Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IDENTITAS BERBAGAI ALIRAN ISLAM DALAM KONTEKS KEKINIAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Aswaja”
Dosen Pengampu:
Ulvia Fatkurin Fuad, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Dewi Khofifah Al Aliyah (20229001001)
2. Ismail Hasan (20229001012)
3. Liuria Nikmatul Komsah (20229001013)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KH. MUHAMMAD ALI SHODIQ
(STAIMAS)
TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini tepat waktu pada mata kuliah “Aswaja”dengan judul pembahasan “Identitas Berbagai
Aliran Islam Dalam Konteks kekinian”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Dan saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu,
saya mengharap segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Tulungagung, !6 Juni 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Identitas Berbagai Aliran Islam Dalam Konteks kekinian..............................................3

B. Salafi Wahabi..................................................................................................................3

C. Ikhwanul Muslimin.........................................................................................................6

D. Hizbut Tahrir...................................................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman Rasulullah, berbagai perbedaan pandangan dikonsultasikan secara
langsung kepadanya, namun sepeninggal beliau perbedaan pandangan mulai
muncul hingga akhirnya membentuk aliran, mazhab, atau submazhab. Perpecahan
serius umat Islam dimulai ketika terjadi perang Shiffin antara Khalifah Ali bin Abi
Thalib dengan Gubernur Syam Muawiyah, yang tidak mau tunduk kepada
kepemimpinan khalifah Ali di Madinah. Dalam pertempuran, pasukan Muawiyah hampir
kalah sampai akhirnya Amru bin Ash mengangkat Al-Qur’an di atas tombak untuk
menghentikan pertempuran dan maju ke perundingan. Sayangnya, dalam perundingan
pihak Ali dirugikan. Orang-orang yang tidak mau mengikuti tahkim (perundingan)
memisahkan diri dan kemudian disebut sebagai kelompok Khawarij.
Perpecahan umat Islam di periode awal didasari oleh perbedaan politik, termasuk
munculnya kelompok Syiah yang beranggapan bahwa yang berhak menjadi penerus
Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib. Pertentangan politik tersebut selanjutnya
berdampak pada masalah doktrin-doktrin agama karena perbedaan rujukan dan
metodologi. Syiah tidak mengakui hadits-hadits yang diriwayatkan oleh selain Ahlul Bait
atau keluarga Nabi.
Selanjutnya, ketika wilayah kekuasaan kerajaan Islam meluas, terdapat
persentuhan dengan budaya dan pemikiran lain termasuk filsafat Yunani yang sangat
menghargai akal dan rasio. Ulama yang mempelajari filsafat kemudian menggunakan
pendekatan rasional dalam memaknai ajaran-ajaran Islam. Dengan adanya berbagai
aliran, mazhab, dan kelompok, menjadi sangat penting bagaimana menyikapi perbedaan
itu. Upaya memaksakan kebenaran tunggal merupakan tindakan yang mustahil.
Kelompok radikal menganggap bahwa selain kelompoknya dianggap kafir dan
sesat sehingga boleh dibunuh. Kelompok ini berpendapat hanya alirannya yang benar
dan masuk surga. Di sisi ekstrem lain, terdapat kelompok liberal yang menganggap
inovasi-inovasi baru yang menyimpang dari ajaran pokok Islam tetap diperbolehkan.
Sehingga banyak kasus pembunuhan antara umat islam, yang masalah pokoknya adalah
perbedaan pendapat.
Kelompok Islam moderat berpendapat, perbedaan dalam masalah furuiyah atau
masalah cabang-cabang agama diterima, namun jika sudah menyangkut pokok-pokok
ajaran Islam seperti mengaku sebagai nabi baru atau mendapat wahyu dari Jibril,
dianggap sudah keluar dari agama Islam. Beberapa aliran meyakini bahwa jalan keluar
dari semua permasalahan umat islam adalah dengan mengubah seluruh sistem
pemerintahan di dunia dengan menggunakan system pemerintahan khalifah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana identitas berbagai aliran dalam islam dalam konteks kekinian?
2. Bagaimana Salafi Wahabi?
3. Bagaimana Ikhwanul Muslimin?
4. Bagaimana Hizbut Tahrir?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui identitas berbagai aliran dalam islam dalam konteks kekianian
2. Untuk mengetahui Salafi Wahabi
3. Untuk mengetahui Ikhwanul Muslimin
4. Untuk mengetahui Hizbut Tahrir
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Berbagai Aliran Islam Dalam Konteks kekinian


Muculnya aliran-aliran dalam islam kerap di anggap sudah menjadi prediksi
Baginda Agung Nabi Muhammad Saw. Lewat hadisnya Rasulullah menjelaskan bahwa
ummatnya akan pecah menjadi tujuh tiga golongan. Rasulullah bersabda yang artinya:
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71)
golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi
tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan umatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.” (HR Tirmidzi).
Setelah pada masa klasik banyak aliran-aliran dalam Islam bermunculan, aliran-
aliran dalam Islam ini tampak tidak berhenti dan terus berkembang dengan klaim
pembenaran terhadap alirannya sendiri. Setelah lahirnya aliran asy’ariyah dan
maturidiyah yang di klaim sebagai aliran aswaja pada masa berikutnya muncul lagi
aliran-aliran dalam Islam1.
Di zaman modern ini, aliran-aliran Islam sudah seperti jamur saat musim hujan,
yaitu bermunculannya aliran Islam Moderat yang menganggap bahwa selama suatu
golongan tidak mengaku sebagai nabi dan berkata mendapat wahyu dar malaikat Jibril
maka golongan termasuk golongan yang benar. Mereka membuat sebuah aliran baru
bukan tanpa sebab, berdalih bahwa aliran lama sudah tidak relevan dengan zaman
sekarang, mereka berbondong-bondong mendirikan golongan terbaru dengan konsep
yang dianggap paling memenuhi hadits nabi tentang golongan yang selamat pada akhir
jaman. Contoh aliran Moderat yang sering kita temui adalah Salafi Wahabi, ikhwatul
Islam, Hisbul Tahrir.

B. Salafi Wahabi
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf, kata as-salaf sendiri
secara bahasa bermakna “orang-orang yang mendahului atau hidup pada zaman kita 2.

