Anda di halaman 1dari 21

PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DUNIA

RABINDRANATH TAGORE & MARIA MONTESSORI

Disusun oleh :

Kelompok IV

Anggota :

1. Irwanti (NPM 20.0401.0020)


2. Wahyu Hifdzulhali (NPM. 20.0401.0021)
3. Zahra (NPM. 20.0401.0021)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tahun Akademik 2020/2021

0
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-
Nya kepada kita semua umumnya, dan khususnya memberi kami kesehatan dan
kesempatan sehingga penyusunan makalah ini bisa kami selesaikan.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad


shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, sahabatnya, dan semua
umatnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya. Aamiin.

Dalam makalah yang berjudul ‘Pemikiran Tokoh Pendidikan Dunia :


Rabindranath Tagore dan Maria Montessori' ini kami menuliskan beberapa
materi yang berkaitan dengan pemikiran tentang konsep Pendidikan yang
dikemukakan oleh Rabindranath Tagore dan Maria Montessori. Dalam kami
menyusun makalah ini tentu tidak jauh dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan.

Demikianlah pengantar yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini


bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………...…1
Kata Pengantar…………………………………………………………………..2

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………3
A. Latar Belakang………………………………………………………………3
B. Tujuan…………..…………………………………………………………...4
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………...4

Bab II Pembahasan……………………………………………………………...5
A. Pengertian Nuzulul Qur’an………………………………………………….5
B. Cara dan Fase Nuzulul Qur’an……………………………………………...5
C. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an………………………………………….9
D. Pentingnya Nuzulul Qur’an………………………………………………..11

Bab III Penutup


A. Simpulan…………………………………………………………………...12
B. Saran……………………………………………………………………….12

Daftar Pustaka…………………………………………………………………13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan


kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan
merupakan asset penting bagi kehidupan manusia salah satunya adalah
kehidupan berbangsa yang membutuhkan adanya pendidikan agar dapat
menjadi bangsa yang maju. Bicara tentang pendikan tentu tidak lepas dari jasa
para tokoh pendidikan. Salah satu tokoh pendidikan di Indonesia adalah Ki
Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara menjadi tokoh pendidikan karena
pengaruh tokoh pendidikan dunia yaitu Rabindranath Tagore dan Maria
Montessori.
Rabindranath Tagore adalah tokoh pendidikan dari India yang memiliki
pemikiran bahwa pendidikan harus menyatu dengan alam dan dasar pendidikan
adalah karakter. Karakter dibentuk melalui sistem pendidikan berbasis alam.
Pemikirannya muncul karena pendidikan yang harusnya transfer of value, pada
akhirnya hanya sebatas transfer of knowledge. Maria Montessori adalah tokoh
dari Italia yang memiliki pemikiran bahwa pendidikan harus dilakukan sejak
dini yaitu pada usia sekitar 0-6 tahun. Metode yang dia gunakan adalah metode
ceramah dan penerbitan. Pemikirannya muncul karena usia pra-sekolah adalah
usia dimana anak mengalami perkembangan pesat dalam hal pengetahuan,
konsentrasi, kepribadian, dan kedisiplinan.
Kedua tokoh tersebut memiliki pemikiran yang berhubungan dimana
Rabindranath Tagore mengatakan bahwa karakter adalah dasar pendidikan
dimana berhubungan dengan pemikiran Maria Montessori bahwa karakter dapat

3
dibentuk sejak dini. Maka dari itu keduanya memberi respek kepada Ki Hajar
Dewantara atas berdirinya Taman Siswa Yogyakarta. Karena keduanya sangat
memperhatikan pendidikan di usia dini. Rabindranath Tagore dan Maria
Montessori menjadi salah satu yang berjasa atas berkembangnya pendidikan di
Indonesia. Mereka patut dihormati dan dijadikan sebagai inspirasi bagi pendidik
maupun peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemikiran Rabindranath Tagore tentang Pendidikan ?

