Disusun Oleh:
Anisa Paradila
2011102431343
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan masalah................................................................................3
1.3. Tujuan penelitian...................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................4
2.1 Konsep dasar studi kelayakan bisnis.....................................................4
2.2 UMKM.....................................................................................................6
2.3 Aspek-aspek studi kelayakan bisnis......................................................8
BAB III KOMPARASI.................................................................................10
3.1 Perbandingan.......................................................................................10
3.1.1 Aspek pemasaran.............................................................................10
3.1.2 Aspek keuangan................................................................................11
3.1.3 Aspek sosial......................................................................................11
3.1.4 Aspek hukum.....................................................................................12
3.1.5 Aspek lingkungan..............................................................................13
3.1.6 Aspek teknis......................................................................................15
3.2 Kesimpulan...........................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................18
4.1 Aspek Pemasaran................................................................................18
4.2 Aspek Keuangan..................................................................................18
4.3 Aspek Sosial.........................................................................................18
4.4 Aspek hukum........................................................................................19
4.5 Aspek Lingkungan................................................................................19
4.6 Aspek Teknis........................................................................................19
BAB V PENUTUP......................................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................20
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
(Kasmir dan Jakfar,2012:4), dalam hal ini adalah usaha atau bisnis rumah
makan.
Bisnis rumah makan memiliki potensi yang menjanjikan. Jika
dikembangkan dengan teknik dan pendekatan pasar yang tepat, bisnis ini
dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pemiliknya. Oleh karena itu,
banyak pengusaha yang tertarik menjalankan bisnis ini, termasuk perusahaan
atau jenis usaha yang baru akan didirikan. Dalam menghadapi kondisi ini,
penting untuk melakukan penelitian mengenai studi kelayakan bisnis, yang
melibatkan berbagai aspek terkait. Studi kelayakan ini bertujuan untuk
menentukan besarnya investasi yang diperlukan, pasar yang ada, serta
mengidentifikasi kendala-kendala yang mungkin terjadi dalam proses
pendirian rumah makan di Kota Samarinda.
Bisnis kuliner warung makan nasi goreng menjadi salah satu jenis
usaha yang menarik untuk diteliti. Nasi goreng, dengan beragam variasi dan
cita rasa yang khas, telah menjadi favorit banyak orang. Warung makan nasi
goreng, dengan daya tariknya yang menggoda, telah menjadi destinasi kuliner
yang populer di kalangan masyarakat. Untuk itu, diperlukan penelitian yang
mengkaji kelayakan pendirian warung makan nasi goreng, dengan fokus pada
aspek-aspek yang relevan seperti pemasaran, keuangan, hukum, sosial,
lingkungan, dan teknis.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk
melakukan analisis kelayakan usaha pendirian beberapa warung makan nasi
goreng, dengan mempertimbangkan enam aspek yang relevan, yaitu aspek
pemasaran, aspek keuangan, aspek hukum, aspek sosial, aspek lingkungan,
dan aspek teknis. Dalam konteks ini, perlu dilakukan penelitian dengan judul:
“Makalah komparasi bisnis warung makan nasi goreng”.
2
1.3. Tujuan penelitian
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
B. Tahapan studi kelayakan bisnis
5
Resiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh
dengan ketidak pastian, dalam hal ini fungsi studi kelayakan
untuk meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan Perencanaan
Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan,
kapan usaha akan dijalankan, dimana, bagaimana
pelaksanaannya, berapa besar keuntungan yang akan
diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi
penyimpangan.
3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat
memudahkan pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat
dilakukan secara sistematik.
4. Memudahkan Pengawasan
Dengan melaksanakan proyek sesuai rencana maka
memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya
usaha.
5. Memudahkan Pengendalian
Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpangan akan
mudah terdeteksi, sehingga mudah untuk mengendalikan
penyimpangan tersebut.
2.2 UMKM
A. Pengertian UMKM
6
UMKM Nomor 20 tahun 2008). Kriteria usaha usaha mikro
adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus
juta rupiah).
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang ini, (UU
UMKM Nomor 20 tahun 2008). Kriteria Usaha Kecil adalah
sebagai berikut : Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- ( dua miliar lima
ratus juta rupiah).