1
https://www.nu.or.id/risalah-redaksi/memahami-aliran-aliran-islam-untuk-toleransi-intraagama-5E7DH,
diakses 07 Juli 2023 pukul 03.56 WIB
2
Abdu Al-Fadhl Muhammad Ibnu Manzhur, Qamus Lisan al-Arab, (Beriut, Lebanon: Dar As-Shadir, 1410 H),
Hlm 330
Adapun makna terminologis As-Salaf adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah sebuah
penjelasan Rasulullah S.A.W dalam hadisnya
“Sebaik-baiknya manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang
megikuti mereka (Tabi’ien) , kemudian yang mengikuti mereka (Tabi’ at-Tabi’ien).”
(H.R. Bukhari dan Muslim ).
Berdasarkan hadis ini yang dimaksud as-salaf adalah para sahabat Nabi S.A. ,
kemudian Tabi’ien (pengikut Nabi setelah masa Sahabat), lalu Tabi’ at-Tabi’ien
(pengikut Nabi setelah masa Tabi’ien ), termasuk didalamnya para Imam azhab karena
mereka semua hidup di tiga abad pertama sepeninggalan Rasulullah S.A.W . Oleh karena
itu, ketiga kurun ini kemudian dikenal juga dengan sebutan Al-Qur’an Al-Mufadhdhalah
(kurun-kurun yang mendapat keutamaan).3 Sebagian Ulama kemudian menambahkan
label ash-shalih sehingga menjadi as-salafu ash-shalih untuk memberikan karater
pembeda dengan pedahulu kita yang lain yang datang sesudah generasi tiga kurun ini
(yang kemudian dikenal dengan al-khalaf). Sehingga, seorang salafi berarti seorang yang
mengaku mengikuti jalan para sahabat Nabi S.A.W., Tabi’in dan Tabi’ at-Tabi’in dalam
seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka. Sebenarnya tidak ada perbedaan antara salafi
dan wahabi. Keduanya seperti dua sisi pada sekeping mata uang yang satu dari sisi
keyakinan dan padu dari segi pemikiran.
Wahabi didirikan oleh Muhammad Bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman An-Najdi
yang lahir pada tahun 1115 H/1703 M dan wafat pada tahun 1206 H/ 1792 M sekitar
umur 91 tahun. Ia belajar agama dasar bermazhab hanbali dan ayahnya seorang Qadhi
(Hakim)4.
Karakteristik pemikiran salafi dalam masalah i’tiqadiyah mengkaji tiga dasar
pemikiran yaitu:
1. Prioritas Wahyu dalam Memahami Masalah-Masalah I’tiqodiyah
Wahyu tidak pernah cacat dan tidak mesti di ragukan , begitu pula
penerapannya tidak terjadi perbedaan antara satu person dengan person lain,
tetapi ia bersifat paten. Memahami hal- hal yang bersifat ketuhanan, kenabian,
dan sam’iyyat sepantasnya merujuk kepada informasi wahyu.5 Menurut Salafi apa
yang disampaikan wahyu tentang konsep ketuhanan, kenabian dan sam’iyyat
sepantasnya lebih di utamakan dari sesuatu yang dipahami oleh akal tanpa
landasan wahyu, sebab apa yang dianggap benar oleh seseorang , boleh jadi orang
3
Abdirrahman ath-Thalibi, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak;Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi, (Jakarta: Hujjah
Prees, 2006), hlm 8
4
Ibnu Bisyr, Unwan al-Majd, op.cit., Jilid 1, hlm 6
5
Sayid Qutub, Khaiaii al-Taiawwr al-Islamiy, (Kairo: Dar al-Syuq, 1997 M), hlm 20.
lain menganggapnya keliru, sehingga tidak ada standar baku tentang kebenaran
akal, terutama masalah-masalah yang berada di luar jangkauan akal manusia atau
metafisika.
Ibn Taimiyyah sebagai salah seorang tokoh salafi melihat pentingnya
