Anda di halaman 1dari 3

2.2.

2 Tujuan Alat Peraga

2.2.3 Fungsi Alat Peraga


Rentang usia anak pada jenjang sekolah dasar di Indonesia berkisar pada 6-12 tahun.
Usia-usia tersebut termasuk pada masa usia dini yang sangat penting bagi perkembangan
anak selanjutnya. Menurut Piaget (dalam Ahmad Susanto, 2014) anak usia sekolah dasar
digolongkan ke dalam tahapan operasional konkret. Pada tahap tersebut siswa sudah
mampu berfikir secara sistematis mengenai benda-benda serta peristiwa-peristiwa konkret.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bersama bahwa kemampuan berpikir anak masih
terbatas pada benda-benda konkret saja. Hal tersebut berarti anak masih memerlukan
bantuan dalam memanipulasi obyek-obyek konkret untuk berpikir secara abstrak. Anak
akan lebih memahami suatu konsep apabila dapat berinteraksi langsung dengan benda-
benda konkret, sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran matematika khususnya di sekolah dasar diperlukan penggunaan alat peraga
untuk membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang sifatnya abstrak.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi utama dari alat agar peserta
didik mampu menangkap arti konsep dengan nyata. Contohnya pada pembelajaran
matematika mengenai materi bangun ruang balok. Guru menjelaskan ciri-ciri balok dengan
menggunakan alat peraga berupa tempat makan (Lunch box) yang berbentuk balok.
Dengan melihat. meraba dan memanipulasi objek atau alat peraga maka peserta didik dapat
mengaitkan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang suatu konsep.
(Anas, 2014)..
Agar fungsi alat peraga dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan maka
perlu diperhatikan beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga, terutama
jika akan membuat alat peraga. Menurut Mujadi (dalam Juwariyah, 2013) syarat yang
harus dimiliki alat peraga antara lain: (1) tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang
cukup kuat), (2) bentuk dan warnanya menarik, (3) sederhana dan tidak rumit, (4)
ukurannya sesuai (seimbang dengan ukuran anak), (5) sesuai dengan konsep materi,
(6) dapat menjelaskan konsep dan bukannya mempersulit pemahaman konsep, (7)
agar peserta didik dapat belajar secara aktif (sendiri atau kelompok) alat peraga
diharapkan dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dan
sebagainya. Juwairiyah, J. (2013). Alat peraga dan media pembelajaran
kimia. Visipena, 4(1), 1-13.

2.2.4 Manfaat Alat Peraga


Manfaat alat peraga menurut Suherman (dalam Anas, 2014) diantaranya adalah :
1. Merumuskan atau membentuk konsep.
2. Memberi penjelasan konsep.
3. Melatih peserta didik dalam keterampilan.
4. Memberi penguatan konsep pada peserta didik (reinforcement).
5. Melatih peserta didik dalam berpikir kritis untuk memecahan masalah.
Adapun manfaat alat peraga dalam proses belajar mengajar menurut Juwairiyah (2013)
adalah :
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa, sehingga motivasi
belajar siswa akan lebih tinggi.
b. Kegiatan siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau
mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.
c. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan
kehidupan di sekitarnya.
d. Dapat memberikan contoh yang selektif.
e. Dapat merangsang berfikir analisis.
f. Dapat menciptakan situasi belajar yang tanpa beban atau tekanan.

2. Manfaat Bagi Guru


a. Dapat memberikan pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
b. Dapat memberikan sistematika mengajar.
c. Dapat memudahkan kendali Pelajaran.
d. Dapat membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian.
e. Dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar.
f. Dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

2.2.5 Jenis-Jenis Alat Peraga (Kelebihan dan Kekurangan)

Alat peraga menurut Anas (2014) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat peraga
jadi dan alat peraga buatan sendiri.

1. Alat peraga jadi yaitu alat peraga yang dibuat oleh suatu perusahaan yang dapat dibeli
oleh sekolah, peserta didik maupun guru tinggal menggunakannya saja.
2. Alat peraga buatan sendiri adalah alat peraga yang dibuat sendiri oleh guru maupun
peserta didik.

Tidak semua sekolan mampu menyediakan alat peraga karena harganya yang mahal.
Oleh karena itu dapat disiasati dengan membuat alat peraga sendiri, dengan biaya yang
sedikit gurupun mampu menggunakan alat bantu untuk menyampaikan materi sehingga
materi itu dapat diterima peserta didik dengan baik. Regional Education Centre of Science
and Mathematic (RECSAM) (dalam Anas, 2014), mengelompokkan alat peraga sebagai
berikut:

1. Alat praktik, adalah suatu alat atau set alat yang digunakan secara langsung untuk
membentuk suatu konsep. Contoh alat praktek IPA: termometer. Termometer
dapat digunakan untuk menanamkan konsep suhu dan kalor. Alat praktik IPA
digunakan untuk melakukan kegiatan praktikum dan eksperimen.
2. Alat peraga, adalah alat yang digunakan untuk membantu memudahkan
memahami suatu konsep secara tidak langsung. Termasuk ke dalam kelompok ini
antara lain: model, karta, dan poster.
3. Alat pendukung, adalah alat yang sifatnya mendukung jalannya
percobaan/eksperimen atau kegiatan pembelajaran yang lainnya. Contoh alat yang
termasuk kelompok ini adalah pembakar spiritus, papan flanel, OHP, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai