PROPOSAL
Oleh :
NIM : 1930302086
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
yang digunakan untuk bersujud.Karena itu kata Nabi Muhammad SAW, Tuhan
menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan yang kedua masjid adalah tempat atau
melaksanakan sholat berjamaah. Kata Masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali
yang berarti patuh,ta’at,seta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan
dahi, kedua tangan, lutut dan kaki ke bumi yang kemudian dinamai sujud oleh syari’at,
adalah bentuk lahirian yang paling nyata dari bentuk penngertian di atas itulah
Masjid, yang berarti tempat bersujud.1Secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat
kebudayaan Islam. Dari tempat suci inilah syi’ar ke Islaman yang meliputi aspek
duniawi dan ukhrawi. Material spiriual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah
sebabkan oleh olah cipta jasmani, rohani, dan intelektual di pusat peradaban, yaitu
1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an/ Masjid , http://media.isnet/org/islam/Quraish/wawsan/ masjid
2007, hlm.1
masjid.2Masjid adalah rumah Allah dimuka bumi ini, jika kita ingin mencari surga
dunia yang sesungguhnya maka di rumah Allah itu mita akan menemukan “keinginan”
surga di dunia ini. Ibarat sebuah perjalanan, maka dirumah Allah itulah tapak-tapak
perjalanan kita menuju surga yang hakiki di Yaumil Akhir nanti bermula. Tempat
dimana kita mengadu, merintih dan tentu saja menyatakan kesyukuran pada Allah.
Setidaknya dalam sholat-sholat fardhu yang kita kerjakan 5 kali sehari-semalam disana.
Semua rasa yang ada didalam jiwa betapa nikmatnya saat ia tumpahkan dibelahan bumi
Secara umum fungsi masjid adalah untuk melaksanakan taqwa, dimana makna
taqwa adalah “ memelihara diri dari siksaan Allah, dengan menjalankan semua
perintahnya dan manjauhi laranganNya berupa maksiat dan kejahatan”. Dalam konsep
Islam taqwa sendiri merupakan predikat tertinggi, karena dia merupakan akumulasi
Dengan merujuk dari kata taqwa tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi masjid
Allah SWT, melaksanakan ibadah kepadanya dan berbuat ihsan atas namanya.
dzikirnya menyatakan keesaan Allah dengan bertasbih, bertahmid, dan takbir dan
memuji dengan berbagai pujian kepada Allah. Dalam bidang ibadah seorang hamba
2
Muhammad Zen, Manajemen Masjid Berbasis The Eight Habit,Institut Kemandirian: Pabrik Wira
Usaha, http://ikaoke.com, 2007, hlm.1.
3
Wahid bin Abdissalam, 90 Kesalahan Dalam Masjid, Pustaka Alkausar, 2002, hlm.ix
bisa melaksanakan berbagai macam sholat, tadarus Al Qur’an ketika ramadhan,
membayar zakat, menyembelih hewan qurban ketika hari raya idul Adha,dan ibadah
lainnya. Dalam bidang ihsan, seorang hamba melaksanakan infak dengan memasukkan
uang ke dalam kotak amal atau menyerahkannya kepada takmir masjid secara
sebagainya.
