Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK


METERAN LISTRIK PADA PROSES PENGELASAN
SAMBUNGAN KABEL PADA DEPARTMENT EDMI
DI PT. NSP TECHNOLOGY BATAM DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

Skripsi ini Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)


Pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Ibnu Sina

SATINA CANTIKA A.P


211026201118

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS IBNU SINA
2023
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING PROPOSAL
SKRIPSI

Nama : Satina Cantika Ayu Putri


NPM : 211026201118
Program Studi : Teknik Industri
Judul : Analisa Pengendalian Kualitas Produk Meteran Listrik pada
Proses Sambungan Kabel pada Department EDMI di PT.
NSP Technology Batam dengan Menggunakan Metode
Six
Sigma.

Proposal Skripsi ini telah disetujui Pada Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Larisang, MT. IPM Albertus L S, ST., M.MT.,IPM


NIP:196505132005011001 NIDN: 1002048001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Industri

Dr. Ir. Larisang, MT. IPM Ir. Herman, ST., MT


NIP:196505132005011001 NUP: 9910689645

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulilah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Yang
Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-nya kepada kita, sehingga pada
kesmpatan ini penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi.
“Analisa Pengendalian Kualitas Produk Meteran Listrik pada Proses
Sambungan Kabel pada Department EDMI di PT. NSP Technology Batam
dengan Menggunakan Metode Six Sigma”.
Proposal Skripsi ini dibuat dengan tujuan menambah wawasan kepada
penyusun khususnya dan umumnya kepada pembaca, serta untuk memenuhi tugas
mata kuliah Tugas Akhir. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Ibu drg. Andi Tenri Ummu, SE., MM. selaku Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu
Sina Batam.
2. Bapak Dr. H. Mustaqim Syuaib selaku Rektor Universitas Ibnu Sina.
3. Ibu Dr. Sumianti, S.Sos., M.M., M.Pd. Selaku Wakil Rektor I Universitas
Ibnu Sina.
4. Ibu Andi Auliya Ramadhany, S.E., M.Ak selaku Wakil Rektor II Universitas
Ibnu Sina.
5. Bapak Dr. Sumardin, S.E., M.Si selaku Wakil Rektor III Universitas Ibnu Sina.
6. Bapak Dr. Ir. Larisang, M.T, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Ibnu
Sina dan selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan arahan
dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
7. Bapak Ir. Sanusi, S.T., M.Eng., IPM, selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik
Universitas Ibnu Sina.
8. Bapak Okta Veza M.Kom, selaku wakil dekan II Faakultas Teknik Universita
Ibnu Sina.
9. Bapak Ir. Herman, ST., MT selaku Ketua Program Studi Teknik Industri
Universitas Ibnu Sina.

iii
10. Bapak Albertur L. Setyabudhi,M.MT.,IPM, selaku pembimbing II saya yang
telah banyak memberikan saran dan kontribusi dala pengerjaan serta
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
11. Bapak Asep Dadang Romansyah dan Alm. Nur Asiah, terimakasih doa dan
dukungan serta nasihat dan semangat yang diberikan hingga saya bisa sampai
pada titik akhir penulisan skripsi ini hingga selesai.
12. Terimakasih kepada saudara saya abang riski dan kedua adik saya nopi dan
raida terimakasih sudah menjadi sosok dua adik yang membuat saya kuat
sampai sekarang ini.
13. Terimakasih kepada Yusril Pratama Mahendra selaku orang yang saya
sayangi sudah menjadi support sistem dalam pembuatan laporan ini.
14. Terimakasih kepada teman terdekat saya Lince Carolina yang sudah saya
anggap menjadi keluarga.
15. Tim reog juga selaku teman seperjuangan seambis hingga bisa lulus dengan
cepat dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan proposal
skripsi ini dimasa yang akan datang dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi pembaca atau adik tingkat.

Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Batam, 24 Juli 2023

Satina Cantika Ayu Putri

iv
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................... i


Halaman Pengesahan Pembimbing Skripsi........................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................................................... x
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ I-1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... I-6
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... I-6
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... I-6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ I-7
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................... I-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori.............................................................................................. II-1
2.1.1 Kualitas ............................................................................................. II-1
2.1.2 Pengendalian Kualitas........................................................................ II-2
2.1.3 Tujuan Pengendalian Kualitas............................................................ II-3
2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kualitas.............................................. II-3
2.1.5 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas.......................................... II-5
2.1.6 Alat Bantu Pengendalian Kualitas dengan Six Sigma ........................ II-7

v
2.1.7 Tahap-Tahap Implementasi Six Sigma...................................................I-8
2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... II-17
2.3 Kerangka Pikir .............................................................................................. II-19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... III-1
3.2 Jenis Data ...................................................................................................... III-1
3.2.1 Data Primer ........................................................................................ III-1
3.2.2 Data Sekunder .................................................................................... III-1
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... III-2
3.4 Metode Pengolahan Dan Analisa Data ......................................................... III-3
3.5 Kerangka Pemecahan Masalah ..................................................................... III-6
3.6 Jadwal Penelitian........................................................................................... III-7

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Hasil Produksi Proses Blade-Lug Welding 2022 I-3
Tabel 2.1 Cara Memperkirakan Kapabilitas Proses untuk Data Atribut II-12
Tabel 2.2 Lembar Pemeriksaan II-13
Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu II-18

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Deming II-5


Gambar 2.2 Siklus DMAIC II-8
Gambar 2.3 Diagram SIPOC pembuatan obat tablet pada PT. ABC II-9
Gambar 2.4 Histogram II-15
Gambar 2.5 Diagram Pareto (Pareto Chart) II-15
Gambar 2.6 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) II-16
Gambar 2.7 Kerangka Berfikir II-20
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah III-7

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saat ini dunia industri memegang peranan penting dalam era
pembangunan di indonesia. Munculnya industri kecil dan besar baik perusahaan
swasta maupun perusahaan Negara. Akan menjadi tombak dalm pembangunan
bangsa. Pada era yang sudah modern ini perkembangan industri jasa. Sering
berkembangnya industri saat ini juga berdampak kepada perusahaan yang
memproduksi dibidang peralatan kesehatan maupun kebutuhan yang lain.
kemasan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan
suatu produk. Agar bisa bersaing di perkembangan industri yang semakin pesat ini
atau paling tidak bertahan saja maka diperlukan perhatian penuh terhadap mutu
produk yang dihasilka agar mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh
pesaing, karena konsumen akan memilih produk dengan mutu yang terbaik.
Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan
secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan bertahan
terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain (La Hatani, 2007).
Kualitas suatu produk bukan suatu yang serba kebetulan (occur by accident)
(Suyadi Prawirosentono, 2007). Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau
ukuran kesesuaian suatu produk dengan pemakainya, dalam arti sempit kualitas
diartikan sebagai tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan
(Juita Alisjahbana, 2005). Jadi, kualitas yang baik akan dihasilkan dari proses
yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan berdasarkan
kebutuhan pasar. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa perusahaan yang
sukses dan mampu bertahan pasti memiliki program mengenai kualitas, karena
melalui program kualitas yang baik akan dapat secara efektif mengeliminasi
pemborosan dan meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan.
I-2

