Anda di halaman 1dari 22

MASALAH – MASALAH PENGAJARAN DAN PEMECAHANNYA

MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Pada Mata Kuliah
PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Susanto, M.Pd

Di Susun Oleh :
Pepi Hartika
( 19-001.1817 )

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN ILMU TARBIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
RAUDHATUL ULUM
(STITRU)
2020/1442
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan ridho dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Masalah – Masalah Pengajaran Dan Pemecahannya” ini
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Dan Desain Pembelajaran.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan Allah SWT dan ustadz Susanto, M.Pd, untuk itu dalam kesempatan ini
kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Namun demikian kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan
baik, oleh karna itu kami mohon untuk masukan dan saran guna menyempurnakan
makalah ini. Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Wassalamu’alaikum, wr,wb

Pengabuan, Maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

JUDUL
MAKALAH.............................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Fobia Sekolah...................................................................................................2
1. Pengertian Fobia Sekolah..........................................................................2
2. Tingkatan dan Jenis Penolakan Terhadap Sekolah...................................3
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fobia Sekolah...................................3
4. Penyebab Anak Fobia Sekolah..................................................................4
B. Menyontek........................................................................................................4
1. Pengertian Menyontek...............................................................................4
2. Bentuk Perilaku Menyontek......................................................................5
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek.....................................5
4. Penyebab Perilaku Menyontek..................................................................6
C. Motivasi Rendah...........................................................................................6
1. Pengertian Motivasi Rendah.....................................................................6
2. Faktor Penyebab Motivasi Rendah............................................................7
D. Kegagalan dalam Belajar..............................................................................7
1. Pengertian Kegagalan dalam Belajar........................................................7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Sekolah...........................7
3. Penyebab Kegagalan dalam Belajar..........................................................8
E. Underachievement......................................................................................11
1. Pengertian Underachievement.................................................................11
2. Karakteristik Siswa Underachievement..................................................12
3. Faktor yang Mempengaruhi Underachievement.....................................13

III
4. Penyebab Underachievement..................................................................15
F. Drop Out.....................................................................................................15
1. Pengertian Drop Out...............................................................................15
2. Faktor Terjadinya Drop Out....................................................................15
BAB III PENUTUPAN..........................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

IV
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Permasalahan belajar
adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri. Masalah-
masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa
belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus
menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Agar aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih
terarah, dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang sering
kali atau pada umumnya terjadi dikebanyakan siswa dalam berbagai bentuk
aktivitas pembelajaran, maka akan lebih baik bilamana guru memiliki bekal
pemahaman tentang masalah-masalah belajar. Pemahaman tentang masalah
belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan
munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran. Dengan pemahaman itu pula guru dapat menenmukan solusi
tindakan yang dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan fobia sekolah?
2) Apa yang dimaksud dengan menyontek?
3) Apa yang dimaksud dengan motivasi rendah?
4) Apa yang dimaksud dengan kegagalan dalam belajar?
5) Apa yang dimaksud dengan underachievement?
6) Apa yang dimaksud dengan drop out?

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Fobia Sekolah
1. Pengertian Fobia Sekolah
Istilah phobia berasal dari kata phobi yang artinya ketakutan atau
kecemasan yang sifatnya tidak rasional yang dirasakan dan dialami oleh
sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh ketakutan
yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.
Menurut Dr. Kartini Kartono fobia adalah kekuatan atau kecemasasn yang
abnormal kuat, tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol terhadap suatu
situasi atau objek tertentu.1
Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap
sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah
muncul ataupun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat, hari
minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap
anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah
baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapai
suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
Fobia sekolah disebabkan oleh rasa ketidaknyamanan pada sekolah,
anak merasa sekolah menjadi aktifitas yang tidak menyenangkan (punya
pengalaman buruk), misalnya dicemooh guru dan diolok-olok teman.
Tetapi fobia sekolah bisa juga disebabkan karena ada masalah yang
dialami oleh orangtuanya atau masalah keluarga. Pada anak sekolah, rasa
fobia dapat berupa perilaku mengelak saat akan diperintah orangtua untuk
pergi sekolah. Anak akan memberikan berbagai alasan agar anak tidak
pergi ke sekolah. Karakteristik anak yang mengalami fobia sekolah
biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak mau bermain dengan
teman sebaya, tidak ingin berada lebih lama di sekolah, selalu menangis
dan hanya ingin selalu berada di rumah.

