Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIMBINGAN & KONSELING BELAJAR

“PERMASALAHAN DALAM BELAJAR”

Dosen pengampu :

Ibu Kurnaengsih, M.Ag

Kelompok 4

1. Hafizha Aditya Putri


2. Diana sari
3. Shulistia

FAKULTAS AGAMA ISLAM/IV


UNIVERSITAS WIRALODRA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan susunan makalah yang
berjudul “Macam-macam Permasalahan Dalam Belajar”. Makalah ini kami selaku penyusun
ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah bimbingan & konseling belajar.
Kami mengucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah,
bimbingan & konseling belajar ibu Kurnaengsih,M.Ag dan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi
maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca. Atas kritik dan
saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Indramayu, Maret 2022

Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................


Daftar Isi ....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
Bab II Pembahasan ....................................................................................................
A. Fobia sekolah .................................................................................................
B. Perilaku Menyontek ......................................................................................
C. Kegagalan Dalam Belajar...............................................................................
Bab III Penutup .........................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kenyataan yang perlu disadari oleh guru-guru adalah bahwa murid-murid yang
dihadapi di kelas tidak sama satu dengan yang lainnya. Murid menpunyai perbedaan dalam
banyak hal seperti : berbeda kemampuan, bakat, minat yang mereka miliki, berbeda dalam
ketajaman melihat dan mendengar serta berbeda latar belakang kehidupannya. Oleh sebab itu
guru tidak boleh menyamaratakan atau beranggapan bahwa semua anak mempunyai
kemampuan dan kecepatan belajar yang sama, sehingga dalam waktu yang sama semua
murid diangap akan dapat menyelesaikan isi pelajaran yang sama. Kenyataannya di dalam
kelas selalu ada murid yang cepat dalam belajar, ada yang sedang atau normal dan ada murid
yang lamban dalam mengikuti pelajaran.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan fobia sekolah?
b. Apa yag dimaksud dengan menyontek?
c. Apa yang dimaksud dengan kegagalan dalam belajar?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fobia sekolah
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan menyontek
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kegagalan dalam belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fobia sekolah
1. Pengertian Fobia Sekolah

Istilah phobia berasal dari kata phobi yang artinya ketakutan atau kecemasan yang
sifatnya tidak rasional yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu
gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek
atau situasi tertentu. Menurut Dr. Kartini Kartono fobia adalah kekuatan atau kecemasasn
yang abnormal kuat, tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol terhadap suatusituasi atau objek
tertentu.1

Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya
disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul ataupun hilang ketika “masa
keberangkatan” sudah lewat, hari minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu
dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah
baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapi suatu pengalaman
yang tidak menyenangkan di sekolahnya.

Fobia sekolah disebabkan oleh rasa ketidaknyamanan pada sekolah,anak merasa


sekolah menjadi aktifitas yang tidak menyenangkan (punya pengalaman buruk), misalnya
dicemooh guru dan diolok-olok teman.Tetapi fobia sekolah bisa juga disebabkan karena ada
masalah yang dialami oleh orangtuanya atau masalah keluarga. Pada anak sekolah, rasa fobia
dapat berupa perilaku mengelak saat akan diperintah orang tua untuk pergi sekolah. Anak
akan memberikan berbagai alasan agar anak tidak pergi ke sekolah. Karakteristik anak yang
mengalami fobia sekolah biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak mau bermain
dengan teman sebaya, tidak ingin berada lebih lama di sekolah, selalu menangis dan hanya
ingin selalu berada di rumah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fobia sekolah adalah suatu gangguan
kecemasan yang berlebihan, irasional, terus menerus dan tidak realistis yang dialami anak
sekolah dalam menghadapi lingkungan sekolahnya. Kemudian fobia sekolah pada anak
terjadi karena anak merasa cemas, takut, dan gelisah untuk sekolah. Anak memikirkan hal-hal
apa yang akan terjadi di sekolah. Anak juga takut pada guru jika guru yang dihadapi oleh

1
Kartini Kartono,Hygiene Mental (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm 49.
anak adalah guru yang galak. Selain itu, anak perempuan lebih mengalami fobia sekolah dari
pada anak laki-laki.2

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fobia Sekolah


a. Faktor internal
faktor yang terdapat dalam diri anak yang mempengaruhi terjadinya fobia sekolah.
Faktor tersebut adalah inteligensi, jenis kelamin, kondisi fisik, dan kepribadian.

b. Faktor eksternal
faktor yang terdapat diluar diri anak yang mempengaruhi fobia sekolah. Faktor
tersebut adalah status ekonomisosial, hubungan sosial, lingkungan dan pola asuh
orangtua3

3. Penyebab Anak Fobia Sekolah


Menurut Handayani (2006) ada beberapa penyebab yang membuat anak seringkali
menjadi fobia sekolah, antara lain :
a. Separation anxiety (kecemasan untuk berpisah).
Pengalaman negatif di sekolah atau lingkungan, problem dalam keluarga. Menurut
Darsono (2008) Fobia sekolah bukanlah bawaan anak sejak lahir, juga bukanlah
penyakit keturunan. Fobia biasanya disebabkan oleh adanya pengalaman traumatik.
Fobia merupakan tanggapan terkondisi terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis.
Selain itu, fobia juga merupakan produk dari pola pengasuhan orangtua terhadap
anak. Yang menjadi penyebab terjadinya fobia sekolah adalah pola hubungan
orangtua dan anak yang tidak sehat, sistem keluarga yang sering bertengkar,
pengalaman negatif di sekolah dan pengalaman abusive (kasar).4
b. Pengalaman negatif sekolah atau lingkungan.
Karena sering mendapat cemoohan, ejekan atau di ganggu teman-temannya di sekolah
membuat anak menolak ke sekolah. Dia merasa kesal, takut, dan malu. Atau karena
adanya persepsi terhadap guru yang dianggap galak dan seram, sehingga membuat
anak jadi takut dan cemas. Mobil jemputan yang tidak nyaman karena sering ngebut,
perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi ke sekolah, takut menyeberang

2
Retno Armaliani,Fobia Sekolah pada Anak Sekolah Dasar Jurnal Universitas GunaDharma, 2014, hlm 3
3
Ibid, hlm 5.
4
Ibid, hlm 6.
jalan, dan rasa ketakutan lainnya, bisa menimbulkan stress dan kecemasan. Anak pun
menjadi tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau ke sekolah.
c. Ada masalah dalam keluarga.
Penolakan pergi ke sekolah, bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami
orangtua atau keluarga. Misalnya, anak sering mendengar dan melihat orangtuanya
bertengkar, sehingga menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu
konsentrasinya belajar. Atau ada, salah satu anggota keluarga entah orangtua, adik
atau kakak yang sedang sakit. Berbagai permasalahan tersebut bisa membuat anak
merasa sedih dan resah.

B. Perilaku menyontek
1. Pengertian menyontek

Definisi menyontek sangat beragam dan dapat ditemukan dalam berbagai literatur. Secara
sederhana, menyontek dapat dimaknai sebagai penipuan atau melakukan perbuatan tidak
jujur.5 Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia, menyontek adalah mencontoh, meniru atau
mengutip tulisan pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.6

Definisi lain dari menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak
diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik dan/atau
kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian.7

Perilaku menyontek sering dikaitkan dengan kecurangan karenamerugikan tidak hanya


diri sendiri tetapi juga orang lain. Menyontek adalah kegiatan yang menghilangkan nilai-nilai
berharga dengan menunjukkan ketidakjujuran atau penupian. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa dalam menyontek seseorang melakukan praktik kecurangan dengan
bertanya, memberi informasi atau membuat catatan untuk mendapatkan keuntungan bagi
dirinya sendiri, keuntungan tersebut diperoleh tanpa mempertimbangkan aspek moral dan
kognitif.8