Six Sigma merupakan cara pendekatan kualitas terhadap Total Quality


Management (TQM). TQM menjadi perhatian di Amerika Serikat tahun 80-an dan
ini merupakan suatu respon terhadap superioritas kualitas dari pabrikan Jepang
dalam bidang automotif dan penyejuk ruangan. Banyak studi pada bidang
penyejuk ruangan mengemukakan bahwa kerusakan (defect) pada perusahaan
Amerika Serikat lebih banyak dari perusahaan Jepang. Untuk membantu
perusahaan supaya mampu memperbaiki program peningkatan kualitas, maka
didirikan Malcolm Balridge National Quality Award dalam tahun 1987.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Latief dan Retyaningsih Puji Utami
(2009) meneliti Penerapan Pendekatan Metode Six Sigma Dalam Penjagaan
Kualitas Pada Proyek Konstruksi memberikan hasil bahwa keberhasilan metode
Six Sigma dalam industri manufaktur perlu diambil sisi-sisi positif dalam
penerapannya di proyek konstruksi. Sebagian besar industri konstruksi baru
mencapai tahapan 3- Sigma. Dalam industri konstruksi sendiri pengendalian mutu
dapat di control melalui dua aspek yang pertama dari sisi manajemennya (proses)
dan yang kedua dari sisi produknya. Penerapan metode Six Sigma pada industri
konstruksi dan industri manufaktur tentu ada perbedaan, untuk itu dalam skripsi
ini akan menggunakan metode Six Sigma pada industri manufaktur karena
produksinya berlokasi di bawah tempat yang terlindungi yaitu pabrik dan
terhindar dari pengaruh cuaca buruk yang mengacaukan.
PT NSP Technology merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri
manufaktur. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam barang yang material
berasal dari plastik, perusahaan ini memiliki produk sendiri dan juga menerima
pesanan dari produk perusahaan lain atau customer. pada perusahaan ini memiliki
beberapa Department. Salah satu Department yang penulis akan ambil untuk
bahan penelitian yaitu di EDMI Department pada proses pengerjaan pengelasan
sambungan kabel dari produk meteran listrik yang dimana produk tersebut adalah
produk dari customer perusahaan lain. Pengendalian kualitas yang dilakukan pada
Department EDMI di PT NSP Technology Batam masih belum baik yang terbukti
dengan ditemukannya produk cacat di atas batas toleransi dan belum mampu
mengidentifikasikan faktor kecacatan dan penyebab-penyebab kecacatan secara
I-3

menghindari banyaknya keluhan para pelanggan setelah menggunakan produk


yang dibelinya. detail. Untuk itu PT NSP Technology Batam harus memastikan
produk benarbenar berkualitas dengan tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kegagalan atau cacat, baik yang disebabkan mesin, proses
produksi, material maupun manusia.
Berdasarkan survey awal penelitian, diketahui bahwa produk cacat dalam
proses produksi pengelasan pada produk meteran listrik pada Department EDMI
di PT NSP Technology Batam Industri berfluktuasi dari waktu ke waktu
dibuktikan pada Ouput report proses Welding dan data Fabrication Pembuatan Jig
Welding pada Department Tooling.
Tabel 1.1 Data Hasil Produksi Proses Blade-Lug Welding 2022
No Bulan Finish Good Reject/NG Total Lot
1 Januari 500 137 637
2 Februari 1200 105 1305
3 Maret 1200 202 1402
4 Agustus 2170 155 2325
5 September 2350 266 2616
6 Oktober 1750 150 1900
7 November 2100 37 2137
8 Desember 1500 58 1558
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa selama 8 bulan 2022 proses
berjalannya produksi yang diberikan oleh tim planner , yaitu total produk reject
sebanyak 1110 Pcs. Dengan tingginya produk reject yang dihasilkan maka mampu
merusak reputasi perusahaan dan menyebabkan pengeluaran cost dan sumber daya
yang lebih banyak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap KPI sistem manajemen
mutu (QMS) PT NSP Tehnology Batam yang menetapkan maksimum weld defect
rate sebesar 2%. Dampak dan imbas defect pengelasan ini dapat mempengaruhi
image atau reputasi perusahaan di mata pelanggan, dimana tingkat kepuasan
pelanggan akan ditentukan dari pencapaian kualitas produksi yang dihasilkan
perusahaan.
I-4

Dengan demikian berarti program pengendalian kualitas produksi yang


diterapkan perusahaan belum optimal sehingga perlu dilakukan analisa mengenai
upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh PT NSP Technology Batam
khususnya di department EDMI. Dengan diterapkannya metode Six Sigma pada
PT NSP Technology khususnya di department EDMI dapat membawa perusahaan
berada pada tingkat produk cacat terendah bahkan dapat memperkecil lagi sampai
pada proses produksi berjalan menuju kesempurnaan (zero defect). Dengan
demikian penerapan metode Six Sigma pada PT NSP Technology akan
meningkatkan keuntungan dan akan mengakibatkan menurunnya biaya yang
dikeluarkan. Selain itu perusahaan dapat tetap mempertahankan kelangsungan
hidupnya bahkan dapat meningkatkan posisi pasarnya dalam menghadapi
persaingan yang hiperkompetitif.
Dengan penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan perusahaan
untuk mengambil konsep mengenai pengendalian kualitas dengan menggunakan
metode Six Sigma. Untuk memahami strategi pengendalian kualitas bagi PT NSP
Technology Batam yaitu menurunkan jumlah kerusakan yang terjadi, maka dicoba
untuk menggunakan metode Six Sigma dalam menganalisis dan memperbaiki
pengendalian kualitas. Metode ini merupakan suatu metode atau cara untuk
mencapai kinerja operasi dengan hanya 3,4 DPMO (Defect per million
opportunities). Untuk mencapai target operasi mencapai Six Sigma merupakan hal
yang sulit, tetapi dicoba untuk menelusuri permasalahan dan mengatasinya.
Diharapkan dengan metode ini dapat menurunkan kerusakan yang terjadi,
sehingga bisa meningkatkan daya saing PT NSP Technology Batam dengan
kepuasan pelanggan terhadap kualitas produksi.
Dari permasalahan diatas maka peneliti mangambil judul penelitian yaitu
“Analisis Pengendalian Kualitas Produk Meteran Listrik pada Proses
Sambungan Kabel pada Department EDMI di PT. NSP Technology Batam
dengan Menggunakan Metode Six Sigma”
I-5

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, maka pokok masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaiamana peningkatan kualitas di PT NSP Technology Batam dalam upaya
mengendalikan kualitas dari produk meteran listrik pada proses pengelasan
sambungan kabel menggunakan metode Six Sigma?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan dalam proses pengelasan
sambungan kabel pada produk meteran listrik ?

1.3 Batasan Masalah


Beberapa hal yang menjadi batasan masalah dalam penyusunan penelitian ini
adalah :
1. Mutu output dari pengelasan sambungan kabel di PT NSP Technology Batam.
2. Permasalahan yang diangkat adalah kualitas produk pada proses pengelasan
sambungan kabel dengan meneliti faktor-faktor penyebab gagalnya
pengelasan sambungan kabel proses di PT Nsp Technology Batam.

1.4 Tujuan Penelitian


Dengan melihat permasalahan yang ada pada PT. NSP Technology maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis pengendalian kualitas produk meteran listrik dan evaluasi dari
mutu pada proses pengelasan sambungan kabel di PT.NSP Technology
dengan menggunakan metode Six Sigma.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan gagalnya proses
pengelasan sambungan kabel pada produk meteran listrik.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan dapat meningkatkan kualitas mutu output dari proses pengelasan
sambungan kabel yang dihasilkan.
I-6

2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi PT NSP Technology Batam


terutama mengenai teknik pengendalian kualitas dengan konsep Six Sigma
perusahaan dapat meningkatkan upaya/strategi yang efektif dalam menekan
produk cacat perusahaan dan penekanan biaya operasi
3. Bagi peneliti, dengan melaksanakan penelitian dapat memperluas pengetahuan
serta menambah kemampuan penulis, khususnya dibidang penelitian ilmiah.