1
Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm 49.

2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fobia sekolah adalah
suatu gangguan kecemasan yang berlebihan, irasional, terus menerus dan
tidak realistis yang dialami anak sekolah dalam menghadapi lingkungan
sekolahnya. Kemudian fobia sekolah pada anak terjadi karena anak merasa
cemas, takut, dan gelisah untuk sekolah. Anak memikirkan hal-hal apa
yang akan terjadi di sekolah. Anak juga takut pada guru jika guru yang
dihadapi oleh anak adalah guru yang galak. Selain itu, anak perempuan
lebih mengalami fobia sekolah daripada anak laki-laki.2
2. Tingkatan dan Jenis Penolakan Terhadap Sekolah
Para ahli menunjuk adanya beberapa tingkatan school refusal, mulai
dari yang ringan hingga yang berat (fobia), yaitu :
a. Initial school refusal behavior, adalah sikap menolak sekolah yang
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika atau tiba-tiba)
yang berakhir dengan sendirinya tanpa perlu penanganan.
b. Substantial school refusal behavior, adalah sikap penolakan yang
berlangsung selama minimal 2 minggu.
c. Acute school refusal behavior, adalah sikap penolakan yang bisa
berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami
masalah setiap kali hendak berangkat sekolah.
d. Chronic school refusal behavior, adalah sikap penolakan yang
berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah
di tempat itu.3
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fobia Sekolah
a. Faktor internal, faktor yang terdapat dalam diri anakyang
mempengaruhi terjadinya fobia sekolah. Faktor tersebut adalah
inteligensi, jenis kelamin, kondisi fisik, dan kepribadian.

2
Retno Armaliani, Fobia Sekolah pada Anak Sekolah Dasar, Jurnal Universitas Guna
Dharma, 2014, hlm 3.
3
Ibid., hlm 6.

3
b. Faktor eksternal, faktor yang terdapat diluar diri anak yang
mempengaruhi fobia sekolah. Faktor tersebut adalah status ekonomi
sosial, hubungan sosial, lingkungan dan pola asuh orangtua.4
4. Penyebab Anak Fobia Sekolah
Menurut Handayani (2006) ada beberapa penyebab yang membuat
anak seringkali menjadi fobia sekolah. Antara lain Separation anxiety
(kecemasan untuk berpisah), pengalaman negatif di sekolah atau
lingkungan, problem dalam keluarga.
Menurut Darsono (2008) Fobia sekolah bukanlah bawaan anak sejak
lahir, juga bukanlah penyakit keturunan. Fobia biasanya disebabkan oleh
adanya pengalaman traumatik. Fobia merupakan tanggapan terkondisi
terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis. Selain itu, fobia juga
merupakan produk dari pola pengasuhan orangtua terhadap anak. Yang
menjadi penyebab terjadinya fobia sekolah adalah pola hubungan orangtua
dan anak yang tidak sehat, sistem keluarga yang sering bertengkar,
pengalaman negatif di sekolah dan pengalaman abusive (kasar).5

B. Menyontek
1. Pengertian Menyontek
Definisi menyontek sangat beragam dan dapat ditemukan dalam
berbagai literatur. Secara sederhana, menyontek dapat dimaknai sebagai
penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur. 6 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, menyontek adalah mencontoh, meniru atau mengutip
tulisan pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. 7 Definisi lain dari
menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak
diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas
akademik dan/atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian.8

4
Ibid., hlm 5.
5
Ibid., hlm 6.
6
Dody Hartanto, Menyontek (Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya), (Jakarta: PT
Indeks, 2012), hlm 10.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia
8
Dody Hartanto, Menyontek..., hlm 11.

4
Perilaku menyontek sering dikaitkan dengan kecurangan karena
merugikan tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain. Menyontek
adalah kegiatan yang menghilangkan nilai-nilai berharga dengan
menunjukkan ketidakjujuran atau penupian. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa dalam menyontek seseorang melakukan praktik
kecurangan dengan bertanya, memberi informasi atau membuat catatan
untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri, keuntungan tersebut
diperoeh tanpa mempertimbangkan aspek moral dan kognitif.9
2. Bentuk Perilaku Menyontek
a. Individualistic-opportunitistic, dapat dimaknai sebagai perilaku dimana
siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang
berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas.
b. Independent-planned, dapat diidentifikasi sebagai menggunakan catatan
ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah
lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum
berlangsungnya ujian.
c. Social-active, adalah perilaku menyontek dimana siswa meminjam
jawaban dari orang lain.
d. Social-passive, mengizinkan orang lain melihat jawabannya.10
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek
Faktor internal, perilaku menyontek terjadi karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
menyontek atau plagiarism, rendahnya self-efficacy dan status ekonomi-
sosial. Faktor internal yang lain adalah keinginan untuk mendapatkan nilai
yang tinggi, nilai moral (personal values) dimana siswa menganggap
perilaku menyontek adalah hal yang wajar, kemampuan akademik yang
rendah, time management dan prokrastinasi.

9
Dody Hartanto, Menyontek..., hlm 11.
10
Ibid., hlm 17.

5
Faktor eksternal, perilaku menyontek terjadi karena adanya tekanan
dari teman sebaya, tekanan dari orangtua, peraturan sekolah yang kurang
jelas dan sikap guru yang tidak tegas terhadap perilaku menyontek.11

4. Penyebab Perilaku Menyontek


a. Malas belajar, siswa malas berusaha karena merasa usaha apa pun yang
dilakukan tidak akan banyak berperan dalam pencapaian hasil yang
diharapkan. Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa
pesimis dan tidak percaya pada kemampuan dirinya, sehingga malas
berusaha karena merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan mampu
mencapai prestasi yang diharapkan.
b. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi, perasaan tidak
kompeten atau bahkan bodoh pada siswa yang memiliki konsep diri
negatif akan membuatnya merasa bahwa dirinya akan gagal.
Munculnya gambaran akan kegagalan dalam meraih prestasi belajar
(nilai yang baik) membuat individu khawatir. Ketakutan terhadap suatu
kegagalan dihindari dengan melakukan perbuatan menyontek.
c. Tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik, pandangan orang
tua tentang penampilan, kemampuan, dan prestasi anak akan
mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya, atau dengan kata
lain akan mempengaruhi konsep dirinya. Harapan orang tua yang terlalu
tinggi membuat anak cenderung gagal. Kegagalan yang dialami dapat
mempengaruhi konsep diri anak dan menjadi dasar dari perasaan rendah
diri dan tidak mampu. Misalnya jika orang tua menganggap nilai
akademis sama dengan kemampuan, orang tua akan mengharapkan
anaknya mendapat nilai yang bagus tanpa berpikir sejauhmana
pelajaran yang telah diserap oleh sang anak. Tuntutan orang tua

11
Ibid., hlm 44.

6
semacam itu dapat menimbulkan keinginan pada anak untuk
menyontek.12

C. Motivasi Rendah
1. Pengertian Motivasi Rendah
Motivasi merupakan sebuah tindakan sadar yang dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai hasil yang akan dicapai. Pengertian motivasi
menurut para ahli adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.13
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainnya.14 Jadi, motivasi belajar
adalah suatu dorongan dari dalam diri maupun luar diri siswa yang
menimbulkan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk
melakukan perubahan tingkah laku dengan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki tercapai.
2. Faktor Penyebab Motivasi Rendah
Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa berasal
dari faktor ekstrinsik yang meliputi unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa dan kondisi
lingkungan siswa. Sedangkan dari faktor intrisik meliputi kondisi siswa,
kemampuan siswa dan cita-cita siswa.