memprioritaskan wahyu serta mengambil pendapat para sahabat dalam masalah
i’tiqadiyyah, karena yang bisa di terima oelh akal yang sehat ketika terjadi
perbedaan pendapat terhadap suatu persoalan adalah kembali berkonsultasi
dengan orang yang paling ahli di bidang tersebut, Mempersoalkan masalah
pertanian misalnya, sebaiknya kembali kepada insinyur pertanian, perselisihan
dalam masalah mesin sebaiknya kembali mengkaji pendapat insinyur mesin,
masalah penyakit otomatis merujuk ke dokter ahli. Dan yang paling ahli dalam
masalah i’tiqadiyah adalah dengan bercurhat dengan Al-qur’an, inilah dasar
pemikiran salaf yang pertama dalam masalah i’tiqadiyah.
2. Menghindari Ta’wil Tafsiri
Sebelum kita mengkaji lebih mendalam tentang penolakan salafi seputar
ta’wil tafsiri, alangkah baiknya jika kita mengetahui apa itu ta’wil, terutama
ta’wil dalam Al-Qur’an Kajian kata ta’wil dalam Alqur’an sangat diperlukan,
karena Alqur’an merupakan puncak dari kefasihan. Bahasa arab , Arti ta’wil
dalam Alqur’an berkisar pada arti lughowinya sebagaimana terdapat dalam kapita
selekta. Diantara penggunaan kata ta’wil dalam Alqur’an adalah: Penjelasan
tentang sumber sesuatu, arah tujuan serta akibat yang di timbulkan.
Allah S.W.T berfirman dalam (Q.S. An-Nisa :59)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Ahsani ta’wila dalam ayat tersebut, oleh para mufassir diterjemahkan
sebagai akibat, atau hasil dari sesuatu.6 Berdasarkan pemakaian ta’wil dalam
Alquran maka Salafi membolehkannya selama dalam konotasi tafsir atau
penjelasan yang tetap berdasarkan pada wahyu, oleh karena itu ada dua model
ta’wil yang di tentang keras oleh salaf dan salafi, yaitu Ta’wil Falsafi
dan Ta’wil Kalami.
3. Pemaparan Akidah Berdasarkan Cara-Cara Alquran
6
Abi Ja’far Muhammad Bin Jarir Al-Arabiy, Jami’ Al-Bayan An Ta’wil Ayyi Al-Qur’an, (Kairo: Musyafa Al-Babi Al-
Halabi, 1954 M), hlm 184
Al-qur’an adalah kitab suci dari Allah, Pencipta segala Makhluk, Dialah
yang mengetahui rahasia-rahasia kehidupan manusia, Al-qur’an dalam kapasitas
ini , menjadi penjelas terhadap segala permaslahan dan problematika kehidupan
duniawi manusia. Dalam Al-qur’an ada banyak cabang ilmu yang ada, salah
satunya adalah Aqidah, Kalangan Salaf menilai, metode Al-qur’an dalam
memaparkan akidah merupakan cara yang di tempuh oleh Rasulullah S.A.W.,
bahkan semua Rasul yang di utus Rasulullah S.A.W., senantiasa menggunakan
metode yang sama dengan cara Alqur’an, karena cara inilah yang termudah dalam
menanamkan akidah pada umatnya.
Sebaliknya salafi berpendapat, meninggalkan metode Alqur’an dalam
memaparkan akidah berdasarkan cara-cara filosof yang mempergunakan
muqaddimah falsafi bukanya mempermudah persoalan, justru semakin
memperkabur permasalahan,bahkan peristilahan-peristilahan yang digunakan
hanya bisa dimengerti oleh kalangan terpelajar saja atau mereka yang menggeluti
filsafat.
Salai juga berpendapat bahwa perpindahan sebagian uamt Islam dari
metode Al-qur’an kepada metode falsafi dan kalami akan menjadikan persoalan
akidah menjadi kabur dan simpang siur serta memperlebar perdebatan dikalangan
sekte-sekte Islam.

C. Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin (IM) dalam bahasa Arab yaitu Al-Ikhwan Al-Muslimun atau
secara ringkas yaitu Al-Ikhwan dalam bahasa Melayu yaitu saudara se-Muslim atau
dalam bahasa Inggris yaitu Muslim Brotherhood, merupakan suatu gerakan berdasarkan
ideologi Islam yang jaringannya berskala antar bangsa yang mempunyai pengaruh di
negara-negara di dunia.7 Ikhwanul Muslimin yang nantinya disebut IM, merupakan
gerakan Islamis tertua di dunia dan juga sejak lama sebagai kelompok oposisi terbesar di
Mesir.8
Al-Ikhwan al-Muslimun didirikan oleh Hasan al-Bana dan enam rekannya pada
bulan Maret tahun 1928 dan menjadi gerakan terbesar di zaman modern.9

7
Robert S. Leiken & Steve Brooke, “The Moderat Muslim Brotherhood”, Foreign Affairs Magazine, April 9,
2007, hlm. 45.
8
El Houdaiby Ibrahim, From Prison to Palace: The Muslim Brotherhood’s Challenges and Response in Post
Revolution Egypt, House of Wisdom Center for Strategic Studies, (Egypt: 2013), hlm. 26.
9
Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992). 304.
Gerakan Ikhwanul Muslimin dalam pemikirannya menggunakan metode
sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Salafi dengan menekankan pentingnya
membahas dalil dan kembali kepada dua sumber utama, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah,
bergerak sebagaimana gerakan dakwah dan thariqat sunni Sanusiah. Selain itu, Hasan al-
Bana juga mengkombinasikan pemikiran-pemikiran masa lalu dengan menambah unsur-
unsur yang dibutuhkan oleh situasi dan kondisi kontemporer agar tetap tergar berdiri
menentang berbagai arus pemikiran sesat modern yang berkembang di Mesir khususnya
dan Dunia Islam umumnya.
Tujuan gerakan ini yaitu melakukan dakwah yang benar dan menegakkan bendera
tanah air Islam setinggi-tingginya di setiap belahan bumi, dengan membebaskan seluruh
negara Arab dan Islam dari kekuasaan asing, mendorong pembentukan Liga Arab dan
Pan Islamisme, mendirikan negara yang melaksanakan semua syari’at Islam secara
kaaffah dan mendukung kerjasama internasional untuk melindungi hak dan kebebasan
serta berpartisipasi dalam menciptakan perdamaian dunia dan mengembangkan
peradaban kemanusiaan yang baru.10 Fase gerakan ikhwanul muslimin dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
1. Fase Pengenalan (marhalah al-ta’rif)
Fase dimana anggota IM dipernalkan dengan pemahaman Islam yang benar
dan lurus dan ditanamkan pemahaman bahwa sesungguhnya agama islam adalah
agama yang syumul (menyeluruh) dan kamil (sempurna). Dalam fase ini dakwah
dilakukan dengan menyebarakan fikrah islam di tengah masyarakat.
2. Fase Pembinaan (marhalah al-taqwin)
Terdapat pembentukan dan memilih para pengkader, pendakwah, seta
pembinaan terhadap para anggota IM.
3. Fase Pelaksanaan (marhalah al-tadwin)
Tahap dimana para anggota Ikhwanul Muslimin melakukan implementasi
dan pengaplikasian ajaran-ajaran yang telah dilakukan pada dua fase sebelumnya.

Karakteristik yang paling utama dari gerakan Ikhwanul Muslimin adalah :

1. Berorientasi Ketuhanan (Rabbaniyah); maksudnya gerakan Ikhwanul Muslimin


berdiri di atas empat fondasi yang berusaha mendekatkan manusia kepada
Tuhannya.

10
Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu, (Jakarta: Gema Insani Press), hlm
274-278
2. Bersifat Internasional (‘Alamiyah); maksudnya gerakan Ikhwanul Muslimin
ditujukan kepada manusia secara keseluruhan, karena manusia pada dasarnya
adalah bersaudara, nenek moyang dan keturunan mereka adalah satu (Nabi
Adam), tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya kecuali dengan
ketaqwaan dan kebaikan serta jasa-jasa mereka yang mereka sumbangsihkan
kepada lingkungan masyarakat.
3. Bersifat Islami (Islamiyah); maksudnya bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin
berdasarkan pada Islam.