2. Bagaimana Pemikiran Maria Montessori tentang Pendidikan ?

C. Tujuan

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini yaitu untuk


memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan yang diampu oleh Bapak
Imam Mawardi, M.Pd.I dan tujuan umumnya yaitu untuk berbagi ilmu
dan bersama-sama mempelajari konsep Pendidikan yang dikemukakan
oleh Rabindranath Tagore dan Maria Montessori.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. RABINDRANATH TAGORE
1. Dimensi Ontologis dan Epistemologis Pemikiran Tagore
”Hidup di dunia hanya sekali, cinta sejati hanya sekali, karena mati pun hanya
sekali” (kutipan dari salah satu karya Rabindranath Tagore). Ia
mengedepankan bahwa individu harus bersatu dengan alam. Tagore berkata ;
orang banyak berkonsentrasi belajar dari buku dan melupakan untuk belajar
dari alam bebas yang sebenarnya lebih kaya, alam terkembang jadi guru (alam
sebagai realitas utama–kosmologis atau Tuhan Imanen di dalamnya). Hampir
sama dengan Gandhi, Tagore meyakini bahwa kebenaran harus digali dan
bersumber pada subjek atau pribadi yang otonom. Pembentukan karakter
individu yang bebas dan mandiri harus dibentuk melalui sistem pendidikan
yang berbasis pada kondisi riil masyarakat dan berbasis pada alam.
Titik Pijak Konsep Pendidikan Tagore
Mereka mengunjungi Santhiniketan, terus ke Amritsar sebelum akhirnya
sampai ke Dalhousie di kaki Gunung Himalaya. Perjalanan pada jalan cerita
tokoh-tokoh ternama, Seperti Che Guavera atau Mohandas Gandhi, menjadi
sangat penting dan menentukan jalan hidup mereka. Perjalanan itu tak saja
membuka mata dan pengetahuan, tapi juga pemahaman yang mendalam
tentang arti dunia.
Berkelana mempertemukan Rabindranath Tagore dengan Mahatma Gandhi.
Keduanya bersahabat menentang British Raj, dan saling bantu membangun
Gerakan Kemerdekaan India. Tagore dan Gandhi adalah dua pemimpin besar
India yang pemikirannya berpengaruh melebihi batas-batas teritorial sebuah

5
negara. Banyak para intelektual membandingkan dua pemikiran tersebut.
Salah satunya adalah Jawaharlal Nehru yang menulis dari dalam penjara
Inggris pada 1941 (dalam buku Bulan Sabit; Rabindranath Tagore):
“Gandhi and Tagore. Two types entirely different from each other, and yet
both of them typical of India, both in the long line of India’s great men … It is
not so much because of any single virtue but because of the tout ensemble,
that I felt that among the world’s great men today Gandhi and Tagore were
supreme as human beings. What good fortune for me to have come into close
contact with them.”
Kakeknya, Dwarkanath Tagore, adalah seorang ilmuwan terpandang yang
menguasai bahasa Arab, juga Parsi. Kombinasi itu pula yang menyumbang
kearifan pada Rabindranath muda. Pengetahuan Sansekerta digabung dengan
pemahaman Islam yang ditularkan oleh sang kakek, ditambah juga dengan
literatur Persia yang kaya filsafat, membuat pemikirannya begitu mendalam
dan berpengaruh.
Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi yang juga dari India, pernah
memberikan komentar tentang itu. “Pemahaman Rabindranath atas Sanskrit,
Hindu Kuno, Islam dan Persia, membuatnya terdorong untuk melahirkan, atau
setidaknya menghasilkan sintesis ajaran agama dari agama-agama yang
berbeda dari seluruh dunia,” katanya.
Dalam buku-bukunya, yang kurang lebih 200 judul, memang kental terasa
suasana yang menjembatani nilai-nilai antaragama di dunia. Terlebih lagi
usahanya menciptakan garis penghubung antara Barat dan Timur.
Kemanusiaan, bisa jadi adalah “agama” yang dijunjung tinggi oleh Tagore
dalam hidupnya. Tak peduli Barat atau Timur, kemana pun wajah dihadapkan,
kemanusiaan harus dijunjung luhur.
Seketika membuat saya teringat pada sebuah buku kuno yang ditulis oleh
Rabindranath Tagore yang diterjemahkan oleh Mr. Mohammad Yamin,
berjudul Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga. Ketika pertama