D. Kegagalan dalam Belajar


1. Pengertian Kegagalan dalam Belajar
Kegagalan dalam belajar adalah ketidakberdayaan seseorang untuk
melakukan sesuatu dalam hal belajar sehingga mudah menyerah dan
12
Ibid., hlm 31-32.
13
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (analisis di bidang pendidikan),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 63.
14
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm
20.

7
kurang bisa mengontrol diri dalam lingkungan sosial. Kecenderungan
siswa untuk melakukan prokrastinasi secara signifikan mengganggu
pencapaian akademis dan kecakapan untuk menguasai materi pelajaran.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Sekolah
a. Lingkungan Keluarga, terdapat sejumlah faktor dalam lingkungan
keluarga yang berpotensi menimbulkan stres pada anak muda. Faktor-
faktor tersebut meliputi, gaya berfungsinya keluarga, gaya parenting,
hubungan orangtua, perceraian dan kekerasan domestik.
b. Lingkungan Pendidikan, anak muda akan mengalami berbagai tekanan
sekolah yang membuat mereka stres. Resiko maupun pengalaman atas
kegegalan, dalam lingkungan pendidikan, merupakan sumber stre
psikososial. Semua stres ini akan cenderung meningkatkan ketika
terjadi kondisi dengan orang tua.
c. Kelompok Teman Sebaya dan Geng, Selama masa remaja
pembentukkan kelompok teman berdasarkan konteks perkembangan
adalah normal. Kecenderungan membentuk kelompok seperti ini
dimulai sejak dalam tahap kanak-kanak. Kelompook teman bermain,
teman di sekolah, pramuka merupakan contoh kelompok yang
menyediakan suatu pelepasan sosial. Dari pergaulan atau pertemanan
antar teman sebaya atau dalam bentuk komunitas atau di sebut geng, di
sini terbentuk suatu perilaku atau sikap yang negatif, biasanya anak
melakukan perilaku penyimpang dengan teman-temannya dengan
mencuri, perkelahian, tawuran, dan lain-lain yang bersifat negatif. 15
3. Penyebab Kegagalan dalam Belajar
a. Memiliki keyakinan yang salah, faktor yang cukup berpengaruh kenapa
orang gagal meraih prestasi adalah keyakinan yang salah atau memiliki
keyakinan yang negatif tentang orang berprestasi.
b. Tujuan tidak jelas, alasan selanjutnya kenapa banyak orang yang gagal
atau tidak memiliki prestasi tinggi di sekolah karena tujuannya tidak