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak
langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
dimaksud dalam undang – undang ini, (UU UMKM Nomor 20
tahun 2008). Kriteria Usaha Menengah adalah memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-
(sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
7
tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah).
8
b. Aspek teknis dan teknologis (produksi/operasi),
d. Aspek hukum,
9
BAB III
KOMPARASI
3.1 Perbandingan
10
3.1.2 Aspek keuangan
11
3.1.4 Aspek hukum
12
3.1.5 Aspek lingkungan
13
Kebersihan Absolut : Keadaan warung makan bersih
merupakan faktor yang
membuat warung makan
ramai.
Keamanan Absolut : Keamanan pada warung
makan merupakan hal penting
karna dapat menjamin warung
makan itu ramai.
Hubungan kerja Absolut : Memiliki hubungan kerja yang
baik antara pemilik dan
pembeli merupakan faktor
yang membuat warung makan
itu ramai.
Tanggung jawab dan struktur Absolut : Tanggung jawab dan struktur
yang memiliki peran yang jelas
setiap karyawan menjamin
warung makan itu ramai.
Komunikasi dan kerjasama tim Absolut : Komunikasi dan kerjasama tim
efektif dan terbuka antara
pemiliki, karyawan, pembeli
menjamin usaha itu ramai.
14
Warung
Warung
Depot Suroboyo Sindicate
Indikator istiqomah
bandung
Ramai Sepi Ramai
Tenaga
Terampil Cukup Terampil
Kerja
Lokasi Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan
bahan dekat bahan dekat bahan dekat
dengan pasar. dengan pasar. dengan pasar.
Perluasa Kurang
Memaksimalkan Memaksimalkan
n industri memaksimalkan
dengan dengan
dalam menambah
menambah menu menambah menu
menu makanan
makanan lain. makanan lain
lain.
3.2 Kesimpulan
15
promosi secara online dan offline. Sementara itu, Depot Suroboyo
menghadapi sepi pengunjung namun menawarkan harga yang lebih
terjangkau dengan promosi yang dilakukan secara offline. Warung
Sindicate Bandung juga memiliki tingkat kunjungan yang ramai dengan
harga yang lebih terjangkau, dan mereka melakukan promosi secara
online dan offline. Selain itu, produk yang disajikan di Warung Sindicate
Bandung dianggap enak.
Aspek keuangan, Warung Istiqomah menerima pembayaran
dengan cash dan QRIS, sementara Depot Suroboyo dan Warung
Sindicate Bandung hanya menerima pembayaran secara tunai.
Aspek sosial, Warung Istiqomah memberikan kenyamanan yang
baik kepada pelanggan dengan pelayanan yang ramah. Depot Suroboyo
mengalami kekurangan dalam hal kenyamanan karena tempatnya yang
kotor dan ruangan yang kecil, serta pelayanan yang kurang memuaskan.
Di sisi lain, Warung Sindicate Bandung memberikan kenyamanan yang
baik dan pelayanan yang ramah kepada pelanggan.
Aspek hukum, ketiga warung tersebut memproduksi makanan yang
halal dan memiliki Surat Izin Usaha Dagang (SIUP). Nama usaha mereka
adalah Warung Istiqomah, Depot Suroboyo, dan Warung Sindicate
Bandung.
Aspek lingkungan, Warung Istiqomah memiliki udara dan
penerangan yang cukup baik, meskipun terdapat kebisingan. Mereka
menjaga kebersihan dan keamanan. Depot Suroboyo memiliki udara dan
penerangan yang baik, kondisi yang kondusif, serta menjaga kebersihan
dan keamanan dengan baik. Sementara Warung Sindicate Bandung juga
memiliki udara dan penerangan yang baik, kebersihan dan keamanan
dijaga dengan baik. Hubungan kerja di warung ini baik dengan tanggung
jawab dan struktur kerja yang jelas. Komunikasi dan kerjasama tim juga
efektif dan terbuka antara pemilik dan pembeli.
Aspek teknis, Warung Istiqomah memiliki tenaga kerja yang
terampil, lokasi strategis dekat dengan pasar, dan memaksimalkan
perluasan industri dengan menambah menu makanan lain. Depot
16
Suroboyo juga memiliki tenaga kerja yang cukup terampil dan lokasi dekat
dengan pasar, meskipun kurang memaksimalkan perluasan industri
dengan menambah menu makanan lain. Warung Sindicate Bandung
memiliki tenaga kerja yang terampil, lokasi dekat dengan pasar, dan juga
memaksimalkan perluasan industri dengan menambah menu makanan
lain.
Berdasarkan analisis ini, dapat disimpulkan bahwa Warung
Istiqomah memiliki keunggulan dalam pemasaran, keuangan, aspek
sosial, hukum, lingkungan, dan teknis. Depot Suroboyo menghadapi
tantangan dalam aspek pemasaran dan sosial, namun memiliki potensi
untuk memperbaiki keuangan dan lingkungan. Sementara Warung
Sindicate Bandung juga memiliki keunggulan dalam beberapa aspek
pemasaran, sosial, hukum, lingkungan, dan teknis, tetapi masih perlu
meningkatkan keuangan.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
Bandung memberikan kenyamanan yang baik dan pelayanan yang ramah
kepada pelanggan.
Yang terakhir yaitu aspek teknis, pada aspek ini hasil yang didapatkan
dari komparasi adalah Warung Istiqomah memiliki tenaga kerja yang
terampil, lokasi strategis dekat dengan pasar, dan memaksimalkan
perluasan industri dengan menambah menu makanan lain. Depot
Suroboyo juga memiliki tenaga kerja yang cukup terampil dan lokasi dekat
dengan pasar, meskipun kurang memaksimalkan perluasan industri
dengan menambah menu makanan lain. Warung Sindicate Bandung
memiliki tenaga kerja yang terampil, lokasi dekat dengan pasar, dan juga
memaksimalkan perluasan industri dengan menambah menu makanan
lain.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai tiga
warung makan yang dibandingkan. Pada Bab I, telah diidentifikasi tujuan penelitian yaitu
untuk membandingkan tiga warung makan dalam berbagai aspek. Bab II membahas tentang
tinjauan pustaka mengenai konsep pemasaran, keuangan, sosial, hukum, lingkungan, dan
teknis yang menjadi dasar pemahaman untuk melakukan komparasi terhadap tiga warung
makan tersebut.
Kesimpulan yang dapat diambil dari bab-bab sebelumnya adalah dalam memilih warung
makan, faktor-faktor seperti harga, kenyamanan, pelayanan, kebersihan, dan perluasan
industri perlu dipertimbangkan. Warung Istiqomah menarik banyak kunjungan dengan
pelayanan yang baik, namun harga produknya relatif mahal. Depot Suroboyo menawarkan
harga yang lebih terjangkau, tetapi menghadapi sepi pengunjung dan kurangnya
kenyamanan serta pelayanan yang kurang memuaskan. Sementara itu, Warung Sindicate
Bandung memiliki tingkat kunjungan yang ramai dengan harga yang terjangkau, disajikan
makanan yang enak, dan memberikan kenyamanan serta pelayanan yang baik kepada
pelanggan.
Secara keuangan, Warung Istiqomah menerima pembayaran dengan cash dan QRIS,
sementara Depot Suroboyo dan Warung Sindicate Bandung hanya menerima pembayaran
secara tunai. Ketiga warung tersebut memiliki makanan yang halal dan memiliki Surat Izin
Usaha Dagang (SIUP). Dalam aspek lingkungan, ketiga warung menjaga kebersihan dan
keamanan dengan baik, namun Warung Istiqomah mengalami kebisingan. Dalam aspek
teknis, Warung Istiqomah dan Warung Sindicate Bandung memiliki tenaga kerja yang
terampil, lokasi strategis dekat dengan pasar, dan memaksimalkan perluasan industri
dengan menambah menu makanan lain, sedangkan Depot Suroboyo kurang memaksimalkan
perluasan industri.
Dengan demikian, dalam memilih warung makan, faktor-faktor seperti harga, kenyamanan,
pelayanan, kebersihan, dan perluasan industri perlu dipertimbangkan. Kesimpulan ini
didasarkan pada hasil komparasi aspek pemasaran, keuangan, sosial, hukum, lingkungan,
dan teknis dari Warung Istiqomah, Depot Suroboyo, dan Warung Sindicate Bandung yang
telah dianalisis secara mendalam pada bab-bab sebelumnya.
20