5
Dody Hartanto, Menyontek(Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya), (Jakarta:PTIndeks, 2012),hlm 10.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia
7
Dody Hartanto, menyontek....hlm 11.
8
Dody hartono, menyontek hlm 11.
2. Bentuk Perilaku Mencontek antara lain sebagai berikut :
a) Individualistic-opportunitistic, dapat dimaknai sebagai perilaku dimana siswa
mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan
menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas.
b) Independent-planned, dapat diidentifikasi sebagai menggunakan catatan ketika
tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau
dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya
ujian.
c) Social-active, adalah perilaku menyontek dimana siswa meminjam jawaban
dari orang lain.
d) Social-passive, mengizinkan orang lain melihat jawabannya.9

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku mencontek, antara lain :


a) Faktor internal, perilaku menyontek terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan menyontek atau plagiarism,
rendahnya self-efficacy dan status ekonomi-sosial. Faktor internal yang lain
adalah keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, nilai moral (personal
values) dimana siswa menganggap perilaku menyontek adalah hal yang wajar,
kemampuan akademik yang rendah, time management dan prokrastinasi.
b) Faktor eksternal, perilaku menyontek terjadi karena adanya tekanandari teman
sebaya, tekanan dari orangtua, peraturan sekolah yang kurang jelas dan sikap
guru yang tidak tegas terhadap perilaku menyontek.10

4. Penyebab perilaku menyontek antara lain sebagai berikut :


a) Malas belajar, siswa malas berusaha karena merasa usaha apa pun yang
dilakukan tidak akan banyak berperan dalam pencapaian hasil yang
diharapkan. Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa pesimis dan
tidak percaya pada kemampuan dirinya, sehingga malas berusaha karena
merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan mampu mencapai prestasi yang
diharapkan.
b) Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi, perasaan tidak
kompeten atau bahkan bodoh pada siswa yang memiliki konsep dirinegatif

9
Ibid, hlm 17.
10
Ibid, hlm 44.
akan membuatnya merasa bahwa dirinya akan gagal.Munculnya gambaran
akan kegagalan dalam meraih prestasi belajar (nilai yang baik) membuat
individu khawatir. Ketakutan terhadap suatu kegagalan dihindari dengan
melakukan perbuatan menyontek.
c) Tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik, pandangan orangtua
tentang penampilan, kemampuan, dan prestasi anak akan mempengaruhi cara
pandang anak terhadap dirinya, atau dengan kata lain akan mempengaruhi
konsep dirinya. Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat anak
cenderung gagal. Kegagalan yang dialami dapat mempengaruhi konsep diri
anak dan menjadi dasar dari perasaan rendah diri dan tidak mampu. Misalnya
jika orang tua menganggap nilai akademis sama dengan kemampuan, orang
tua akan mengharapkan anaknya mendapat nilai yang bagus tanpa berpikir
sejauh mana pelajaran yang telah diserap oleh sang anak. Tuntutan orang tua
semacam itu dapat menimbulkan keinginan pada anak untuk menyontek.

C. Kegagalan dalam Belajar


1. Pengertian Kegagalan dalam Belajar

Kegagalan dalam belajar adalah ketidakberdayaan seseorang untuk melakukan sesuatu


dalam hal belajar sehingga mudah menyerah dan kurang bisa mengontrol diri dalam
lingkungan sosial. Kecenderungan siswa untuk melakukan prokrastinasi secara signifikan
mengganggu pencapaian akademis dan kecakapan untuk menguasai materi pelajaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Sekolah


