MODUL 2 BLOK 21
“PENYAKIT KARDIOVASKULER,GINJAL DAN RESPIRATORIUS”
Kelompok 5
Aaron Michelle Duvali
Arfi Azkia Firdian
Dea Favella
Fachri Erizon
Fitria Andrina Vela
Kerin Irawan
Putri Permata Sari
Suci Ramadhani
Shavira Annisa Faran
Valdelrama Gatra Pratama Nugraha
Tutor : drg. Reni Novika, Sp.KG
Skenario 2.
1. Apa penyebab rasa terbakar di rongga mulut pasien sejak 2 minggu yang lalu?
2. Apa yang menyebabkan pengecapan pasien terasa aneh ?
3. Bagaimana pasien bisa mengalami sesak nafas?
4. Mengapa orang dengan gagal ginjal nafasnya berbau ammonia ?
5. Bagaiman manifestasi oral penyakit gagal ginjal kronis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dental pasien gagal ginjal (terutama tatalaksana
plak putih)?
7. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan keadaan medis pasien diskenario ?
8. Apa fungsi rencana perawatan pasien di skenario?
9. Apakah ada hubungan pasien gagal ginjal dengan penyakit kardiovaskular ?
10. Apa hubungan penyakit gagal ginjal dan hipertensi ?
11. Bagaimana perawatan dental pasien hipertensi?
12. Bagaimana penatalaksanaan dental pasien dengan penyakit respiratorius?
1. Gangguan rasa terbakar di rongga mulut ini umum pada pasien gagal gunjal
kronik. Disebabkan neuropati pada pasien kelainan ginjal, neuropati disertai
diemilisasi trigeminal nerve sehingga proses pengantaran saraf trganggu dan
respon tubuh berbeda menyebabkan rasa terbakar di rongga mulut. Hal lain
yang menyebabkan ini adalah perubahan sekresi saliva di rongga mulut dan
kadar zink yang rendah.
2. Yang menjadi penyebab pengecapan terasa aneh pada pasiean adalah adanya
peningkatan konsentrasi fosfat, protein, perubahan sekresi saliva sehingga
mengganggu resptor rasa di mulut terutama rasa manis.
3. Pasien dapat mengalami sesak nafas karena mungkin pasien memiliki
penyakit pada paru-paru misal bronchitis, atau bisa juga karena pengaruh
penyakit gagal ginjalnya beserta obat-obatan yang digunakan. Terjadinya
penumpukan darah pada paru yang disebabkan tidak berfungsinya ginjal
pasien secara baik untuk menfiltrasi, dan darah yang tidak terfiltrasi dengan
baik atau kotor dan melewati organ penting misal paru-paru, zat-zat logam
dari darah kotor lah yang menumpuk dan menyebabkan kerusakan diparu.
4. Mengapa pasien gagal ginjal nafas berbau ammonia karena ginjal sehat
mampu menyaring urea, gagal filtrasi pada ginjal menyebabkan tingginya
kadar urea di tubuh didarah dan saliva yang menyebabkan bau nafas berbau
ammonia. Bau ammonia juga disebabkan adanya kerusakan gusi pasien, dan
ketidakmampuan pasien menyerap kalsium dengan baik. Ammonia yang
tinggi ini juga menyebbakan pengecapan pasien terasa seperti logam.
5. Manifestasi oral penyakit gagal ginjal kronis :
a. Xerostomia
b. Stomatitis uremik
c. Parotitis
d. Rendahnya karies
e. Penurunan ph saliva dan sekresi saliva
f. Sensasi rasa terbakar
g. Halitosis
h. Dysgeusia atau kehilangan pengecapan
i. OH yang buru kalkulus dan plak
j. Gingival overgrowth
k. Infeksi jamur candida albicans
6. Penatalaksanaan dental pasien gagal ginjal kronik terutama pada plak putih
yaitu :
Menjaga kebersihan rongga mulut dan menghindari faktor pemberat,
kontrol ke dokter gigi secara teratur, memberi terapi pembantu seperti
vitamin.
Melalkukan KIE pada pasien yaitu diharapkan jangan sampai mulut
kering, sering minum air putih.