6
kali diterbitkan oleh Perpustakaan Perguruan Kementerian P.P. dan K
Djakarta 1955, harganya hanya Rp. 16,- saja. Tapi isinya sungguh luar biasa.
Tokoh-tokoh dalam novel itu bernama Nikhil, Bimala dan Sandip, sebuah
cerita tentang pencarian arti cinta.
Di India, Rabindranath Tagore (1861-1941) mendirikan Shanti Niketan,
sebagai perlawanan terhadap pendidikan kolonial Inggris yang hanya ingin
menciptakan rakyat jajahan yang penurut dan sedikit ‘terpelajar’. Sekolah
kolonial pun menjadi alat efektif untuk menyaring orang-orang India berbakat
untuk mengisi jajaran birokrasi kolonial. Anak didik dijauhkan dari bahasa
dan tradisinya sendiri, dan dipaksa mengikuti disiplin dan cara berpikir
kolonial Inggris. Mereka yang lulus dan akhirnya mendukung sistem itu,
dikenal dengan sebutan Anglicist, adalah pembela utama sistem kolonial
secara keseluruhan, dan menganggap penindasan kolonial sebagai hal yang
patut diterima oleh rakyat India yang ‘tak beradab’ (Badru, 2003: 35).
Tagore memulai kegiatannya dalam situasi itu. Baginya rakyat tak punya
pilihan lain kecuali mengembalikan kepribadian rakyat India pada akar
tradisinya sendiri. Ia membangun proses pendidikan menyeluruh, dimulai dari
sekolah rendah sampai sekolah tinggi yang bertolak dari pengalaman para
siswa. Sementara dalam pendidikan kolonial anak-anak hanya menjadi obyek
dari para guru dan pengambil keputusan, di Shanti Niketan anak-anak diberi
keleluasaan mengembangkan diri dan berlaku sebagai subyek pendidikan.
Pendidikan Sebagai Gerakan: Kesamaan India – Indonesia Masa
Kolonial
Di Indonesia, pendidikan sejak awal dianggap bagian penting dari perjuangan
melawan penguasa kolonial. Pikiran itu berkembang setelah timbul kesadaran
bahwa kolonialisme mungkin bertahan bukan hanya karena keserakahan dan
kejahatan penguasa kolonial, tapi juga karena ketidaktahuan dan
ketidakmampuan rakyat untuk melawan. Sejak akhir abad ke-19 berdiri
sekolah-sekolah particulier (swasta) yang diselenggarakan oleh rakyat, karena

7
sistem pendidikan kolonial hanya memberi kesempatan kepada mereka yang
mampu dan ‘berguna’.Secara umum penguasa kolonial tak peduli pada nasib
pendidikan bumiputra. Para pejabatnya lebih sibuk menyebar intel untuk
meredam gerakan nasionalis ketimbang menyalurkan dana untuk pendidikan.
Sekolah-sekolah particulier pada awalnya dibiarkan berkembang bebas, dan
dipandang sebelah mata saja.
Adalah van der Meulen, direktur pendidikan pemerintah kolonial yang
pertama memberi perhatian serius. Dalam laporannya kepada Gubernur
Jenderal Fock, ia menguraikan bahaya dari sekolah particulier yang menyebar
nilai-nilai anti-kolonial. Maksudnya tidak lain dari sekolah-sekolah yang
dibuka oleh Sarekat Islam pimpinan Tan Malaka dan sekolah-sekolah
Tionghoa yang sedang gandrung menyebarkan nilai-nilai gerakan
pembebasan di Tiongkok. Sebagai reaksi pada tahun 1921 pemerintah
mengumumkan Ordonansi No. 134 yang juga dikenal dengan sebutan
Ordonansi Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnantie). Dalam keputusan itu
pemerintah mewajibkan setiap guru untuk melapor dan memberikan sanksi
bagi mereka yang melanggarnya (Rickleffs, 1994: 20).
Lima tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan Ordonansi No. 260 yang
memerintahkan guru-guru menutup semua ‘sekolah liar’ karena dianggap
mengganggu ketertiban umum. Semua sekolah yang berhaluan nasionalis
menjadi sasaran, dan penindasan pun semakin hebat setelah terjadinya
pemberontakan rakyat di Jawa dan Sumatera pada tahun 1926-27. Tidak
banyak sekolah yang bisa bertahan, dan salah satunya adalah perguruan
Taman Siswa, yang didirikan 1922 di Yogyakarta. Sementara kaum terpelajar
menjadi sasaran represi dan sekolah-sekolah ditutup, Taman Siswa terus
bergerak dan tumbuh menjadi lembaga pendidikan terpenting dalam
perjuangan nasionalis. Pimpinannya seorang priyayi, Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat – kemudian berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara –
dikenal sebagai tokoh nasionalis yang tajam (Ibid, hlmn 21).