1.6 Sistematika Penulisan


Secara garis besar penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
masalah,Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian,
dan Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tinjauan teori yang dipergunakan sebagai dasar dalam
penelitia, yaitu definisi pengendalian kualitas, tujuan pengendalian
kualitas, langkah-langkah pegendalian kualitas, dimensi kualitas,
sifat kualitas, faktor-faktor pengendalian kualitas, pengertian Six
Sigma, tahap-tahap pengendalian kualitas dengan metode six
Sigma.
BAB III METODE PENELITIAN
Menguraikan waktu dan tempat penelitian,jenis data,populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian, devinisi operasional, metode
pengumpulan data, metode Pengolahan data, kerangka pemecahan
masalah dan jadwal penelitian.
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Merupakan uraian mengenai pengendalian kualitas yang dilakukan
perusahaan, pengendalian kualitas pada proses pengelasan
sambungan kabel pada proses Blade-Lug Welded serta metode
pengolahan data dan metode analisa yang diguanakan.
I-7

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis data
sehingga dapat memberikan usulan kepada perusahaan terhadap
pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
II-1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kualitas
Kualitas didefinisikan sebagai totalitas karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuan produk itu untuk memuaskan kebutuhan yang telah
ditetapkan. Gaspersz (2005) mendefinisikan ”kualitas sering kali diartikan sebagai
kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau konformansi terhadap kebutuhan /
persyaratan (conformance to the requirements)”. Disamping pengertian tersebut
kualitas juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan
pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan yang terus menerus (continous
improvement).
Konsep kualitas lebih banyak dibicarakan dan berkembang pada industri
manufaktur. Hal ini dikarenakan permasalahannya lebih nyata sehingga lebih mudah
untuk diformulasikan dibandingkan dengan industri jasa. Akibatnya banyak konsep
kualitas jasa dipengaruhi dan mengacu pada konsep kualitas yang berkembang pada
industri manufaktur.
Ada beberapa definisi kualitas yang dikemukakan oleh beberapa pakar,
diantaranya :Suyadi Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk
adalah “Keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat
memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai
uang yang telah dikeluarkan.”The American Society for Quality Control yang dikutip
oleh Heizer & Render (2006:253) menyatakan bahwa “Kualitas adalah keseluruhan
fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang
terlihat atau yang tersamar.”Sedangkan menurut Crosby (dalam Nasution, 2005:2)
menyatakan bahwa, kualitas adalah “conformance to requirement”, yaitu sesuai
dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu Produk memiliki kualitas apabila
sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
II-2

Kualitas tidak bisa dipandang sebagai suatu ukuran yang sempit, yaitu kualitas
produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian tersebut diatas,
dimana kualitas tidak hanya kualitas produk saja akan tetapi sangat kompleks karena
melibatkan seluruh aspek dalam organisasi serta diluar organisasi. Meskipun tidak
ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun dari beberapa
definisi kualitas menurut para ahli di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam
elemen- elemen sebagai berikut (M.N Nasution, 2005:3) :
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
mendatang).

2.1.2 Pengendalian Kualitas


Menurut Ahyari (1987:239) yang dimaksud dengan pengendalian kualitas
adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar
kualitas produk atau jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana telah
direncanakan.
Sofjan Assauri (1998:210) menyatakan bahwa Pengendalian kualitas adalah
merencanakan dan melaksanakan cara yang paling ekonomis untuk membuat sebuah
barang yangakan bermanfaat dan memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal.
Sedangkan menurut Vincent Gaspersz (2005:480), pengendalian kualitas adalah
“Pengendalian Kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk
memenuhi standar kualitas yang diharapkan.”
Dari pengertian diatas, maka dapat dilihat bahwa pengendalian kualitas
merupakan tindakan prefentif (penjagaan) yang dilaksanakan sebelum kualitas
produk atau jasa tersebut terjadi, dan sebagai usaha untuk mengarahkan agar
kesalahan kualitas tersebut tidak terjadi dalam proses produksi, sehingga usaha untuk
memenuhi standar kualitas dapat tercapai.
II-3

2.1.3 Tujuan Pengendalian Kualitas


Beberapa pakar menyatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah
sebagai berikut :
a. Menurut Ahyari (1987 : 239)
Harus mengarah pada beberapa tujuan yag akan dicapai, sehingga para
konsumen dapat puas menggunakan produk dan jasa perusahaan, dengan cara
harga produk perusahaan tersebut dapat ditekan serendah-rendahnya, serta
direncanakan sebelumnya oleh perusahaan.
b. Menurut Assauri (1998 : 210) adalah :
1. Agar produk dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang diharapkan,
yang nantinya akan memberikan kepuasan kepada konsumen.
2. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
3. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana
yang ada.
4. Untuk mengetahui sesuatu telah dijalankan secara efisien atau belum dan
apakah mungkin dilakukan perbaikan.

2.1.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kualitas


Menurut Feigan Baum (2001: 28), kualitas produk secara langsung dipengaruhi
oleh Sembilan bidang dasar yang dikenal sebagai “9M”. Adapun faktor faktor yang
mempengaruhi kualitas tersebut adalah :
a. Market (Pasar)
Keinginan dan kebutuhan konsumen secara hati-hati didefinisikan oleh bisnis
masa kini sebagai suatu dasar untuk mengembangkan produk-produk baru. Pada masa
sekarang konsumen meminta dan memperoleh produksi yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan mereka, dengan demikian pasar menjadi luas lingkupnya dan
secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang dan jasa yang ditawarkan.
Akibatnya bisnis yang ada harus lebih fleksibel dan mampu berubah dengan cepat.
b. Money (uang)
II-4

Peningkatan persaingan di berbagai bidang bisnis bersamaan dengan terjadinya


fluktuasi ekonomi dunia sehingga menyebabkan penurunan laba. Pada waktu
bersamaan harus melakukan modernisasi mesin produksi sehingga mmebuat
pengeluaran biasa semakin besar.
c. Management (manajemen)
Penanggung jawab mutu hendaknya mendistribusikan secara khusus kepada
kelompok-kelompok tertentu dalam perusahaan. Kelompok-kelompok tersebut antara
lain meliputi : bagian pemasaran, teknisis produk, mandor, bagian rekayasa, bagian
kendali mutu dan mutu pelayanan produk sampai ke tangan konsumen.
d. Man (manusia)
Manusia merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena sehebat
apapun teknologi yang digunakan tetapi akan sangat tergantung pada faktor manusia.
Oleh karena itu perusahaan perlu selalu untuk meningkatkan kualitas manusia
sehingga mereka dapat berperan seefesien dan seefektif mungkin dalam perusahaan.
e. Motivation (motivasi)
Suatu kekuatan yang berasal dari dalam untuk melakukan suatu tindakan
motivasi untuk bersama-sama melakukan pentingnya kualitas produk yang dihasilkan
mutlak diperlukan dalam pengendalian kualitas.
f. Material (bahan)
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi harus mempunyai kualitas
yang baik, karena kualitas yang sempurna tidak akan dapat terjadi jika bahan yang
digunakan tidak baik.
g. Machines and Mechonization (mesin dan mekanisme)
Dengan adanya mesin dan mekanisme yang baik maka proses produksi akan
dapat berjalan dengan baik. Keinginan perusahaan untuk menurunkan biaya volume
produksi agar dapat memuaskan pelanggan dalam pasar telah mendorong penggunaan
perlengkapan pabrik yang telah mantap.
h. Modern Information Method (metode informasi modern)
II-5

Penggunaan metode proses data yang baru dan secara konstan, dapat
meningkatkan kemampuan manajemen informasi untuk dapat menjadi lebih
bermanfaat, lebih akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan yang mendasari
keputusan- keputusan yang membimbing masa depan bisnis.
i. Mounting Product Requrements (persyaratan proses produk)
Kemajuan yang pesat didalam perekayasaan rancangan produk memerlukan
kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses produk.