15
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm 50

8
jelas. Memiliki tujuan yang tidak menyebabkan hidup kita tanpa
arah.Tujuan yang tidak jelas menyebabkan kita mudah merubah tujuan.
Selanjutnya jika kita mudah merubah tujuan menyebabkan kesulitan
mengejar tujuan kita. Banyak orang yang secara sadar atau tidak sadar
mengganti tujuannya.
c. Tidak yakin berhasil, banyak orang menetapkan tujuan, tapi tidak yakin
bahwa tujuannya tersebut dapat tercapai. Orang lain boleh tidak yakin
atau menganggap mustahil terhadap tujuan kita, tetapi diri kita sendiri
harus merasa yakin terhadap apa yang sudah menjadi tujuan kita. Tetapi
apabila kita tidak yakin akan berhasil, maka hilanglah semua peluang
dan kemungkinan untuk berhasil. Ketika kita menganggap tujuan kita
tidak mungkin berhasil, maka kita tidak melakukan apapun untuk
mencapai tujuan kita. Apabila kita melakukan tindakan, maka tindakan
yang dilakukan hanya asal-asalan atau sekedar menggugurkan
kewajiban saja.
d. Tidak memiliki strategi yang tepat, banyak orang yang gagal atau
kurang mempunyai prestasi yang maksimal karena tidak memiliki
strategi belajar yang tepat. Untuk mencapai keberhasilan dalam bidang
pendidikan memerlukan perencanaan strategi yang tepat. Orang yang
tidak mempunyai strategi yang tepat maka tindakan yang dilakukan
menjadi kurang tepat.
e. Tidak memiliki program belajar, setinggi apapun keinginan kita untuk
meraih prestasi belajar, tidak akan tercapai bila tidak memiliki program
belajar. Tidak memiliki program belajar berarti kita tidak memiliki
pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan. Tidak memiliki program belajar menyebabkan kita sulit
mengevaluasi terhadap hasil atau persiapan yang kita lakukan.
f. Tidak melakukan tindakan sesuai program, kesalahan lainnya kenapa
orang tidak meraih prestasi puncak dalam belajar adalah dalam
prosesnya sering tidak melakukan tindakan sesuai program. Tidak
melakukan tindakan sesuai program dapat diakibatkan tidak fokus dan

9
tidak mempunyai komitmen terhadap program yang disusun.
Pelaksanaan program hanya berjalan satu minggu saja, hari berikutnya
disiplin mulai melemah bahkan tidak melaksanakan program sama
sekali.
g. Tidak Melakukan Evaluasi, kesalahan berikutnya adalah tidak
melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dilakukan, apakah
melakukan ke arah tujuan atau tidak. Terkadang kita tidak melakukan
evaluasi atau mengukur sampai seberapa jauh kesiapannya untuk
mencapai tujuannya tersebut. Tidak ada evaluasi menyebabkan kita
tidak memperoleh masukan tentang upaya yang sudah dilakukan.
h. Menyalahkan orang lain, penyebab kegagalan belajar lainnya adalah
menyalahkan orang lain atau situasi. Banyak orang menyalahkan pihak
lain, situasi atau kondisi untuk menutupi kelemahannya dan menjadikan
alasan kenapa dia tidak berhasil. Sebagai contoh pantas saja saya tidak
berhasil karena tidak mendapat dukungan keluarga. Pantas saja saya
tidak mencapai prestasi tinggi di sekolah karena orang tua saya miskin.
Pada umumnya orang yang sering menyalahkan orang lain dan situasi
hampir tidak mau berjuang secara maksimal untuk mencapai tujuannya.
i. Mencari alasan, banyak orang mencari alasan untuk menutupi
kegagalan atau kemalasannya dalam mengejar prestasi belajar. Ketika
seseorang mencari alasan, misalnya saya tidak berbakat, saya berasal
dari keluarga miskin dan alasan lainnya umumnya orang tersebut tidak
melakukan tindakan secara serius untuk meraih tujuannya.
j. Melakukan pembenaran, banyak orang yang melakukan pembenaran
terhadap keberhasilan orang lain, dengan maksud untuk menutupi
kelemahan dan kemalasannya. Misalnya terang saja teman saya itu
semangat belajar karena mendapat dukungan orang tuanya. Terang saja
dia juara karena kedua orang tuanya sarjana. Kalimat yang menyatakan
sudah sepantasnya orang lain berhasil karena faktor ini dan itu sesuai
alasan yang kita buat sebenarnya hanya alasan saja. Orang seperti ini

10
tidak berbuat dan berjuang maksimal untuk meraih prestasi belajar,
sehingga tidak dapat mencapai tujuannya.
k. Mudah menyerah, orang yang mudah menyerah adalah orang yang
mundur dari perjuangan untuk meraih tujuannya sebelum tujuannya
tercapai. Biasanya orang mudah menyerah karena adanya kesulitan atau
kegagalan-kegagalan kecil sebelum ujian yang sebenarnya terjadi. Bila
baru memulai sedikit atau sedikit usaha kita memutuskan untuk
menyerah dapat dipastikan kita tidak sampai atau tidak dapat meraih
tujuan kita.
l. Sering menunda, sering menunda merupakan kebiasaan buruk yang
menyebabkan kita gagal meraih prestasi maksimal. Bila kita sering
menunda program belajar atau menunda mengerjakan tugas sekolah
(PR) berarti menghilangkan peluang untuk meraih prestasi maksimal.
Kebiasaan menunda menyebabkan kita tidak melakukan apa-apa atau
melakukan hanya sedikit upaya, karena waktu sudah berlalu.
m. Terpengaruh pesimisme orang lain, secara sadar atau tidak disadari
bahwa pesimisme orang lain dapat menjerumuskan kita kejurang
kegagalan. Hampir dapat dipastikan orang yang terpengaruh dengan
pesimisme orang lain akan menjadi bagian dari orang yang pesimis
tersebut.16

E. Underachievement
1. Pengertian Underachievement
Setiap siswa lahir dengan potensi yang unik dan beragam. Mereka
memiliki bakat dan minat yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Seiring perjalanan hidup yang ditempuhnya, potensi-potensi yang
dimilikinya bisa muncul ke permukaan sebagai sebuah prestasi yang
membanggakan. Namun lain halnya dengan seorang siswa yang kurang
mampu memahami dan menggali potensi yang dimilikinya sehingga

16
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 118-119.

11
muncullah istilah siswa underachiever. Kecerdasan dan prestasi sekolah
seringkali tidak sejalan. Kasus anak underachiever membuktikan hal
tersebut.17
Salah satu jenis permasalahan belajar yang mungkin akan dialami
oleh siswa di sekolah adalah underachiever. Istilah underachiever
mengacu pada siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi akan
tetapi prestasi belajarnya rendah (dibawah rata-rata). Secara potensial
mereka yang tingkat intelegensinya tinggi memiliki prestasi yang tinggi
pula. Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar underachiever tidak
demikian. Prayitno dan Amti (2004) mengungkapkan bahwa
underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa
keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.18
Dalam kamus psikologi menerangkan bahwa underachiever adalah
seseorang yang tidak dapat mencapai hasil sesuai dengan tingkat yang
ditunjuk oleh bakatnya dengan kata lain pencapaian dibawah kadar.
Sedangkan underachievement adalah prestasi yang tidak mencapai sifat-
sifat yang dikehendaki oleh tingkat bakat individu yang bersangkutan atau
dengan kata lain prestasi dibawah kadar.19
2. Karakteristik Siswa Underachievement
Ada beberapa ciri yang menandakan seorang siswa tergolong siswa
underachiever. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan waktu
sekurang-kurangnya dua minggu. Penelitian tentang anak berbakat
berprestasi kurang menemukan ciri-ciri yang khas dari anak-anak ini.
Whitmore meringkas ciri-ciri yang paling penting dalam suatu daftar yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi mereka. Jika siswa menunjukkan
lebih dari sepuluh ciri-ciri dalam daftar berikut, kemungkinan besar ia
termasuk anak berbakat berprestasi kurang :

17
Shufiyanti Arfalah, Studi Kasus Siswa Underacviever Di SMP Negeri 1 Kotabumi
Lampung Utara, Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2013, hlm 2.
18
Ibid., hlm 3.
19
Ibid., hlm 4.

