PENYEGAR
Oleh :
Ni Kadek Sintia Astari (060)
Putu Deviana Pramastya Putri (038)
TAHUN 2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Adapun judul makalah ini adalah “pengolahan pangan ½ jadi pada bahan
penyegar”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui
tentang bagaimana pengolahan pangan ½ jadi pada bahan penyegar.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selaku penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................4
1.3 TUJUAN...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengolahan pangan 1/2 jadi.............................................................5
2.2 Manfaat pengolahan pangan 1/2 jadi................................................................5
2.3 Dasar-dasar pengolahan pangan 1/2 jadi pada bahan penyegar........................5
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................16
3.2 SARAN...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Namun, justru inilah yang menjadi masalah. Umumnya bahan pangan tidak dapat
bertahan lama setelah dipanen. Banyak bahan pangan yang memiliki waktu simpan yang
relatif singkat. Untuk itu, saat ini kita perlu lebih cermat dalam mengolah bahan pangan agar
memiliki waktu simpan yang lebih lama tanpa menghilangkan nilai gizi yang terkandung di
dalam makanan tersebut. Salah satu metode yang digunakan adalah mengolah bahan
pangan tersebut menjadii bahan pangan setengah jadi.
Pada bab ini akan diberikan gambaran mengenai pengolahan pangan ½ jadi pada
bahan penyegar seperti kopi, the dan coklat.
c. Apa saja dasar-dasar dari pengolahan pangan ½ jadi pada bahan penyegar ?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari pengolahan pangan ½ jadi.
b. Untuk megetahui apa saja manfaat dari pengolahan pangan ½ jadi.
c. Untuk mengetahui dasar-dasar pengolahan pangan ½ jadi pada bahan penyegar.
4
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
5
b. Teh
Teh (camellia sinenesis) merupakan jenis tanaman yang tumbuh baik
didataran tinggi. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan dari tanaman teh
adalah bagian daun.
c. Coklat (kakao)
Biji kakao adalah biji tanaman kakao(Theobroma cacao L.) yang berasal dari
biji kakao mulia atau biji kakao lindak yang telah melalui proses pemeraman,
dicuci atau tanpa dicuci,dikeringkan atau dibersihkan.Coklat merupakan
sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao
(Theobroma cacao L.). Cokelat pertama kali dikonsumsi oleh penduduk
Mesoamerika kuno sebagai minuman.
3. Jenis pengolahan
a. Suhu tinggi : kopi instan,coklat bubuk
b. Fermentas : teh oolong,teh hitam,
c. Pengeringan : teh hijau,teh melati
6
penurunan mutu produk pangan melibatkan dua sistem, yaitu sistem kimia dan
biokimia produk itu sendiri dan sistem mikroorganisme yang
mengkontaminasinya. Kedua sistem ini sama-sama beraktivitas dan akan
mempengaruhi mutu akhir produk
7
sangrai yang dilihat dari perubahan warna biji kopi yang sedang
disangrai.
Sesudah proses penyangraian selesai, biji kopi hasil sangrai
dimasukkan ke dalam bak pendingin. agar proses sangrai tidak
berlanjut. Selama pendinginan, biji kopi sangrai diaduk agar proses
sangrai menjadi rata dan tidak berlanjut [over roasted]. Untuk bak
pendingin yang dilengkapi dengan kipas mekanis, sisa kulit ari yang
terlepas dari biji kopi saat proses sangrai akan terhisap sehingga biji
kopi sangrai lebih bersih.
c. Pencampuran
Untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang khas, pabrik kopi
bubuk sering menggunakan bahan baku campuran dari beberapa jenis
biji kopi beras [Arabika, Robusta, Exelsa dll], jenis proses yang
digunakan [proses kering, semi-basah, basah], dan asal bahan baku
[ketinggian, tanah dan agroklimat]. Beberapa jenis bahan baku tersebut
disangrai secara terpisah, ditimbang dalam proporsi tertentu [atas dasar
uji citarasa], dan kemudian dicampur dengan alat pencampur putar tipe
hexagonal.
d. Penghalusan biji kopi sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus [grinder]
sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu agar
mudah diseduh dan memberikan sensasi rasa dan roma yang lebih
optimal. Mesin penghalus menggunakan tipe Burr-mill.