2.1.5 Alat Bantu Pengendalian Kualitas dengan Six Sigma


Six sigma merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data
dan analisis statistik untuk menentukan sumber variasi dan cara – cara untuk
mengurangi variasi dalam setiap proses dari bisnis kunci yang berkaitan langsung
dengan konsumen. Bisnis kunci yang dimaksud adalah kebutuhan pokok yang
diingikan oleh konsumen, antara lain kualitas produk, harga yang kompetitif, dan
penyerahan tepat waktu. Dalam peningkatan kualitas, Six Sigma dapat diartikan
sebagai suatu framework atau sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk
memaksimalkan proses usaha, dilakukan secara berkesinambungan dengan
memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang setiap proses usaha.
Pada prosesnya Six Sigma dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap
kebutuhan konsumen. kemudian mengikuti alur perkembangan jaman Sigma dapat
digunakan sebagai alat mengukur kemampuan proses untuk menghasilkan produk
bagus. Indeks pengukuran yang biasa digunakan yaitu “defect per unit”. Nilai Sigma
memberi artian seberapa sering kecacatan terjadi. Semakin meningkatnya nilai sigma,
berarti jumlah cacat semakin rendah sehingga biaya dan “cycle time” menurun serta
tingkat kepuasan konsumen akan semakin meningkat.
Six sigma merupakan suatu metode atau teknik berguna untuk pengendalian
dan peningkatan kualitas produk yang merupakan trobosan baru dalam bidang
manajemen kualitas. Six Sigma juga merupakan sistem pengendalian kualitas
modern yang
II-6

didalamnya terdapat aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan,


dan tidak hanya berfokus dalam upaya mendeteksi kerusakan saja.
Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian Sigma
Persentase Yang DPMO Level Sigma Keterangan
Memenuhi Spesifikasi
31 % 691.462 1-sigma Sangat tidak kompetitif
69.20 % 308.538 2-sigma Rata-Rata Industri Indonesia
93.32 % 66.807 3-sigma
99.379 % 6.210 4-sigma Rata-Rata Industri USA
99.977 % 233 5-sigma
99.99977% 3.4 6-sigma Industri Kelas Dunia

2.1.6 Tahap-Tahap Implementasi Six Sigma


Menurut Gasperz (2005), tahap-tahap implementasi peningkatan kualitas Six
Sigma terdiri dari lima langkah yaitu menggunakan metode DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, and Control). Siklus DMAIC dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Siklus DMAIC


Lima tahapan DMAIC tersebut merupakan tahapan yang berulang atau
membentuk siklus peningkatan kualitas dengan Six Sigma.
1. Define (D)
Define merupakan tahap penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas
Six Sigma yang merupakan langkah operasional pertama dalam program
peningkatan
II-7

kualitas Six Sigma. Langkah ini untuk mendefinisikan rencana – rencana tindakan
yang harus dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis
kunci. Dimana tanggung jawab dari definisi proses bisnis kunci berada pada
manajemen.
Pada tahap Define pula dilakukan identifikasi masalah, identifikasi spesifikasi
pelanggan, menentukan tujuan (pengurangan biaya dan cacat, serta target waktu), dan
mengidentifikasi area proses yang akan di improve. Define adalah fase menentukan
masalah, menetapkan persyaratan – persyaratan pelanggan, dan mengetahui CTQ
(Critical to Quality).
a. Diagram SIPOC
Diagram SIPOC (Supplier – Inputs – Process – Outputs – Customer) merupakan
suatu diagram paling sering digunakan dalam tahap define untuk memberikan
gambaran secara umum mengenai proses yang ada saat ini. Analisis SIPOC
mencangkup hal hal sebagai berikut :
1) Supplier merupakan orang atau kelompok orang yang mencangkup segala sesuatu
yang menyediakan material atau sumber daya sebagai input atau masukan
terhadap proses.
2) Input merupakan segala sesuatu yang diberikan oleh supplier berupa material,
service, ataupun informasi yang digunakan oleh suatu proses untuk menghasilkan
output.
3) Process merupakan urutan dari suatu aktifitas atau proses yang ada, serta
menambah value kepada input.
4) Outputs merupakan hasil dari proses yang berupa produk, service, ataupun
informasi yang bernilai guna bagi pelanggan.
5) Customer merupakan semua orang atau bagian yang menggunakan output yang
berasal dari proses.
II-8

Contoh penggunaan diagram SIPOC dari suatu proses obat berbentuk tablet pada
industri farmasi PT. ABC ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Diagram SIPOC dari proses pembuatan obat tablet pada PT.
ABC (Sumber : Vincent Gaspersz. 2002)
b. Critical to Quality
Critical to Quality (CTQ) digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
konsumen. CTQ dapat didefinisikan sebagai atribut – atribut dari proses yang sangat
penting dan berpengaruh langsung terhadap pencapaian mutu yang diinginkan
konsumen (Gaspersz, 2002). CTQ merupakan sebuah teknik pengukuran standar
produk yang harus sesuai dengan kepuasan pelanggan. CTQ dapat ditentukan melalui
penelitian, lalu dari hasil penelitian lalu dipilih karakteristik apa saja hal pada proses
yang menyebabkan timbulnya cacat sehingga produk yang diamati dinyatakan gagal.

2. Measure (M)
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program program
peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam
tahapan measure yaitu :
a. Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.
b. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran yang
dapat dilakukan pada tingkat proses, output, atau outcome, dan
II-9

c. Mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses, output


atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kerja (perfotmance baseline) pada
awal proyek Six Sigma.
Penetapan karakteristik kualitas (CTQ) yang berkaitan langsung dengan
kebutuhan spesifik dari pelanggan akan sangat tergantung pada situasi dan kondisi
dari setiap organisasi bisnis. Bagaimanapun, kita dapat menjadikan penetapan atau
pemilihan karakteristik kualitas dari beberapa perusahaan sebagai pedoman dalam
menetapkan karakteristik kualitas (CTQ) yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan
dari organisasi bisnis.
Dalam melaksanakan pengukuran karakteristik kualitas, pada dasarnya kita
harus memperhatikan aspek internal dan aspek external dari organisasi itu. Dalam
organisasi bisnis, aspek internal dapat berupa tingkat kecacatan produk, biaya-biaya
karena kualitas jelek (cost of poor quality = COPQ) seperti pekerjaan ulang, cacat dan
lain-lain, sedangkan aspek eksternal dapat berupa kepuasan pelanggan, pangsa pasar
dan lain-lain.
Penetapan atau pemilihan karakteristik kualitas kunci dalam proyek Six Sigma
adalah menetapkan rencana untuk pengumpulan data. Pada dasarnya pengukuran
karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga tingkatan yaitu :
a. Pengukuran pada tingkat proses
Adalah mengukur setiap langkah atu aktifitas dalam proses dan karakteristik
kualitas input yang diserahkan oleh pemasok yang mengendalikan dan mempengaruhi
karakteristik kualitas output yang di inginkan. Tujuan dari pengukuran pada tingkat
ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses dan
menggunakan ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan dan meningkatkan proses
operasional serta memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output itu
diproduksi atau diserahkan kepada pelanggan.
b. Pengukuran pada tingkat output
Adalah mengukur kualitas output yag dihasilkan suatu proses dibandingkan
terhadap spesifikasi karakteristik kualitas yang di inginkan oleh pelanggan.
II-10

