Anda di halaman 1dari 6

Pengertian ‘Kriminologi”

Konteks dan Konsekuensi Teori

Kriminologi secara harfiah berasal dari kata “ crimen “ yang berarti Kejahatan

atau penjahat dan “Logos” yang berarti Ilmu Pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa

Kriminologi adalah ilmu mengkaji tentang Kejahatan (Penjahat) dan gejala-gejalanya.

Hubungan psikologi dengan kriminologi adalah Pada era modern disebuntukan bahwa

ilmu kriminologi yang mengkaji dan membahas kejahatan dan penyimpangan tingkah

laku manusia baik sebagai sebuah gejala sosial maupun Psikologi, sehingga dunia hukum

membutuhkan disiplin ilmu lain yang mampu menjelaskan setiap penyimpangan,

kaitannya dengan Perilaku, serta situasi psikologis tertentu yang memotivasi perilaku

kejahatan (terdesak, panik, marah, cemburu, depresi, gangguan jiwa).

E.H.Suthrland

Kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai

fenomena social,termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran

undang-undang , dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.

Kejahatan (crime) merupakan fenomena yang kompleks, dan upaya menjelaskan dari berbagai segi
merupakan upaya yang cukup sulit sekalIgus menantang. Banyak pengulas termasuk pejabat publik-
sering menyatakan bahwa penggunaan common sense sudah cukup untuk menjelaskan mengapa warga
menembak atau merampok warga lain dan, pada gilirannya, tindakan ini memberitahu pada kita apa
yang mesti dilakukan terhadap pelanggaran hukum ini. Pengalaman kami-dan berdasar buku ini juga
mengajarkan bahwa pencarian jawaban atas problem kejahatan tidaklah semudah itu. Ini mengharuskan
kita untuk mempertimbangkan kembali bias-bias kita, belajar dari pengetahuan dan kesalahan
pendahulu kita yang telah bersusah payah menyusun teori tentang sebab-sebab kejahatan, dan
mengkaji secara jernih implikasi dari apa-apa yang kita usulkan.

Namun tugas—atau, seperti yang akan kita lihat, petualangan—untuk menjelaskan kejahatan itu penting
dilakukan. Ulasan atau komentar tentang kejahatan sering terjebak pada godaan untuk melebih-
lebihkan atau menciptakan kehebohan, untuk menunjukkan bahwa kejahatan yang kejam dan
mencelakakan merupakan bagian terbesar dari tindak pelanggaran hukum di Amerika, atau mungkin
untuk menunjukkan bahwa kebanyakan warga negara meringkuk di balik pintu bergerendel dan
ketakutan karena cemas penjahat setempat akan mencelakai mereka. Tentu saja, ada unsur kebenaran
dari observasi ini, dan itulah mengapa penjelasan itu memiliki daya tarik. Namun kebanyakan warga
Amerika, khususnya yang tinggal di komunitas yang lebih makmur, hidupnya tidak dicabik cabik oleh
serangan brutal atau pembunuhan tragis. Dan, meski hamper semua warga mengunci pintu rumah pada
malam hari, memasang alarm antimaling dan mungkin membeli senjata untuk menjaga diri, mereka
biasanya mengatakan bahwa,mereka merasa aman di dekat dan di dalam rumah mereka. (Cullen, Clark,
& Wozniak, ARK, Scheingold, 1984)

Namun pernyataan yang hati-hati tadi tidak mengabaikan kenyataan bahwa keja. hatan merupakan
persoalan serius yang menurut kami layak untuk dipelajari dan dipa, hanu. Ranyak warga yang lolos dari
viktimisasi yang boleh jadi bisa menghancurkan hidupnya atau mengganggu ketenangan, namun banyak
pula yang tidak seberuntung Itu. Media massa Amerika sering memuat berita pembunuhan yang
menunjukkan bahwa banyak dari kita telah kurang peka pada kekerasan di komunitas, sehingga
perhatian pada berita ini kurang diperhatikan ketimbang berita skor pertandingan olahraga. Dan, adalah
mungkin bahwa kebanyakan dari kita memiliki kawan, atau kawan dari kawan, yang diserang secara
serius atau bahkan dibunuh. Dara statistik juga menunjukkan gambaran yang kelam. Setiap tahun,
Federal Bureau of Investigation (FBI) memublikasikan Uniform Crime Reports yang memuat daftar
jumlah berbagai jenis kejahatan yang diketahui (kebanyakan melalui laporan warga) Oleh Departemen
Kepolisian. Menurut data statistik ini, sejak 2000, rata-rata lebih dari 16.300 warga Amerika Serikat
dibunuh per tahunnya. Meskipun belakangan ada penurunan jumlah angka kejahatan, setiap tahun
masih ada sekitar 1,4 juta warga Amerika yang dirampok, diperkosa, atau mengalami serangan serius
dan hampir 10 juta yang mengalami pencurian di rumah, atau propertinya dirusak atau dicuri.
(Blumstein & Wallman, 2000: Federal Bureau of Investigation (FBI), 2010)