Mesin ini mempunyai dua buah piringan [terbuat baja], yang
satu berputar [rotor] dan yang lainnya diam [stator]. Mekanisme
penghalusan terjadi dengan adanya gaya geseran antara permukaan biji
kopi sangrai dengan permukaan piringan dan sesama biji kopi sangrai
Rendemen hasil pengolahan [penyangraian dan penghalusan]
adalah perbandingan antara berat kopi bubuk yang diperoleh dengan
berat biji kopi beras yang diproses. Rendemen makin turun pada
derajad sangrai yang makin gelap. Rendemen tertinggi, yaitu 81 %,
diperoleh pada derajad sangrai ringan, dan terendah yaitu 76 %,
dengan derajad sangrai gelap. Rendemen juga dipengaruhi oleh susut
berat biji kopi selama penyangraian. Makin tinggi kadar air biji dan
makin lama waktu penyangraian menyebabkan rendemen menjadi
lebih kecil [Sivetz and Foote, 1973]. Sedangkan susut berat selama
proses penghalusan umumnya terjadi karena partikel kopi bubuk yang
sangat halus terbang ke lingkungan akibat gaya sentripetal putaran
pemukul mesin penghalusnya.
e. Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan aroma dan
citarasa kopi bubuk selama distribusikan ke konsumen dan selama
dijajakan di toko, di pasar tradisional dan di pasar swalayan. Jika tidak
dikemas secara baik, kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk akan
8
berkurang secara signifikan setelah satu atau dua minggu. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap keawetan kopi bubuk selama
dikemas adalah kondisi penyimpanan [suhu lingkungan], tingkat
sangrai, kadar air kopi bubuk, kehalusan bubuk dan kandungan
oksigen di dalam kemasan.
Bahan pengemas yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Daya transmisi rendah terhadap uap air
2. Daya penetrasi rendah terhadap oksigen
3. Sifat permeable rendah terhadap aroma dan bau
4. Sifat permeable terhadap gas CO2
5. Daya tahan yang tinggi terhadap minyak dan sejenisnya
6. Daya tahan yang tinggi terhadap goresan dan sobekan
7. Mudah dan murah diperoleh
Proses pengemasan secara manual dilakukan dalam tiga
tahapan, yaitu memasukkan kopi bubuk ke dalam kemasan,
menimbang kemasan dan menutup kemasan. Ketiganya dilakukan oleh
tiga operator secara berurutan. Sedangkan, labeling tanggal
kadaluwarsa dilakukan setelah seluruh tahapan proses pengemasan
selesai.
2. Coklat bubuk
Coklat bubuk atau cocoa powder terbuat dari bungkil/ampas biji coklat
yang telah dipisahkan lemak coklatnya. Bungkil ini dikeringkan dan
digiling halus sehingga terbentuk tepung coklat. Dari biji kakao kering
dapat diolah menjadi bubuk kakao, dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penyangraian
Proses penyangraian dimaksudkan untuk memudahkan proses
penghalusan kakao, serta meningkatan aroma dan citarasa coklat,
menggunakan wajan atau alat penyangrai ( roaster). Bila sudah tercium
aroma khas coklat, maka proses penyangraian segera dihentikan dan
didinginkan dalam nampan dengan cara mengipasi sambil diaduk.
b. Pemisahan biji
Untuk pemisahan keping biji kakao dari kulit ari dapat
dilakukan dengan cara biji kakao ditumbuk kasar didalam nampan.
Kemudian ditampi untuk memisahkan kulit atau menggunakan alat
pemisah kulit kakao ( desheler)
c. Penggilingan.
Dapat menggunakan cara tradisional yaitu menggiling dengan
cobek atau dapat juga menggunakan alat pengupas yang fungsingnya
memperhalus partikel pasta dan bubuk coklat.
d. Pengepresan
Pengepresan dilakukan dengan menggunakan alat pengempa
lemak hidrolik yang dapat menghasilkan pasta kasar untuk kemudian
9
dipanaskan dengan suhu 40-50 0C membentuk cas, tujuannya untuk
memisahkan kandungan lemak dengan pasta kakao.
e. Penggilingan pendinginan
Pasta kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan didinginkan,
sehingga ke (padatan) untuk selanjutnya dilakukan penggilingan
dengan mesin pembubuk coklat yang menghasilkan partikel lebih halus
dalam bentuk bubuk coklat.
f. Pengemasan
Pengemasan bubuk coklat dilakukan dengan menggunakan
bahan plastik yang tebalnya 0,8 mm atau alluminium foil dengan
menggunakan alat vakum ( vakum sealer). Alat ini mampu
mempertahankan mutu produk didalam kemasan. Kapasitas dari
vakumsealer ini bisa mencapai 1-15 bungkus/batch.
g. Penyimpanan
Bubuk coklat disimpan ditempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung agar suhunya tidak berfluktuasi.