8
Menjadi bagian dari pergerakan adalah kunci keberhasilan Taman Siswa.
Sementara guru-guru bumiputra yang mengajar di sekolah kolonial menolak
dan bahkan mengecamnya, di banyak tempat rakyat justru meminta sekolah
itu didirikan. Di tengah represi dan pengawasan intel kolonial, Taman Siswa
menggelar konperensi besar pertama tahun 1923. Agenda utamanya adalah
menetapkan prinsip dasar dan perluasan organisasi. Perguruan yang semula
hanya membuka Kindergarten dan sekolah guru itu pun mulai nampak sebagai
sebuah gerak kebudayaan yang merambah di berbagai daerah.
Konsep Pendidikannya
Tagore mendirikan sekolah yg khas, dg metode yg mencerahkan dan
memberikan kemandirian pada murid 2 nya. dikenal dg nama Shanti Niketan
— kini menjadi universitas besar di India dengan nama Visva Barathi
University) yg artinya tempat tinggal yg damai, sebuah sekolah yg khas dg
budaya lokal dan sesuai kebutuhan masyarakat umum saat itu,berbeda dg
sekolah2 yg didirikan oleh penjajah Inggris.
Konsep Sekolah Shanti Niketan Tagore cukup sederhana, belajar dg duduk di
atas rumput dinaungi pohon yg rindang , tapi pelajaran nya sangat bermakna
dan membekas di murid2 nya (saat ini telah diikuti oleh konsep sekolah alam
yang kini telah ada di beberapa kota di Indonesia: ciganjur jkt, parung bogor,
bandung dan surabaya).
Kurikulum sederhana: diajarkan hal-hal atau keahlian yg sesuai dg keperluan
dan kondisi penduduk lokal setempat, dikembangkan berdasar kearifan lokal
(local genius), bersahabat dg alam, ketrampilan praktis dll, sehingga mereka
yg lulus dari sekolah tsb, benar2 bisa memanfaatkan ilmunya pada kehidupan
sehari hari masyarakat setempat (Problem Possing education kalau kita
merujuk Paulo Freire). Tagore ingin mengubah Sistem pendidikan kolonial:
karena anak rakyat tanah jajahan menjadi ‘manusia beradab’ sesuai ukuran
penguasa kolonial. Sebagai perlawanan terhadap pendidikan kolonial Inggris
yang hanya ingin menciptakan rakyat jajahan yang penurut dan sedikit

9
‘terpelajar’.
Tagore gusar melihat sekolah kolonial menjadi alat efektif untuk menyaring
orang-orang India berbakat untuk mengisi jajaran birokrasi kolonial. Anak
didik dijauhkan dari bahasa dan tradisinya sendiri, dan dipaksa mengikuti
disiplin dan cara berpikir kolonial Inggris. Mereka yang lulus dan akhirnya
mendukung sistem itu, dikenal dengan sebutan Anglicist, adalah pembela
utama sistem kolonial secara keseluruhan, dan menganggap penindasan
kolonial sebagai hal yang patut diterima oleh rakyat India yang ‘tak beradab’.
Tagore memulai kegiatannya dalam situasi itu. Baginya rakyat tak punya
pilihan lain kecuali mengembalikan kepribadian rakyat India pada akar
tradisinya sendiri. Ia membangun proses pendidikan menyeluruh, dimulai dari
sekolah rendah sampai sekolah tinggi yang bertolak dari pengalaman para
siswa. Sementara dalam pendidikan kolonial anak-anak hanya menjadi obyek
dari para guru dan pengambil keputusan, di Shanti Niketan anak-anak diberi
keleluasaan mengembangkan diri dan berlaku sebagai subyek pendidikan.
Menjadi bagian dari pergerakan adalah kunci keberhasilan Taman Siswa.
Sementara guru-guru bumiputra yang mengajar di sekolah kolonial menolak
dan bahkan mengecamnya, di banyak tempat rakyat justru meminta sekolah
itu didirikan. Di tengah represi dan pengawasan intel kolonial, Taman Siswa
menggelar konferensi besar pertama tahun 1923. Agenda utamanya adalah
menetapkan prinsip dasar dan perluasan organisasi. Perguruan yang semula
hanya membuka Kindergarten dan sekolah guru itu pun mulai nampak sebagai
sebuah gerak kebudayaan yang merambah di berbagai daerah (mirip dengan
Shanti Niketan Tagore). Shantiniketan dijadikan sebagai salah satu acuan
dalam sistem pelaksanaan pendidikan di Pondok Gontor selain Universitas Al
Azhar di Kairo, Mesir, Pondok Syanggit di Afrika Utara, Universitas Alighar
di India.
Penutup
Bagi Tagore:

10
1. pendidikan adalah sebuah proses membawa seseorang keluar dari dirinya
sendiri untuk mendapatkan jati diri, terlebih jati diri kemanusiaan, karena
hakikat dan pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia
(humanisasi)
2. Pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan yang membebaskan
manusia untuk selalu sadar akan dirinya dan tidak teralienasi dari masyarakat
dan dunianya. Sebuah proses pendidikan yang tidak tercerabut dari realitas
sosial, bukan pendidikan yang malah menjauhkan manusia atau peserta didik
dari kenyataan hidup yang ada.
3. pendidikan hadap-masalah, merupakan salah satu alternatif agar peserta
didik mampu memahami realitas sosial yang senyatanya. Peserta didik akan
selalu dibenturkan dengan problem-problem kongkret dan aktual yang ada,
untuk selanjutnya berupaya menganalisis menggunakan pisau analisis atau
sudut pandang yang sesuai guna ditemukannya pemecahan yang
komprehensif.
4. Konsep Pendidikan Tagore ingin memberikan peserta didik bekal untuk
memahami kehidupan dan bukan hanya pendidikan yang berorientasi bagi
pemenuhan bekal “penghidupan” an sich.
L. MARIA MONTESSORI BIOGRAFI MARIA MONTESSORI Maria
Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle, sebuah
propinsi kecil di Ancona. Maria mempunyai minat dan bakat yang besar
terhadap matematika, sehingga orangtuanya mengirimnya ke Roma
agar mendapat pendidikan yang lebih baik. Ia mulai menekuni bidang
mesin, kemudian biologi dan akhirnya bidang kedokteran. Pada tahun
1896, ia menjadi wanita pertama di Italia yang mendapatkan gelar
Doctor of Medicine. Setelah lulus, Maria bekerja di klinik psikiater
Universitas Roma, dan pekerjaannya yang berhubungan dengan
masalah cacat mental ini sangat membantunya dalam menuangkan
gagasan-gagasan pendidikan di masa yang akan datang. Maria yakin

11
bahwa kecacatan mental lebih merupakan masalah pendidikan daripada
gangguan medis dan merasa bahwa dengan latihan pendidikan khusus
orang-orang cacat ini akan dapat dibantu. Pendidikan dan
pemahamannya terbukti memberikan kontribusi sangat besar dalam
pengembangan kemampuan anak yang menderita cacat mental. Casa
dei Bambini atau “children’s house” didirikan didaerah kumuh di Roma
pada tahun 1907. lingkungan 68 yang dipersiapkan bagi anak-anak
cacat mental yang berumur di bawah lima tahun. Dr. Montessori
menggunakan materi-materi yang sebelumnya digunakan untuk
mendidik anak cacat mental yang lebih tua, yang sebelumnya
merupakan sarana ilmiah utama untuk mengukur akurasi diskriminasi-
diskriminasisensoris. Pada tahun 1909, Maria Montessori menerbitkan
“Scientific Pedagogy as Applied to Child Edication in the Children
Houses”. Karyanya mendapat perhatian masyarakat terlebih masyarakat
Amerika. Awalnya Teori Montessori mendapat kritik karena banyak
yang beranggapan bahwa latihan-latihan ekstensif untuk perkembangan
anak lebih lanjut tidak perlu untuk anak usia pra sekolah. Diantara
pengkritik ini adalah pengikut Darwinisme konservatif yang sangat
percaya pada faktor keturunan sebagai satu-satunya penentu
perkembangan anak. Teori Freud (psico-analitis) yang mendapat
perhatian diawal tahun 1900-an juga cenderung merendahkan arti
pentingnya revelasi Montessori di mana materi-materi pendidikannya
membangkitkan minat spontanitas anak dalam belajar. Secara perlahan
gerakan Montessori berkembang di Eropa dan belahan dunia lainnya.
Pada tahun 1915, Maria secara antusias disambut di Amerika. Dia,
memberi kuliah dan membuka kursus bagi para guru di California.
Sebuah kelas Montessori di dirikan di San Fransisco World Exhibition
pada tahun 1915. setelah kembali ke Eropa, dia memberikan kuliah
dibeberapa negara dan terus mengadakan penelitian, banyak

12
penghargaan diterimanya. Selama masa Perang Dunia I, ia mendirikan
gerakan Montessori di India, hingga saa tini. Semasa hidupnya Maria
Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir, bahkan
tahun-tahun awal kehidupannya meupakan masa-masa formatif yang
paling penting baik fisik maupun mental anak. Seorang bayi
mempunyai fikiran yang aktif, tidak 69 hanya secara pasif menunggu
instruksi dari orang dewasa, dan bisa menjadi apatis bila selalu
ditinggal sendiri. Melalui proses belajar yang normal dan secara
bertahap, pola-pola perilaku ditetapkan dan kekuatan-kekuatan pikiran
orang dewasa mulai ditumbuhkan. Metode pembelajaran yang sesuai
dalam tahun-tahun kelahiran sampai usia 6 tahun biasanya akan
menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Karena perkembangan
mental dalam usiausia awal berjalan dengan cepat, periode ini tidak
boleh disepelekan. Montessori yakin bahwa pada tahun-tahun awal,
anak mempunyai “Periode-periode Sensitif (Sensitive Periods)”, selama
masa-masa inilah dia secara khusus mudah menerima stimulasistimulasi
itu. Dr. Montessori meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81
tahun. Setelah kematiannya, anak laki-lakinya menggantikan
kedudukannya sebagai direksi Association Montessori Internationale
yang berkantor pusat di Amsterdam . TEORI MONTESORI Teori
Montessori sering dikenal sebagai Pendekatan Montessori salah satu
teorinya tentang anak adalah : “Jika pendidikan mengenali nilai
intrinsik dari kepribadian seorang anak, dan memberikan nuansa yang
tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita menyingkapkan anak yang
sama sekali baru, dimana karakternya yang memukau pada akhirnya
dapat menyumbang kepada dunia yang lebih baik.” - Maria Montessori.
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa
yang sangat esensial bagi keseluruhan hidupnya. Dan Maria Montessori
menggagaskan tentang konsep Child’s Self-Construction yang

13
menyatakan bahwa anak membangun sendiri 70 perkembangan
jiwanya, Sensitive Periods menyatakan usia anak dini adalah masa
peka, absorbent mind serta pada masa anak usia dini memiliki jiwa
penyerap berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam hidupnya.
Maria Montessori menciptakan suatu revolusi barui dalam hal
pendidikan anak usia dini yaitu melalui pembangunan “childrens
houses”, case dei bambini disuatu komplek perumahan kumuh di San
Lorenzo, Roma pada tahun 1907. Maria Montessori menciptakan
sebuah buku terkenal dengan judul The Montessori Method pada bulan
April 1912. buku tersebut menyarankan cara-cara “auto-education” bisa
diterapkan bagi anakanak usia dini. Metode Montessori terbukti
berhasil, sehingga beliau meninggalkan praktek kedokterannya dan dua
kedudukan yang beliau miliki di universitas agar dapat meluaskan
gagasannya. Teori-teorinya menyebar ke seluruh Italia dan ke bagian-
bagian dunia yang lain: Spanyol, Belanda, Amerika Serikat, Inggris dan
India. Maria Montessori meninggal dunia pada 1952 dalam umur 82.
Upaya beliau yang tak kenal lelah merupakan warisan yang beliau
tinggalkan untuk semua anak-anak di dunia. Saat ini ada lebih dari 8000
sekolah Montessori di seluruh dunia. ANALISIS Teori atau sering
dikenal dengan sebutan Metode Montessori adalah suatu metode
pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak
dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19
dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan
sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang
pendidikan menengah 71 Dr. Maria Montessori mengembangkan
"Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap
perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan
mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter Perancis, Jean Marc
Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu

14
lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki
berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan
dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan
dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata.
Program belajar Montessori disusun sedemikian rupa sehingga anak
yang kehilangan pelajaran pada awal tahun-tahun siklus atau yang
keluar sebelum menyelesaikan siklusnya tidak dapat diharapkan
menunjukkan hasil yang optimal. Untuk alasan ini Maria Montessori
menerima anak-anak yang berumur antara dua tahun delapan bulan dan
tiga tahun delapan bulan untuk memulai program pelajaran mereka. Di
tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta
pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya
sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi
yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan
materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang
berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak
memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan
tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan
Montessori. Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-
sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk
SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk
menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Menjelang ahir
hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa 72
Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang
pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan
jenjang menengah dan tinggi. KRITISISME Ciri dari teori atau metode
Montessori ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada
anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau
"pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari

15
lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran
aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan
praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak
(koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep. Montessori
menyebut ruang kelas pertamanya, casa dei bambini, atau rumah anak-
anak. Di rumah untuk anak-anak ini, perabotnya dibuat berukuran anak,
dan semua bahan ajar serta latihan secara khusus dirancang untuk
memenuhi kebutuhan anak-anak: fisik, emosi, sosial, intelektual dan
spiritual. Anak-anak tetap berada di satu ruang kelas selama tiga tahun
dan selama itu mereka mengembangkan perasaan memiliki yang kuat,
rasa keakraban dan keamanan dengan lingkungan sekitar mereka,
membantu membuat ruang kelas kelihatan seperti rumah sendiri. Kelas
Montessori terdiri dari kelompok-kelompok umur yang berbeda: 3-6
tahun, atau 6-9 tahun, atau 9-12 tahun. Di tempat ini anak-anak yang
lebih kecil belajar dengan meniru, dengan mengamati anak-anak yang
lebih besar. Anak-anak yang lebih besar bukan hanya menjadi teladan;
mereka mendapatkan manfaat dari kesempatan yang mereka miliki
untuk melatih pengetahuan mereka sendiri dengan menolong teman-
teman sekelas yang lebih kecil. Hal ini menggalakkan rasa komunitas
yang mendorong kerjasama. 73 KESIMPULAN Tidak bisa dipungkiri
orang tua merupakan elemen yang paling penting dalam proses tumbuh
kembang anak. Perlu diingat bahwa orang tua adalah guru pertama,
model peran, simbol rasa aman, dan sumber untuk mendapatkan kasih
sayang dan pendidikan bagi anaknya. Orang tua yang akan menjadi
jembatan bagi anak antara dunia kecil mereka dengan dunia yang
sebenarnya. Perubahan zaman yang semakin cepat menuntut peran yang
lebih besar dari orangtua untuk lebih memaksimalkan kedekatan
mereka dengan anak. Karena saat-saat kebersamaan merupakan bagian
terpenting dari masa kini anak dan masa depan mereka, yang harus

16
dimulai sejak mereka dilahirkan. Menjalin kedekatan antara orangtua
dan anak merupakan kesempatan untuk memberikan pendidikan bagi
anak, serta merupakan pengalaman yang menyenangkan. Peluang ini
dapat memungkinkan orang tua mengetahui langkah-langkah progresif
mereka dalam belajar, mengamati bagaimana mereka berkembang
menjadi individu yang bertanggung jawab dan mandiri, dan menjadi
saksi bagaimana mereka menjalin hubungan dengan sekitarnya. Anak-
anak terlahir dengan bakat dan kemampuan untuk menghadapi dunia,
tugas orangtua dan guru adalah membangkitkan kemampuan ini.
Usahakan orangtua untuk selangkah lebih maju dari anak sehingga akan
merasakan kebutuhan-kebutuhan mereka dan mengetahui kapan
pelajaran akan diteruskan. Bertindaklah dengan yakin berbekal intuisi
alami sebagai orangtua, maka anakpun akan berkembang dengan baik.
BIOGRAFI Maria Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di
Chiaravalle, sebuah propinsi kecil di Ancona. Maria mempunyai minat
dan bakat yang besar terhadap matematika, sehingga orangtuanya
mengirimnya ke Roma agar mendapat pendidikan yang lebih baik. Ia
mulai menekuni bidang mesin, kemudian biologi dan akhirnya bidang
kedokteran. Pada tahun 1896, ia menjadi wanita pertama di Italia yang
mendapatkan gelar Doctor of Medicine. Setelah lulus, Maria bekerja di
klinik psikiater Universitas Roma, dan pekerjaannya yang berhubungan
dengan masalah cacat mental ini sangat membantunya dalam
menuangkan gagasan-gagasan pendidikan di masa yang akan datang.
Maria yakin bahwa kecacatan mental lebih merupakan masalah
pendidikan daripada gangguan medis dan merasa bahwa dengan latihan
pendidikan khusus orang-orang cacat ini akan dapat dibantu.
Pendidikan dan pemahamannya terbukti memberikan kontribusi sangat
besar 74 dalam pengembangan kemampuan anak yang menderita cacat
mental. Casa dei Bambini atau “children’s house” didirikan didaerah

17
kumuh di Roma Semasa hidupnya Maria Montessori yakin bahwa
pendidikan dimulai sejak bayi lahir, bahkan tahun-tahun awal
kehidupannya meupakan masa-masa formatif yang paling penting baik
fisik maupun mental anak. Seorang bayi mempunyai fikiran yang aktif,
tidak hanya secara pasif menunggu instruksi dari orang dewasa, dan
bisa menjadi apatis bila selalu ditinggal sendiri. Dr. Montessori
meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun.  TEORI “Jika
pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, dan
memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita
menyingkapkan anak yang sama sekali baru, dimana karakternya yang
memukau pada akhirnya dapat menyumbang kepada dunia yang lebih
baik.”  ANALISIS Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak
sebagai suatu masa yang sangat esensial bagi keseluruhan hidupnya.
Dan Maria Montessori menggagaskan tentang konsep 1. Child’s Self-
Construction yang menyatakan bahwa anak membangun sendiri
perkembangan jiwanya, 2. Sensitive Periods menyatakan usia anak dini
adalah masa peka, 3. absorbent mind serta pada masa anak usia dini
memiliki jiwa penyerap berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam
hidupnya Kritisisme Ciri dari teori atau metode Montessori ini adalah
penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan
klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode
ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak
dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam
menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya
adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk
memperkenalkan berbagai konsep.
BAB III

PENUTUP
18
A. Simpulan

B. Saran

Di dalam kami menyusun makalah yang berjudul ‘Pemikiran


Tokoh Pendidikan Dunia : Rabindranath Tagore dan Maria Montessori'
ini tetntu tidak jauh dari kekurangan dan kesalahan. Baik dari materi
yang kami berikan maupun dalam penulisan materinya. Oleh karena itu
saran dan kritikan dari pembaca semua sangat kami harapkan, agar
kedepannya kami bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan pada
saat menyusun makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2008/09/07/sketsa-pemikiran-
pendidikan-rabindranath-tagore/

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/
195009081981011-Y._SUYITNO/TOKOH-
TOKOH_PENDIDIKAN_DUNIA.pdf

19
20

Anda mungkin juga menyukai