Sayangnya, statistik ini hanya menangkap sebagian dari problem kejahatan negara. Banyak warga,
mungkin satu dari dua atau tiga korban, tidak melaporkan kejahatan yang menimpa mereka kepada
polisi: jadi, tindak kejahatan itu tidak muncul di Uniform Crime Reports. Misalnya, National Crime
Victimization Survey, studi di mana warga ditanya apakah mereka pernah menjadi korban,
memperkirakan bahwa residen berusia lebih dari 12 tahun mengalami kira-kira 21,3 juta kejahatan pada
2008, lebih dar! seperlima dari viktimisasi dengan kekerasan. (Rand, 2009)

Lebih jauh, data statistik FBI ini tidak mencakup pelanggaran yang berkaitan dengan obat-obatan
terlarang, padahal itu juga sering terjadi. Statistik ini juga mengukuf kejahatan di jalan yang serius.
Namun kita tahu bahwa kejahatan kecil-kecilan-pun" curian kecil serangan ringan, dan sebagainya-
bahkan lebih banyak lagi , dimana responden ( biasanya remaja )b diminta melaporkan berapa banyak
pelanggaran yang merelaka lakukan . secara kosisten mengindifikasikan bahwa mayoritas orang pernah
melakukan tindak pelanggaran dengn level berbeda beda. Kekerasan Dalam rumah tangga,
penganiayaan anak, serangan kepada pasangan, dan sebagainya (yakni, kekerasan yang terjadi “di balik
pintu tertutup”)-merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini. (Straus, Gelles, & Steintz, 1980) Demikian
pula dengan kekerasan seksual pada saat kencan dan terhadap orang vang dikenal. (Fisher, Daigle, &
Cullen, 2010). Area lain yaitu kejahatan kerah putih, yakni kejahatan yang dilakukan olch orang
profesional dalam pekerjaan mereka. (Sutherland, 1949). Seperti ditunjukkan oleh beberapa kasus
belakangan ini (ingat kecurangan masif di Enron dan WorldCom), korupsi di komunitas bisnis dan politik
terjadi terus-menerus dan menimbulkan konsekuensi yang buruk. (Cullen, Maakestad, & Cavender,
1987, Simon & Eitzen, 1986) Kita bisa menambah data statistik dan observasi di sini, namun itu hanya
akan menguatkan poin kami bahwa kejahatan adalah fitur yang menonjol dalam masyarakat kita.
Pelanggaran hukum—khususnya kekerasan yang mengancam nyawa—di Amerika Serikat sudah sama
atau bahkan lebih banyak ketimbang di negara Barat lainnya. (Currie, 1985, 2009, Lynch, 2002: Messner
& Rosenfeld, 2001: Zimring & Hawkins, 1997). Melakukan perbandingan lintas-kultural adalah sulit:
misalnya, negara-negara akan berbeda dalam menentukan apa yang dipandang ilegal dan berbeda
dalam hal metode pengumpulan data kejahatannya. Meski demikian, ulasan Currie (1985) terhadap
informasi statistik yang ada menunjukkan bahwa, sejak akhir 1970-an, “di Amerika, orang yang tewas
karena kekerasan di jalanan yaitu 10 kali lebih banyak ketimbang di Jepang, Austria, Jerman Barat, atau
Swedia, 15 kali lebih banyak dibandingkan Swiss dan Inggris: dan lebih dari 20 kali lebih banyak
dibandingkan Denmark.” (hlm. 25). Perbedaan ini masih berlaku sampai sekarang (Currie, 1998b:
Rosenfeld, 2009). Menurut Currie (2009), “di hampir semua masyarakat makmur, pembunuhan
berencana atas seseorang oleh orang lain itu jarang terjadi ... Lingkungan mereka tidak dipenuhi oleh
penembakan melalui mobil atau suara helikopter polisi di tengah malam. Tidak ada lilin berkabung
untuk korban pembunuhan.” (hlm. 3). Lebih jauh, kejahatan tidak terdistribusi merata di Amerika
Serikat. Seperti dicatat oleh Blumstein (2000), pada 1996 hanya “sepuluh kota (New York, Chicago, Los
Angeles, Detroit, Philadelphia, Washington, New Orleans, Baltimore, Houston, (dan) Dallas, berurutan
dari angka tertinggi ke terendah) mencakup seperempat dari semua kejahatan pembunuhan di seluruh
negeri.” (hlm. 36). Perbedaan tajam dalam angka kriminalitas juga tampak di antara komunitas.