c. Pengukuran pada tingkat outcome


Adalah mengukur bagaimana baiknya suatu produk (barang atau jasa) itu
memenuhi kebutuhan spesifik dan ekspektasi rasional dari pelanggan, jadi mengukur
tingkat kepuasan pelnggan dalam menggunaka produk (barang atau jasa) yang
diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi dalam
pengukuran kenerja kualitas.
Perhitungan DPO, DPMO, nilai kapabilitas Sigma dan yield dilakukan untuk
melihat kemampuan proses produksi telah mencapai berapa Sigma dan nilai yield
untuk mengetahui kemampuan proses untuk menghasilkan proses produksi yang
bebas cacat. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan hasil produksi dan jumlah cacat
yang dihasilkan saat produksi berlangsung, serta banyaknya CTQ (Critical to
Quality) potensial penyebab kecacatan pada produk (Muliya, 2004).
a. Munghitung nilai DPO (Defect per Opportunity)
DPO = Banyak cacat yang didapat
Banyak hasil produksi x CTQ potensial...........................................(2.1)
b. Menghitung nilai DPMO (Defect PerMillion Opportunity)
DPMO = DPO x 1.000.000…............................................................................(2.2)
c. Menghitung nilai kapabilitas Sigma
Nilai kapabilitas sigma diproleh melalui tabel konversi DPMO ke Six Sigma
d. Menghitung nilai Yield
Yield merupakan angka yang menggambarkan kemampuan proses untuk
menghasilkan proses produksi bebas cacat.
Tabel 2.2 Cara Memperkirakan Kapabilitas Proses untuk Data Atribut
Langkah Tindakan Persamaan Hasil perhitungan
1 Proses apa yang anda ingin mengetahui ? -
2 Berapa banyak unit produksi yang diproduksi ? -
3 Berapa banyak unit produk yang gagal ? -
4 Hitung tingkat cacat (kesalahan) berdasarkan (langkah 3)/
pada langkah 3 (langkah 2)
II-11

5 Tentukan banyaknya CTQ potensial yang dapat Jumlah CTQ


mengakibatkan cacat (kesalahan)
6 Hitung peluang tingkat cacat (kesalahan) (langkah 3)/
perkarakteristik CTQ (langkah 5 x
langkah 2)
7 Konversi kemungkinan cacat persejuta Langkah 6 x
kesempatan (DPMO) 1.000.000
8 Konversi DPMO (langkah 7) kedalam nilai -
sigma
9 Buat kesimpulan -

Sumber : Vincent Gaspertz 2002

3. Analyze (A)
Langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas Six sigma adalah
analisis (analyze). Analisis merupakan pemeriksaan terhadap proses, fakta dan data
untuk mendapatkan pemahaman mengenai permasalahan dapat terjadi dan dimana
terdapat kesempatan untuk melakukan perbaikan. Adapun Tools yang digunakan
adalah
:
a. Lembar Pemeriksaan (Checkheet)
Lembar isi merupakan alat bantu untuk memudahkan proses pengumpulan data.
Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada.
Didalam pengumpulan data maka data yang diambil harus benar- benar sesuai dengan
kebutuhan analisis dalam arti bahwa data harus (Wignjosoebroto, 2006) :
1) Jelas, tepat dan mencerminkan fakta
2) Dikumpulkan dengan cara yang benar, hati-hati dan teliti
Berikut adalah contoh lembar pemeriksaan yang dapat digunakan pada saat
melakukan analisa kecacatan produk.
II-12

Tabel 2.3 Lembar Pemeriksaan


Lembar Pemeriksaan
Produk Departemen
Kode Operator
Satuan Waktu
Waktu Pengukuran Hasil Pengukuran Ke Mean Range
08.00 – 09.00 1 2 3 4 5
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00
24.00 – 01.00
01.00 – 02.00
02.00 – 03.00
03.00 – 04.00
04.00 – 05.00
05.00 – 06.00
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
II-13

Jumah
Std Deviasi

b. Peta Kendali (control chart)


Pertama kali dikembangkan oleh Dr. Walter A. Shewart pada tahun 1924 sewaktu
ia bekerja pada Bell Telephone Laboratories AS. Merupakan diagram atau grafik
yang digunakan untuk menentukan apakah suatu keadaan, proses ataupun hasil proses
berada dalam keadaan stabil dan sesuai standar yang ada atau tidak. Apabila
keseluruhan data berada dalam batas kendali yang ada, maka proses dapat dilakukan
dalam keadaan stabil.
Kegunaan utama dari perancangan Peta Kendali adalah untuk menghilangkan
variasi yang tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab
khusus (special – cause variation) variasi yang disebabkan oleh penyebab umum
(common – cause variation).
c. Histogram
Adalah alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu proses
operasi pada satu waktu. Tujuannya adalah menentukan penyebaran atau variasi
suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Alata ini secara grafis juga
memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya terhadap spesifikasi dan
target. Selain itu, alat ini juga mengindikasi bentuk populasi dan dapat dapat melihat
jarak (gap) antar data.

Gambar 2.3 Histogram


Sumber : Heizer dan Render,2006
II-14

d. Diagram Pareto (Pareto Chart)


Adalah grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar suatu masalah.
Grafik ini menampilkan distribusi variabel data-data. Biasanya diagram pareto
diguanakan sebagai identifikasi masalah yang paling penting. Dalam diagram pareto
berlaku aturan 80/20, artinya yaitu 20% jenis kesalahan / kecacatan dapat
menyebabkan 80% kegagalan proses.

Gambar 2.4 Diagram Pareto (Pareto Chart)


Sumber : Heizer dan Render, 2006
e. Diagram Sebab-Akibat
Adalah alat yang memungkinkan meletakkan secara sistematis representasi grafis
jalur terkecil (penyebab-penyebab) yang pada akhirnya mengarahpada akar penyebab
suatu masalah kualitas. Diagram ini juga populer disebut dengan Fish Bone Diagram
(Diagram Tulang Ikan).

Gambar 2.5 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect


Diagram)
II-15

4. Improve (I)
Pada dasarnya rencana-rencana tindakan (action plans) akan mendeskripsikan
tentang alokasi sumber-sumber daya serta proritas dan alternatif yang dilakukan
dalam implementasi dari rencana itu. Bentuk-bentuk pengawasan dan usaha-usaha
untuk mempelajari melalui pengumpulan data dan anlisis ketika implementasi dari
suatu rencana, juga harus direncanakan pada tahapan ini.
Pengembangan rencana tindakan merupakan salah satu aktivitas yang penting
dalam program pentingnya kualitas Six Sigma, yang berarti bahwa dalam tahapan
ini tim peningkatak kualitas Six Sigma harus memutuskan apa yang harusdicapai
(berkaitan dengan target yang ditetapkan), alasan kegunaan rencana tindakan itu
harus dilakukan, di mana rencana tindakan itu akan diterapakan atau dilakukan,
bilamana rencana tindakan itu akan dilakukan, bagaimanamelaksanakan rencana
tindakan itu, dan berapa besar biaya untuk melaksanakan rencana tindakan itu serta
manfaat positif yang diterima dari implementasi rencana tindakan.
Pengendalian kualitas harus dilakukan melalui proses yang terus menerus dan
berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah
satunya dengan melalui penerapan PDCA.
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act"
(Indonesia:Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses
pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam
pengendalian kualitas. Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga
disebut dengan siklus Deming.
II-16