D. Hizbut Tahrir
Hibut Tahrir merupakan salah satu gerakan Islam kontemporer yang cukup besar
pengaruhnya di dunia Islam. Berbeda dengan gerakan Islam lainnya, Hizbut Tahrir
mengklaim dirinya sebagai partai politik. Namun berbeda dengan partai politik pada
umumnya, Hizbut Tahrir adalah partai politk Islam yang berbasis pada
transnasionalisme. Pengakuan ini berhubungan dengan cita-cita politiknya yang
mengupayakan seluruh dunia Islam berada di dalam satu sistem kekuasaan politik yang
disebut khilafah.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, Hizbut Tahrir mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Menurut catatan, Hizbut Tahrir berkembang di lebih dari empat puluh
negara termasuk Inggis, Jerman, Amerika Serikat dan negara-negara pecahan Uni Soviet.
Pengikut Hizbut Tahrir memiliki kekhasan yang berbeda dengan pengikut gerakan Islam
lainnya. Salah satu prinsip dasar perjuangan Hizbut Tahrir adalah senantiasa mengambil
jarak dengan penguasa, berbeda dengan gerakan Ikhwan al-Muslimin yang akomodatif
terhadap penguasa dibeberapa negara, Yordania salah satu contohnya. Dimanapun
Hizbut Tahrir berada, ia senantiasa bersikap non-kooperatif dengan pemerintah setempat.
Hal inilah yang menjadikan Hizbut Tahrir semakin populer di tengah masyarakat dan
dianggap sebagai gerakan Islam alternatif ketika gerakan-gerakan Islam lainnya
mengalami kegagalan11.
Hizbut Tahrir (Hizb) merupakan salah satu partai politik berideologi Islam yang
pertama kali didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani di kota al-Quds. Dengan
berbagai visi dan misi serta berbagai alasan yang kuat. Sehingga Syaikh Taqiyuddin an-
Nabhani sangat antusias dalam mendirikan Hizbut Tahrir sebagai partai politik Islam
11
Jamhari & Jajang Jahroni (Penyunting), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo
Persada 2004) hlm. 161 dan 163.
yang berlandaskan pada hukum Islam. Dengan keyakinan bahwa Islam diturunkan untuk
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan menyelesaikan problem yang dihadapi
manusia12.
1. Akidah Hizbut Tahrir
Akidah merupakan pondasi setiap umat beragama dan dasar kepercayaan
dalam meyakini Tuhannya. Dalam agama Islam terdapat enam poin yang wajib
diyakini dan diimani di antaranya : iman kepada Allah, iman kepada Malaikat
Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, iman
kepada hari kiamat, dan iman kepada qadha dan qadar Allah. Selain itu juga iman
memiliki makna pembenaran yang pasti, sesuai dengan kenyataan yang berasal
dari dalil yang benar, tanpa dalil yang benar tidak akan ada pembenaran yang
bersifat pasti13.
Sehingga akidah harus dibangun berdasarkan dalil qathi dan tidak boleh
dibangun berdasarkan dalil dzanni, bagi Hizbut Tahrir bukan berarti menolak dan
mengingkarinya akan tetapi jika membenarkan apa yang berasal dari dalil dzanni
itu tidak jadi masalah namun melakukan pembenaran yang pasti dengan
menggunakan dalil dzanni itu yang dilarang sehingga haram hukumnya
membangun keyakinan dengan bersandar pada dalil dzanni14. Begitupun akidah
dalm konsep Hizbut Tahrir secara umum mendefinisikan bahwa akidah
merupakan pemikiran yang menyeluruh tentang alam, manusia dan kehidupan,
dan tentang sebelum dan sesudah kehidupan di dunia.
Maksud dari semua itu adalah pemikiran dasar yang di atasnya
dibangun berbagai pemikiran cabang yang lain15. seperti hukum haramnya riba,
tidak akan dikatakan haram jika kita tidak mengimani kepada Allah, Alquran,
Rasul, dan yang lainnya. Maka dari itu apapun bentuk aspek kehidupan manusia
tidak akan terlepas dari enam poin yang menjadi pondasi umat Islam termasuk
dalam mengatur negara, tidak boleh bersandar pada pemikiran dasar akidah
kapitalis yang memisahkan agama dengan negara16.

12
Rodhi, Muhsin Muhammad, “Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir”, (BOGOR: Al-Azhar Fresh Zone, 2012)
hlm. 91
13
Arief B Iskandar, Materi Dasar Islam “Islam Mulai Akar Hingga Daunnya”, (BOGOR: Al-Azhar Press)
hlm. 13
14
Rodhi, Muhsin Muhammad, “Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir”, (BOGOR: Al-Azhar Fresh Zone, 2012)
hlm. 281
15
Ibid, hlm. 289
16
Rodhi, Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir… hlm. 290
2. Kedudukan non muslim di negara Khalifah menurut Hizbut Tahrir
Dalam sebuah negara tentu terdapat berbagai suku bangsa dan keyakinan
beragama yang berbeda, termasuk dalam negara Khilafah. Namun mungkin cara
menyikapinya yang berbeda. Untuk negara Khilafah setiap orang memilik hak
dan ketentuan masing-masing, termasuk orang-orang non Muslim juga. Di sini
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa ada dua bagian non Muslim yang harus
diperangi dan dibela. Untuk kafir harby tidak terdapat keamanan dalam dirinya
kecuali telah adanya perjanjian sebelumnya, dan jika melaksanakan perjanjian
maka diberi kebebasan untuk memasuki wilayah Islam. Hingga diperbolehkan
untuk melakukan jual beli, wisata, dan rekreasi. Namun jika tidak ada perjanjian
maka wajib hukumnya diperangi karena secara hakiki status mereka itu tetap
kafir harby17.
Berbeda dengan kafir Dzimmi, kafir Dzimmi memiliki perlindungan khusus
dan harus diperlakukan sesuai dengan orangorang Islam saja. Karena telah ada
ketetapan akan jaminan keamanan untuk kafir Dzimmi bahkan tidak boleh ada
yang memfitnah agamanya. Selain itu juga untuk kafir Dzimmi yang miskin tidak
dituntut untuk membayar jizyah melainkan harus diberi sumbangan dari Baitul
Mal. Seperti itulah kedudukan non Muslin jika berada di wilayah kekuasaan
Islam atau negara Khilafah18.

