Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KASUS PEMICU 1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pengajar: Solikin, Ns.,M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh:
1. Aulya Aprina Sarri NIM. 2214101110010
2. Endut Hardianti NIM. 2214101110011
3. Isnawiranti NIM. 2214101110012
4. Restuwati NIM. 2214101110016
5. Yovan Imanuel NIM. 2214101110017

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2022

1
Judul Jurnal Penelitian :

Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Coronary Heart Disease

Oleh : Corina Yolino, Albertus Budi Arianto, Monica Saptiningsih

(Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Santo Borromeus)


Jambura Nursing Journal, Vol. 4 No. 2 July 2022, pISSN: 2654-2927, eISSN; 2656-4653.

Komponen penelitian pada jurnal yang dikritisi :


Penulis melakukan Analisis jurnal berdasarkan bagian – bagian yang wajib ada pada sebuah
penelitian :
a. Judul
Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Coronary Heart Disease. Judul mengarah jelas
pada topik penelitian, tidak terlalu panjang, spesifik sesuai dengan permasalahan yaitu
faktor risiko yang berhubungan dengan Coronary Heart Disease di Indonesia dimana
populasinya adalah pasien Coronary Heart Disease, Problemnya mencari masalah faktor
risiko CHD. Akan tetapi, tidak ada intervensi dari faktor risiko yang menyebabkan CHD.
b. Abstrak
Menjelaskan mengenai penyebab faktor risiko penyakit Coronary Heart Disease.
Dalam abstrak disebutkan mengenai tujuan penelitian dilakukan, yaitu untuk mengetahui
faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian Coronary Heart Disease. Metode
yang digunakan dalam penelitian disebutkan dengan menggunakan desain penelitian
deskriptif korelatif dengan pendekatan retrospektif.
Terdapat penjelasan singkat mengenai hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian, salah satunya yaitu bahwa CHD terjadi pada usia 25–99 tahun dengan
distribusi frekuensi terbanyak pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 55.3%,
hyperlipidemia 50.6% dan hipertensi 43.7%. Faktor risiko yang tidak berhubungan
dengan kejadian CHD adalah obesitas. 5 faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
CHD sebanyak 31.6%, yaitu usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes
melitus. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian CHD adalah
hiperlipidemia dan merokok.
Ditulis dengan sangat lengkap dan menarik, penulisan metode penelitian secara padat
dan hasil penelitian yang dianggap menarik oleh peneliti pun dituliskan dibagian abstrak
ini sehingga sebagai pembaca kita akan menelusuri lebih dalam temuan menarik tersebut
yang ternyata menggambarkan penyebab faktor risiko yang berhubungan dengan CHD.

2
Abstrak pada jurnal ini sudah memenuhi abstark yang baik meskipun abstark ini 168
kata.
Secara rinci seharusnya Abstrak haruslah berisikan komponen – komponen sebagai
berikut:
1. Latar Belakang
Latar belakang pada jurnal ini tidak tertulis latar belakangnya tetapi penulis secara
sederhana menggambarkan secara singkat apa yang yang dibahas pada isi jurnal yaitu
faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan CHD untuk mencegah kematian dini.
Tapi tidak ada data-data secara umum yang mengkerucut menjadi data-data khusus
yang lebih dipersempit pada abstrak di jurnal ini.
2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian di abstrak sudah jelas untuk mengetahui mengetahui faktor risiko
yang paling berhubungan dengan kejadian Coronary Heart Disease
3. Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian pada abstrak tidak dijelaskan secara detail, tetapi dapat
disimpulkan hipotesa penelitian adalah ada faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian CHD, yaitu usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes
melitus.. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian CHD adalah
hyperlipidemia dan merokok.
4. Metodologi penelitian
Metode penelitian dalam abstrak ini dijelaskan secara detail dalam abstrak. Ada jenis
penelitiannya, populasi, sample, teknik analisa data sehingga pembaca dapat menyi,
[ulkan metode penelitian yang dipakai oleh jurnal ini dengan membaca abstraknya.
5. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan CHD yaitu
terjadi pada usia 25–99 tahun (mean 59.5 tahun) dengan distribusi frekuensi terbanyak
pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 55.3%, hyperlipidemia 50.6% dan hipertensi
43.7%. Faktor risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian CHD adalah obesitas. 5
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CHD sebanyak 31.6%, yaitu usia,
jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes melitus. Faktor risiko yang
paling berhubungan dengan kejadian CHD adalah hiperlipidemia (OR 4.675) dan
merokok (OR 4.302). Akan tetapi tidak ada dijelaskan di abstrak nilai valuenya yang
dikatakan berhubungan dari satu dan yang lainnya.
6. Kesimpulan, saran dan implikasi

3
Kesimpulan tidak di tuliskan secara jelas, tetapi bisa disimpulkan dari hasil penelitian
yaitu
Kesimpulan tidak dipaparkan dengan jelas, namun bisa disimpulkan dari sekilas
pernyataan hasil penelitian yaitu faktor risiko yang berhubungan dengan CHD yaitu
terjadi pada usia 25–99 tahun (mean 59.5 tahun) dengan distribusi frekuensi terbanyak
pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 55.3%, hyperlipidemia 50.6% dan hipertensi
43.7%. Faktor risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian CHD adalah obesitas. 5
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CHD sebanyak 31.6%, yaitu usia,
jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes melitus. Faktor risiko yang
paling berhubungan dengan kejadian CHD adalah hiperlipidemia (OR 4.675) dan
merokok (OR 4.302).
Saran ada terpaparkan di Abstrak dengan singkat bahwa saran bagi tenaga kesehatan
untuk melakukan promosi kesehatan kepada pasien mengenai faktor risiko CHD
khususnya pada pasien dengan hiperlipidemia dan merokok, sedangkan Implikasi
hasil penelitian ini terdapat di saran pada abstrak untuk melakukan promosi kesehatan
kepada pasien mengenai faktor risiko CHS khususnya pada pasien dengan
hyperlipidemia dan merokok
c. Pendahuluan
1. Latar belakang masalah
Coronary Heart Disease (CHD) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler dan
penyebab kematian nomor satu di dunia (Grandhi et al., 2020). CHD atau Coronary
Artery Disease merupakan penyakit yang disebabkan oleh penumpukan plak sebagian
atau seluruhnya di dalam lapisan arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah
yang mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke otot jantung (Shah et al., 2020).
Konsep latar belakang masalah di pendahuluan ini sudah cukup jelas dari mulai
penjelasan pembukaan tentang CHD, sudah ada konsep kronologis dari ada juga
berdasarkan fenomenanya, ada juga data dari Indonesia, kemenkes dan data penelitian
lainya yang dibutuhkan untuk pembenaran terhadap masalah penelitian ini. Dalam
fenomena dan alas an sudah didasari dengan data jelas dari kemenkes dan penelitian
dari data dinas kesehatan bandung dan juga salah satu rumah sakit swasta di kota
bandung.