12
a. Nilai rendah pada tes prestasi.
b. Mencapai nilai rata-rata atau di bawah rata-rata kelas dalam
keterampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung.
c. Pekerjaan setiap hari tidak lengkap atau buruk.
d. Memahami dan mengingat konsep-konsep dengan baik jika berminat.
e. Kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisan dan tulisan (secara
lisan lebih baik).
f. Pengetahuannya factual sangat luas.
g. Daya imajinasi kuat.
h. Selalu tidak puas dengan pekerjaannya, juga dalam bidang seni.
i. Kecenderungan perfeksionis dan mengkritik diri sendiri, menghindari
kegiatan baru, seperti menghindari kinerja yang tidak sempurna.
j. Menunjukkan prakarsa dalam mengerjakan proyek di rumah yang
dipilih sendiri.
k. Mempunyai minat luas dan mungkin keahlian khusus dalam suatu
bidang penelitian dan riset.
l. Rasa harga diri rendah dalam kecenderungan untuk menarik diri atau
menjadi agresif di dalam kelas.
m. Tidak berfungsi konstruktif di dalam kelompok. Menunjukkan
kepekaan dalam persepsi terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap
hidup pada umumnya.
n. Menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk diri sendiri, terlalu tinggi
atau terlalu rendah.
o. Tidak menyukai pekerjaan praktis atau hafalan.
p. Tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas.
q. Mempunyai sikap acuh dan negatif terhadap sekolah.
r. Menolak upaya guru untuk memotivasi atau mendisiplinkan perilaku di
dalam kelas.

13
s. Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya, kurang
dapat mempertahankan persahabatan.20
3. Faktor yang Mempengaruhi Underachievement
a. Faktor Sekolah
Sekolah merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menyebabkan terjadinya underachiever. Siswa cerdas cenderung
menjadi anak yang nakal jika berada di kelas yang dianggapnya tidak
memberikan tantangan. Dia akan mempunyai banyak waktu untuk
memikirkan kejailan untuk menghilangkan kebosanan. Cara pengajaran,
materi yang diberikan, dan ukuran-ukuran keberhasilan dan
kemampuan guru dapat menjadi penyebab anak
mengalami underachiever.21
b. Faktor keluarga dan lingkungan
Lingkungan rumah juga dapat menyebabkan anak menjadi
underachiever. Bagaimana orang-orang terdekat memperlakukan anak
akan mempengaruhi pencapaian anak dalam berprestasi. Keluarga
adalah faktor terpenting yang dapat menyebabkan anak mengalami
underachievement. Misalnya, kurangnya perhatian, dukungan, dan
kesiapan orang tua untuk membantu anaknya dalam belajar di rumah.
Harapan orang tua yang terlampau tinggi terhadap anaknya sehingga
sering terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dengan anak.
Selain itu, orang tua kurang menghargai prestasi belajar yang telah
dicapai oleh anak. Sikap orang tua yang demikian kurang memacu anak
untuk belajar lebih giat. Anak merasa prestasi belajar yang telah dicapai
kurang dihargai dan anak juga akan merasa dirinya tidak mampu
berprestasi dalam belajar. Keretakan hubungan antara orang tua (ayah
dan ibu), sehingga sering menimbulkan percekcokan dalam rumah
tangga yang pada akhirnya menjurus pada perceraian. Kondisi yang
demikian, menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam belajar.
20
Sitiatava Rizema Putra, Panduan Pendidikan Berbasis Bakat Siswa, (Jogjakarta: Diva
Press, 2013), hlm 277.
21
Thomas Lickona, Character Matters, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm 138.

14
Anak akan mengalami underachiever juga terjadi jika suasana rumah
gaduh, bising, sumpek, dan dalam keadaan berantakan. Peran orang tua
sangat menentukan keberhasilan mereka. Orangtua yang menunjukkan
perhatian, dukungan, kesiapan untuk membantu anak, dapat memotivasi
anak berhasil di sekolah.22
c. Faktor diri sendiri
Berprestasi atau tidak juga dipengaruhi karakteristik siswa. Salah
satunya penilaian anak terhadap kemampuan yang dimilikinya. Jika
siswa merasa dirinya tidak mampu, dia tidak akan berusaha untuk
mendapatkan prestasi sekolah yang baik sesuai dengan penilaian
terhadap kemampuannya. Yang termasuk kedalam faktor diri sendiri,
antara lain persepsi diri, hasrat berprestasi, locus control, pola belajar.23
4. Penyebab Underachievement
a. Kurangnya motivasi
b. Pengaruh orang tua
c. Kurangnya memelihara potensi intelektual.
d. Konflik nilai
e. Cacat atau kondisi kesehatan yang buruk.
f. Pengalaman hidup kelompok tertentu murid, misalnya, akibat
kerusakan otak/disfungsi otak atau gangguan neurologis.
g. Ketidakmampuan untuk merekrut dan juga mempertahankan personil
yang berkualitas di sekolah.24

F. Drop Out
1. Pengertian Drop Out
Drop Out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau
sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal
demikian dipandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur
dikeluarkan untuknya. Banyaknya peserta didik yang drop out adalah
22
Ibid., hlm 139-140.
23
Ibid., hlm 144.
24
Ibid., hlm 278

15
indikasi rendahnya produktivitas pendidikan. Tinginya angka drop out
juga bisa mengganggu angka partisipasi pendidikan atau sekolah.
2. Faktor Terjadinya Drop Out
Pada umumnya di sekolah-sekolah sekarang ini dibedakan 3 hal
sehubung dengan masalah ketidak hadiran. Penyebab ketidak hadirn
tersebut diantaranya adalah adanya ijin, sakit dan alpa. Tetapi ketiga hal
tersebut akan menyebabkan sebuah masalah jika dalam jumlah yang sering
dilakukan oleh peserta didik. Salah satu akibat yang akan diterima oleh
peserta didik adalah sebuah pilihan yang harus diterima yaitu sebuah
pernyatan drop out dari sekolah.
Secara umum sebab-sebab terjadinya drop out yaitu peserta didik
tidak mampu menyelesaikan pendidikan, tidak mempunyai biaya sekolah,
peserta didik dalam keadaan sakit dan tidak kunjung sembuh. Jika
dibedakan melalui beberapa sumber ketidak hadiran yang juga akan
menyebabkan terjadinya sebuah drop out dapat dilihat dari berbagai
sumber, yaitu sebagai berikut25:
a. Dilihat dari peserta didik itu sendiri, seperti; murid yang sering sakit,
membolos karena pengaruh teman sekelompok, malas, tidak
mengerjakan PR, melanggar aturan sekolah,.
b. Dilihat dari segi orang tua, seperti; orangtua yang selalu sibuk, ekonomi
keluarga, terlalu memanjakan anak, keluarga yang berpindah-pindah
tempat kerja, tuntutan orangtua unutk bekerja dan tempat tinggal jauh
dari sekolah.
c. Dilihat dari segi sekolah, seperti; suasana belajar yang kurang
menyenangkan, guru yang terlalu keras dan otoriter, kurang pembinaan
dan bimbingan dari guru, dan tuntutan peraturan yang menekan siswa.
d. Dilihat dari segi masyarakat, seperti; Musim panaen yang memaksa
anak harus ikut kerja musiman, bencana alam menimpa sehingga
masyarakat kacau, dan jalan yang terhalang.

25
Sehartian Piet dan Frans Mataheru, Prinsip Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 72.

16
BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan
fobia sekolah adalah suatu gangguan kecemasan yang berlebihan,
irasional, terus menerus dan tidak realistis yang dialami anak sekolah dalam
menghadapi lingkungan sekolahnya. Kemudian fobia sekolah pada anak
terjadi karena anak merasa cemas, takut, dan gelisah untuk sekolah.
menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak
diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas
akademik dan/atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian.
motivasi belajar adalah suatu dorongan dari dalam diri maupun luar diri
siswa yang menimbulkan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk
melakukan perubahan tingkah laku dengan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki tercapai.
Kegagalan dalam belajar adalah ketidakberdayaan seseorang untuk
melakukan sesuatu dalam hal belajar sehingga mudah menyerah dan kurang
bisa mengontrol diri dalam lingkungan sosial.
istilah siswa underachiever adalah seorang siswa yang kurang mampu
memahami dan menggali potensi yang dimilikinya.
Drop Out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum
lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal demikian
dipandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan
untuknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.


L, Z. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai