Kelompok Iii-Askep Gagal Tumbuh-2021h
Kelompok Iii-Askep Gagal Tumbuh-2021h
Disusun oleh :
1. Mersiati Bulu
2. Elvidiana Eti
3. Yermiana Fatima
4. Alfonsius Safri
5. Melania Erika Doni
6. Katariana Seimavera Imalisa
7. Katarina Snae
8. Yohana Febi Resa
9. Maria V.T Maka
2. Etiologi
Gagal tumbuh disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor non organik maupun
organik.
Gagal tumbuh karena faktor non organik umumnya terjadi akibat faktor
lingkungan dan psikososial sering dihubungkan dengan interaksi yang buruk
antara ibu dan bayi, baik selama dalam kandungan maupun setelah lahir.
Keadaan ini menyebabkan asupan makanan yang tidak adektual
Gagal tumbuh akibat faktor organik umumnya disebabkan oleh :
1. Kongenital : kelaianan kromosom ( sindrom), disgenesis gonad ( sindrom
turner )
2. Dysplasia skeletal ( akondroplasia )
3. Metabolik : inborn eror of metabolism
4. Sistem imun : imunodefisiensi kronik, Hiv , Tuberkulosis, infeksi berulang, ISK
kronik atau pielonefritis
5. Gastrotestinal : kelainan anatomis oral atau esofagus, karies dentis, stenosis
pylorus, GERD, IBD, alergi parasit atau infeksi usus kronis, penyakit saluran
empedu, insufisiensi pankreas, penyakit hepar kronik
6. Renal , tubular asidosis, gagal ginjal kronis
7. Kardiopulmonal : gagal jantung, asma, displasia brokopulmoner, fibrosis
cystic, tonsilitis dn adenoid kronik
8. Neurologi : palsi serebral, gangguan perkembangan
9. Sensori : anosmia, buta.
10. Endokrin : hipotiroid, diabetes melitus tipe 1, insufiensi adrenal, kelainan
hipofisis , rikets-hipofostatemia, defisiensi growth hormone
11. Kanker, sindroma diesfalik, penyakit reumatik, keracunan timbal
3. Patofisiologi
Kurang kalori ptotein akan terjadi mana kala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet ( Arisman, 2004 ). Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setalah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya , kata bolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan ketan bodies sebagai sumber energi kala
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setalah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh
( Muchsan Lubis , 2002 ).
4. Manifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, maka bayi dapat tetap
tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni . suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Bayi biasanya konstipasi tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering , tinja berisi mukus dan sedikit ( Nelson,2000 ).
Selain itu,manifestasi dari penyakit marasmus antara lain : badan kurus, kering tampak
seperti orang tua, lethargi, initable, kulit keribut ( turgor kulit jelek ) ubun-ubun cekung pada
bayi, jaringan subkutan hilang, malaise, kelaparan dan apatis.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium tidak digunakan untuk menentukan adanya gagal tumbuh
pada anak, akan tetapi digunakan untuk melakukan evaluasi kemungkinan penyebab
gagal tumbuh. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menunjang temuan klinis
yang didapat dari anammesisi dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium pada anak gagal tumbuh :
1. Darah lengkap serta laju endap darah
2. Urinalisis
3. Analisis faeses rutin
4. Tes tuberkulin
5. Analisis gas darah dan elektrolit serum
6. Fungsi ginjal
7. Fungsi hati
8. Screening HIV
9. TSH dan T4 bebas
6. Komplikasi
Komplikasi dari gagal tumbuh adalah terhambatnya tumbuh kembang anak.
Lingkar kepala dan pertumbuhan otak normal sulit dicapai jika gagal tumbuh jatuh ke
kondisi marasmus yang bertahan melebih usia 6 bulan.
Kembar
Komunitas Lainnya
BAB II
PATOFOLOWDIAGRAM
Keterlambatan pertumbuhan
Risiko infeksi
dan perkembangan
Risiko infeksi
Saluran pencernaan
Areksia , diare
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik : terutama pertumbuhan
b. Dapatkan riwayat yang mendetil : terutama mengenai perilaku
c. Observasi adanya manifestasi gagal tumbuh non organic
- Gagal tumbuh – tinggi badan dan berat badan, atau berat badan
saja dibawah persentil kelima
- Retardasi perkembangan – sosial , motorik, adaptif, bahasa
- Apatis
- Hygiene buruk
- Perilaku menarik diri
- Gangguan makan atau pemberian makan, seperti : muntah,
anoreksia, pika, ruminasi
- Tidak takut pada orang asing ( pada usia dimana ketakutan
pada orang lain merupakan hal yang normal
- Pandangan mata menerawang dan pengamatan yang kontinu
terhadap lingkungan ( “radar gaze ‘’ )
- Kaku dan tidak bergerak atau flaksid dan tidak responsive
- Senyum sedikit
d. Observasi adanya bukti-bukti perilaku maladaptif orang tua terhadap
bayi :
- Ambivalen menetap atau perasaan negatif tentang janin dan
kehamilan selama periode prenatal
- Tidak membuat perencanaan untuk memenuhi bahan-bahan
dasar yang dibutuhkan bayi
- Tampak tidak memperhatikan bayi pada saat melahirkan,
mngkin tampak sedih atau marah ; tanpa ekspresi
- Tidak berupaya untuk membuat kontak dengan bayi
- Memegang bayi hanya bia perlu
- Tidak bicara pada bayi
- Membuat sedikit sekali gerakan spontan bersama bayi atau
tidak sama sekali
- Mengajukan sedikit pernyataan tentang perawatan
- Melihat bayi sebagai sesuatu yang jelek, gemuk atau tidak
menarik
- Menunjukkan rasa jijik terhadap penetesan air liur bayi dan
bunyi isapan, merasa jijik pada cairan tubuh bayi
- Mengabaikan penggantian popok
- Merasakan bau bayi sebagai sesuatu yang menjijikan
- Menggendong bayi dengan sedikit sanggahan pada kepala dan
tubuh
- Menggendong bayi jauh dari tubuh selama menyusui atau
memegang botol susu, jarang menimangnya
- Tidak berbicara pada bayi
- Merujuk bayi dengan sikap acuh
- Mengembangkan respon yang tidak tepat terhadap kebutuhan
bayi seperti meninggalkan bayi disuatu tempat untuk periode
yang lama, meninggalkan anak sendiri diruangan, memberi
makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, melakukan stimulasi
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit pada bayi, memaksakan
atau menolak kontak mata, mengguncang atau menggelitik bayi
ketika bayi sedang letih
- Tidak dapat membedakan antara tanda-tanda bayi merasa
marah, nyaman, istirahat, kontak tubuh
- Merasa yakin bahwa bayi mempunyai kecatatan atau penyakit
bahkan setelah bayi tersebut dikaji ulang untuk memastikan
kondisinya
- Membuat pernyataan negatif mengenai peran orang tua
- Merasa yakin bahwa bayi itu menghakimi mereka dan
upayanya sebagai orang dewasa
- Meyakini bahwa bayi tersebut tidak mencintainya
- Mengembangkan sikap dan perilaku paradoksis terhadap bayi
e. Kaji interaksi orangtua –anak selama pemberian makan
f. Kaji perilaku pemberian makan anak, tempramen
g. Kaji keluarga untuk adanya stress perkawinan, penyakit fisik atau
mental, kematian atau penyakit pada anak sebelumnya, alkoholisme,
penggunaan obat, krisis financial, retakdasi mental
h. Tentukan apakah kehamilan direncanakan atau tidak direncanakan,
adanya kejadian mengganggu yang berhubungan dengan kehamilan
atau persalinan anak
i. Lakukan tes perkembangan
j. Bantu dengan prosedur diagnostic dan pengujian, termasuk untuk
mengesampingkan penyakit organic
k. Observasi adanya bukti-bukti karakteristik orang tua, seperti :
- Riwayat deprivasi maternal sebagai anak
- Harga diri rendah, perasaan tidak adekuat
- Keinginan untuk tergantung
- Kesepian , isolasi
- Keterbatasan sistem penduduk
- Krisis dan stress hidup ganda
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak digunakan untuk menentukan adanya gagal
tumbuh pada anak, akan tetapi digunakan untuk melakukan evaluasi kemungkinan
penyebab gagal tumbuh. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menunjang
temuan klinis yang didapat dari anammesisi dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium pada anak gagal tumbuh :
10. Darah lengkap serta laju endap darah
11. Urinalisis
12. Analisis faeses rutin
13. Tes tuberkulin
14. Analisis gas darah dan elektrolit serum
15. Fungsi ginjal
16. Fungsi hati
17. Screening HIV
18. TSH dan T4 bebas
3. Analisis Data
Data subjektif
- Pasien mengeluh sulit makan
- Pasien merasa lemas dan lesu
- Pola tidur anak menjadi terganggu dikarenakan anak rewel dan
kalaupun tidur mengatakan tidak nyenyak
- Pasien nampak memiliki respon sosial yang lambat dengan
sekitar lingkungannya
- Pasien tampak mudah marah, efek datar dan pertumbuhan fisik
terganggu
Data objektif
- Tingkat kesadaran : compos metis
- GCS : E4 V5 M6
- Berat badan : 10 kg
- Tinggi badan : 87,8 cm
- Lingkar lengan : 8 cm
- Indeks massa tubuh : 13,21 (ideal)
- Tanda- tanda vital
Respirasi rate : 24x/menit
Heart rate : 110x/menit
Temperature : 37,3oC
4. Diagnosa keperawatan
a. Risiko ganguan pertumbuhan ditandai dengan ketidakadekuatan nutrisi
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kekeliruan mengikuti anjuran
c. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan
fisik
d. Gangguan integrasi kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
( kelebihan atau kekurangan )
5. Intervensi keperawatan
a. Risiko gangguan pertumbuhan ditandai dengan ketidakadekuatan nutrisi
Promosi Perkembangan Anak I.10340
Observasi
- Identifikasi kebutuhan anak dan kemampuan adaptasi anak
Terapeutik
- Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
- Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
- Dukung anak mengekspresikan perasaannya secara positif
- Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi sewajarnya
- Dukung partisipasi anak di sekolah, ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas
- Berikan makanan yang sesuai dengan usia anak
Edukasi
- Jelaskan nama-nama benda objek yang ada di lingkugan sekitar
- Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan perilaku yang
dibentuk
- Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi diantara anak
- Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak lain, jika perlu
- Ajarkan teknik asertif pada anak dan remaja
- Demostrasikan kegiatan yang meningkatkan perkembangan
pada pengasuh
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Smith AE, Badireddy M. Failure To Thrive. 2020 sep 10
Lezo A, Baldini L, Asteggiano M. Failure to Thrive in the Outpatient Clinic :
A New Insight. Nutrients. 2020 Aug:12
Sirotnak AP. Failure to Thrive. Medscape, 2020
Hockenberry, M., Wilson, D, (2001) Wong’s Essentials of Pediatric Nursing
6th edition. St. Louis : Mosby, Ine