Gambar 2.6 Siklus Deming


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/PDCA

Penjelasan dari tahap-tahap dalam siklus PDCA adalah sebagai berikut :


a. Plan (Merencanakan)
Tahap plan adalah tahap untuk menetapkan target atau sasaran yang ingin
dicapai dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin dipecahkan,
kemudian menentukan metode yang akan digunakan untuk mencapai target atau
sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap plan ini juga meliputi
pembentukan tim peningkatan proses (process improvement team) dan melakukan
pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya manusia yang berada di dalam tim
tersebut serta batas-batas waktu (jadwal) yang diperlukan untuk melakukan
perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan. Perencanaan terhadap
penggunaan sumber daya lainnya seperti biaya dan mesin juga perlukan
dipertimbangkan dalam tahap plan ini.
b. Do (Melaksanakan)
Tahap do adalah tahap penerapan atau melaksanakan semua yang telah
direncanakan di tahap plan termasuk menjalankan proses-nya, memproduksi serta
melakukan pengumpulan data (data collection) yang kemudian akan digunakan
untuk tahap check dan act.
c. Check (Memeriksa)
Tahap check adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari
hasil-hasil dari penerapan di tahap do. Melakukan perbandingan antara hasil aktual
II-17

yang telah dicapai dengan target yang ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang
telah ditentukan.
d. Act (Menindak)
Tahap act adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya terhadap hasil-
hasil dari tahap check. Terdapat 2 jenis tindakan yang harus dilakukan berdasarkan
hasil yang dicapainya, antara lain :
1. Tindakan perbaikan (corrective action) yang berupa solusi terhadap masalah
yang dihadapi dalam pencapaian target, tindakan perbaikan ini perlu diambil
jika hasilnya tidak mencapai apa yang telah ditargetkan.
2. Tindakan standarisasi (standardization action) yaitu tindakan untuk men-
standarisasi-kan cara ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan, tindakan
standarisasi ini dilakukan jika hasilnya mencapai target yang telah ditetapkan.
Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap PLAN untuk melakukan
peningkatan proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang
terus menerus (Continuous Process Improvement).

5. Control (C)
Control merupakan tahapan terakhir dalam proyek peningkatan kualitas Six
Sigma. Tim Six Sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses, yang berarti
proyek Six Sigma berakhir pada tahapan ini. Selanjutnya, proyek-proyek Six
Sigma pada area lain dalam proses atau organisasi bisnis ditetapkan sebagai
proyek-proyek baru yang harus mengikuti siklus DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve and Control) (Vincent Gaspersz, 2002).
Terdapat dua alasan dalam melakukan standarisasi yaitu (Vincent Gaspersz, 2002) :
a. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak
distandarisasikan, terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu tertentu,
manajemen dan karyawan akan menggunakan kembali cara kerja yang lama
sehingga memunculkan kembali masalah yang telah terselesaikan itu.
II-18

b. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak


distandarisasikan dan didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan setelah
periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian manajemen dan karyawan,
orang baru akan menggunakan cara kerja yang akan memunculkan kembali
masalah yang sudah pernah terselesaikan oleh manajemen dan karyawan
terdahulu.

2.2 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengendalian kualitas dengan metode
Six Sigma adalah :
II-19

Tabel 2.4 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu


No Judul Penelitian dan Peneliti Hasil Penelitian
1. Albertus Laurensius Setyabudhi, Berdasarkan hasil analisis pembahasan
Sanusi, Ilhamyah Sipahutar (2019) yang telah dilakukan, maka dapat
“Application Of Six Sigma disimpulkan sebagai sebagai berikut:
Methodology To Improve the a. PT Mega Technology Batam saat ini
Product Quality Of Moldings Plastic memiliki rata-rata jumlah cacat total
(Case Study: PT Mega Technology adalah 197464 pcs dengan persentase
Batam) 5,99% dan total DPMO59929,39 sama
dengan Sigma Level 3.1 dimana
tertinggi penyebab cacat sebesar
42,85% disebabkan oleh Machine
AdjustMould dan disusul oleh 34,31%
adalah Mold Proses.

b. Penyebab kecacatan Cover Coffe


Maker adalah Operator atau mesinnya
juru bahasa tidak memiliki sikap yang
baik, tidak adanya pelatihan pada
setiap pegawai baru, karyawan
mengulangi kesalahan yang sama,
tidak menggunakan bahan asli dan
standar dari yang telah ditentukan
perusahaan, Tidak memiliki
pengalaman yang cukup selama
II-20

operasi pemesinan, Pada saat


pencetakan proses tidak
menyesuaikan suhu atau
kelembaban mengikuti Parameter
pada mesin dan standar Mould,
tidak mengikuti kualitas tanpa
toleransi. Itu diharapkan setelah
penerapan pendekatan six sigma
dapat terus meningkatkan tingkat
sigma dari perusahaan.
2. Nursanti dan Astuti (2018) Bahwa berdasarkan hasil penelitian
“Pengendalian Kualitas Produk dan pengolahan data, maka
Plate Lock Menggunakan kesimpulan yang dapat diambil
Pendekatan Six Sigma DMAIC adalah sebagai berikut
(Studi Kasus PT. XYZ)” a. Dengan menggunakan diagram
pareto, diketahui bahwa dari 8
jenis CTQ, jenis cacat yang
menjadi prioritas dan fokus
perhatian untuk segera dilakukan
perbaikan adalah dent (penyok)
dan dirty (kotor)
b. Nilai DPMO dan level sigma
untuk jenis cacat dent secara
berturut- tururt adalah
15243.30181 dan 3.851,
sementara nilai DPMO dan level
sigma untuk jenis cacat dirty
secara berturut-turut adalah
II-20
9154.6
dan 3.95.
II-21

3. Sirine dan Kurniawati (2017) Bahwa PT. Diras Concept telah


“Pengendalian Kualitas melakukan pengendalian kualitas
Menggunakan Metode Six Sigma menggunakan metode six sigma
(Studi Kasus pada PT Diras dengan melakukan analisis DMAIC
Concept Sukoharjo)” (Define, Measure, Analyze, Improve,
Control) pada setiap tahapan proses
produksi furniture ”Nadir” dan ”New
Brunei”. Hasil yang diperoleh,
perusahaan telah mencapai 6 sigma
karena cost of poor quality nya
kurang
dari 1% penjualan.
4. Riska Amalia (2022) “Analisa Penelitian di PT NSP Technology
Pengendalian Kualitas Produk Batam telah melakukan pengendalian
Meteran Listrik pada Proses kualitas menggunakan metode six
Pengelasan Sambungan Kabel sigma dengan implementasi tahap
pada Department EDMI di PT tahap mengguankan Tools DMAIC
NSP Technology Batam (Define,Measure,Analyze,Improve,Co
Menggunakan Metode Six Sigma” n trol) pada output produksi dan pada
proses pengelasan sambungan kabel
pada department EDMI di PT NSP
Technology Batam.

