Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh

banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, namun juga

dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan,

dan faktor lainnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia

antara lain dengan jalan memberi Air Susu Ibu (ASI) sedini mungkin.

World Health Organization (WHO) mendefiniskan pemberian ASI

adalah menyusui bayi sedini mungkin dalam satu jam pertama setelah

kelahiran, pemberian kolostrum dan pemberian ASI Eksklusif hingga 6

bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau (Septiani,

2019). ASI tidak hanya bergizi, tetapi juga membantu melindungi bayi

dari hampir semua jenis infeksi, dengan meningkatkan daya tahan

tubuhnya. Menurut stadium laktasi, ASI terbagi menjadi kolostrum,

ASI transisi dan ASI matur. Kolostrum merupakan ASI kental

berwarna kuning yang dihasilkan sejak hari pertama setelah ibu

melahirkan (Mustafa et al, 2019)

Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar

payudara. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang

siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Selain

itu, kolostrum juga mengandung protein dan vitanin A yang tinggi , dan

1
2

lemak rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-

hari pertama kelahiran dan juga membantu mengeluarkan mekonium

yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. Tidak

satupun susu formula dapat menggantikan perlindungan kekebalan

tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI

yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran.

Pemberian kolostrum dapat dimulai sejak satu jam pertama

bayi dilahirkan dengan melakukan praktik inisiasi menyusu dini (IMD).

Pendekatan IMD yang sekarang dianjurkan adalah dengan metode

breast crawl (merangkak mencari payudara) dimana setelah bayi lahir

segera diletakkan di perut ibu dan dibiarkan merangkak untuk mencari

sendiri puting ibunya dan akhirnya menghisapnya tanpa bantuan.

Faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat

menyebabkan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir,

namun banyak disertai dengan faktor persepsi, sikap, sosial budaya,

dukungan sosial dan faktor ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk

memotivasi dalam memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang

menyusui. Beberapa pendapat yang menghambat ibu nifas tidak

memberikan kolostrum dengan segera, diantaranya takut bayi

kedinginan, setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui

bayinya, kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai,

serta kolostrum tidak baik dan berbahaya bagi bayi. Hal di atas tidak

akan terjadi jika seorang ibu nifas mempunyai pengetahuan yang

bagus serta mendapat dukungan dari keluarga


3

Menurut World Health organization (WHO) tahun (2020)

menyatakan bahwa sekitar satu dari sepuluh anak lahir dengan berat

badan lahir rendah. Asia Selatan, satu dari empat anak, dan sekitar

45% kematian di antara anak balita terkait dengan kekurangan gizi.

Kematian ini sering terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah, selain itu 52 juta balita menderita wasting, dimana .

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS)

pada tahun 2018, tidak ada data khusus mengenai pemberian

kolostrum. Namun patokan keberhasilan pemberian kolostrum dapat

kita lihat dari data proporsi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi 0-23

bulan dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 58,

2%. secara nasional presentase bayi baru lahir yang mendapat IMD

sebesar 75,58%.

Berdasarkan data profil DInas Kehataan Provinsi Sulawesi

Selatan pada Tahun 2019 presentase bayi baru lahir yang mendapat

IMD sebesar 84,71%, mengalami peningkatan pada tahun 2020 yaitu

87.81%. Capaian IMD pada bayi baru lahir Kabupaten Bantaeng juga

mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 94,055 meningkat

menjadi 100% di tahun 2020.

Meskipun angka cakupan IMD pada bayi baru lahir melampaui

target Renstra tahun 2019 yaitu 50%, namun masih ada ibu yang

belum mengetahui tentang manfaat IMD. Studi pendahuluan yang

peneliti lakukan di Puskesmas Campagaloe Tahun 2023, berdasarkan

wawancara pada 10 orang ibu nifas didapatkan data bahwa 2 orang


4

ibu mengetahui tentang kolostrum, dan 8 orang ibu tidak mengetahui

tentang manfaat kolostrum Hal ini menunjukan masih rendahnya

pengetahuan ibu tentang kolostrum , salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan

ibu dengan melakukan komunikasi, inofrmasi dan edukasi (KIE).

Menurut asumsi peneliti pengetahuan merupakan hal yang

sangat besar pengaruhnya terhadap ibu hamil ibu Nifas sampai Ibu

menyusui karena dari pengetahuan akan menentukan kehidupan si

bayi selanjutnya serta dari pengetahuan juga ibu - ibu akan mendidik

bayi dan juga membentuk karakter anak – anaknya. Berdasarkan

latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 0-3 Tentang

Pentingnya Pemberian Kolostrum Sebelum dan Sesudah KIE di

Puskesmas Campagaloe Tahun 2023”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Gambaran Pengetahuan Ibu

Nifas Hari Ke 0-3 Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum

Sebelum dan Sesudah KIE di Puskesmas Campagaloe Tahun

2023” ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas

Hari Ke 0-3 Tentang Pentingnya Pemberian Kolostrum


5

Sebelum dan Sesudah KIE di Puskesmas Campagaloe Tahun

2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengindentifikasi gambaran pengetahuan ibu nifas

hari ke 0-3 tentang pentingnya pemberian kolostrum

berdasakan pendidikan ibu di puskesmas Campagaloe

Tahun 2023.

2. Untuk Mengindentifikasi gambaran pengetahuan ibu nifas

hari ke 0-3 tentang pentingnya pemberian kolostrum

berdasarkan paritas di puskesmas Campagaloe Tahun

2023.

3. Untuk Mengindentifikasi gambaran pengetahuan ibu nifas

hari ke 0-3 tentang pentingnya pemberian kolostrum

sebelum KIE berdasarkan usia ibu di puskesmas

Campagaloe Tahun 2023.

4. Untuk Mengindentifikasi gambaran pengetahuan ibu nifas

hari ke 0-3 tentang pentingnya pemberian kolostrum

sesudah KIE berdasarkan usia ibu di puskesmas

Campagaloe Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dalam bidang ilmu kebidanan terkait pengetahuan

ibu nifas tentang manfaat kolostrum

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Bagi Institusi

Sebagai tambahan referensi dan informasi dalam bidang

pendidikan kesehatan, serta dapat dijadikan tambahan ke

perpustakaan dalam pengembangan penelitian

selanjutnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh

kususnya tentang kolostrum

3. Bagi Ibu Nifas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi bagiibu nifas tentang kolostrum

4. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu tenaga

kesehatan dalam manambah wawasan atau pengetahuan

tentang kolostrum.

Anda mungkin juga menyukai