Dampak masalah juga ada setelag dijelaskan konsep kronologisnya atau data terjadi
CHD, Solusi juga ada pada saran penelitian bagi kesehatan di latar belakang dengan

4
diketahuinya faktor risiko diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan upaya
preventif agar morbiditas dan mortalitas dapat diminimalkan. Akan tetapi tidak ada
ada yang menjelaskan berapa banyak orang dalam faktor yang menyebabkan CHD
seperti usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes melitus.ataupun
obesitas. Sehingga dengan pendahuluan ini setelah diteliti orang akan tahu yang mana
yang paling berhubungan dengan faktor risiko yang berhubungan dengan CHD.
diantaranya usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes melitus.ataupun
obesitas. Didalam latar belakang masih kurang terangkat apa faktor risiko yang paling
berhubungan dengan CHD. Didalam latar belakang hanya dipaparkan faktor apa saja
yang berhubungan dengan CHD. Di Latar belakang masalah tidak ada intervensi yang
harus dilakukan mencegah CHD.
2. Tujuan
Tujuan penelitian pada jurnal tidak tercantumkan, hanya dituliskan di akhir
pendahuluan tujuannya untuk mengetahui faktor risiko yang paling berhubungan
dengan CHD hanya secara singkat. Tidak ada tujuan yang khusus atau umum secara
terpisah.
3. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian tidak dicantumkan secara langsung. Hanya meneliti apa faktor
rissiko yang paling berhubungan dengan CHD sehingga engan diketahuinya faktor
risiko diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan upaya preventif agar morbiditas
dan mortalitas dapat diminimalkan.
d. Hipotesis
Pernyataan hipotesa diuraikan secara jelas dalam penelitian ini. Faktor risiko yang paling
berhubungan dengan kejadian CHD adalah hyperlipidemia dan merokok. Ada hubungan
faktor risiko usia, jenis kelamin, hiperlipidemis, hipertensi, diabtes mellitus dengan
kejadian. Akan tetapi tidak ada hubungan faktor risiko obesitas dengan kejadian CHD.

e. Metodologi penelitian
1. Desain penelitian
Jenis dan desain penelitian pada jurnal ini tertulis dengan jelas dengan metode,
populasi dan sampel penelitiannya maka dapat disimpulkan penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar tilik elektronik mengenai
kejadian CHD dan 7 faktor risiko (usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok,

5
hipertensi, Diabetes Melitus, dan obesitas). Analisis univariat dengan tendency
central pada subvariabel usia dan distribusi frekuensi pada subvariabel jenis
kelamin, hiperlipidemia, merokok, hipertensi, Diabetes Melitus, obesitas, dan
kejadian CHD. Analisis bivariat menggunakan Mann Whitney test untuk mengetahui
hubungan usia dengan kejadian CHD. Chi-square test untuk mengetahui hubungan
masing-masing faktor risiko jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok, hipertensi,
DM, dan obesitas dengan kejadian CHD. Analisis multivariat menggunakan regresi
logistik ganda. Sebaiknya dijelaskan desain penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan retrospektif itu seperti apa digunakan dalam penelitian ini. Analisis
multivariat sebaiknya dijelaskan seperti menggunakan regresi logitik ganda.
2. Populasi dan sample penelitian
1) Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien yang dirawat dalam
kurun waktu 6 bulan dimulai 1 Januari 2021 hingga 30 Juni 2021 sebanyak 1256
rekam medis
2) Teknik sampling menggunakan total sampling yang artinya sama dengan teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
3) Saran ada penelitian ini belum di jelaskan secara rinci untuk kriteria inklusi dan
ekslusi yang akan di ambil sebagai sampel.
3. Teknik pengumpulan data
a) Setting
Tempat pengumpulan data pada jurnal ini disampaikan dengan jelas di Rumah
Sakit Swasta Bandung sehingga pembaca bisa mengerti dimana melakukan
penelitiannya
b) Instrumen
Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar tilik elektronik mengenai
kejadian CHD dan 7 faktor risiko (usia, jenis kelamin, hyperlipidemia, merokok,
hipertensi, Diabetes Melitus, dan obesitas). Dimana instrument penelitian
tercantum sesuai dengan tujuan yang iigin dicapai pada penelitian.
4. Analisis penelitian
Pada penelitian ini sudah dilakukan termasuk katagori – katagori hasil yang ada
seperti hasil analisis univariat, hasil analisis bivariat dan juga hasil analisis
multivariat.

6
Hasil analisis distribusi frekuensi pada hasil analisis univariat menunjukan bahwa
dari 1256 data rekam medis pasien yang di Rumah Sakit Swasta Bandung pada
periode Januari-Juni 2021 didapatkan data sebagai berikut:
a. Usia termuda 25 tahun hingga tertua 99 tahun dengan usia rata-rata adalah 59.5
tahun.
b. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 695 (55.3%).
c. Hiperlipidemia terjadi pada sebagian pasien sebanyak 635 (50.6%).
d. Merokok, hampir seluruh pasien tidak merokok sebanyak 1191 (94.8%).
e. Hipertensi, sebagian pasien tidak hipertensi sebanyak 707 (56.3%).
f. Diabetes Melitus, sebagian besar pasien tidak menderita DM sebanyak 906
(72.1%).
g. Obesitas, hampir seluruh pasien tidak obesitas sebanyak 1148 (91.4%).
h. Kejadian CHD, sebagian besar pasien tidak mengalami CHD sebanyak 855
(68.1%).
Pada Hasil Analisis Bivariat sebagai berikut:
a. Ada hubungan faktor risiko usia dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
b. Ada hubungan faktor risiko jenis kelamin dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001(<0.05).
c. Ada hubungan faktor risiko hiperlipidemia dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001 (<0.05).
d. Ada hubungan faktor risiko merokok dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
e. Ada hubungan faktor risiko hipertensi dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001
(<0.05).
f. Ada hubungan faktor risiko Diabetes Melitus dengan kejadian CHD dengan p-
value
0.001 (<0.05).
g. Tidak ada hubungan faktor risiko obesitas dengan kejadian CHD dengan p-value
0.279(>0.05).
Pada hasil analisis multivariat yaitu terdapat lima faktor yang berhubungan dengan
kejadian CHD, yaitu usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes
melitus (95% CI for Exp(B): 1.018-8.038). Faktor risiko yang paling berhubungan

7
dengan kejadian CHD adalah hiperlipidemia sebesar 4.7 kali dan merokok sebesar 4.3
kali. Adanya hubungan faktor risiko terhadap kejadian CHD memiliki ketepatan
sebesar 74.7%, dan kelima faktor tersebut memiliki hubungan dengan kejadian CHD
sebesar 31.6%.
5. Hasil penelitian
1) Data menggunakan table hasil dipeneltian ini dapat dibaca tanpa teks sudah
tersedia
2) Hasil penelitian tersusun secara rinci dengan penjelasannya sehingga lebih mudah
memahami
3) Hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian yang akan diteliti
4) Penjelasan dalam table hasil peneltian sesuai dengan hasil penelitian
5) Penelitian ini memiliki judul dan nomor urutnya pertiap pembahasan hasilnya
6) Dalam hasil penelitian di analisis data sudah diuraikan dengan jelas sesuai dengan
design penelitiannya
7) Data yang dikumpulkan dapat dianalisa selanjutnya oleh pembaca, walau pun
Tidak ada saran untuk peneliti selanjutnya
8) Interpretasi penelitian tidak jauh berbeda hasilnya dengan yang ditemukan pada
penelitian ini ataupun penelitiannya sebelumnya
f. Pembahasan penelitian
1. Gambaran Kejadian CHD
a. Faktor Usia
Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian CHD terjadi pada usia rata-rata
59.5 Tahun dengan sebaran usia berkisar antara 25 hingga 99 tahun.
Menurut hasil penelitian Suryati & Suyitno (2020) peningkatan kasus CHD
dimulai pada usia 25 tahun dan mulai menurun pada usia 55 tahun. Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa CHD terjadi pada usia rata-rata 59.4 tahun,
hal ini dapat terjadi karena seiring bertambahnya usia terjadi perubahan arteri
koroner dan penumpukan plak yang disebabkan oleh gaya hidup.
b. Jenis Kelamin
Kejadian CHD terjadi pada jenis kelamin laki-laki 695 (55.3%). Laki-laki
memiliki risiko yang lebih besar daripada perempuan, dan laki-laki
mengalaminya pada usia lebih muda. Akan tetapi setelah menopause, angka
kematian perempuan menjadi meningkat, namun angka ini tidak lebih tinggi
daripada tingkat risiko laki-laki (Morton & Fontaine, 2012)

8
c. Hiperlipidemia
Kejadian CHD terjadi lebih banyak pada pasien yang hiperlipidemia 635
(50.6%). Hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa CHD dapat disebabkan oleh
karena adanya lipid/kolesterol yang menumpuk di dalam pembuluh darah
jantung hingga terjadi penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah jantung
yang berakibat fungsi jantung terganggu (Rachmawati et al., 2021).
d. Merokok
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak merokok 1191
(94.8%). Menurut Hajar (2017) merokok meningkatkan risiko terkena CHD
10 kali lebih besar dibandingkan tidak merokok. Perokok pasif juga dapat
meningkatkan risiko CHD.
e. Hipertensi
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak hipertensi 707
(56.3%) dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi 549 (43.7%).
Hipertensi adalah faktor risiko utama yang disebut silent killer karena
hipertensi tidak memiliki gejala spesifik dan tidak ada tanda-tanda peringatan
awal (Morton & Fontaine, 2012). Hipertensi disertai peningkatan stress
oksidatif dan aktivitas spesies oksigen radikal yang akan memediasi kerusakan
pembuluh darah akibat aktivasi angotensin II sehingga memperberat disfungsi
endotel dan meningkatkan risiko CHD. (Yuliani et al., 2014)
f. Diabetes Melitus
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak diabetes melitus
906 (72.1%) dibandingkan yang mengalami diabetes melitus 350 (27.9%).
Diabetes melitus dikaitkan dengan peningkatan nyata risiko CHD. Pada
hiperglikemia terjadi penurunan jumlah Nitric Oxyde (NO) dan peningkatan
lipoprotein pada proses glikolisasi yang berakibat melambatnya katabolisme
lipoprotein dan bersifat toksik terhadap endotel (Yuliani et al., 2014)
g. Obesitas
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak obesitas 1148
(91.4%) dibandingkan yang mengalami obesitas 108 (8.6%). Obesitas yang
berdiri sendiri tidak mempunyai kemungkinan langsung terjadi CHD.
Kelebihan berat badan berkaitan dengan
insiden hipertensi dan diabetes melitus (Morton & Fontaine, 2012). Hasil
penelitian ini terdapat jumlah obesitas yang rendah, sehingga berefek pada

9
jumlah pasien yang tidak mengalami hipertensi 707 (56.3%) dan tidak
diabetes melitus 906 (72.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan yang
mengalami hipertensi dan diabetes melitus.
h. Kejadian CHD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tidak
mengalami kejadian CHD, yaitu sebanyak 855 (68.1%) dan sebagian kecil
terjadi CHD, yaitu sebanyak 401 (31.9%). Hal ini dapat terjadi karena dalam
penelitian ini ada beberapa presentase faktor risiko yang sedikit yaitu;
merokok 5.2%, obesitas 108 (8.6%) dan diabetes melitus 27.9%. Penelitian ini
sejalan dengan hasil studi Ghani et al., (2016) bahwa semakin sedikit faktor
risiko yang dimiliki seseorang maka semakin rendah kemungkinan orang
tersebut terkena CHD.
2. Hubungan antara usia dan kejadian CHD
Berdasarkan hasil uni yang dialkukan terdapat hubungan antara usia dan kejadian
CHD, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chandrasegaran (2017), yaitu
ada hubungan antara terjadinya penyakit dan usia, yang mana CHD terjadi pada
usia 27 hingga 99 tahun dengan usia rata-rata 64.5 tahun akan meningkatkan
kerentanan terhadap aterosklerotik akibat lamanya paparan faktor aterogenik
sehingga ada hubungan bertambahnya usia dengan risiko terjadinya CHD yang
terjadi rata-rata pada usia lanjut usia. Disimpulkan bahwa usia adalah faktor risiko
pada kejadian CHD yang tidak dapat dimodifikasi di Rumah Sakit Swasta
Bandung.
3. Hubungan antara jenis kelamin dan kejadian CHD
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dan
kejadian CHD, hal ini sejalan dengan teori dari (Morton & Fontaine, 2012), bahwa
laki-laki memiliki risiko yang lebih besar daripada perempuan. Akan tetapi setelah
menopause, angka kematian perempuan menjadi meningkat, namun angka ini tidak
lebih tinggi daripada tingkat risiko laki-laki.
Menurut Chandrasegaran (2017), perempuan dan laki-laki memiliki kerentanan
yang sama terhadap penyakit ini bila perempuan sudah memasuki masa menopause
yang berhubungan dengan hormon estrogen. Terjadinya risiko pada jenis kelamin
laki-laki dan perempuan tidak dapat dihindari dan diubah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jenis kelamin adalah faktor risiko pada kejadian CHD yang
tidak dapat dimodifikasi di Rumah Sakit Swasta Bandung.

10
4. Hubungan antara Hiperlipidemia dan kejadian CHD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara
hiperlipedemia Dan kejadian CHD, hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa CHD
dapat disebabkan oleh karena adanya lipid/kolesterol yang menumpuk di dalam
pembuluh darah jantung hingga terjadi penyumbatan dan pecahnya pembuluh
darah jantung yang berakibat fungsi jantung terganggu (Rachmawati et al., 2021).

5. Hubungan antara Merokok dan Kejadian CHD


Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Ghani et al., (2016) dan
Patriyani & Purwanto (2016) bahwa kebiasaan merokok, mempunyai hubungan
bermakna dalam meningkatkan risiko kejadian CHD, hal ini diakibatkan karena
efek tembakau mengganggu sistem pembekuan darah dan metabolisme lipoprotein
sehingga meningkatkan pembentukan plak koroner dan trombosis koroner.
6. Hubungan antara Hipertensi dan Kejadian CHD
Hasil ini sesuai dengan penelitian Chandrasegaran (2017; Ghani et al., (2016)
bahwa hipertensi mempunyai hubungan bermakna dalam meningkatkan risiko
kejadian CHD, hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Morton & Fontaine,
(2012) bahwa vasokonstriktor yang meningkat saat terjadi hipertensi di dalam
vaskular dapat mempercepat pembentukan foam cell dan menstimulasi
pertumbuhan sel di endotelial sehingga bisa membentuk aterosklerosis.
7. Hubungan antara Diabetes Melitus dan Kejadian CHD
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ghani et al., (2016) bahwa Diabetes Melitus
mempunyai hubungan bermakna dalam meningkatkan risiko kejadian CHD, hal ini
diakibatkan pada kondisi hiperglikemia terjadi penurunan jumlah Nitric Oxyde
(NO) dan peningkatan lipoprotein pada proses glikolisasi yang berakibat
melambatnya katabolisme lipoprotein dan bersifat toksik terhadap endotel,
sehingga akan terjadi proses oksidasi pada lipoprotein yang dapat meningkatnya
lipoprotein peroksida yang efeknya akan mempermudah rusaknya sel serta
meningkatkan terjadinya aterosklerosis Morton & Fontaine, (2012)
8. Hubungan antara Obesitas dan Kejadian CHD
Kelebihan berat badan berkaitan dengan insiden hipertensi dan diabetes melitus
(Morton & Fontaine, 2012). Hasil penelitian ini terdapat jumlah obesitas yang
rendah, sehingga berefek pada jumlah pasien yang tidak mengalami hipertensi 707
(56.3%) dan tidak diabetes mellitus 906 (72.1%) lebih tinggi dibandingkan

11
dengan yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Ghani et al., (2016)bahwa obesitas tidak memiliki hubungan yang
bermakna dalam meningkatkan risiko kejadian CHD. Obesitas yang berdiri sendiri
tidak mempunyai kemungkinan langsung terjadi CHD. Dampak yang buruk akan
terlihat bila obesitas yang dibarengi dengan penyakit penyerta hipertensi dan
intoleransi glukosa.

9. Faktor yang Mempengaruhi


Hasil pemodelan didapatkan bahwa fkctor merokok berisiko untuk terjadinya CHD
4.3 kali dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok. Hal ini sejalan dengan
penelitian Suryati & Suyitno (2020) di Indonesia bahwa perokok memiliki korelasi
yang tinggi dalam peningkatan risiko terjadinya CHD yaitu 4 kali lebih tinggi terkena
CHD dibandingkan tidak merokok. Hasil lain didapatkan bahwa faktor hiperlipidemia
berisiko untuk terjadinya CHD 4.675 kali dibandingkan dengan pasien yang tidak
hiperlipidemia. Hal ini sajalan dengan penelitian Chandrasegaran (2017), didapatkan
dislipidemia merupakan variabel yang dominan. Hiperlipedemia sangat berhubungan
dengan kejadian CHD karena aterosklerosis terjadi akibat adanya lipoprotein masuk
ke dalam subendotel pembuluh darah arteri yang biasanya >90% diantaranya terdiri
dari LDL.
Beberapa hal yang menjadi masukan untuk pembahasan.

1. Dalam pembahasan di penelitian tidak adanya saran untuk peneliti selanjutnya untuk
meningkatkan hasil menjadi lebih sempurna.
2. Kesenjangan antara hasil dan konsep tidak dibahas secara rinci.
3. Hasil dan konsep sudah lengkap dan ada hasil angka yang diperoleh. Rujukan yang
digunakan cukup banyak untuk beberapa faktor yang diteliti.
4. Dalam penulisan ide/opini lebih ke aspek faktor risiko yang berhubungan dengan CHD
sesuai dengan demografi yang didapatkan dari data penelirian lain dalam pembahasan
yang artinya sudah bagus dalam pembahasannya.
5. Secara keterbatasan dan kekurangan tidak dijelaskan detail pada pembahasan
penelitian. Hasil penelitian kurang digeneralisasikan karena ada beberapa faktor yang
banyak diuraikan. Sehingga perlu diteliti lebih lanjut digunakan dalam lebih lanjut di
Indonesia dengan beberapa faktor lainnya lagi.
g. Kesimpulan dan saran

12
Kesimpulan sudah disampaikan dengan jelas berdasarkan variable yang diteliti. Apa saja
faktor risiko yang menyebabkan CHD. Saran untuk tenaga kesehatan juga sudah ada
dengan diketahuinya faktor risiko diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan upaya
preventif agar morbiditas dan mortalitas dapat diminimalkan. Agar dapat dimasukan juga
saran untuk pasien, keluaraga, masyarakat tentang faktor risiko yang berhubungan
dengan CHD. Untuk itu penting sekali memberikan informasi bila dijumpai pasien
dengan faktor risiko kardiovaskular agar dapat penanganan secara tepat untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
h. Referensi
Semua referensi yang dipilih sudah terkait dengan penelitian, jumlah referensi yang ada
sudah memadai karena untuk jurnal nasional ada 21 daftar pustaka. Penlusidan daftar
pustaka sudah sesuai standar. Pengutipan nama sudah sesuai standar. Masih adanya
sumber pustaka yang lebih dari 5 tahun yang dilakukan penelitian paling lama adalah
tahun 2014. Sebaiknya sumber pustakanya tahun terbitnya 5 tahun terakhir.
i. Rencana Tindak Lanjut
1. Menyarankan tindak lanjut penelitian dari arlinda 2020 kenapa tidak ada hubungan
aktivitas fisik dengan penyakit jantung koroner yang bertolak belakang dengan
penelitian Annesinyang mengatakan bahwa aktivitas fisik selam 30 menit dapat
menurunkan kadar trigliserida sebagai faktor risiko dari obesitas.
2. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui apa saja faktor risiko yang berhubungan
dengan Coronary Heart Disease, sehingga di penelitian selanjutkan mencoba
melakukan analisa kembali faktor yang paling dominan terhadap penyakit jantung
koroner sehingga mungkin.

Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Coronary Heart


Disease

Corina Yolino, Albertus Budi Arianto, Monica


Saptiningsih Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes
Santo Borromeus E-mail: albertusbudi12@gmail.com

Abstrak

Faktor risiko Coronary Heart Disease (CHD) penting diidentifikasi untuk mencegah kematian dini. Faktor
penyebab dan risiko CHD belum dapat diketahui secara pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian Coronary Heart Disease. Desain penelitian
deskriptif korelatif dengan pendekatan retrospektif. Instrumen penelitian menggunakan daftar tilik elektronik

13
dengan total sampling 1256 rekam medis di Rumah Sakit Swasta Bandung. Analisis data dengan distribusi
frekuensi, Mann Whitney, Chi square, dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan CHD terjadi
pada usia 25–99 tahun (mean
59.5 tahun) dengan distribusi frekuensi terbanyak pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 55.3%,
hiperlipidemia 50.6% dan hipertensi 43.7%. Faktor risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian CHD
adalah obesitas. 5 faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CHD sebanyak 31.6%, yaitu usia, jenis
kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes melitus. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan
kejadian CHD adalah hiperlipidemia (OR 4.675) dan merokok (OR 4.302). Saran bagi tenaga kesehatan
untuk melakukan promosi kesehatan kepada pasien mengenai faktor risiko CHD khususnya pada pasien
dengan hiperlipidemia dan merokok.

Kata kunci: Coronary Heart Disease, Faktor Risiko, Hiperlipidemia, Merokok

Abstract

One over four deaths in Indonesia are caused by Coronary Heart Disease (CHD). Coronary Heart Disease is
a cardiovascular disease with the highest prevalence in Bandung. The primary etiology is atherosclerosis,
with risk factors that can and can’t be controlled (modifiable and non-modifiable). This study investigated
the most correlated risk factor with Coronary Heart Disease incidence. This descriptive correlational study
and retrospective design. The research instrument used an electronic check sheet with a total sampling of
1256 medical records at Bandung Private Hospital. Data analysis with frequency distribution, Mann
Whitney, Chi- square, and multiple logistic regression. The results showed that CHD incidence occurred at
the age of 25-99 years (mean 59.5 years), with the highest frequency distribution being male at 55.3%,
hyperlipidemia at 50.6%, and hypertension at 43.7%. The risk factor that does not correlate with CHD
incidence is obesity. Five risk factors were related to CHD at 31.6%: age, gender, hyperlipidemia, smoking,
and diabetes mellitus. The most associated risk factors with CHD incidence were hyperlipidemia (OR 4.675)
and smoking (OR 4.302). Therefore, based on the study, it is suggested for health workers to do health
promotion about CHD risk factors, especially for patients with hyperlipidemia and smoker.

Keywords: Coronary Heart Disease, Risk Factors, Hyperlipidemia, Smoking

Pendahuluan
Coronary Heart Disease (CHD) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler dan
penyebab kematian nomor satu di dunia (Grandhi et al., 2020). CHD atau Coronary Artery
Disease merupakan penyakit yang disebabkan oleh penumpukan plak sebagian atau
seluruhnya di dalam lapisan arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke otot jantung (Shah et al., 2020).
Komplikasi CHD yang paling serius adalah syok kardiogenik yaitu hilangnya kekuatan
kontraktilitas pada jantung (Morton & Fontaine, 2012)).