Bentuk masjid berkaitan dengan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh tempat didirikan
dan waktu pendirian bangunan masjid. Didalam penyajian bentuk pada arsitektur
masjid ,selain faktor fungsi untuk mewadahi kegiatan lembaga tersebut. Broken chair
di Desa Epil Kabupaten Muba menjadi kursi rusak ke dua di dunia setelah monumen
Broken Chair yang ada di Swiss. Di Swiss, monumen berwujud kursi dengan satu kaki
yang patah tinggnya 12 meter dan berat 5,5 ton, terbuat dari kayu dibuat seniman
patung Swiss, Daniel Berset tahun 1997. Monumen Broken Chair yang telah menjadi
landmark kota Jenewa terinspirasi dari sebuah perjanjian untuk melarang penggunaan
menarik perhatian para korban ranjau. Kini Masjid Raya Abdul Kadim menanti selesai
Abdul Kadim berkeinginan dari masjid ini setiap tahun minimal bisa melahirkan 10
orang hafiz dan hafiza Quran.Masjid Raya Abdul Kadim sebagai destinasi wisata religi
di Muba sesuai harapan dan keinginan Bupati Dodi Reza Alex tentu akan menjadi
destinasi wisata keagamaan yang bermotif spiritual, dengan tujuan mendekatkan diri
Kursi Patah. Lokasinya di Desa Epil, Kecamatan Lais, Musi Banyuasin (Muba),
ukiran di pintu, lampu kristal yang menggantung dengan berat mencapai 200 kilogram,
hingga lantai marmer yang di datangkan langsung dari India. Ada satu yang unik di
mesjid Raya Abdul Kadim ini. Yaitu sebuah kursi kayu besar yang bagian kakinya
Masjid Raya Abdul Kadim ini dengan istilah Masjid Kursi Patah,” jelas Abdul Kadim,
pendiri masjid. Selain pendiri masjid, Kadim sendiri merupakan donatur Masjid Raya
Abdul Kadim atau Masjid Kursi Patah. “Masjid ini saya buat atas inisiatif saya sendiri.
tanah wakaf. Kemudian kami didukung oleh dana dari masyarakat Desa Epil, teman-
teman, dan dana dari luar. Jadi bukan murni dana sendiri,” kata Kadim.Menurut Kadim,
Masjid Kursi Patah ini berdiri sejak April 2018. Bagian kusen masjid dibuat dengan
menggunakan kayu jati Jepara. Pintunya yang bergaya Madinah, menggunakan kayu
jati Boyolali.”Sedangkan kursi besar yang biasa disebut kursi patah, terbuat dari kayu
mengandung nilai estetika, lalu apa estetika itu sendiri, estetika merupakan bagian dari
pengukuran keindahan akan sebuah seni. Dalam seni musik musik klasik misalnya, kita
sering melihat para pemain orkestra menggunakan kostum yang rapi dan menggunakan
jas lengkap.
Hal ini merupakan estetikanya sebuah orkestra yang berasal dari budaya Barat.
Orang-orang “Barat” pada tahun 1600-an mengidentikkan musik dengan sesuatu yang
mewah yang disimbolkan dengan jas, sehingga yang kita ketahui musik mereka seperti
itu, inilah yang disebut estetika.4Dharsono mengatakan bahwa “fakta estetika itu fata
jiwa, suatu karya seni bagaimanapun nyata tampak, namun bukan pada pengaamatan
semula, itu hadir dalam pengamatan dan penikmatan”. Hal ini berarti ukuran estetika
bukan pada asumsi awal tetapi merupakan proses interpretasi yang panjang dari
pandangan umum yang kita ketahui bersama mencirikan sesuatu. Estetikanya wanita
tentu berambut panjang dan menggunakan rok, estetikanya seorang pria tentu berambut
umum semua orang akan sesuatu. Selain memiliki kedudukan di benak masyarakat
secara umum, estetika cukup penting untuk dipelajari khususnya bagi insan seni.
4
Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. Riyan Hidayatullah, M.Pd.Estetika Seni, (Ruko Jambusari 7A
Yogyakarta,2009). hal 1.
5
Dharsono.Keberadaan Batik Kediri Jawa Timur, (Wonorejo, Kediri, Jawa Timur,2011). 1-2
Sebagai seorang insan akademis ada hal penting yang harus diketahui,
diantaranya mengetahui sejauh mana parameter estetika itu dibangun dan dibentuk dan
memahami filosofi estetika dari berbagai sudut pandang. Kedua hal tersebut
merupakan indikator dalam memahami lingkup estetika secara khusus. Dalam bab ini
akan disajikan pembahasan tentang pengertian estetika estetika, filsafat dan ilmu
bahasan tersebut. Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang
fi lsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam
dan seni.
Keindahan seni adalah sifat indah yang di ungkapkan oleh budi manusia secara
tekun untuk mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani manusia. Nilai
perasaan-perasaan itu. Nilai keindahan yang sempurna dalam karya seni menurut Erich
a rich variety of elements). 6Menurut Eric Newton, keindahan pada karya seni
bersumber pada pemahaman budi manusia terhadap pola alam semesta. Seniman tidak
6
Erich Kahler, 1996. The Liang Gie, Filsafat Seni
menciptakan keindahan, tetapi ia menangkap hubungan–hubungan dalam alam dengan
perseptual keindahan tidak bisa diukur, maka dalam seni yang dicari adalah nilai, dan
Ornamen Broken Chair (kursi patah) yang ada di masjid raya abdul kadim
memiliki konsep yang unik dimana ornamen tersebut menggambarkan sebuah kursi
yang hanya memiliki 3 kaki, sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka
penulis tertarik untuk meneliti lebih luas secara ilmiah terkait dengan judul ”Makna
Filosofi Broken Chair (Kursi Patah) Pada Masjid Raya Abdul Kadim Dalam
7
Gie, The Lian. (1996). Garis Besar Estetik. Yogyakarta : Karya (1983). Garis Besar Estetik (Filsafat
Keindahan). Yogyakarta: Super Sukses.
B.Rumusan Masalah
1. Apa makna filosofi dibalik ornamen Broken Chair (kursi patah) pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Teologis
dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan teoritis bagi para peneliti di
filosofi Broken Chair, dan juga bisa menjadi tambahan referensi bagi para
akademisi. Kemudian juga penulis berharap penelitian ini bisa menjadi bahan
2. Praktis
Untuk penulis sendiri penelitian ini merupakan cara untuk menambah wawasan
dan pengetahuan terkait “Makna Filosofi Broken Chair di Masjid Raya Abdul Kadim”
dan akan memecahkan tanda tanya yang besar selama ini mengenai hal tersebut, baik
untuk penulis, dan juga untuk memenuhi syarat untuk meraih gelar penulisan di
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yaitu S.Ag. Kemudian tidak lupa
pula untuk para pembaca akan mendapatkan bahan bacaan dan referensi dalam
E. Tinjauan Pustaka
Dalam mencapai tujuan peneliti yang dilakukan oleh penulis maka diperlukan
tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka adalah bahasan atau bahan-bahan bacaan dan
rujukan yang terkait dengan objek penelitian. Tinjauan pustaka ini merupakan
penilaian tidak tertulis terhadap sesuatu yang telah diketahui oleh publik. Hal ini
bertujuan untuk memberikan bahan bacaan yang akan dilakukan oleh penulis yang
disesuaikan dengan judul yaitu, “makna filosofi broken chair (kursi patah) di masjid
raya abdul kadim”. Berikut adalah beberapa karya ilmiah yang dijadikan sebagai acuan
karyanya yang berjudul Estetika Seni (Ruko jambu sari 7A yogyakarta, 2016). Buku
ini menjeelaskan pengertian estetika secara umum dan universal dan juga didalamnya
menjelaskan pula berbagai macam penjelasan lainnya seperti sejarah, pengertian, dari
para tokoh-tokoh terkenal, macam-macam estetika, sert berbagai macam lainnya yang
pengantar filsafat, (Yogyakarta : kanisius, 2018). Dalam buku ini menjelaskan tentang
Zasri M.Ali (Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif
Kasim Riau), Masjid Pebagai Pusat Pembinaan Umat . Jurnal ini menjelaskan hakikat
masjid yang mana diantaranya mencakup didalamnya pengertian masjid, fungsi masjid,
bagian-bagian masjid, dan hal-hal yang berkaitan dengan masjid sebagai fungsi pusat
pembinaan umat.
Islam. Jurnal ini menjelaskan fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan utama, taqwa,
Wadjiz Anwar L.Ph, dalam bukunya yang berjudul Filsafat Estetika (sebuah
F. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu jenis penelitian yang
Penelitian kualitatif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui secara rinci makna filosofi broken chair (kursi patah) di masjid raya abdul
kadim. Metodologi penelitian ini secara umum dapat dimengerti sebagai suatu kegiatan
ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai dengan penentuan topik, pengumpulan
data, dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan
pengertian atas topik, gejala,atau isu tertentu. Untuk memperoleh data yang diperlukan
1.Jenis penelitian
merupakan prosedur, proses, termasuk merancang yang dilakukan secara rasional dan
ilmiah untuk mendapatkan hal yang optimal.8 Jenis penelitian yang digunakan pada
fokus penelitian adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian jenis deskriptif kualitatif
merupakan jenis metode penelitian yang didasarkan pada fakta, untuk memberikan
pemahaman makna filosofi broken chair (kursi patah) yang ada serta disajikan dalam
makna filosofi broken chair yang berada di masjid raya abdul kadim lalu dapat
8
Anton Baker, Metodelogi Penelitian Filsafat, Jakarta; Granmedia, 1994, hlm. 10
dideskripsikan serta digambarkan secara lengkap kedalam tulisan. Dalam penelitian
subjek yang sesuai, yaitu ornamen broken chair (kursi patah) di masjid raya abdul
kadim.
2. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah, sumber data primer dan
skunder :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli. Sumber data
primer yang digunakan antara lain, hasil wawancara penelitian terhadap pemilik masjid
raya abdul kadim, dan Yayasan pengurus masjid raya abdul kadim. Pemilik dijadikan
informasi penelitian ini adalah orang yang berperan terhadap makna filosofi broken
b. Data Skunder
Data skunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpulan data. Atau sumber data yang bersumber dari hasil rekonstruksi orang lain
dan mendukung dalam pembahasan penelitian ini, seperti kajian yang berkenaan
dengan penelitian ini baik dari buku, web, dan hasil penelitian.
a. Observasi
teknik ini, peneliti akan mengamati setiap hal-hal yang berkaitan dengan
sunjek penelitian.
b. Wawancara (interview)
c. Dokumentasi
cara menyalin dan mencatat langsung data yang ada dalam objek penelitian. Terhadap
dalam pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam dokumentasi adalah dengan
cara mengumpulkan data-data atau arsip yang ada di lokasi penelitian seperti data
penduduk serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian, dapat
9
Lexy J.Moleong,Metodelogi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Rosda Karya, 2008.
pemahaman terhadap objek yang diteliti.10 Untuk penelitian ini menggunakan teknik
analisis nonstatistik, yaitu analisis ini tidak dilakukan perhitungan statistic, kegiata
dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif. Tujuan dari analisis data ini adalah
menggambarkan nilai-nilai estetika pada broken chair di masjid raya abdul kadim.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, maka makin lama
peneliti kelapangan, maka jumlah yang akan diteliti makin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu maka perlu segera dilakukan analisis data malalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
dikoreksi akan memberikan data yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
observasi lapangan, hasil wawancara dan observasi dengan pemilik masjid raya abdul
kadim.
2. Penyajian Data
10
Anton Bakker,Achmad Zubair, Metodelogi Penelitian Filsafat,…, hlm. 54
11
Hermawan Wasito,Pengantar Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995,
hlm. 88-89
Dalam penyajian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan
apa yang harus di pahami tersebut. Dalam penyajian data penulis akan
menyajikan data dengan mendisplay data secara singkat dan jelas dengan
terjadi.
penyajian data dan penarikan kesimpulan terhadap aktivitas analisis data yang
ada. Dalam penelitian ini data kualitatif merupakan upaya berlanjut, dan terus-
terkait.
wawancara.
F.Sistematika Penulisan
kepada hasil penelitian yang jelas. Oleh karena itu penelitian inidisusun berdasarkan
penelitian ilmiah. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai
isi dan pembahasan penelitian tersebut. Maka dari itu proposal ini disusun berdasarkan
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini
merupakan kerangka dalam penyusunan skripsi agar dapat berjalan dengan sistematis
Bab 2 Pada bagian ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang
didapatkan dari buku yang berkaitan dengan penelitian tersebut, serta beberapa skripsi
Bab 3 berisikan gambaran umum masyarakat desa epil ,sejarah, visi misi dari
Bab 4 menjabarkan isi dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian
pembahasan bab 3, di bab ini pula peneliti menuliskan saran terhadap permasalahan
yang muncul dalam rangka memenuhi tujuan dan manfaat penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Asy Syalhub, Fuad Abdul Aziz, 2005. Etika di Masjid, Surabaya: La Raiba Bima
Amanta.
Ensiklopedi Hukum Islam, 2000. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve. Glasse, Cyril, 2002. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hasyim, Ahmad Umar. 2007. Menjadi Muslim Kafah, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
2002.