17
An- Nabhani, kepribadian islam… hlm. 376
18
Ibid, hlm. 381
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah pada masa klasik banyak aliran-aliran dalam Islam bermunculan, aliran-
aliran dalam Islam ini tampak tidak berhenti dan terus berkembang dengan klaim
pembenaran terhadap alirannya sendiri.
Di zaman modern ini, aliran-aliran Islam sudah seperti jamur saat musim hujan,
yaitu bermunculannya aliran Islam Moderat yang menganggap bahwa selama suatu
golongan tidak mengaku sebagai nabi dan berkata mendapat wahyu dar malaikat Jibril
maka golongan termasuk golongan yang benar. Mereka membuat sebuah aliran baru
bukan tanpa sebab, berdalih bahwa aliran lama sudah tidak relevan dengan zaman
sekarang, mereka berbondong-bondong mendirikan golongan terbaru dengan konsep
yang dianggap paling memenuhi hadits nabi tentang golongan yang selamat pada akhir
jaman. Contoh aliran Moderat yang sering kita temui adalah Salafi Wahabi, ikhwatul
Islam, Hisbul Tahrir.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun ini, pastinya dalam penyusunannya masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Serta kami pun berharap dengan disusunnya
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita mengenai mata kuliah
ASWAJA.
DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, Taqiyuddin. Kepribadian Islam. Bekasi: HTI Press, 2001.


Ath-Thalibi, Abdirrahman. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak;Meluruskan Sikap Keras Dai
Salafi. Jakarta: Hujjah Prees, 2006.
Bisyr, Ibnu. Unwan al-Majd. op.cit., Jilid 1
Ibrahim, El Houdaiby. From Prison to Palace: The Muslim Brotherhood’s Challenges and
Response in Post Revolution Egypt, House of Wisdom Center for Strategic Studies.
Egypt: 2013.
Iskandar, Arief B. Materi Dasar Islam “Islam Mulai Akar Hingga Daunnya”. Bogor: Al-
Azhar Press.
Jamhari & Jajang Jahroni (Penyunting), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: Raja
Grafindo Persada 2004)
Leiken, Robert S. & Steve Brooke. “The Moderat Muslim Brotherhood”. Foreign Affairs
Magazine, April 9, 2007.
Mahmud, Ali Abdul Halim. Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu. Jakarta: Gema
Insani Press.
Muhammad, Abdu Al-Fadhl Ibnu Manzhur. Qamus Lisan al-Arab. Beriut, Lebanon: Dar As-
Shadir, 1410 H.
Muhammad, Abi Ja’far Bin Jarir Al-Arabiy. Jami’ Al-Bayan An Ta’wil Ayyi Al-Qur’an.
Kairo: Musyafa Al-Babi Al-Halabi, 1954 M.
Nasution, Harun. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.
Qutub, Sayid. Khaiaii al-Taiawwr al-Islamiy. Kairo: Dar al-Syuq, 1997 M.
rodhi, Muhammad muhsin. Tsaqofah dan metode Hizbut Tahrir. Bogor: Al-Azhar fresh Zone,
2012.
https://www.nu.or.id/risalah-redaksi/memahami-aliran-aliran-islam-untuktoleransi
intraagama-5E7DH. Diakses 07 Juli 2023, pukul 03.56 WIB

Anda mungkin juga menyukai