Diberikan lidocaine untuk mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman
Memperbaiki semua keadaan rongga mulut yang dapat menyebbabkan
iritasi
Lakukan pembersihan kalkulus
Jika plak putih adalah manifetasi oral dari sistemik disease : diberikan zat
pengganti saliva jika memang perlu. Jika plak putih adalah infeksi jamur
maka dapat diberikan terapi anti jamur Lakukan konsultasi kepada dokter
peyakit dalam untuk dosis dsb, pasien dengan konsumsi zat antikoagulan
perawatan invasive ditunda 1-2 hari
Obat kumur diberikan chlorhexidine dan hydrogen peroxide 10%
Penting lakukan evaluasi kadar Hb, serum potassium, kreatinin
Jika perawatan dental pasca hemodialisi sebaiknya sehari setelahnya
Jika pasien gagal ginjal butuh transplantasi, maka perawatan gigi
sebaiknya dilakukan sebelum transplantasi ginjal.
7. Interpretasi daru hasil pemerikasaan medic pasien adalah :
Hb : normalnya L 14-18 g/dl P 12-16 g/dl, hb pasien rendah
BUN : L 8-24 g/dl, P 6-21 g/dl, anak 7-20 mg/dl, jika kadar diatas
50mg/dl disebut uremia. BUN biasanya beragam tergantung lingkungan
dan tempat pemeriksaan. BUN dewasa yang mencapai 25 bisa
dikategorikan tinggi.
Kreatinin : normalnya L 0,5-1,1 mg/dl, sehingga pasein gangguan
Sodium : 135-145mmol/L , sodium yang rendah dikarenakan kehilangan
cairan
Potassium : 3,7-5,2 mmol/L, kadar pasien normal
8. Fungsi rencana perawatan pada pasien diskenario:
Obat kumur : mengurangi bau mulut
Analgetik : mengurangi rasa sakit dari burn sensation
Antibiotic
Konsultasikan dengan dr penyakit dalam untuk boleh/tidaknya tindakan dental
9. Bisa jadi ada hubungan gagal ginjal dan penyakit kardiovaskuler, karena
penyakit ginjal bisa komplikasi ke kardiovaskular, karena tubuh seperti satu
kesatun sistem. Ginjal yang tidak berfungsi menyaring darah dari zat
berbahaya, maka jantung akan bekerja lebih berat begitupula sebaliknya.
10. Terdapat hubungan antara Hipertensi dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi
dalam pembuluh darah dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah bahkan
diginjal, dan menyebabkan rusaknya unit penyaring kecil yaitu nefron
diginjal. Tapi ini tergantung berapa tinggi dan berapa lama mengalami
hipertensi, dan dapat menyebabkan kadar lemak yang tinggi di pembuluh
darah, hubungan hipertensi dan penyakit ginjal timbal balik. Arteri disekitar
ginjal bisa mengeras
11. Perawatan dental pada pasien hipertensi yaitu :
Harus bisa identifikasi riwayat penyakit dan obat-obatan, penting ukur
tekanan darah hingga 140/90 mmHg dapat dilakukan penatalaksanaan
dental
Jika melakuakn tindakan invasif berikan antibiotic profilaksis
Monitor tekanan darah
Kontrol nyeri, penggunaan anestesi lokal hati-hati dengan penggunaan
vasokonstriktor
Kurangi stress dgn membangun hubungan baik dengan pasien
Hindari NSAID karena mengurangi efek obat hipertensi
12. Saluran nafas terbagi atas saluran nafas atas dan saluran nafas bawah.
Penatalaksanaan dental bisa dilakukan bila pasien mampu menjalani
perawatan, rawat dengan hati-hati, perhatikan slauran nafas pasien agar
sirkulasinya nayman, hindari stress pasien dan hindari anestesi dengan
adrenalin. Saat melakukan perawatan operator perhatikan juga risiko
penularan penyakit, sehingga penggunaan APD, masker dsb penting,
perhatikan tekanan udara, perhatikan rangsangan yang dapat memperparah
penyakit pernafasan pasien misal debu.
Khususnya pada pasien asma : kurangi stress pada pasien, lakukann bertahap
jika perawatan lama,hindari anti histamine, dapat diguanakan sedasi N2O,
penggunaan epinefrin sebaiknya dihindari, hindari clindamycin, perawatan
pasien sesak nafas sebaiknya hindari. Pasien dirawat dengan pertimbanagn
klinis, pemeriksaan fisik dan penggunaan obat-obatan.
Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen
permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing
komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi
Laki-laki
49 thn
Poli PM
Manifestasi oral
Penderita gagal ginjal kronik mengalami peningkatan kadar ureum baik dalam
darah maupun pada saliva. Konsekuensi kondisi metabolik uremik,
endokrinologis, dan ketidakseimbangan imunologi pada pasien gagal ginjal
kronik akan menimbulkan berbagai komplikasi sistemik yang dapat
menyebabkan kesehatan mulut yang buruk. Gagal ginjal kronik dapat
mempengaruhi gigi, mukosa mulut, tulang, periodontal, lidah, rongga mulut,
sendi temporomandibular dan kelenjar ludah.
Klasifikasi
Patofisiologi
b. Penyakit Kardiovaskular
1. Angina pectoris
Suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti
ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri.
Biasa timbul saat pasien melakukan aktivitas dan segera hilang saat
aktivitas dihentikan.
2. Endokarditis infektif
Biasanya disebut juga endokarditis bacterial, merupakan penyakit infeksi
oleh microorganism pada endokard atau katup jantung.
3. Kardiniopati
Kelainan jantung yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Goodwin,
berdasarkan kelainan patofisiologisnya terbagi atas :
Kardiomiopati kongestifdilatasi
Kardiomiopati hipertrofik
Kardiomiopati restriktif
4. Congestive Heart Failure
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal.Berdasarkan NY Heart Association diklasifikasikan menjadi :
Klas I , tidak adanya batasan aktivitas
Klas II, ada sedikit batasan pada aktivitas, nyaman pada saat tidur
Klas III, batasan pada aktivitas, sedikit aktivitas harian dan dapat
menyebabkan lelah, palpitasi, dyspnea atau angina pain
Klas IV, tidak mampu melakukan aktivitas fisik. Angina pain timbul
pada saat istirahat.
c. Manifestasi oral
Hipertensi
1. Xerostomia
Xerostomia atau mulut kering merupakan keadaan rongga mulut yang
paling banyak dikeluhkan. Keadaan ini umumnya berhubungan dengan
berkurangnya aliran saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva
normal tetapi seseorang tetap mengeluh mulutnya kering.
Obat-obatan adalah penyebab paling umum berkurangnya saliva, dan obat
antihipertensi termasuk kedalam golongan obat yang dapat menyebabkan
efek samping berupa xerostomia
Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem
syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler
yang diperlukan untuk saliva. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung
mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit
atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
2. Ulser
Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang
diperantarai sel secara berlebihan pada pasien sehingga menyebabkan
ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari
limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak
diketahui.
3. Reaksi likenoid
Pada lesi likenoid terdapat white striae atau papula seperti liken planus, lesi
dapat terlihat ulseratif dengan adanya rasa peka terhadap rasa sakit serta
lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal dan gingival cekat, namun
daerah lain dapat dikenai.6 Reaksi likenoid dapat bersifat
unilateral.Pemakaian obat-obatan dapat menjadi penyebab terjadinya reaksi
likenoid.
4. Gingival enlargement
Beberapa penyebab dari hiperplasia gingiva tidak diketahui, namun yang
paling banyak diketahui bahwa hal ini disebabkan karena penggu naan obat-
obatan termasuk obat antihipertensi. Pembesaran ukuran dari gingiva
diperparah dengan buruknya oral hygiene seseorang. Patogenesis terjadinya
pembesaran gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan ini sebagai akibat
dari terjadinya peningkatan sintesa/produksi kolagen oleh fibroblast
gingiva, pengurangan degradasi kolagen akibat diproduksinya enzim
kolagenase yang inakt if dan pertambahan matriks non-kolagen, sebagai
contoh glikosaminoglikans dan proteoglikans, dalam jumlah yang lebih
banyak dari matriks kolagen.
5. Eritema multiform (EM)
Pada mulut terlihat peradangan yang luas, dengan pembentukan vesikel
kecil serta erosi yang luas dengan dasar yang berwarna merah. Dapat terjadi
pada bibir dan terbentuk ulser yang luas. Eritema multiform yang dipicu
oleh obat-obat antihipertensi terjadi sebagai reaksi hipersensitifitas imunitas
dari tubuh ditandai dengan hadirnya sel-sel efektor sitotoksik dan CD8+
limfosit T pada epitel yang menyebabkan apoptosis dari keratinosit
sehingga sel menjadi nekrosis.
6. Angiodema
Angioedema adalah pembengkakan pada lapisan dermis, jaringan
subkutaneus atau submukosa yang mempengaruhi setiap bagian tubuh
terutama kelopak mata, bibir, lidah, dan bahkan jaringan dari dasar mulut
yang dapat menyebabkan terbentuknya edema laryngeal.
Angioedema sebagai manifestasi dari pemakaian obat-obatan digolongkan
sebagai angioedema yang buka n disebabkan karena reaksi alergi karena
tidak ada keterlibatan IgE dan histamine dalam hal ini. Melainkan terjadi
karena meningkatnya kadar dari bradikinin atau berubahnya fungsi dari C1
inhibitor.
7. Sindroma Mulut Terbakar
Gangguan ini ditandai dengan adanya rasa terbakar atau rasa gatal pada
ujung dan lateral lidah, bibir, dan palatum anterior, dan terkadang dikaitkan
dengan perubahan pengecapan dan mulut kering. Manifestasi SMT biasanya
bilateral namun pada beberapa kasus ada yang unilateral. Beberapa penyakit
pada mukosa oral yang mempunyai gejala seperti rasa sakit atau rasa
terbakar adalah virus herpes simplex, liken planus, stomatitis, kandidiasis,
dan xerostomia.
8. Dysgeusia
Dysgeusia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Sebagai contoh flu, infeksi
sinus, sakit tenggo rokan dapat menyebabkan dysgeusia. Faktor-faktor lain
yang dapat menyebabkan dysgeusiaseperti rokok, xerostomia, defisiensi
vitamin dan mineral, depresi, radiasi di daerah leher dan kepala, obat-obatan
seperti ACE-inhibitor, antibiotik, dan obat-obat ke moterapi. Dysgeusia
juga dihubungkan dengan sindroma mulut terbakar atau glossitis dan
kondisi oral lainnya.
d. Penatalaksanaan Dental
Hipertensi
Sebelum melakukan tindakan invasif, perlu bagi dokter gigi untuk
mengukur tekanan darah pasien untuk mengidentifikasi apakah pasien
menderita hipertensi atau tidak.13 Pasien dengan tekanan darah normal (<
120 sistolik dan < 80 diastol) dan pasien pra-hipertensi (120-139/80-89
mmHg) dapat menerima semua tindakan perawatan dental serta dapat
diberikan anastesi lokal dengan kandungan epineprin 1:100.000.
Pasien dengan hipertensi derajat 1 serta 2, perlu menjadi pertimbangan
bagi dokter gigi. Tekanan darah mereka akan semakin meningkat apabila
tingkat kecemasan mereka terhadap perawatan yang akan dilakukan
meningkat. Dokter gigi bisa menunda perawatan sampai tekanan darah nya
normal. Untuk pasien yang memiliki tekanan darah > 180/110, tidak ada
perawatan invasif yang bisadilakukan sampai tekanan darahnya normal.
Walaupun ada perawatan emergensi, konsultasikan kepada dokter terlebih
dahulu untuk mengontrol tekanan darah pasien tersebut.Perlu untuk
memberikan antibiotik profilaksis sebelum melakukan perawatan untuk
mencegah terjadinya bakterimia.
Perawatan gigi dapat menimbulkan kecemasan pada pasien dan dapat
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan pada pasien hipertensi dapat
dikurangi dengan pemberian obat-obatan seperti diazepam. Diazepam
sebanyak 2 sampai 5 mg sebelum tidur dan 1 jam sebelum prosedur dental
cukup efektif untuk mengurangi kecemasan. Perawatan gigi sebaiknya
dilakukan sesingkat mungkin dan pasien harus selalu dimonitor. Apabila
timbul kecemasan pada pasien maka perawatan dental segera dihentikan dan
pasien dibuatkan perjanjian perawatan yang baru.
Penyakit kardiovaskular
Sebelum melakukan tindakan, perlu dilakukan evaluasi dan
pemeriksaan EKG,enzim creatine kinase(CK), pemeriksaan darah lengkap
termasuk masa perdarahan dan pembekuan, prothrombin time(PT) dan
partial thromboplastintime(PTT), foto ronsen dada. Hasil pemeriksaan darah
berupa PT harus selalu kurang dari 2 kali nilai kontrol. Behrman dan Wright
menganjurkan perawatan dilakukan dengan cara rawat inap dirumah sakit,
trauma seminimal mungkin, profilaktik antibiotik sebelum tindakan,
menggunakan gel-foam di soket bekas pencabutan gigi untuk mencegah
terjadi perdarahan, melakukan penjahitan, menggigit tampon selama1-1 ½
jam, kompres dingin dengan menggunakan ice-packselama ½ jam selama 2
hari, diet lunak selama 48-72 jam,dan sebaiknya menggunakan anestesi lokal
tanpa menggunakan vasokonstriktor, sedangkan untuk pasien anak-anak atau
pasien yang tidak kooperatif dapat dilakukan anestesi umum di rumah sakit.
Perawatan gigi pada pasien ini membutuhkan profilaksis antibiotic,
diberikan amoksisilin secara peroral sebanyak 3 gram 1 jam sebelum
tindakan. Jika alergi terhadap penisilin, dapat diberikan klindamisin peroral
600 mg 1 jam sebelum tindakan. Sedangkan jika menggunakan anestesi
umum, diberikan amoksisiliniv + amoksisilin peroral sebanyak 1 gram pada
saat induksi dan 0,5 gram 6 jam kemudian. Jika alergi terhadap penisilin
dapat diberikan vankomisiniv (1 gram 1 jam sebelum tindakan) +
gentamisiniv (120mg).
Patofisiologis
Setelah pasien terpajan alergen atau penyebab atau faktor pencetus, segera
akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus beridiri atau
duduk dan berusaha penuh menggerakan tenaga untuk bernafas. Kesulitan
utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan
memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari
bronkhiolus yang sempit mengalami edema dan terisi mukus yang dalam
keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat
ekspirasi.
Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi
hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang
merupakan ciri khas penyakit asma, sewaktu pasien berusaha memaksakan
udara keluar. Serangan asma saat udara keluar. Serangan asma seperti inidapat
berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti dengan batuk
produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan (Padila, 2012).
d. Penatalaksanaan Dental
Menurut sonis dkk ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan untuk
menghindarkan terjadinya serangan akut pada perawatan gigi penderita asma
seperti:
Pertimbangan secara umum. Mengurangi stress, bila perawatan gigi memakan
waktu yang panjang perawatan dibuat secara bertahap. Teknik sedasi
menggunakan N2O-O2 inhalasi atau diazeparin (valium). Antihistamin seperti
promerhazine atau dipherhydramine harus dihindari karena mempunyai efek
kering yang dapat sebagai pemicu serangan dan menghasilkan cairan mucus
kental.
Penggunaan epinefrin terutama pada pasien asma dengan penyakit jantung
dapat menimbulkan arrhythmia, angina, atau gagal jantung.
Penggunaan anastesi local harus disesuaikan dengan jenis dan jumlah dengan
obat broakodilator yang digunakan pasien.
Penggunaan aspirin harus dihindarkan pada pasien yang factor pencetus
serangannya pemakaian aspirin. Penggunaan antibiotic erythromycin dan
clindamycin harus dihindarkan pada pasien asma yang menggunakan
methylxanthine karena beresiko terjadinya toxis.