14
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
Tingkat morbiditas dan mortalitas CHD termasuk tinggi di beberapa negara di dunia
(Budiman et al., 2015; Hartikainen et al., 2020). Mortalitas akibat CHD diperkirakan akan
meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030 dengan setengahnya berada di wilayah Asia
(Ohira dan Iso, 2013). Hasil penelitian Poh et al. (2018) di beberapa negara Asia termasuk
Indonesia, sebanyak 647 (14.1%) pasien CHD diperkirakan akan dirawat inap ulang dan
sebanyak 110 (2.4%) pasien CHD diperkirakan terjadi kematian setelah empat bulan
terdiagnosa.
Berdasarkan data Kemenkes RI (2018) sebanyak 2.784.064 (1,5%) di Indonesia
mengalami kasus penyakit jantung dan pembuluh darah dengan prevalensi jantung koroner di
Jawa Barat sebanyak 1,6%. Data Dinas Kesehatan Kota Bandung (2019) jumlah penderita
CHD di Kota Bandung sebanyak 6044. Menurut Winata et al., (2016) didapatkan sebanyak
121 PJK periode Januari-Desember 2014 yang terdiagnosa di salah satu rumah sakit swasta di
Kota Bandung. Hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa di salah satu rumah sakit swasta
Bandung menunjukkan bahwa jumlah kasus CHD sebanyak 968 atau sekitar 5.98% dari
jumlah pasien dalam 1 tahun periode 1 Agustus 2020 hingga 30 Juli 2021.
Berdasarkan fenomena tersebut, perlunya menurunkan morbiditas dan mortalitas CHD di
rumah sakit. Grandhi et al., (2020) mengemukakan bahwa sangat penting mengidentifikasi
dengan seksama faktor risiko CHD, sehingga dapat memastikan pasien menerima perawatan
yang tepat dalam mencegah kematian dini. Walaupun disebutkan bahwa penyebab CHD
adalah ateroklerosis, namun penyebab pasti masih belum diketahui, faktor risiko merupakan
faktor yang berperan penting terhadap timbulnya CHD (Lee et al., 2015).
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya CHD yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah
usia, jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Penelitian Suryati & Suyitno (2020)
menunjukkan peningkatan kasus CHD pada tahun 2013 di Indonesia sudah dimulai pada usia
25 tahun. Menurut Morton & Fontaine (2012), laki-laki memiliki risiko yang lebih besar
daripada perempuan dan laki-laki mengalaminya pada usia lebih muda, tetapi angka kematian
perempuan meningkat setelah menopause. Insiden CHD juga dapat meningkat pada ras
Afrika- Amerika dibandingkan dengan ras Kaukasia (Annesi et al., 2014)
Penelitian Amro et al. (2017) menyebutkan bahwa risiko CHD dapat meningkat dengan
perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat. Perilaku yang tidak sehat ini merupakan faktor-
faktor risiko CHD yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 15
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
hiperlipidemia, merokok, hipertensi, Diabetes Melitus, sindrom metabolik, obesitas dan
aktivitas fisik yang kurang (Annesi et al., 2014).
Annisa (2019) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kadar kolesterol yang tinggi dan
HDL yang rendah menyebabkan terbentuknya aterosklerosis yang membuat penyumbatan.
Menurut World Heart Federation dalam penelitian Ghani et al. (2016), merokok
menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen di dalam pembuluh darah sehingga darah
cenderung mudah terjadi pengentalan. Menurut Hajar (2017) menunjukkan bahwa
peningkatan tekanan darah sistolik dapat meningkatkan risiko morbiditas akibat CHD.
Diabetes Melitus dikaitkan dengan peningkatan nyata risiko CHD, walaupun gula darah
terkontrol (Morton & Fontaine, 2012). Faktor risiko yang kelima adalah sindrom metabolik,
yaitu kondisi dengan resistensi insulin dengan gula darah puasa lebih dari 100 mg/dl, obesitas
sentral, dislipidemia dengan trigliserida lebih dari 150 mg/dl dan HDL pada perempuan <50
mg/dl dan pada laki-laki <40 mg/dl, tekanan darah yang menetap lebih dari 130/85 mmHg,
tingkat infeksi dengan C-reactive protein yang tinggi, dan tingkat protrombotik dengan nilai
fibrinogen yang tinggi (Annesi et al., 2014).
Faktor risiko selanjutnya adalah obesitas dan kurang aktivitas fisik. Arnett et al., (2019)
mengemukakan bahwa peningkatan berat badan dapat meningkatkan risiko CHD. (Annesi et
al., 2014) mengemukakan bahwa pada umumnya aktivitas fisik sedang seperti berjalan
dengan frekuensi 30 menit dalam beberapa hari seminggu, dapat meningkatkan kadar HDL
dan menurunkan kadar trigliserida. Namun, hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Marlinda et al. (2020), yaitu secara statistik tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
penyakit jantung koroner.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang paling berhubungan dengan
CHD, sehingga dengan diketahuinya faktor risiko diharapkan tenaga kesehatan dapat
melakukan upaya preventif agar morbiditas dan mortalitas dapat diminimalkan.

Metode Penelitian

Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif.


Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien yang dirawat dalam kurun waktu 6
bulan dimulai 1 Januari 2021 hingga 30 Juni 2021 sebanyak 1256 rekam medis. Teknik
sampling menggunakan total sampling. Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar
tilik elektronik mengenai kejadian CHD dan 7 faktor risiko (usia, jenis kelamin,
hiperlipidemia, merokok, hipertensi, Diabetes Melitus, dan obesitas). Analisis univariat
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 16
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
dengan tendency

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 17
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
central pada subvariabel usia dan distribusi frekuensi pada subvariabel jenis kelamin,
hiperlipidemia, merokok, hipertensi, Diabetes Melitus, obesitas, dan kejadian CHD. Analisis
bivariat menggunakan Mann Whitney test untuk mengetahui hubungan usia dengan kejadian
CHD. Chi-square test untuk mengetahui hubungan masing-masing faktor risiko jenis
kelamin, hiperlipidemia, merokok, hipertensi, DM, dan obesitas dengan kejadian CHD.
Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda.

Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Univariat


Hasil analisis distribusi frekuensi pada tabel 1 menunjukan bahwa dari 1256 data
rekam medis pasien yang di Rumah Sakit Swasta Bandung pada periode Januari-Juni
2021 didapatkan data sebagai berikut:
a. Usia termuda 25 tahun hingga tertua 99 tahun dengan usia rata-rata adalah 59.5 tahun.
b. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 695 (55.3%).
c. Hiperlipidemia terjadi pada sebagian pasien sebanyak 635 (50.6%).
d. Merokok, hampir seluruh pasien tidak merokok sebanyak 1191 (94.8%).
e. Hipertensi, sebagian pasien tidak hipertensi sebanyak 707 (56.3%).
f. Diabetes Melitus, sebagian besar pasien tidak menderita DM sebanyak 906 (72.1%).
g. Obesitas, hampir seluruh pasien tidak obesitas sebanyak 1148 (91.4%).
h. Kejadian CHD, sebagian besar pasien tidak mengalami CHD sebanyak 855 (68.1%).
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Faktor Risiko dan Kejadian CHD n =1256

No Faktor risiko Kategori f % No Faktor risiko Kategori f %


1. Usia (Mean; SD) 59.50;15.87 5. Hipertensi Ya 549 43.7
(Min, Max) (25-99) Tidak 707 56.3

2. Jenis Kelamin Perempuan 561 44.7 6. Diabetes Melitus Ya 350 27.9


Laki-laki 695 55.3 Tidak 906 72.1

3. Hiperlipidemia Ya 635 50.6 7. Obesitas Ya 108 8.6


Tidak 621 49.4 Tidak 1148 91.4

4. Merokok Ya 65 5.2 8. Kejadian CHD Ya 401 31.9


Tidak 1191 94.8 Tidak 855 68.1

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 18
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
2. Hasil Analisis Bivariat
Analisis hubungan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CHD di Rumah
Sakit Swasta Bandung terdiri dari enam faktor risiko, yaitu usia, jenis kelamin,
hiperlipidemia, merokok, hipertensi dan diabetes melitus. Faktor risiko yang tidak
berhubungan adalah obesitas. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 2 dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Ada hubungan faktor risiko usia dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001 (<0.05).
b. Ada hubungan faktor risiko jenis kelamin dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001 (<0.05).
c. Ada hubungan faktor risiko hiperlipidemia dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001 (<0.05).
d. Ada hubungan faktor risiko merokok dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
e. Ada hubungan faktor risiko hipertensi dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
f. Ada hubungan faktor risiko Diabetes Melitus dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001 (<0.05).
g. Tidak ada hubungan faktor risiko obesitas dengan kejadian CHD dengan p-value
0.279 (>0.05).