Tetapi mengapa kejahatan sangat menonjol di Amerika Serikat? Mengapa menonjol di beberapa
komunitas tetapi tidak di komunitas lain? Mengapa sebagian orang melanggar hukum, sedangkan yang
lainnya taat hukum? Mengapa yang melakukan tindakan ilegal bukan hanya orang miskin, tetapi juga
orang kaya? Bagaimana fenomena yang beragam ini dapat dijelaskan? Selama bertahun-tahun, para
teoretikus berusaha menjawab beberapa pertanyaan itu, Dalam buku ini, kami akan memberikan
penjelasan tentang pemikiran mereka..mengenai kejahatan mengkaji kontek,sebelum masuk kepada
Teorisasi Kriminologi.
Pertemuan 2

Perbedaan Kriminologi dengan Hukum Pidana .

Kriminologi

1. ( Kriminologi (criminology) atau ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu sosial atau non-normative
discipline yang mempelajari kejahatan dari segi sosial. Kriminologi disebut sebagai ilmu yang
mempelajari manusia dalam pertentangannya dengan norma-norma sosial tertentu, sehingga
kriminologi juga disebut sebagai sosiologi penjahat.
2. Kriminologi." berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian mengenai gejala sosial
di bidang kejahatan yang terjadi di dalam masyarakat, atau dengan perkataan lain mengapa
sampai terdakwa melakukan perbuatan jahatnya itu.
3. " menurut Enrico Ferri berusaha untuk memecahkan masalah kriminalitas dengan telaah positif
dan fakta social kejahatan termasuk setiap perbuatan yang mengancam kolektif dan dari
kelompok yang menimbulkan reaksi pembelaan masyarakat berdasarkan pertimbangan sendiri.
4. Krininologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial sehingga sebagal perilaku kejahatan
tidak terlepas dalam interaksi Sosial, artinya kejahatan menarik perhatian karena pengaruh per.
buatan tersebut yang dirasakan dalam hubungan antar manusia Andaikan seseorang yang oleh
masyarakatnya dinyatakan telah berbuat jahat, maka perbuatan seperti itu bila dilakukan
terhadap dirinya sendiri -misalnya mengambil barang miliknya untuk dinikmati atau perbuatan
tersebut dilakukan terhadap hewan-hewan di hutan bebas misalnya menganiaya babi hutan
yang ditangkapnya maka perbuatan itu tidak dianggap jahat dan perilaku itu tidak menarik
perhatian.”
5. Kriminologi lebih mengutamakan tindakan preventif oleh karena itu selalu mencari sebab-sebab
timbulnya suatu kejahatan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum serta faktor alamiah
seseorang, dengan demikian dapat memberikan break through yang tepat serta hasil yang
memuaskan. Kriminologi lebih banyak menyangkut masalah teori yang dapat mempengaruhi
badan pembentuk undang-undang untuk menciptakan suatu undang-undang yang sesuai
dengan rasa keadilan masyarakat serta mempengaruhi pula hakim di dalam menjatuhkan vonis
kepada tertuduh.#
6. Kriminologi dengan cakupan kajiannya: a. orang yang melakukan kejahatan, b. Penyebab
melakukan kejahatan . c. Mencegah tindak kejahatan, dan .d. Cara-cara menyembuhkan orang
yang telah melakukan kejahatan.

Hukum Pidana

Hukum pidana (criminal law) sebagai disiplin ilmu normatif atau normative discipline yang mempelajari
kejahatan dari segi hukum, atau mempelajari aturan tentang kejahatan. Dengan perkataan Jain
mempelajari tentang tindakan yang dengan tegas disebut oleh peraturan perundang-undangan sebagai
kejahatan atau pelanggaran, yang dapat dikenai hukuman (pidana). Hukum pidana bersendikan
probabilities atau hukum kemungkinan-kemungkinan untuk menemukan hubungan sebab akibat
terjadinya kejahatan dalam masyarakat. Apabila belum ada peraturan perundangundangan yang
memuat tentang hukuman yang dapat dijatuhkan pada penjahat atau pelanggar atas tindakannya, maka
tindakan yang bersangkutan bukan tindakan yang dapat dikenai hukuman (bukan tindakan jahat atau
bukan pelanggaran). Pandangan ini bersumber pada asas Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege
poenalis .

Hukum pidana berusaha untuk menghubungkan perbuatan jahat dengan hasil pembuktian bahwa ia
melakukan perbuatan tersebut untuk meletakkan criminal responsibility. Hukum pidana lebih banyak
menyangkut segi praktek, oleh karena baru dipergunakan setelah timbulnya suatu perbuatan jahat, jadi
lebih menekankan pada tindakan represif.

Hasilnya kurang memuaskan, oleh karena penjatuhan pidana itu belum tentu sesuai dengan sebab
timbulnya kejahatan itu sendiri, sebab yang menjadi dasar pemeriksaan di persidangan adalah surat
dakwaan jaksa yang umumnya disusun atas dasar keterangan serta pembuktian lahiriah.

Obyek kriminologi.' (orang dalam pertentangan dengan norma-norma sosial), sedangkan obyek hukum
pidana (pelanggaran ketertiban hukum) sehingga dengan sendirinya menimbulkan juga perbedaan
pengertian “kejahatan” menurut kriminologi dan menurut hukum pidana. Karena kriminologi sebagai
suatu ilmu yang berdiri sendiri di samping hukum pidana, maka mempunyai definisi sendiri tentang apa
yang disebut kejahatan. Kejahatan menurut kriminologi adalah tindakan manusia dalam
pertentangannya dengan beberapa norma yang ditentukan oleh masyarakat di tengah manusia itu
hidup. Kejahatan sebagai tindakan manusia dan sebagai gejala sosial.”

Hukum pidana memusatkan perhatiannya terhadap pembuktian suatu kejahatan sedangkan kriminologi
memusatkan perhatiannya pada faktor faktor penyebab terjadinya kejahatan .

Kriminologi ditujukan untuk mengungkapkan motif pelaku kejahatan sedangkan hukum pidana ditujukan
kepada hubungan antara tindakan dan akibatnya (hukum kausalitas). Faktor motif dapat ditelusuri
dengan bukti-bukti yang memperkuat adanya niat melakukan kejahatan. van Bemmelen menyebutkan
bahwa kriminologi sebagai Faktuele -strafrechtwissenschaft sedangkan hukum pidana sebagai
Normative-strafrechtwissenschaft. Dilihat dari pandangan dan pendapat tentang apa yang dimaksud
kriminologi dengan hukum pidana, tampak seakan tidak ada kaitannya.

B. Persamaan.

Hukum pidana dan kriminologi secara tegas berhubungan langsung dengan pelaku kejahatan, hukuman
dan perlakuannya. Perbuatan jahat itu perlu diambil tindakan preventif maupun represif dengan tujuan
agar penjahat jera atau tidak mengulangi lagi perbuatannya.” Hukum pidana dan kriminologi atas
beberapa pertimbangan merupakan instrument dan sekali gus alat kekuasaan negara dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya memiliki korelasi positif. Beberapa pertimbangan tersebut antara
lain bahwa keduanya (hukum pidana dan kriminologi) berpijak pada premis yang sama,

1. Negara merupakan sumber kekuasaan dan seluruh alat perlengkapan negara merupakan pelaksanaan
dari kekuasaan negara,

2. Hukum pidana dan kriminologi memiliki persamaan persepsi bahwa masyarakat luas adalah bagian
dari obyek pengaturan oleh kekuasaan negara bukan subyek (hukum) yang memiliki kedudukan yang
sama dengan negara:

3. Hukum Pidana dan Kriminologi masih menempatkan peranan Negara lebih Dominan daripada
peranan Individu dalam menciptakan ketertiban dan Keamanan sekaligus sebagai perusak ketertiban
dan Keamanan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai