Anda di halaman 1dari 19

MAKNA FILOSOFI BROKEN CHAIR (KURSI PATAH) PADA

MASJID RAYA ABDUL KADIM DALAM PERSPEKTIF


FILSAFAT ESTETIKA
(DI DESA EPIL MUSI BANYUASIN)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Prodi Aqidah Filsafat Islam

Oleh :

APRILIAN CHARISTI PANGESTI

NIM : 1930302086

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG 2022 M/1443 H


BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Masjid (Masjidun) memiliki dua pengertian. Pertama,masjid adalah tempat

yang digunakan untuk bersujud.Karena itu kata Nabi Muhammad SAW, Tuhan

menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan yang kedua masjid adalah tempat atau

bangunan yang di bangun khusus untuk melaksanakan ibadah terutama untuk

melaksanakan sholat berjamaah. Kata Masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali

didalam Al-Qur’an. Menurut bahasa,kata masjid terambil dari kata "sajad“-sujud”,

yang berarti patuh,ta’at,seta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan

dahi, kedua tangan, lutut dan kaki ke bumi yang kemudian dinamai sujud oleh syari’at,

adalah bentuk lahirian yang paling nyata dari bentuk penngertian di atas itulah

sebabnya mengapa bangunan yang di khusus untuk melaksanakan sholat dinamakan

Masjid, yang berarti tempat bersujud.1Secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat

kebudayaan Islam. Dari tempat suci inilah syi’ar ke Islaman yang meliputi aspek

duniawi dan ukhrawi. Material spiriual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah

menorehkan mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung di

sebabkan oleh olah cipta jasmani, rohani, dan intelektual di pusat peradaban, yaitu

1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an/ Masjid , http://media.isnet/org/islam/Quraish/wawsan/ masjid
2007, hlm.1
masjid.2Masjid adalah rumah Allah dimuka bumi ini, jika kita ingin mencari surga

dunia yang sesungguhnya maka di rumah Allah itu mita akan menemukan “keinginan”

surga di dunia ini. Ibarat sebuah perjalanan, maka dirumah Allah itulah tapak-tapak

perjalanan kita menuju surga yang hakiki di Yaumil Akhir nanti bermula. Tempat

dimana kita mengadu, merintih dan tentu saja menyatakan kesyukuran pada Allah.

Setidaknya dalam sholat-sholat fardhu yang kita kerjakan 5 kali sehari-semalam disana.

Semua rasa yang ada didalam jiwa betapa nikmatnya saat ia tumpahkan dibelahan bumi

yang paling dicintai Allah itu.3

Secara umum fungsi masjid adalah untuk melaksanakan taqwa, dimana makna

taqwa adalah “ memelihara diri dari siksaan Allah, dengan menjalankan semua

perintahnya dan manjauhi laranganNya berupa maksiat dan kejahatan”. Dalam konsep

Islam taqwa sendiri merupakan predikat tertinggi, karena dia merupakan akumulasi

dari iman, islam, dan ihsan.

Dengan merujuk dari kata taqwa tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi masjid

sangat luas. Masjid sebagai tempat hambanya mengekspresikan keimanannya kepada

Allah SWT, melaksanakan ibadah kepadanya dan berbuat ihsan atas namanya.

Mengekspresikan bidang keimanan. Misalnya, dimasjid seorang hamba dalam

dzikirnya menyatakan keesaan Allah dengan bertasbih, bertahmid, dan takbir dan

memuji dengan berbagai pujian kepada Allah. Dalam bidang ibadah seorang hamba

2
Muhammad Zen, Manajemen Masjid Berbasis The Eight Habit,Institut Kemandirian: Pabrik Wira
Usaha, http://ikaoke.com, 2007, hlm.1.
3
Wahid bin Abdissalam, 90 Kesalahan Dalam Masjid, Pustaka Alkausar, 2002, hlm.ix
bisa melaksanakan berbagai macam sholat, tadarus Al Qur’an ketika ramadhan,

membayar zakat, menyembelih hewan qurban ketika hari raya idul Adha,dan ibadah

lainnya. Dalam bidang ihsan, seorang hamba melaksanakan infak dengan memasukkan

uang ke dalam kotak amal atau menyerahkannya kepada takmir masjid secara

langsung, bertuturkata sopan, menunjukkan sikap ramah dalam pergaulan dan

sebagainya.

Didalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ditentukan mengenai bentuk masjid.

Bentuk masjid berkaitan dengan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh tempat didirikan

dan waktu pendirian bangunan masjid. Didalam penyajian bentuk pada arsitektur

masjid ,selain faktor fungsi untuk mewadahi kegiatan lembaga tersebut. Broken chair

di Desa Epil Kabupaten Muba menjadi kursi rusak ke dua di dunia setelah monumen

Broken Chair yang ada di Swiss. Di Swiss, monumen berwujud kursi dengan satu kaki

yang patah tinggnya 12 meter dan berat 5,5 ton, terbuat dari kayu dibuat seniman

patung Swiss, Daniel Berset tahun 1997. Monumen Broken Chair yang telah menjadi

landmark kota Jenewa terinspirasi dari sebuah perjanjian untuk melarang penggunaan

ranjau anti-personil yang dikenal sebagai Perjanjian Ottawa, atau Perjanjian

Pelarangan Ranjau. Pembangunan monumen Broken Chair di Place des Nations

diprakarasi organisasi non-pemerintah Handicap International dengan maksud untuk

menarik perhatian para korban ranjau. Kini Masjid Raya Abdul Kadim menanti selesai

pembangunannya. Jika kelak selesai pembangunannya, penggagas dan pendiri masjid

Abdul Kadim berkeinginan dari masjid ini setiap tahun minimal bisa melahirkan 10

orang hafiz dan hafiza Quran.Masjid Raya Abdul Kadim sebagai destinasi wisata religi
di Muba sesuai harapan dan keinginan Bupati Dodi Reza Alex tentu akan menjadi

destinasi wisata keagamaan yang bermotif spiritual, dengan tujuan mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

Masjid Raya Abdul Kadim Orang-orang mengenalnya dengan nama Masjid

Kursi Patah. Lokasinya di Desa Epil, Kecamatan Lais, Musi Banyuasin (Muba),

Sumatera Selatan. Bangunanya megah. Ornamennya terkesan mewah. Mulai dari

ukiran di pintu, lampu kristal yang menggantung dengan berat mencapai 200 kilogram,

hingga lantai marmer yang di datangkan langsung dari India. Ada satu yang unik di

mesjid Raya Abdul Kadim ini. Yaitu sebuah kursi kayu besar yang bagian kakinya

patah. Kursi tersebut terletak di depan masjid. “Karenanya, orang-orang menyebut

Masjid Raya Abdul Kadim ini dengan istilah Masjid Kursi Patah,” jelas Abdul Kadim,

pendiri masjid. Selain pendiri masjid, Kadim sendiri merupakan donatur Masjid Raya

Abdul Kadim atau Masjid Kursi Patah. “Masjid ini saya buat atas inisiatif saya sendiri.

Kemudian keluarga mendukung. Sebagian besar tanah yang digunakan merupakan

tanah wakaf. Kemudian kami didukung oleh dana dari masyarakat Desa Epil, teman-

teman, dan dana dari luar. Jadi bukan murni dana sendiri,” kata Kadim.Menurut Kadim,

Masjid Kursi Patah ini berdiri sejak April 2018. Bagian kusen masjid dibuat dengan

menggunakan kayu jati Jepara. Pintunya yang bergaya Madinah, menggunakan kayu

jati Boyolali.”Sedangkan kursi besar yang biasa disebut kursi patah, terbuat dari kayu

tembesi Palembang,” jelas Kadim.


Akan tetapi semua hal tersebut merupakan bagian dari ornamen yang

mengandung nilai estetika, lalu apa estetika itu sendiri, estetika merupakan bagian dari

seni, seni berhubungan dengan keindahan, maka estetika merupakan sebuah

pengukuran keindahan akan sebuah seni. Dalam seni musik musik klasik misalnya, kita

sering melihat para pemain orkestra menggunakan kostum yang rapi dan menggunakan

jas lengkap.

Hal ini merupakan estetikanya sebuah orkestra yang berasal dari budaya Barat.

Orang-orang “Barat” pada tahun 1600-an mengidentikkan musik dengan sesuatu yang

mewah yang disimbolkan dengan jas, sehingga yang kita ketahui musik mereka seperti

itu, inilah yang disebut estetika.4Dharsono mengatakan bahwa “fakta estetika itu fata

jiwa, suatu karya seni bagaimanapun nyata tampak, namun bukan pada pengaamatan

semula, itu hadir dalam pengamatan dan penikmatan”. Hal ini berarti ukuran estetika

bukan pada asumsi awal tetapi merupakan proses interpretasi yang panjang dari

penngalaman-pengalaman melihat dan merasakan seni.5Estetika merupakan

pandangan umum yang kita ketahui bersama mencirikan sesuatu. Estetikanya wanita

tentu berambut panjang dan menggunakan rok, estetikanya seorang pria tentu berambut

pendek dan menggunakan celana panjang. Estetika berhubungan dengan pengetahuan

umum semua orang akan sesuatu. Selain memiliki kedudukan di benak masyarakat

secara umum, estetika cukup penting untuk dipelajari khususnya bagi insan seni.

4
Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. Riyan Hidayatullah, M.Pd.Estetika Seni, (Ruko Jambusari 7A
Yogyakarta,2009). hal 1.
5
Dharsono.Keberadaan Batik Kediri Jawa Timur, (Wonorejo, Kediri, Jawa Timur,2011). 1-2
Sebagai seorang insan akademis ada hal penting yang harus diketahui,

diantaranya mengetahui sejauh mana parameter estetika itu dibangun dan dibentuk dan

memahami filosofi estetika dari berbagai sudut pandang. Kedua hal tersebut

merupakan indikator dalam memahami lingkup estetika secara khusus. Dalam bab ini

akan disajikan pembahasan tentang pengertian estetika estetika, filsafat dan ilmu

senipengklasifi kasian filsafatdan nilai-nilai estetis. Setelah mengikuti penyajian pokok

bahasan tersebut. Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang

fi lsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam

dan seni.

Keindahan seni adalah sifat indah yang di ungkapkan oleh budi manusia secara

tekun untuk mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani manusia. Nilai

keindahan ini diungkapkan dan diletakkan dalam pengolahan benda-benda untuk

memperoleh kesenangan, kegairahan, kepuasan dan kelegaan dalam kehidupan

emosional manusia tanpa adanya faktor-faktor pertimbangan yang dapat mengganggu

perasaan-perasaan itu. Nilai keindahan yang sempurna dalam karya seni menurut Erich

Kahler adalah tergabungnya pengungkapan perasaan yang kuat, yaitu memadukan

kecermatan yang sensitif (Sensitive precison of expression) dalampengungkapan

dengan keserasian dari suatu keaneragaman unsur-unsur yang kaya (Harmonization of

a rich variety of elements). 6Menurut Eric Newton, keindahan pada karya seni

bersumber pada pemahaman budi manusia terhadap pola alam semesta. Seniman tidak

6
Erich Kahler, 1996. The Liang Gie, Filsafat Seni
menciptakan keindahan, tetapi ia menangkap hubungan–hubungan dalam alam dengan

emosinya dan mengungkapkan kembali dalam bentuk perseptual. Pada tataran

perseptual keindahan tidak bisa diukur, maka dalam seni yang dicari adalah nilai, dan

disebut sebagai nilai estetik. pengungkapan dengan keserasian dari suatu

keaneragaman unsur-unsur yang kaya (Harmonization of a rich variety of elements).7

Ornamen Broken Chair (kursi patah) yang ada di masjid raya abdul kadim

memiliki konsep yang unik dimana ornamen tersebut menggambarkan sebuah kursi

yang hanya memiliki 3 kaki, sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka

penulis tertarik untuk meneliti lebih luas secara ilmiah terkait dengan judul ”Makna

Filosofi Broken Chair (Kursi Patah) Pada Masjid Raya Abdul Kadim Dalam

Perspektif Filsafat Estetika Di Desa Epil Musi Banyuasin”.

7
Gie, The Lian. (1996). Garis Besar Estetik. Yogyakarta : Karya (1983). Garis Besar Estetik (Filsafat
Keindahan). Yogyakarta: Super Sukses.
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Apa makna filosofi dibalik ornamen Broken Chair (kursi patah) pada

Masjid Raya Abdul Kadim?

2. Bagaimana pandangan filsafat estetika mengenai ornamen Broken Chair

(kursi patah) pada Masjid Raya Abdul Kadim?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah diatas , maka penulis memiliki tujuan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa makna filosofi ornamen Broken Chair di Masjid

Raya Abdul Kadim

b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan filsafat estetika pada ornamen

Broken Chair di Masjid Raya Abdul Kadim

D. Manfaat Penelitian

1. Teologis

Dengan adanya penelitian ini, penulis menaruh harapan supaya hasil

dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan teoritis bagi para peneliti di

generasi selanjutnya, terkhusus yang mengkaji dan meneliti tentang makna

filosofi Broken Chair, dan juga bisa menjadi tambahan referensi bagi para
akademisi. Kemudian juga penulis berharap penelitian ini bisa menjadi bahan

bacaan bagi para akademisi dalam mengembangkan tema yang serupa.

2. Praktis

Untuk penulis sendiri penelitian ini merupakan cara untuk menambah wawasan

dan pengetahuan terkait “Makna Filosofi Broken Chair di Masjid Raya Abdul Kadim”

dan akan memecahkan tanda tanya yang besar selama ini mengenai hal tersebut, baik

untuk penulis, dan juga untuk memenuhi syarat untuk meraih gelar penulisan di

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yaitu S.Ag. Kemudian tidak lupa

pula untuk para pembaca akan mendapatkan bahan bacaan dan referensi dalam

pengembangan ilmu yang terkait.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam mencapai tujuan peneliti yang dilakukan oleh penulis maka diperlukan

tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka adalah bahasan atau bahan-bahan bacaan dan

rujukan yang terkait dengan objek penelitian. Tinjauan pustaka ini merupakan

penilaian tidak tertulis terhadap sesuatu yang telah diketahui oleh publik. Hal ini

bertujuan untuk memberikan bahan bacaan yang akan dilakukan oleh penulis yang

disesuaikan dengan judul yaitu, “makna filosofi broken chair (kursi patah) di masjid

raya abdul kadim”. Berikut adalah beberapa karya ilmiah yang dijadikan sebagai acuan

untuk melakukan penelitian.

Agung Kurniawan, S.Sn.,M.Sn. dan Riyan Hidayatulloh, M.Pd. dalam

karyanya yang berjudul Estetika Seni (Ruko jambu sari 7A yogyakarta, 2016). Buku

ini menjeelaskan pengertian estetika secara umum dan universal dan juga didalamnya
menjelaskan pula berbagai macam penjelasan lainnya seperti sejarah, pengertian, dari

para tokoh-tokoh terkenal, macam-macam estetika, sert berbagai macam lainnya yang

berkaitan dengan estetika.

K. Bertens, johanis ohoitimur, mikhael dua, dalam bukunya yang berjudul

pengantar filsafat, (Yogyakarta : kanisius, 2018). Dalam buku ini menjelaskan tentang

pengertian, definisi,macam-macam cabang filsafat secara umum.

Zasri M.Ali (Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif

Kasim Riau), Masjid Pebagai Pusat Pembinaan Umat . Jurnal ini menjelaskan hakikat

masjid yang mana diantaranya mencakup didalamnya pengertian masjid, fungsi masjid,

bagian-bagian masjid, dan hal-hal yang berkaitan dengan masjid sebagai fungsi pusat

pembinaan umat.

Darodjat dan Wahyudiana (Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto),

Mengfungsikan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Untuk Membentuk Peradaban

Islam. Jurnal ini menjelaskan fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan utama, taqwa,

dan tempat peribadatan.

Wadjiz Anwar L.Ph, dalam bukunya yang berjudul Filsafat Estetika (sebuah

pengantar) , (penerbit Nur Cahya Yogyakarta : 1980). Dalam buku ini

menjelaskanberbagai macam pemikiran tokoh filsafaat estetika, juga menjabarkan

struktur dalam filsafat estetika.

F. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu jenis penelitian yang

melihat secara dekat begaimana individu memaknai pengalaman mereka sendiri.

Penelitian kualitatif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui secara rinci makna filosofi broken chair (kursi patah) di masjid raya abdul

kadim. Metodologi penelitian ini secara umum dapat dimengerti sebagai suatu kegiatan

ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan

data, dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan

pengertian atas topik, gejala,atau isu tertentu. Untuk memperoleh data yang diperlukan

maka peneliti menggunakan:

1.Jenis penelitian

Metode menempati posisi yang penting dalam suatu penelitian. Metode

merupakan prosedur, proses, termasuk merancang yang dilakukan secara rasional dan

ilmiah untuk mendapatkan hal yang optimal.8 Jenis penelitian yang digunakan pada

fokus penelitian adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian jenis deskriptif kualitatif

merupakan jenis metode penelitian yang didasarkan pada fakta, untuk memberikan

pemahaman makna filosofi broken chair (kursi patah) yang ada serta disajikan dalam

bentuk naratif-deskriptif, biasanya sumber data penelitian deskritif kualitatif berasal

dari hasil wawancara.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan maksud melihat

makna filosofi broken chair yang berada di masjid raya abdul kadim lalu dapat

8
Anton Baker, Metodelogi Penelitian Filsafat, Jakarta; Granmedia, 1994, hlm. 10
dideskripsikan serta digambarkan secara lengkap kedalam tulisan. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif, artinnya peneliti harus menentukan

subjek yang sesuai, yaitu ornamen broken chair (kursi patah) di masjid raya abdul

kadim.

2. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah, sumber data primer dan

skunder :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli. Sumber data

primer yang digunakan antara lain, hasil wawancara penelitian terhadap pemilik masjid

raya abdul kadim, dan Yayasan pengurus masjid raya abdul kadim. Pemilik dijadikan

informasi penelitian ini adalah orang yang berperan terhadap makna filosofi broken

chair di masjid raya abdul kadim di desa Epil.

b. Data Skunder

Data skunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpulan data. Atau sumber data yang bersumber dari hasil rekonstruksi orang lain

dan mendukung dalam pembahasan penelitian ini, seperti kajian yang berkenaan

dengan penelitian ini baik dari buku, web, dan hasil penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung. Dalam hal ini peneliti


melakukan pengamatan dan melakukan peninjauan secara cermat, dengan

teknik ini, peneliti akan mengamati setiap hal-hal yang berkaitan dengan

sunjek penelitian.

b. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang

atau lebih yang biasanya dikenal dengan pewawancara dan narasumber

yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.9 Dengan

demikian wawancara digunakan dengan maksud untuk memastikan

fakta dan alasan yang menjadi permasalahan dalam penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara menyalin dan mencatat langsung data yang ada dalam objek penelitian. Terhadap

dalam pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam dokumentasi adalah dengan

cara mengumpulkan data-data atau arsip yang ada di lokasi penelitian seperti data

penduduk serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian, dapat

langsung oleh peneliti dari Desa Epil Musi Banyuasin.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mendata dan mendeskripsikan data secara

sistematis dengan tujuan memberikan kemudahan peneliti untuk meningkatkan

9
Lexy J.Moleong,Metodelogi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Rosda Karya, 2008.
pemahaman terhadap objek yang diteliti.10 Untuk penelitian ini menggunakan teknik

analisis nonstatistik, yaitu analisis ini tidak dilakukan perhitungan statistic, kegiata

penelitian ini dilakukan dengan membaca data yang telah diolah.11

Pada penelitian ini terwujud kalimat-kalimat dan kata-kata yang dinyatakan

dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif. Tujuan dari analisis data ini adalah

menggambarkan nilai-nilai estetika pada broken chair di masjid raya abdul kadim.

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, maka makin lama

peneliti kelapangan, maka jumlah yang akan diteliti makin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu maka perlu segera dilakukan analisis data malalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

dikoreksi akan memberikan data yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data setelah wawancara dan

observasi lapangan, hasil wawancara dan observasi dengan pemilik masjid raya abdul

kadim.

2. Penyajian Data

10
Anton Bakker,Achmad Zubair, Metodelogi Penelitian Filsafat,…, hlm. 54
11
Hermawan Wasito,Pengantar Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995,
hlm. 88-89
Dalam penyajian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan

apa yang harus di pahami tersebut. Dalam penyajian data penulis akan

menyajikan data dengan mendisplay data secara singkat dan jelas dengan

menguraikan hal-hal yang akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpilan berupa kegiatan

interpretasi, yakni menemukan makna data yang telah disajikan. Antara

penyajian data dan penarikan kesimpulan terhadap aktivitas analisis data yang

ada. Dalam penelitian ini data kualitatif merupakan upaya berlanjut, dan terus-

menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

menjadi gambaran secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang

terkait.

Setelah data analisis, kemudian dijelaskan dan diartikan dalam bentuk

kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

Berdasarkan keterangan diatas maka setiap tahap dalam proses tersebut

dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data


yang ada dari berbagai sumber yang diperoleh dari lapangan melalui metode

wawancara.

F.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini digunakan untuk membatasi dan mengarahkan

kepada hasil penelitian yang jelas. Oleh karena itu penelitian inidisusun berdasarkan

sistematika penulisan sebagaimana yang diwajibkan secara normatif dalam kegiatan

penelitian ilmiah. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai

isi dan pembahasan penelitian tersebut. Maka dari itu proposal ini disusun berdasarkan

sistematika. Adapun rincian masing-masing dari beb tersebut sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan, latar belakang masalah, yakni berisi penjelasan singkat

dari penelitian yang dilakukan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini

merupakan kerangka dalam penyusunan skripsi agar dapat berjalan dengan sistematis

baik dan benar.

Bab 2 Pada bagian ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang

didapatkan dari buku yang berkaitan dengan penelitian tersebut, serta beberapa skripsi

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian.

Bab 3 berisikan gambaran umum masyarakat desa epil ,sejarah, visi misi dari

desa epil dan letak geografis dari desa epil.

Bab 4 menjabarkan isi dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian

yang telah dilakukan, berupa lokasi dan pembahasan.


Bab 5 penelitian mengakhiri penelitian dengan kata kesimpulan dari hasil dan

pembahasan bab 3, di bab ini pula peneliti menuliskan saran terhadap permasalahan

yang muncul dalam rangka memenuhi tujuan dan manfaat penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani, 80 Masalah Masjid, LPPD Khairul Ummah, Jakarta, 2004.

Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, Pustaka Intermasa, Jakarta, 2007.

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta.

Asy Syalhub, Fuad Abdul Aziz, 2005. Etika di Masjid, Surabaya: La Raiba Bima

Amanta.

Bahari, Nooryan. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, (2008).

Ensiklopedi Hukum Islam, 2000. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru

Van Hoeve. Glasse, Cyril, 2002. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Hafidhuddin, Didin, 2003. Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press.

Hasyim, Ahmad Umar. 2007. Menjadi Muslim Kafah, Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Idi, Abdullah dan Sukarto, Toto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam,

Yogyakarta: Tiara Wacana. Ilyas, Yunahar, 2002. Kuliah Akhlak, Yogyakarta:

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam.


Meliono-Budianto, V. Irmayanti. "Pengantar Estetika." Wacana, Journal of the

Humanities of Indonesia 9.1 (2014).

Muhammad Zen, Manajemen Masjid Berbasis The Eight Habit,Institut

Kemandirian: Pabrik Wira Usaha, http://ikaoke.com.

Noor Achmad, Managemen Kemasjidan,Jurnal Dimas IAIN Walisongo, Edisi 3,

2002.

Wahid bin Abdissalam, 90 kesalahan dalam masjid, Pustaka Alkausar,Jakarta 2002

Anda mungkin juga menyukai