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 19
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
Tabel 1
Analisis Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian CHD (n=1256)
Kejadian CHD
Total
No Faktor Risiko Ya Tidak p-value
f % f % N
1. Usia
Min-Max 27-99 25-98 0.001
Mean-SD 64.5+12.4 57.1+16.7
2. Jenis Kelamin
Perempuan 116 20.7 445 78.3 561 0.001
Laki-laki 285 41.0 410 59.0 695
3. Hiperlipidemia
Ya 314 49.4 321 50.6 635 0.001
Tidak 87 14.0 534 86.0 621
4. Merokok
Ya 48 73.8 17 26.2 65 0.001
Tidak 353 29.6 838 70.4 1191
5. Hipertensi
Ya 219 39.9 330 60.1 549 0.001
Tidak 182 25.7 525 74.3 707
6. DM
Ya 171 48.9 179 51.1 350 0.001
Tidak 230 25.4 676 74.6 906
7. Obesitas
Ya 40 37.0 68 63.0 108 0.279
Tidak 361 31.4 787 68.6 1148

3. Hasil Analisis Multivariat


Faktor risiko obesitas tidak masuk kandidat multivariat karena p-value 0.279 (>0.25).
Terdapat enam faktor yang termasuk kedalam pemodelan multivariat yaitu usia, jenis
kelamin, hiperlipidemia, merokok, hipertensi dan diabetes melitus.
a. Pemodelan Multivariat Tahap 1
Pada tahap ini, dilakukan analisis regresi logistik ganda dengan metode enter pada
keenam faktor seperti pada tabel 3.
Tabel 3 Pemodelan Multivariat Tahap 1
No Variabel p-value Exp (B)/OR
1. Usia 0.001 1.027
2. Jenis Kelamin 0.001 2.590
3. Hiperlipidemia 0.001 4.610
4. Merokok 0.001 4.425
5. Hipertensi 0.123 1.247
6. DM 0.001 1.813

Berdasarkan tabel 3 pemodelan multivariat tahap 1 ditemukan hanya satu faktor yang
memiliki p-value >0.05, yaitu hipertensi = 0.123, maka hipertensi dikeluarkan dari
pemodelan multivariat tahap 1. Kelima faktor lainnya dilanjutkan ke pemodelan tahap 2.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 20
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
b. Pemodelan Multivariat Tahap 2
Tahap ini dilakukan pengujian pada kelima faktor yang dapat dilihat pada tabel 4.
Peneliti juga menghitung perubahan nilai Exp (B)/OR sebelum dan sesudah hipertensi
dikeluarkan dari pemodelan, yang terlihat pada tabel 5. Tidak ditemukan adanya
perubahan nilai Exp B(OR) >10%, dengan nilai tertinggi perubahan sebesar 2.55% maka
hipertensi tidak dimasukkan kembali ke pemodelan multivariat.
Tabel 4 Pemodelan Multivariat Tahap 2
No Variabel p-value Exp (B)/OR 95% CI for Exp(B)
1. Usia 0.001 1.028 1.018-1.039
2. Jenis Kelamin 0.001 2.625 1.969-3.512
3. Hiperlipidemia 0.001 4.675 3.500-6.288
4. Merokok 0.001 4.302 2.313-8.038
5. Diabetes Melitus 0.001 1.837 1.375-2.459

Tabel 5 Perubahan Nilai Odd Ratio


Exp (B)/OR Exp (B)/OR Perubahan
No Variabel
Tahap 1 Tahap 2 OR
1. Usia 1.027 1.028 -0.10
2. Jenis Kelamin 2.590 2.630 -1.54
3. Hiperlipidemia 4.610 4.692 -1.78
4. Merokok 4.425 4.312 2.55
5. Hipertensi 1.247 -
6. Diabetes Melitus 1.813 1.839 -1.43

c. Pemodelan Multivariat Tahap 3 atau tahap akhir


Tahap pemodelan selanjutnya adalah mencari p-value >0.05 pada tabel 4.
Berdasarkan tabel 4 tidak ditemukan adanya p value >0.05, maka tidak ada variabel yang
dikeluarkan lagi dan tidak terdapat variabel confounding, sehingga analisis regresi ganda
dihentikan. Pemodelan tahap akhir diperoleh lima faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian CHD, seperti pada tabel 4, yaitu usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan
diabetes melitus.
Analisis multivariat, terdapat lima faktor yang berhubungan dengan kejadian CHD,
yaitu usia, jenis kelamin, hiperlipidemia, merokok dan diabetes melitus (95% CI for
Exp(B): 1.018-8.038). Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian CHD
adalah hiperlipidemia sebesar 4.7 kali dan merokok sebesar 4.3 kali. Adanya hubungan
faktor risiko terhadap kejadian CHD memiliki ketepatan sebesar 74.7%, dan kelima faktor
tersebut memiliki hubungan dengan kejadian CHD sebesar 31.6%.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 21
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
Pembahasan
1. Gambaran Kejadian CHD
a. Faktor Usia
Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian CHD terjadi pada usia rata-rata 59.5 tahun
dengan sebaran usia berkisar antara 25 hingga 99 tahun. Menurut hasil penelitian Suryati &
Suyitno (2020) peningkatan kasus CHD dimulai pada usia 25 tahun dan mulai menurun pada
usia 55 tahun. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa CHD terjadi pada usia rata-rata 59.4
tahun, hal ini dapat terjadi karena seiring bertambahnya usia terjadi perubahan arteri koroner
dan penumpukan plak yang disebabkan oleh gaya hidup.
b. Jenis Kelamin
Kejadian CHD terjadi pada jenis kelamin laki-laki 695 (55.3%). Laki-laki memiliki risiko
yang lebih besar daripada perempuan, dan laki-laki mengalaminya pada usia lebih muda.
Akan tetapi setelah menopause, angka kematian perempuan menjadi meningkat, namun
angka ini tidak lebih tinggi daripada tingkat risiko laki-laki (Morton & Fontaine, 2012)
c. Hiperlipidemia
Kejadian CHD terjadi lebih banyak pada pasien yang hiperlipidemia 635 (50.6%). Hasil
tersebut sesuai dengan teori bahwa CHD dapat disebabkan oleh karena adanya
lipid/kolesterol yang menumpuk di dalam pembuluh darah jantung hingga terjadi
penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah jantung yang berakibat fungsi jantung terganggu
(Rachmawati et al., 2021).
d. Merokok
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak merokok 1191 (94.8%).
Menurut Hajar (2017) merokok meningkatkan risiko terkena CHD 10 kali lebih besar
dibandingkan tidak merokok. Perokok pasif juga dapat meningkatkan risiko CHD.
e. Hipertensi
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak hipertensi 707 (56.3%)
dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi 549 (43.7%). Hipertensi adalah faktor risiko
utama yang disebut silent killer karena hipertensi tidak memiliki gejala spesifik dan tidak ada
tanda-tanda peringatan awal (Morton & Fontaine, 2012). Hipertensi disertai peningkatan stres
oksidatif dan aktivitas spesies oksigen radikal yang akan memediasi kerusakan pembuluh
darah akibat aktivasi angotensin II sehingga memperberat disfungsi endotel dan
meningkatkan risiko CHD. (Yuliani et al., 2014)