a. Lingkungan Keluarga, terdapat sejumlah faktor dalam lingkungan keluarga yang
berpotensi menimbulkan stres pada anak muda. Faktor-faktor tersebut meliputi gaya
berfungsinya keluarga seperti gaya parenting, hubungan orang tua, perceraian dan
masalah keluarga lainnya.
b. Lingkungan Pendidikan, anak muda akan mengalami berbagai tekanan sekolah yang
membuat mereka stres. Resiko pengalaman atas kegagalan dalam lingkungan
pendidikan merupakan sumber stres psikososial.
c. Kelompok Teman Sebaya atau Geng, Selama masa remaja pembentukkan kelompok
teman berdasarkan konteks perkembangan adalah normal. Kecenderungan
membentuk kelompok seperti ini dimulai sejak dalam tahap kanak-kanak. Kelompok
teman bermain,teman di sekolah merupakan contoh kelompok yang menyediakan
suatu pelepasan sosial. Dari pergaulan atau pertemanan antar teman sebaya atau
dalam bentuk komunitas atau di sebut geng, disini terbentuk suatu perilaku atau sikap
yang negatif, biasanya anak melakukan perilaku penyimpang dengan teman-temannya
dengan mencuri, perkelahian, tawuran, dan lain-lain yang bersifat negatif.11

3. Penyebab Kegagalan dalam Belajar


a. Memiliki keyakinan yang salah, faktor yang cukup berpengaruh kenapa orang gagal
meraih prestasi adalah keyakinan yang salah atau memiliki keyakinan yang negatif
tentang orang berprestasi.
b. Tujuan tidak jelas, alasan selanjutnya kenapa banyak orang yang gagal atau tidak
memiliki prestasi tinggi di sekolah karena tujuannya tidak jelas. Memiliki tujuan yang
tidak menyebabkan hidup kita tanpa arah.Tujuan yang tidak jelas menyebabkan kita
mudah merubah tujuan.Selanjutnya jika kita mudah merubah tujuan menyebabkan
kesulitan mengejar tujuan kita. Banyak orang yang secara sadar atau tidak sadar
mengganti tujuannya.
c. Tidak yakin berhasil, banyak orang menetapkan tujuan, tapi tidak yakin bahwa
tujuannya tersebut dapat tercapai. Orang lain boleh tidak yakin atau menganggap
mustahil terhadap tujuan kita, tetapi diri kita sendiri harus merasa yakin terhadap apa
yang sudah menjadi tujuan kita. Tetapi apabila kita tidak yakin akan berhasil, maka
hilanglah semua peluang dan kemungkinan untuk berhasil.
Ketika kita menganggap tujuan kita tidak mungkin berhasil, maka kita tidak
melakukan apapun untuk mencapai tujuan kita. Apabila kita melakukan tindakan,
maka tindakan yang dilakukan hanya asal-asalan atau sekedar menggugurkan
kewajiban saja.
d. Tidak memiliki strategi yang tepat, banyak orang yang gagal atau kurang mempunyai
prestasi yang maksimal karena tidak memiliki strategi belajar yang tepat. Untuk
mencapai keberhasilan dalam bidang pendidikan memerlukan perencanaan strategi
yang tepat. Orang yang tidak mempunyai strategi yang tepat maka tindakan yang
dilakukan menjadi kurang tepat.
e. Tidak memiliki program belajar, setinggi apapun keinginan kita untuk meraih prestasi
belajar, tidak akan tercapai bila tidak memiliki program belajar. Tidak memiliki
program belajar berarti kita tidak memiliki pedoman atau langkah-langkah yang harus

11
Slameto, belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya, (jakarta: rineka cipta, 2010), hlm 50.
dilakukan untuk mencapai tujuan. Tidak memiliki program belajar menyebabkan kita
sulit mengevaluasi terhadap hasil atau persiapan yang kita lakukan.
f. Tidak Melakukan Evaluasi, kesalahan berikutnya adalah tidak melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil yang dilakukan, apakah melakukan ke arah tujuan atau
tidak. Terkadang kita tidak melakukan evaluasi atau mengukur sampai seberapa jauh
kesiapannya untuk mencapai tujuannya tersebut. Tidak ada evaluasi menyebabkan
kita tidak memperoleh masukan tentang upaya yang sudah dilakukan.
g. Menyalahkan orang lain, penyebab kegagalan belajar lainnya adalah menyalahkan
orang lain atau situasi. Banyak orang menyalahkan pihak lain, situasi atau kondisi
untuk menutupi kelemahannya dan menjadikan alasan kenapa dia tidak berhasil.
Sebagai contoh pantas saja saya tidak berhasil karena tidak mendapat dukungan
keluarga. Pantas saja saya tidak mencapai prestasi tinggi di sekolah karena orang tua
saya miskin. Pada umumnya orang yang sering menyalahkan orang lain dan situasi
hampir tidak mau berjuang secara maksimal untuk mencapai tujuannya.
h. Mencari alasan, banyak orang mencari alasan untuk menutupi kegagalan atau
kemalasannya dalam mengejar prestasi belajar. Ketika seseorang mencari alasan,
misalnya saya tidak berbakat, saya berasal dari keluarga miskin dan alasan lainnya
umumnya orang tersebut tidak melakukan tindakan secara serius untuk meraih
tujuannya.
i. Melakukan pembenaran, banyak orang yang melakukan pembenaran terhadap
keberhasilan orang lain, dengan maksud untuk menutupi kelemahan dan
kemalasannya. Misalnya terang saja teman saya itu semangat belajar karena mendapat
dukungan orang tuanya. Terang saja dia juara karena kedua orang tuanya sarjana.
Kalimat yang menyatakan sudah sepantasnya orang lain berhasil karena faktor ini dan
itu sesuai alasan yang kita buat sebenarnya hanya alasan saja. Orang seperti ini tidak
berbuat dan berjuang maksimal untuk meraih prestasi belajar,sehingga tidak dapat
mencapai tujuannya.
j. Mudah menyerah, orang yang mudah menyerah adalah orang yang mundur dari
perjuangan untuk meraih tujuannya sebelum tujuannya tercapai. Biasanya orang
mudah menyerah karena adanya kesulitan atau kegagalan-kegagalan kecil sebelum
ujian yang sebenarnya terjadi. Bila baru memulai sedikit atau sedikit usaha kita
memutuskan untuk menyerah dapat dipastikan kita tidak sampai atau tidak dapat
meraih tujuan kita.
k. Terpengaruh pesimisme orang lain, secara sadar atau tidak disadari bahwa pesimisme
orang lain dapat menjerumuskan kita kejurangkegagalan. Hampir dapat dipastikan
orang yang terpengaruh dengan pesimisme orang lain akan menjadi bagian dari orang
yang pesimis tersebut.12

12
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar,
(Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm. 118-119.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah di atas, dapat di simpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh siswa di sekolah. Salah satu permasalahannya ialah fobia akan sekolah,
perilaku menyontek, dan kegagalan dalam belajar.

Permasalahan tersebut terjadi karena adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berarti permasalahan dalam belajar terjadi karena siswa itu sendiri, sedangkan faktor
eksternal berarti permasalahan belajar yang terjadi dikarenakan oleh oranglain, lingkungan,
dan lain-lain selain dirinya sendiri.

Sebagai seorang guru, kita perlu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang


dihadapi oleh siswa, atau bahkan perlu adanya bimbingan agar tidak terjadi permasalahan
dalam belajar dan proses belajar pun menjadi lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kartini Kartono,Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm 49.


2. Retno Armaliani, Fobia Sekolah pada Anak Sekolah Dasar, Jurnal Universitas
GunaDharma, 2014, hlm 3
3. Ibid, hlm 5.
4. Ibid, hlm 6.
5. Dody Hartanto, Menyontek(Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya),
(Jakarta:PTIndeks, 2012),hlm 10.
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia
7. Dody Hartanto, menyontek hlm 11.
8. Dody hartono, menyontek hlm 11.
9. Ibid, hlm 17.
10. Ibid, hlm 44.
11. Slameto, belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya, (jakarta: rineka cipta,
2010), hlm 50.
12. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar,(Jakarta: Rineka
Cipta,2003), hlm. 118-119.

Anda mungkin juga menyukai