Jurnal
Jurnal
Kasus KDRT yang dialami oleh SK setelah proses hukum yang memakan waktu
cukup lama di Kepolisian Resort Kota Jayapura sejak laporan diajukan ke Polresta
Jayapura 14 Maret 2023, penyelidikan dan penyidikan dilakukan, berkas
tersangkanya baru limpahkan dan dinyatakan P-21 oleh Kejaksaan Negeri pada 22
September 2023.
"Waktu yang sangat lama, hampir 7 (tujuh) Bulan untuk sebuah Perkara
Khusus KDRT yang seharusnya korban sudah mendapat kepastian hukum dengan
adanya vonis pengadilan pengadilan terhadap tersangka KDRT atas nama GRY,
Kepolisian Resort Kota Jayapura dan Kejaksaan terlihat tidak serius dan tidak
memahami subtansi dari Penegakan Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), UU tersebut
dimaksudkan untuk menghentikan siklus kekerasan di dalam keluarga," jelas Kuasa
Hukum Korban SK dalam keterangan tertulis yang di terima The Papua Journal,
Kamis (05/10).
Kasus KDRT yang dialami SK terjadi pada Jumat, 10 Maret 2023, sekitar Pukul
09.00 WP dilakukan oleh tersangka GRY, korban yang sedang sakit kanker dan
sedang menjalani kemoterapi dianiaya tersangka dengan cara memukul dan
meludahi korban.
Korban dipukul di kepala bagian kiri (bagian belakang telinga), korban yang sudah
terjatuh, saat kembali duduk dipukul dibagian muka sebelah kanan, tersangka
memukul lagi korban di lengan sebelah kiri, korban yang terjatuh dan melindungi
muka dan bekas operasi di bagian dada, dipukul berulang disertai caci maki oleh
tersangka, yang lebih parah lagi korban ditendang di bagian uluh hati sehingga
kesulitan bernafas.
KDRT yang dilakukan oleh tersangka GRY terhadap korban (istrinya) SK telah
dilakukan berulang-ulang selama korban dan tersangka berumah tangga, baik
kekerasan fisik, verbal bahkan Korban pernah diancam dengan senjata tajam dan
pistol airsoft gun.
Baca Juga: Biennale Jogja 17: Perpaduan Warna Seni Lokalitas Merajut Histori
Masyarakat
Masalah KDRT ini disebabkan oleh tersangka yang mempunyai “perempuan lain”,
jika ditegur oleh korban untuk berhenti berhubungan dengan “perempuan lain”
karena tersangka dan korban telah memiliki 3 anak yang masih membutuhkan
perhatian, teguran ini selalu direspon oleh tersangka dengan melakukan kekerasan
terhadap korban.