersama antibiotik dapat meningkatkan
kadar antibiotik dalam jaringan paru

11 Octalbin 25% 1 cc
Mekanisme kerja bekerja dengan meningkatkan volume plasma darah
atau meningkatkan jumlah dari albumin dalam darah.
Hentikan terapi pada pasien kelebihan beban CV,
peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan vena,
dan edema paru.
Indikasi Octalbin dapat digunakan hipoproteinemia atau
hipoalbuminemia dengan edema (rendahnya kadar
albumin yang memberikan efek pembengkakan).
Dosis : Waktu paruh albumin dalam plasma sekitar 16 jam,
dengan sekitar 90 % tetap bertahan dalam intravaskular
2 jam setelah pemberian
Hipoalbuminemia : (Tidak diencerkan), 35-70
drops/menit.
Efek samping Efek samping Octalbin yang mungkin terjadi pada
penggunaan serum ini adalah mual, muntah,
peningkatan air liur, demam dan menggigil.
Efek samping kardiovaskular yang kadang terjadi
seperti vascular overload, hemodilusi dan edema paru,
hipertensi, hipotensi, takikardia, dan bradikardia.
Waspadai terjadinya reaksi hipersensitivitas/alergi.
Efek samping yang bisa berpotensi fatal : shock
anafilaksis

51
No. Keterangan
Kontraindikasi pada pasein anemia berat atau gagal jantung,
insufisiensi ginjal, hipertensi parah, esophageal varices,
edema paru, dan pasien yang memiliki riwayat
hipersensitivitas/reaksi alergi atau anafilaksis terhadap
albumin.
Interaksi obat Berinteraksi dengan FCGRT (protein yang dikodekan
oleh gen FCGRT).
Larutan Human albumin tidak boleh dicampur dengan
larutan hidrolisat protein atau alkohol.
Resiko reaksi atipikal dengan inhibitor ACE pada
pasien yang menjalani pertukaran plasma terapeutik
dengan Octalbin.

12 Cefixime
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis dinding sel mikroba dengan
mekanisme yang serupa dengan golongan penisilin.
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang sensitive
terhadap cefixime pada penyakit ISK tanpa komplikasi
(sistitis, sistouretritis, pielonefritis), infeksi saluran
nafas atas (otitis media, faringitis, tonsillitis), infeksi
saluran nafas bawah(bronchitis akut dan bronchitis
kronik eksaserbasi akut).
Dosis : dewasa dan anak > 12 tahun atau berat >30 kg: 2x 50-
100 mg sehari. Untuk infeksi berat dosis dapat
ditingkatkan hingga 2x 200 mg sehari.
Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap sefalosporin.
Efek samping : gangguan saluran cerna ( diare, nyeri abdomen, mual,

52
No. Keterangan
muntah, dyspepsia, kembung, pseudomembran nosa,
colitis, anoreksia, rasa terbakar, sembelit): reaksi
hipersensitifitas (ruam kulit, urtikaria, pruritus);
gangguan fungsi hati( peningkatan sementara nilai
SGPT, SGOT, ALT); gangguan SST (pusing, sakit
kepala); lain lain (syok, fruritus genital, candidiasis,
nekrolisis, epidermal toksik, super infeksi, nefro
patitoksik, disfungsi ginjal atau hati perdarahan ,
colitis); gangguan hematologi (trombositopenia,
leukopenia, eusinofilia).
Interaksi obat : kemungkinan adanya peningkatan resiko
nefrotoksisitas bila sefalosporin diberikan bersama
amino glikosida.

53
Lampiran :

54

Anda mungkin juga menyukai