B. Fermentasi
1. Teh oolong (Oolong Tea )
Teh oolong adalah gabungan teh hitam dan teh hijau. Warna daunnya
setengah coklat. Proses pembuatan the oolong (the semi fermentasi) :
a. Daun teh segar (kadar air 75 – 80 %)
b. Pelayuan dengan sinar matahari ( 90 menit )
c. Pelayuan dan pengayakan dalam ruangan (4-7 jam )
d. Pengeringan I dengan sistim Panning ( proses tersebut dilakukan
dengan cara melewatkan daun pada lorong / silinder panas (suhu
permukaan 300° – 350° C), dengan tujuan untuk menghambat proses
oksidasi enzimatis.
e. Penggulungan ( 5-12 menit )
f. Pemotongan
g. Pengeringan II.
10
Bertujuan untuk memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi
dapat berlangsung secara merata.
c. Proses Pengeringan
Menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) &
Fluid bed drier.
Kadar air produk yang dihasilkan 3 – 5 %
C. Pengeringan
1. Teh hijau
Teh yang digunakan merupakan daun dari tanaman teh. Daun teh
segar mengandung 75-82% air dan sisanya merupakan bahan organik dan
anorganik. Bagian-bagian yang memegang peranan penting dalam
pengolahan teh yaitu bahan-bahan organik, antara lain zat tanin, kafein,
enzim protein, minyak eteris, dan vitamin. Di dalam bidang kesehatan,
daun teh memiliki khasiat membantu mengatasi gejala sakit kepala, diare,
penyubur dan penghitam rambut, kolesterol dan trigliserida darah tinggi,
kencing manis, mengurangi terbentuknya karang gigi, dan infeksi saluran
pencernaan.
Produk yang dihasilkan akan memiliki warna hijau tua dengan
penampakan menggulung dan aroma khas teh hijau. Rendemen yang
dihasilkan dari pembuatan teh hijau yaitu 22% (22 kg teh hijau kering).
Seduhan teh hijau berwarna hijau kekuningan.
Proses pembuatan teh hijau :
a. Pelayuan
Pelayuan pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan enzim
polifenol menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi
lentur dan mudah dioksidase dan mgulung. Pelayuan dilaksanakan
dengan cara mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan
kedalam alat pelayuan Rotary Panner dalam keadaan panas dengan
suhu pelayuan 80-100°C. selama proses pelayuan berlangsung dalam
Rotary Panner, terjadi proses penguapan air baik yang terdapat di
permukaan maupun yang terdapat didalam daun. Uap air yang terjadi
harus secepatnya dikeluarkan dari ruang Roll Rotary Panner, untuk
menghindari terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organik.
Tingkat layu pucuk dinilai berdasarkan presentase layu, yaitu
perbandingan berat pucuk layu terhadap pucuk basah yang dinyatakan
dalam persen. Persentase layu teh hijau lokal adalah 60-70%, dan
untuk teh hijau ekspor sekitar 60% dengan tingkat kerataan layuan
yang baik. Tingkat layu yang tepat ditandai dengan keadaan pucuk
layu yang berwarna hijau cerah, lemas, dan lembut, serta mengeluarkan
bau yang khas.
Kriteria untuk menentukan tingkat kelayuan daun antara lain:
11
a. bentuk daun lemas, agak lekat seperti daun yang dimasukkan dalam
air panas.
b. warna daun hijau kekuning-kuningan atau hijau muda
c. air seduhan daun layu jernih dengan sedikit warna hijau atau pucat
d. kadar air 65-70%.
b. Penggulungan
Penggulungan pada pengolahan teh hijau bertujuan membentuk
mutu secara fisik, karena selama penggulungan, pucuk teh akan
dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi pemotongan.
Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar mesin
Rotary Panner.
Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi
penghancuran daun teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan
jumlah bubuk dengan mutu yang kurang menguntungkan. Lama
penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu pucuk, ukuran, tipe
mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. Lama penggulungan
sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk
mesin penggulung.
c. Pengeringan
Pengeringan pada teh hijau bertujuan untuk menurunkan kadar
air dari pucuk yang digulung hingga 3-4%, memekatkan cairan sel
yang menempel di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat,
dan memperbaiki bentuk gulungan teh jadi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dilaksanakan dua tahap pengeringan, masing-masing
menggunakan mesin yang berbeda.
Mesin pengering pertama disebut ECP (Endless Chain
Pressure) Dryer. Pada mesin pengering ini, suhu diatur supaya suhu
masuk 130-135°C dan suhu keluar 50-55°C dengan lama pengeringan
25 menit. Pada pengeringan pertama ini, jumlah air yang diuapkan
mencapai 50% dari bobot pucuk, sehingga hasilnya baru setengah
kering dengan tingkat kekeringan 30-35%.
Pada pengeringan tahap kedua digunakan mesin pengering
Rotary Dryer tipe Repeat Rool. Maksud pengeringan kedua adalah
untuk menurunkan kadar air sampai 3-4% serta memperbaiki bentuk
gulung teh keringnya. Pengeringan dalam rotary dryer menggunakan
suhu tidak lebih dari 70°C dengan lama pengeringan 80-90 menit, dan
putaran rotary dryer 17-19 rpm.
d. Sortasi Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan
mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk ukuran yang
spesifik sesuai dengan standar teh hijau.
Pada prinsipnya, sortasi kering teh hijau adalah :
12
1. Memisahkan partikel-pertikel yang mempunyai bentuk dan ukuran
yang relative sama keddalam beberapa kelompok (grade), kemudian
memisahkannya dari tulang-tulang daunnya.
2. Melakukan pemotongan dengan tea cutter bagian-bagian the yang
ukurannya masih lebih besar dari jenis mutu yang dikehendaki.
3. Setelah hasil sortasi the hijau terkumpul menjadi beberapa Janis,
dilakukan polishing dengan menggunakan mesin polisher.
4. Hasil sortasi ini dikelompokkan kedalam jenis-jenis mutu the hijau
sesuai dengan mutu yang ada.
e. Penyimpanan dan Pengemasan
Penyimpanan dan pengemasan mutlak dilakukan mengingat teh
yang baru dihasilkan belum bisa langsung di pasarkan. Selain
jumlahnya masih sedikit, teh yang baru disortasi masih perlu
didiamkan agar kelembaban teh bisa terkontrol. Proses ini terutama
hanya untuk menjaga aroma teh yang harum.
Pengemasan teh hijau dilakukan dengan bahan pembungkus
kantong kertas yang didalamnya dilapisi aluminium foil. Untuk
memasarkannya teh hijau biasa dikemas dalam kantong kertas atau
kantong plastik dengan ukuran kemasan bervariasi. Tujuan
pengemasan teh adalah:
1. Melindungi produk dari kerusakan.
2. Mempermudah transportasi.
3. Efisien dalam penyimpanan di gudang.
4. Dapat digunakan sebagai alat promosi.
13
c. Proses pelembaban
Dilakukan penambahan air ± 20 %.
Proses pelembaban dilakukan pada pagi – siang hari, kemudian teh
hasil pelembaban ditebar atau dibeber membentuk suatu lapisan setebal
± 15 – 20 cm. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pewangian,
dimana bunga melati dicampurkan.
d. Proses Pengeringan II
Menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) dengan
suhu berkisar antara 110° – 125° C selama 45 – 60 menit.
Kadar air produk yang dihasilkan berkisar antara 4 – 6 %.
14
a. Kopi
o kopi bubuk
o Kopi sachet
b. Teh
o Teh Sachet
o Teh seduh daun kering
c. Coklat
o Coklat permen
o Coklat bubuk
o Coklat powder
o Susu coklat sachet
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
http://mesin-kopi-kakao.blogspot.com/p/pengolahan-kakao.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Teh_hitam
http://putrakolut.blogspot.com/2012/11/proses-pengolahan-teh-hijau.html
http://uyuntaslim.blogspot.co.id/2013/02/bahan-penyegar.html
https://lybhimaldaniwijaya.wordpress.com/2013/06/26/teknologi-pengolahan-bahan-
penyegar/
17