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

2.3 Kerangka Pikiran


Kerangka pemikiran dalam penelitian ini untuk menggambarkan bagaimana
pengendalian kualitas yang dilakukan dengan metode six sigma dapat bermanfaat
untuk menganalisis tingkat kerusakan produk yang dihasilkan oleh Raja Advertising.
II-22

Dalam prosesnya hasil dari produksi dibagi menjadi dua yaitu produk bagus dan
produk gagal (cacat). Kemudian dilakukan analisis dan perhitungan statistika
menggunakan metode six sigma dengan melalui langkah-langkah DMAIC sehingga
akan diketahui data akar masalah dari kecacatan produk yang terjadi. Data hasil
analisis tersebut kemudian dapat digunakan perusahaan untuk mengevaluasi hasil
kerja, baik pada penggunaan bahan baku, proses produksi, peralatan yang digunakan,
termasuk sumber daya manusia yang mengolahnya. Sehingga kedepannya perusahaan
dapat melakukan perbaikan berkesinambungan agar tercapainya tujuan menghasilkan
produk sesuai standar kualitas yang ditetapkan.
Input Process Output

Pengendalian Kualitas:
Melakukan perbaikan dalam
pengendalian kualitasproduk
Meteran Listrik pada proses
Data Internal:
Tools Metode Six Sigma: pengelasan sambungan kabel
Perbandingan data cacat
- Define pada department EDMI
produk dari bulan Januari –
Maret 2022 - Measure dengan menggunakan Metode
- Analyze
- Improve Six Sigma untuk menurunkan
- Control angka cacat produk sesuai
dengan standar sigma yaitu 3,4
(ZeroReject)danmeminimalisir
kan hingga sampa ke tingkat
kesempurnaan

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Pengendalian Kualitas


Produk Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Pada Department
EDMI di PT NSP Technology Batam
III-1

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2022- Januari 2023 pada
Department EDMI di PT. NSP Technology Batam yang beralamat Citra Buana
Central Park II, Lot 3, Batu Ampar, Kp. Seraya, Kec. Batu Ampar, Kota Batam,
Provinsi Kepulauan Riau.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Adalam penelitian ini menggunakan jenis data :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam
hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan
menggunakan instrumen (wawancara, observasi) yang telah ditetapkan.
Indriartono dan Supomo (2009) dalam Herdiansyah (2012) mengatakan data
primer dapat berupa opini subjek, hasil observasi terhadap suatu perilaku atau
kejadian, dan hasil pengujian. Dalam penelitian ini metode pengambilan data
primer dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap karyawan pada
Department EDMI di PT NSP Technology Batam.
2. Data Sekunder
Data skunder merupakan data atau informasi yang dipeoleh secara tidak
langsung dari objek penelitian, yang terdiri dari dokumen- dokumen atau
literatur-literatur dari Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan, internet,
surat kabar, jurnal dan lain sebagainya.Indriantoro dan Supomo (2009) dalam
Herdiansyah (2012) mengatakan, data sekunder adalah data yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung, melalui perantara atau diperoleh dan dicatat
dari pihak lain.
III-2

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek atau obyek yang memiliki
karakteristik tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian yang pada akhirnya
dapat ditarik kesimpulan dari subyek maupun obyek tersebut ( Sugiyono 2009).
Populasi dalam penelitian ini adalah produk Reject dari produk meteran listrik
pada department EDMI di PT NSP Technology Batam.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
dan sifatnya harus dapat mewakili populasi tersebut ( Sugiyono 2009). Sampel
dalam penelitian ini adalah produk Reject dari produk meteran listrik pada
department EDMI di PT NSP Technology Batam.

3.4 Metode dan Pengumpulan Data


Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan pengamatan langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
a. Observasi
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan
melakukan pengamatan langsung di tempat penelitian dengan mengamati
sistem atau cara kerja, proses produksi dari awal sampai akhir, dan kegiatan
pengendalian kualitas.
b. Wawancara
Merupakan suatu cara untuk dapat mendapatkan data atau informasi dengan
melakukan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui
tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini pihak manajemen/karyawan
khususnya pada Department EDMI di PT NSP Technology Batam.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka menurut Nazir (2013) teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku,literatur-litteratur,catatan-
catatan,dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
III-3

dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan


pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai
literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan
untuk mendapat data sekunder yang akan digunakan sebagai landasan
perbandingan antara teori dan prakteknya di lapangan. Data sekunder
melalui metode ini diperleh dengan browsing di internet,membaca berbagai
literatur hasil kajian dari peneliti terdahulu.
d. Dokumentasi
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dengan mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan penelitian.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data


Mengumpulkan Data Produksi dan Produksi Yang Rusak (Check Sheet)
Data yang diperoleh dari perusahaan terutama data produksi dan data produksi
rusak kemudian diolah menjadi tabel secara rapi dan terstruktur. Hal ini dilakukan
agar memudahkan dalam memahami data tersebut hingga bisa dilakukan analisis
lebih lanjut.
Metode yang digunakan mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
metode Six Sigma. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya
kesalahan atau defect dengan menggunakan langkah-langkah terukur dan
terstruktur. Dengan berdasarkan pada data yang ada, maka Continous
improvement dapat dilakukan berdasar metodologi Six Sigma yang meliputi
DMAIC (Pande & Holpp, 2005: 45).

1. Define (D)
Pada tahapan ini ditentukan proporsi defect yang menjadi penyebab paling
signifikan terhadap adanya kerusakan yang merupakan sumber kegagalan
produksi. Cara yang ditempuh adalah:
a. Mengdefinisikan masalah standar kualitas dalam menghasilkan produk yang
telah ditentukan perusahaan.
b. Mendefinisikan rencana tindakan yang harus dilakukan berdasakan yang harus
III-4

dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis penelitian.


c. Menetapkan sasaran dan tujuan peningktan kualitas Six Sigma berdasarkan
hasil observasi.

2. Measure (M)
Tahap pengukuran yang dilakukan melalui 2 tahap dengan pengambilan
sampel yang dilakukan oleh perusahaan Januari - Maret 2022 sebagai berikut:
a. Analisis diagram control (P-Chart)
Diagram kontrol P digunakan untuk atribut yaitu pada sifat-sifat barang yang
didasarkan atas proporsi jumlah suatu kejadian atau kejadian seperti diterima atau
ditolak akibat proses produksi. Diagram ini dapat disusun dengan langkah sebagai
berikut :
1) Pengambilan populasi atau sampel
Populasi yang diambil untuk analisis P Chart adalah jumlah produk Reject
yang dihasilkan dalam kegiatan selama produksi pada department EDMI di PT
NSP Technology Batam pada bulan Agustus 2022 sampai dengan bulan
Januari 2023 yaitu pada produk meteran listrik.
2) Menghitung rata-rata ketidaksesuaian produk
Rata-rata ketidaksesuaian produk adalah produk yang tidak sesuai dengan
kualitas yang telah ditetapkan sehingga tidak layak untuk dikirim kepada
konsumen.
Dapat dicari dengan rumus:
P = np
n
Keterangan:
P : Rata-rata ketidaksesuaian np : Jumlah produk cacat
n : Jumlah sampel
3) Pemeriksaan karakteristik dengan menghitung nilai mean. Rumus mencari nilai
mean:
CL= p = np
n
III-5

Keterangan :
n : jumlah total sampel
np : jumlah total kecacatan
p : rata-rata proporsi kecacatan
4) Menentukan batas kendali terhadap pengawasan yang dilakukan dengan
menetapkan nilai UCL (Upper Control Limit / batas spesifikasi atas) dan LCL
(Lower Control Limit / batas spesifikasi bawah

UCL = p + 3

LCL = p - 3

UCL : Upper Control Limit


LCL : Lower Control Limit

Keterangan:
p : rata-rata proporsi kecacatan
n : jumlah sampel
(Prawirosentoso, 2002 : 113).