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 22
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
f. Diabetes Melitus
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak diabetes melitus 906 (72.1%)
dibandingkan yang mengalami diabetes melitus 350 (27.9%). Diabetes melitus dikaitkan
dengan peningkatan nyata risiko CHD. Pada hiperglikemia terjadi penurunan jumlah Nitric
Oxyde (NO) dan peningkatan lipoprotein pada proses glikolisasi yang berakibat melambatnya
katabolisme lipoprotein dan bersifat toksik terhadap endotel (Yuliani et al., 2014)
g. Obesitas
Kejadian CHD lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak obesitas 1148 (91.4%)
dibandingkan yang mengalami obesitas 108 (8.6%). Obesitas yang berdiri sendiri tidak
mempunyai kemungkinan langsung terjadi CHD. Kelebihan berat badan berkaitan dengan
insiden hipertensi dan diabetes melitus (Morton & Fontaine, 2012). Hasil penelitian ini
terdapat jumlah obesitas yang rendah, sehingga berefek pada jumlah pasien yang tidak
mengalami hipertensi 707 (56.3%) dan tidak diabetes melitus 906 (72.1%) lebih tinggi
dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus.
h. Kejadian CHD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tidak mengalami kejadian
CHD, yaitu sebanyak 855 (68.1%) dan sebagian kecil terjadi CHD, yaitu sebanyak 401
(31.9%). Hal ini dapat terjadi karena dalam penelitian ini ada beberapa presentase faktor
risiko yang sedikit yaitu; merokok 5.2%, obesitas 108 (8.6%) dan diabetes melitus 27.9%.
Penelitian ini sejalan dengan hasil studi Ghani et al., (2016) bahwa semakin sedikit faktor
risiko yang dimiliki seseorang maka semakin rendah kemungkinan orang tersebut terkena
CHD.

2. Hubungan antara usia dan kejadian CHD

Berdasarkan hasil uni yang dialkukan terdapat hubungan antara usia dan kejadian CHD,
hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chandrasegaran (2017), yaitu ada hubungan
antara terjadinya penyakit dan usia, yang mana CHD terjadi pada usia 27 hingga 99 tahun
dengan usia rata-rata 64.5 tahun akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerotik
akibat lamanya paparan faktor aterogenik sehingga ada hubungan bertambahnya usia dengan
risiko terjadinya CHD yang terjadi rata-rata pada usia lanjut usia. Disimpulkan bahwa usia
adalah faktor risiko pada kejadian CHD yang tidak dapat dimodifikasi di Rumah Sakit
Swasta Bandung.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 23
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
3. Hubungan antara jenis kelamin dan kejadian CHD
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dan
kejadian CHD, hal ini sejalan dengan teori dari (Morton & Fontaine, 2012), bahwa laki-laki
memiliki risiko yang lebih besar daripada perempuan. Akan tetapi setelah menopause, angka
kematian perempuan menjadi meningkat, namun angka ini tidak lebih tinggi daripada tingkat
risiko laki- laki.
Menurut Chandrasegaran (2017), perempuan dan laki-laki memiliki kerentanan yang
sama terhadap penyakit ini bila perempuan sudah memasuki masa menopause yang
berhubungan dengan hormon estrogen. Terjadinya risiko pada jenis kelamin laki-laki dan
perempuan tidak dapat dihindari dan diubah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis
kelamin adalah faktor risiko pada kejadian CHD yang tidak dapat dimodifikasi di Rumah
Sakit Swasta Bandung.
4. Hubungan antara Hiperlipidemia dan kejadian CHD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara hiperlipedemia dan
kejadian CHD, hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa CHD dapat disebabkan oleh karena
adanya lipid/kolesterol yang menumpuk di dalam pembuluh darah jantung hingga terjadi
penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah jantung yang berakibat fungsi jantung terganggu
(Rachmawati et al., 2021).
5. Hubungan antara Merokok dan Kejadian CHD
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Ghani et al., (2016) dan Patriyani &
Purwanto (2016) bahwa kebiasaan merokok, mempunyai hubungan bermakna dalam
meningkatkan risiko kejadian CHD, hal ini diakibatkan karena efek tembakau mengganggu
sistem pembekuan darah dan metabolisme lipoprotein sehingga meningkatkan pembentukan
plak koroner dan trombosis koroner.
6. Hubungan antara Hipertensi dan Kejadian CHD
Hasil ini sesuai dengan penelitian Chandrasegaran (2017; Ghani et al., (2016) bahwa
hipertensi mempunyai hubungan bermakna dalam meningkatkan risiko kejadian CHD, hal ini
sejalan dengan yang dijelaskan oleh Morton & Fontaine, (2012) bahwa vasokonstriktor yang
meningkat saat terjadi hipertensi di dalam vaskular dapat mempercepat pembentukan foam
cell dan menstimulasi pertumbuhan sel di endotelial sehingga bisa membentuk aterosklerosis.
7. Hubungan antara Diabetes Melitus dan Kejadian CHD
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ghani et al., (2016) bahwa Diabetes Melitus
mempunyai hubungan bermakna dalam meningkatkan risiko kejadian CHD, hal ini
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 24
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
diakibatkan pada kondisi hiperglikemia terjadi penurunan jumlah Nitric Oxyde (NO) dan
peningkatan

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 25
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
lipoprotein pada proses glikolisasi yang berakibat melambatnya katabolisme lipoprotein dan
bersifat toksik terhadap endotel, sehingga akan terjadi proses oksidasi pada lipoprotein yang
dapat meningkatnya lipoprotein peroksida yang efeknya akan mempermudah rusaknya sel
serta meningkatkan terjadinya aterosklerosis Morton & Fontaine, (2012)
8. Hubungan antara Obesitas dan Kejadian CHD
Kelebihan berat badan berkaitan dengan insiden hipertensi dan diabetes melitus (Morton
& Fontaine, 2012). Hasil penelitian ini terdapat jumlah obesitas yang rendah, sehingga
berefek pada jumlah pasien yang tidak mengalami hipertensi 707 (56.3%) dan tidak diabetes
melitus 906 (72.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan yang mengalami hipertensi dan
diabetes melitus. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ghani et al., (2016)bahwa obesitas tidak
memiliki hubungan yang bermakna dalam meningkatkan risiko kejadian CHD. Obesitas yang
berdiri sendiri tidak mempunyai kemungkinan langsung terjadi CHD. Dampak yang buruk
akan terlihat bila obesitas yang dibarengi dengan penyakit penyerta hipertensi dan intoleransi
glukosa.
9. Faktor yang Mempengaruhi
Hasil pemodelan didapatkan bahwa fkctor merokok berisiko untuk terjadinya CHD 4.3
kali dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian
Suryati & Suyitno (2020) di Indonesia bahwa perokok memiliki korelasi yang tinggi dalam
peningkatan risiko terjadinya CHD yaitu 4 kali lebih tinggi terkena CHD dibandingkan tidak
merokok.
Hasil lain didapatkan bahwa faktor hiperlipidemia berisiko untuk terjadinya CHD 4.675
kali dibandingkan dengan pasien yang tidak hiperlipidemia. Hal ini sajalan dengan penelitian
Chandrasegaran (2017), didapatkan dislipidemia merupakan variabel yang dominan.
Hiperlipedemia sangat berhubungan dengan kejadian CHD karena aterosklerosis terjadi
akibat adanya lipoprotein masuk ke dalam subendotel pembuluh darah arteri yang biasanya
>90% diantaranya terdiri dari LDL.

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa:


1. Gambaran kejadian CHD:
a. Usia termuda 25 tahun hingga tertua 99 tahun dengan usia rata-rata adalah 59.5
tahun.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 26
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
b. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 695 (55.3%).

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 27
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
c. Hiperlipidemia terjadi pada sebagian pasien sebanyak 635 (50.6%).
d. Merokok, hampir seluruh pasien tidak merokok sebanyak 1191 (94.8%).
e. Hipertensi, sebagian pasien tidak hipertensi sebanyak 707 (56.3%).
f. Diabetes Melitus, sebagian besar pasien tidak menderita DM sebanyak 906
(72.1%).
g. Obesitas, hampir seluruh pasien tidak obesitas sebanyak 1148 (91.4%).
h. Kejadian CHD, sebagian besar pasien tidak mengalami CHD sebanyak 855
(68.1%).
2. Ada hubungan faktor risiko usia dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001 (<0.05).
3. Ada hubungan faktor risiko jenis kelamin dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
4. Ada hubungan faktor risiko hiperlipidemia dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
5. Ada hubungan faktor risiko merokok dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
6. Ada hubungan faktor risiko hipertensi dengan kejadian CHD dengan p-value 0.001
(<0.05).
7. Ada hubungan faktor risiko Diabetes Melitus dengan kejadian CHD dengan p-value
0.001 (<0.05).
8. Tidak ada hubungan faktor risiko obesitas dengan kejadian CHD dengan p-value 0.279
(>0.05).
9. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian CHD adalah hiperlipidemia
sebesar 4.7 kali dan merokok sebesar 4.3 kali. Adanya hubungan faktor risiko terhadap
kejadian CHD memiliki ketepatan sebesar 74.7%, dan kelima faktor tersebut memiliki
hubungan dengan kejadian CHD sebesar 31.6%.

Daftar Pustaka

Amro, N. R., Rasheed, O., Khdour, M., Qraqra, D., & Ghrayeb, F. A. (2017). Knowledge of
Cardiovascular Disease among Undergraduate University Students in Palestine.
Humanities and Social Sciences, 7(4), 2225–2484.
Annesi, S. M., Brooks-brunn, J. A., Byers, J. F., Casey, P. E., Cash, J., & Corbin, J. (2014).
Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Monographs of the
Society for Research in Child Development. https://doi.org/10.1111/mono.12088
Annisa, F. (2019). Pemeriksaan Kadar Hdl Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Seminar Rekayasa Kimia Dan

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 28
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
Proses,

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 29
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
11(1).
Arnett, D. K., Blumenthal, R. S., Albert, M. A., Buroker, A. B., Goldberger, Z. D., Hahn, E.
J., Himmelfarb, C. D., Khera, A., Lloyd-Jones, D., McEvoy, J. W., Michos, E. D.,
Miedema, M. D., Muñoz, D., Smith, S. C., Virani, S. S., Williams, K. A., Yeboah, J., &
Ziaeian, B. (2019). 2019 ACC/AHA Guideline on the Primary Prevention of
Cardiovascular Disease: A Report of the American College of Cardiology/American
Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. In Circulation (Vol. 140,
Issue 11). https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000678
Budiman, F., Mulyadi, N., & Lolong, J. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Ruangan Cvcu Rsup Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(3), 109084.
Chandrasegaran, P. T. A. (2017). Faktor Resiko Utama Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Pada Pasien Rawat Inap Pada Tahun 2015 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik. In Faktor Risiko Utama Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat
Inap Pada Tahun 2015 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2019). Profil Kesehatan Kota Bandung 2019. 59, 283.
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor Risiko Dominan Penyakit
Jantung
Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), 153–164.
https://doi.org/10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164
Grandhi, G. R., Mirbolouk, M., Dardari, Z. A., Al-Mallah, M. H., Rumberger, J. A., Shaw, L.
J., Blankstein, R., Miedema, M. D., Berman, D. S., Budoff, M. J., Krumholz, H. M.,
Blaha, M. J., & Nasir, K. (2020). Interplay of Coronary Artery Calcium and Risk
Factors for Predicting CVD/CHD Mortality: The CAC Consortium. JACC:
Cardiovascular Imaging, 13(5). https://doi.org/10.1016/j.jcmg.2019.08.024
Hajar, R. (2017). Risk factors for coronary artery disease: Historical perspectives. Heart
Views, 18(3). https://doi.org/10.4103/heartviews.heartviews_106_17
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI,
53(9), 1689–1699.
Lee, J. A., Rotty, L., & Wantania, F. E. (2015). Profil Lipid Pada Pasien Dengan Penyakit
Jantung Koroner Di Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2012. E-CliniC, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.7480
Marlinda, R., Dafriani, P., & Irman, V. (2020). Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik
Dengan Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 7(2), 108–113.
Morton, P. G., & Fontaine, D. K. (2012). Essentials of critical care nursing: A holistic
approach.
In Essentials of Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Ohira, T., & Iso, H. (2013). Cardiovascular disease epidemiology in Asia - An overview.
Circulation Journal, 77(7), 1646–1652. https://doi.org/10.1253/circj.CJ-13-0702
Patriyani, R. E. H., & Purwanto, D. F. (2016). Faktor Dominan Risiko Terjadinya Penyakit
Jantung Koroner (PJK). (JKG) Jurnal Keperawatan Global, 1(1).
https://doi.org/10.37341/jkg.v1i1.12
Poh, K. K., Ambegaonkar, B., Baxter, C. A., Brudi, P., Buddhari, W., Chiang, F. T., Horack,
M., Jang, Y., Johnson, B., Lautsch, D., Sawhney, J. P. S., Vyas, A., Yan, B. P., & Gitt,
A. K. (2018). Low-density lipoprotein cholesterol target attainment in patients with
stable or acute coronary heart disease in the Asia-Pacific region: results from the
Dyslipidemia International Study II. European Journal of Preventive Cardiology,
25(18), 1950–1963. https://doi.org/10.1177/2047487318798927
Rachmawati, C., Martini, S., & Artanti, K. D. (2021). Analisis Faktor Risiko Modifikasi
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 30
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
Penyakit Jantung Koroner Di Rsu Haji Surabaya Tahun 2019. Media Gizi Kesmas,
10(1). https://doi.org/10.20473/mgk.v10i1.2021.47-55

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 31
JNJ Vol. 4, No. 2, July 2022
pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-4653
Jambura Nursing Journal
Shah, S. J., Borlaug, B. A., Kitzman, D. W., McCulloch, A. D., Blaxall, B. C., Agarwal, R.,
Chirinos, J. A., Collins, S., Deo, R. C., Gladwin, M. T., Granzier, H., Hummel, S. L.,
Kass, D. A., Redfield, M. M., Sam, F., Wang, T. J., Desvigne-Nickens, P., & Adhikari,
B. B. (2020). Research Priorities for Heart Failure with Preserved Ejection Fraction:
National Heart, Lung, and Blood Institute Working Group Summary. In Circulation.
https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.119.041886
Suryati, T., & Suyitno, S. (2020). Prevalence and Risk Factors of the Ischemic Heart Diseases
in Indonesia: a Data Analysis of Indonesia Basic Health Research (Riskesdas) 2013.
Public Health of Indonesia, 6(4), 138–144. https://doi.org/10.36685/phi.v6i4.366
Winata, M. A., Ivone, J., & Setiabudi, E. (2016). Gambaran Faktor Risiko Penderita Penyakit
Jantung Koroner Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari – Desember
2014. Repository.Unej.Ac.Id, 1(18), 2002–2003.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/60716
Yuliani, F., Oenzil, F., & Iryani, D. (2014). Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(1), 37–40. https://doi.org/10.25077/jka.v3i1.22

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj | 32

Anda mungkin juga menyukai