b. Menganalisa tingkat sigma dan Defect For Milion Opportunitas perusahaan :


Tabel 3.1 Tahap-tahap Perhitungan Sigma dan DPMO
Langkah Tindakan Persamaan
1 Proses apa yang ingin diketahui -
2 Berapa banyak unit yang diproduksi -
3 Berapa banyak unit yang cacat -
4 Hitung tingkat cacat berdasarkan Langkah 3/4
langkah 3
5 Tentukan CTQ penyebab cacat Banyaknya karakteristik CTQ
III-6

6 Hitung peluang tingkat cacat Langkah 4/5


7 Hitung kemungkinan cacat per DPMO Langkah 6 x 1.000.000
8 Konversi DPMO kedalam nilai sigma -

3. Analyze (A)
Mengidentifikasi penyebab masalah kualitas dengan menggunakan :
a. Diagram Pareto
Setelah melakukan measure dengan P-Chart, maka akan diketahui apakah ada
produk yang berada diluar batas control atau tidak. Jika ternyata diketahui ada
produk tersebut akan dianalisis dengan menggunakan diagram pareto untuk
diurutkan berdasakan tingkat proporsi kerusakan terbesar sampai dengan terkecil.
Diagram pareto ini akan membantu untuk memfokuskan pada masalah kerusakan
produk yang lebih sering terjadi, yang mengisyaratkan masalah-masalah mana
yang bila ditangani akan memberikan manfaat yang besar.
b. Diagram Sebab – Akibat
Diagram sebab akibat digunakan sebagai pedoman teknis dari fungsi-fungsi
operasional proses produksi untuk memaksimalkan nilai-nilai kesuksesan tingkat
kualitas produk sebuah perusahaan pada waktu bersaman dengan memperkecil
risiko-risiko kegagalan (Hidayat. 2007: 270)

4. Improve (I)
Merupakan tahap peningkatan kualitas Six Sigma harus melakukan
pengukuran (lihat dari peluang, kerusakan, proses kapabilitas saat ini), pada tahap
ini penelitian dilakukan dengan implementasi dengan melalui penerapn PDCA
singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Indonesia:Rencanakan,
Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat
langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas.
Sebagai langkah perbaikan terhadap penyebab terjadinya kerusakan, dapat
dilakukan dengan menyusun daftar berupa tabel 5W1H yang terdiri dari What,
Why, When,Who, Where dan How. Untuk setiap jenis kecacatan memerlukan
perlakuan yang berbeda agar penanggulangan kecacatan produksi lebih fokus dan
terarah.
III-7

5. Control (C)
Merupakan tahap peningkatan kualitas dengan memastikan level baru kinerja
dalam kondisi standar terjaga nilai-nilai peningkatannya yang kemudian
didokumentasikan dan disebarluaskan yang berguna sebagai langkah perbaikan
untuk kinerja proses berikutnya.

3.6 Kerangka Pemecahan Masalah


Kerangka pemecahan masalah merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah penting ( sugiyono, 2009 ).
III-8

Mulai

Latar Belakang
Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Tidak

Data Skunder Pengumpulan data Data Primer

Pengolahan data:
Define
Measure
Analyze
Improve
Control

Analisa data menggunakan


metode
six sigma dan Pembahasan Ya

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah (Flowchart)


III-9

Adapun Penjelasan dari Kerangka Pikir adalah sebagai berikut:


1. Mulai merupakan awalan dari kegiatan penelitian, dimana pada
kegiatan kali ini diawali dengan kunjungan kepada perusahaan yang
akan dijadikan objek penelitian.
2. Latar Belakang Masalah yaitu kegiatan mencari tahu masalah-masalah
yang terjadi padaperusahaan sesuai dengan rumusan masalah dengan
harapan dengan diadakan nya penelitian ini dapat menyelesaikan aspek-
aspek yang menjadi masalah.
3. Rumusan Masalah, yaitu merumuskan masalah-masalh apa saja yang akan
diselesaikan agar tidak menimbulkan msalah-masalah baru.
4. Tujuan Penelitian, yaitu mendapatkan tujuan dari rumusan masalah
setelah menyelesaikan perbaikan.
5. Pengumpulan Data, yaitu kegiatan menggali informasi. Pengumpulan data
pada penelitian kali ini yaitu dengan cara melakukan observasi secara
langsung ke lokasipenelitian dan melakukan wawancara kepada bagian
leader, supervisor di department yang memproduksi fiberglass pipe untuk
dijadikan bahan penelitian.
6. Pengolahan Data, yaitu mengolah data yang sudah dikumpulkan agar
permasalahan yang ada dapat terselesaikan. Pengolahan data pada
penelitian kali ini yaitu dengan menerapkan DMAIC (Define,
Measure,Analyze, Improve, Control). Namun apabiladata yang
dibutuhkan saat pengolahan data masih tidak cukup maka kembali ke
point 4 yaitu melakukan pengumpulan data kembali untuk memenuhi
kebutuhan data.
7. Analisa dan Pembahasan, yaitu tahap dimana semua data yang telah
dikumpulkan di analisa letak kekurangannya, baik dari segi pemasaran,
maupun maupun dari segikualitas agar dapat dipecahkan masalah-masalah
yang terjadi di perusahaan tersebut.
8. Kesimpulan, yaitu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pengendalian kualitas untuk mengurangi angka cacat produk yang dapat
merugikan perusahaan.
9. Selesai.
III-10

3.7 Jadwal Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Department EDMI di PT.NSP Technology
Batam yang beralamat Citra Buana Central Park II, Lot 3, Batu Ampar PT.NSP
Technology Batam merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi alat
kesehatan seperti suntikan dll, dan menerima barang untuk mencetak dan
memproduksi komponen listrik.
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Agsts-22 Sep-22 Okt-22 Nov-22 Des-22 Jan-23 Feb-23
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemilihan
Tempat
Penelitian
Pemilihan
Judul
Pengajuan
Judul
Pengumpulan
Dan
Pengolahan
Data
Penulisan
Bab I
Penulisan
Bab II
Penulisan
Bab III
Penulisan
Bab IV
Penulisan
Bab V
DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, 1990. Manajemen Produksi . Edisi keempat. Jilid kedua. BPFE.


Yogjakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Dengan Suatu Pendekatan
Praktek. Rineka Cipta . Jakarta
Assauri, 1999. Manajemen Produksi. Edisi Revisi. LPFEUL. Jakarta.
Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Hidayat, Anang. 2007. Strategi Six Sigma. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
Latief, Yusuf dan Retyaning Puji Utami. 2009. Penerapan Pendekatan Metode Six
Sigma Dalam Penjagaan Kualitas Pada Proyek Konstruksi. Dalam jurnal
Makara, Teknologi, Volume 13, No. 2. Hal 67-72 Depok: Universitas
Indonesia
Montgomery,D.C. 1990. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Alih bahasa.
Zanzawi. Yogjakarta.UGM.
Singgih, L. Moses dan Renanda. 2008. Peningkatan Kualitas Produk Kertas
Dengan Menggunakan Pendekatan Six Sigma di Pabrik Kertas Y. Dalam
jurnal Teknik Industri, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Suseno, Rizqi Yoego. 2004. Analisis Pengendalian Kualitas Six Sigma Dengan
Metode DMAIC terhadap Lini Z Proses Produksi Mobil Kijang Pada Pt.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia.Universitas Gunadarma: Fakultas
Teknologi Industri.
Tiptono, Fandy. 2003. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. ANDI. Yogjakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai