Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BIAYA MODAL

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Disusun oleh :

~ Aditya Damar Aji Yudha (2021DP001)


~ Abello Axel Adiar Abrar (2021DP033)

KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PAJAK


INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS AAS
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biaya modal adalah sebuah konsep dinamis yang dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor ekonomi dan perusahaan. Struktur dasar dari biaya
modal dibuat dengan beberapa asumsi yang berhubungan dengan risiko dan
pajak. Biaya modal diperkirakan untuk suatu waktu tertentu. Biaya modal
mencerminkan rata-rata biaya permodalan yang akan datang berdasarkan data
yang tersedia. Pandangan ini sesuai dengan penggunaan biaya modal untuk
membuat keputusan investasi jangka panjang.

Walaupun perusahaan mengumpulkan dananya sekaligus, biaya


modal mencerminkan hubungan aktivitas pembiayaan. Misalnya perusahaan
hari ini menarik dana dengan hutang, tetapi untuk yang akan datang
digunakan modal sendiri seperti saham biasa. Banyak perusahaan
menggabungkan antara pembiayaan dengan hutang maupun pembiayaan
dengan modal sendiri secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas ,
adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1.2.1. Apa saja pengertian dari asumsi dasar, konsep dan sumber-sumber
dari modal yang mendasari biaya modal?
1.2.2. Bagaimana menentukan komponen biaya modal yang terdiri dari
biaya modal pinjaman jangka panjang, biaya modal saham
preferen, biaya modal saham biasa, biaya modal laba ditahan dan
biaya modal rata-rata tertimbang berikut dengan pengertiannya?
1.2.3. Bagaimana keputusan investasi dibuat dan apa yang dimaksud
dengan biaya marjinal?
1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah


yang telah dikemukakan sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini ,
yaitu:

1.3.1. Menjelaskan pengertian dari asumsi dasar, konsep dan sumber-


sumber dari modal yang mendasari biaya modal.
1.3.2. Menentukan dan menjelaskan komponen biaya modal yang terdiri
dari biaya modal pinjaman jangka panjang, biaya modal saham
preferen, biaya modal saham biasa, biaya modal laba ditahan dan
biaya modal rata-rata tertimbang berikut dengan pengertiannya.
1.3.3. Mengetahui keputusan investasi di buat dan pengertian biaya
marjinal.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.4.1. Dari aspek keilmuan (teoritis); makalah ini diharapkan agar
menambah wawasan pengembangan ilmu, khususnya ilmu
pengetahuan manajemen keuangan yang berkenaan dengan biaya
modal.
1.4.2. Dari aspek praktis; makalah ini diharapkan dapat membantu para
siswa dalam memahami dan menentukan biaya modal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dari Asumsi Dasar, Konsep dan Sumber-sumber dari


Modal yang Mendasari Biaya Modal

2.1.1. Pengertian Biaya Modal


Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk
membiayai perusahaan. Setiap dana yang digunakan oleh perusahaan
mempunyai biaya modal yang harus ditanggung.

Modal (capital) merupakan faktor produksi yang dibutuhkan


dan seperti faktor-faktor produksi lainnya, modal mempunyai biaya.
Biaya setiap komponen disebut biaya komponen (component cost) dari
jenis modal tertentu.
Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan
terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Modal asing adalah modal
yang berasal dari pinjaman para kreditur suplier dan perbankan.
Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak
perusahaan baik dari pemilik perusahaan (pemengang saham) maupun
laba yang tidak dibagikan (laba ditahan). Apabila perusahaan menjual
surat berharga kepada investor, maka perusahaan berkewajiban
memberikan hasil (return) yang dikehendaki oleh investor tersebut,
bagi perusahaan merupakan biaya yang disebut biaya modal
seperti :biaya bunga, biaya penurunan surat berharga, dan biaya lain
yang berkaitan dengan perolehan modal tersebut.
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya rill yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik dari hutang,
saham preferen atau saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai
suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya
modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya rill
yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang
diperlukan.
Menurut Agus Sartono dalam bukunya Manajemen Keuangan
(1998:217) mengatakan bahwa biaya modal adalah biaya yang harus
dikeluarkan atau harus dibayar untuk mendapatkan modal baik yang
berasal dari utang, saham preferen, saham biasa maupun laba ditahan
untuk membiayai investasi perusahaan.
Lebih lanjut Agus Sartono mengatakan bahwa saham preferen
pada umumnya lebih beresiko dibandingkan dengan utang obligasi.
Jaminan atas modal yang ditanamkan dan pembayaran laba bagi
pemegang saham preferen adalah setelah para pemegang obligasi
dibayar. Dengan demikian juga pembayaran deviden saham preferen
dibayarkan setelah pembayaran bunga utang. Konsekuensinya investor
saham preferen akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari
pada pemegang obligasi.
Oleh sebab itu, ketidakpastian pembayaran deviden saham
biasa menjadi semakin besar dibandingkan dengan bunga dan deviden
saham preferen. Perlu diperhatikan bahwa penentuan besarnya biaya
modal perusahaan sangat penting karena ada tiga alasan.
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mensyaratkan adanya
minimalisasi semua biaya input termasuk biaya modal.
2. Keputusan investasi yang tepat mensyaratkan estimasi biaya modal
yang tepat.
3. Beberapa keputusan lain seperti leasing, pembelian kembali
obligasi perusahaan dan manajemen modal kerja memerlukan
estimasi biaya modal.
Perusahaan yang mengunakan dana dari laba ditahan juga ada
biaya walaupun laba ditahan berasal dari hasil usaha perusahaan. Biaya
modal yang berasal dari laba ditahan disebut sost of retained
earning.Biaya tersebut sebesar tingkat keuntungan investasi (rate of
retun) yang disyaratkan diterima oleh investor. Hal ini karena apabila
modal tersebut diinvestaskan pada perusahaan lain maka akan
mendapatkan keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut sama dengan
besarnya keuntungan apabila perusahan menginvestasikan dana laba
ditahan tersebut atau sama besarnya dengan rate of return yang
diharapkan diterima dari investasi pada saham (expected rate of return
on the stock).
Apabila investor memperkirakan tingkat keuntungan yang
terjadi tinggi, yang berarti menurunya daya beli uang yang dimiliki,
maka ia akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk
investasinya. Begitu juga apabila diperkirakan permintaan dana
meningkat maka terjadi kelebihan permintaan kemudian mengakibatkan
investor meminta keuntungan yang lebih tinggi juga, sehingga dicapai
titik keseimbangan pada tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Dua faktor tersebut yang sangat mempengaruhi return pada
surat berharga bebas resiko reguired rate of return bagi surat berharga
juga akan dipengaruhi oleh risk free securities tersebut. Bagi surat
berharga yang spesifik terdapat empat komponen resiko yang
menentukan risk premium, keempat komponen itu adalah :
(1). Business risk,
(2). Financial risk,
(3). Marketabiliti risk atas surat berharga kemudian,
(4). Interest rate risk.
Biaya modal juga dapat diukur dengan rate of return minimum
dari investasi baru yang dilakukan perusahaan, tentu dengan asumsi
bahwa tingkat resiko investasi baru tersebut sama dengan resiko aktiva
yang dimiliki perusahaan saat ini dan pengertian biaya modal adalah
biaya modal rata-rata tertimbang.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-
masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal
individu tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun
apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya
modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yang
digunakan. Sekali lagi bahwa konsep biaya modal dimaksudkan untuk
menentukan besar biaya nyata atau (rill) dari penggunaan dana dari
masing-masing sumber dana.

2.1.2. Faktor – Faktor Yang Menentukan Biaya Modal


Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara
lain:
a. Keadaan-keadaan umum perekonomian.
Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil
tanpa risiko.
b. Daya jual saham suatu perusahaan.
Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para
investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
c. Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat
manajemen.
Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi
atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif,
tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya
meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga
biaya modal perusahaan meningkat pula.
d. Besarnya pembiayaan yang diperlukan.
Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya
modal perusahaan.

2.1.3. Dasar-Dasar Biaya Modal


Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dicapai
perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar
sahamnya. Biaya modal dapat juga dianggap sebagai tingkat
pengembalian yang diinginkan oleh penyedia dana untuk menarik
dananya kedalam perusahaan. Jika risiko konstan maka apabila
pelaksanaan proyek dengan tingkat pengembalian diatas biaya modal
akan meningkatkan nilai perusahaan, dan apabila pelaksanaan proyek
dengan tingkat pengembalian dibawah biaya modal akan menurunkan
nilai perusahaan.

2.1.4. Asumsi-asumsi Dasar

Struktur dasar dari biaya modal dibuat dengan beberapa asumsi


yang berhubungan dengan risiko dan pajak:

a) Risiko bisnis, risiko di mana perusahaan tidak dapat menutup


biaya operasional perusahaan. Risiko ini diasumsikan tidak
berubah.
b) Risiko keuangan, risiko di mana perusahaan tidak mampu untuk
menutup kewajiban keuangan seperti bunga, biaya pembayaran
sewa guna usaha, dan dividen saham preferen. Risiko ini
diasumsikan tidak berubah.
c) Biaya setelah pajak merupakan biaya yang relevan, dengan
perkataan lain biaya modal diukur dengan dasar setelah pajak.

2.1.5. Konsep Dasar.


Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep
mengenai pengertian tinggkat keuntungan yang disyaratkan (requiret
rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat
dilihat dari dua pihak yaitu pihak investor dan pihak perusahaan. Dari
sisi investor, tinggi rendahnya requiret rate of return merupakan tingkat
keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari
aktiva yang dimiliki.
Jika investasi baru menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih
besar dari pada biaya modal, maka nilai perusahaan akan meningkat.
Sebaliknya apabila investasi baru tersebut menberikan tingkat
keuntungan yang lebih rendah dari pada biaya modal, maka nilai
perusahaan akan menurun.
Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal),
besarnya requiret rate of return merupakan biaya modal (cost of
capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.
Biaya utang misalnya, tidak sama dengan bunga yang dibayarkan
kepada kreditur karena untuk mendapatkan utang tersebut tidak hanya
bunga yang harus dikeluarkan perusahaan, tetapi juga ada biaya-biaya
seperti biaya notaris, biaya provisi, biaya materai, dan lain-lain.

2.1.6. Biaya dari Sumber Modal


Biaya modal dihitung untuk sumber dana jangka panjang yang
tersedia bagi perusahaan sebab sumber tersebut menyediakan
pembiayaan yang permanen. Pembiayaan jangka panjang mendukung
investasi dalam aktiva tetap, yang diasumsikan dipilih dengan
menggunakan teknik ‘capital budgeting’ yang sesuai.
Budget merupakan laporan resmi mengenai sumber-sumber
keuangan yang telah disediakan untuk membiayai pelaksanaan aktivitas
tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan. Budget adalah sarana yang
digunakan paling luas untuk perencanaan dan pengendalian aktivitas di
tiap-tiap bagian perusahaan. Budget mengindikasi pengeluaran,
penghasilan atau laba yang direncanakan dalam kurun waktu tertentu
dikemudian hari. Angka-angka yang direncanakan menjadi standar
untuk pencapaian prestasi kerja dimasa mendatang.

2.1.7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Modal


i. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.
a. Tingkat Suku Bunga.
Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka
biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan harus
membayar pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih
tinggi untuk memperoleh modal utang.
b. Tarif Pajak.
Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang
yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya
yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya
modal.

ii. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.


a. Kebijakan Struktur Modal.
Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap
kompo-nen modal dengan komposisi struktur modalnya.
Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya
akan berubah.
b. Kebijakan Dividend.
Penurunan ratio pembayaran dividen mungkin dapat
menyebabkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga WACC-
nya naik.
c. Kebijakan Investasi.
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak
yang berisiko. Besar kecilnya risiko ini lah yang akan
mempengaruhi biaya modal.

2.2. Komponen Biaya Modal

2.2.1. Biaya Modal Pinjaman Jangka Panjang


Biaya Modal pinjaman jangka panjang adalah biaya sesudah
pajak saat ini untuk mendapatkan dana panjang melalui pinjaman.
Contoh : dana yang diperoleh melalui penerbitan dan penjualan
obligasi.
Permintaan dana jangka panjang umumnya berasal dari
perusahaan yang dilakukan dengan menerbitkan instrumen keuangan
(sekuritas) berjangka panjang, seperti saham dan obligasi. Dikatakan
berjangka panjang karena dana yang tertanam dalam saham berarti akan
tertanam selamanya dalam perusahaan tersebut, sedangkan untuk
obligasi umumnya paling tidak memerlukan waktu lima tahun baru
dilunasi. Saham menunjukkan bukti kepemilikan, sedangkan obligasi
merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh
perusahaan dengan nilsi nominal tertentu, jangka waktu tertentu, dan
memberikan bungan (coupon). Untuk menghitung besarnya biaya
modal hutang jangka panjang dapat digunakan dua cara yaitu:
a Metode Short Cut/ Ringkas/Approksimasi
i. M + ( M −P ) : n
Kdb =
( M −P ) :2
i = Bunga bersih (kupon obligasi)
M =Nilai pinjaman pada masa pelunasan ( nilai
nominal)
P =Nilai bersih pinjaman setelah dipotong biaya
flotasi (harga
emisi)
n =Umur pinjaman
b Metode Akurat / Interpolarisasi / Present Value
n
i. Mt M
Kdb = ∑ t
+ –P=0
t =1 (1+ Kdb) (1+ Kdb)n
Hal-hal yang berkaitan dengan biaya hutang jangka panjang atau
pinjaman jangka panjang serta obligasi antara lain , yaitu :
A. Hasil bersih (net proceeds)
Kebanyakan hutang jangka panjang perusahaan diperoleh
melalui penjualan surat obligasi. Hasil bersih (net proceeds) adalah
dana yang sebenarnya diterima dari penjualan surat-surat berharga.
Flotation cost adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan untuk
menerbitkan dan menjual surat-surat berharga yang mengurangi
hasil bersih (net proceeds) dari penjualan obligasi, apakah dijual
dengan premi, diskon atau pada nilai nominalnya (par/face value).
B. Biaya hutang sebelum pajak
Biaya hutang sebelum pajak, untuk obligasi dapat diperoleh
dengan 3 cara yaitu berdasarkan penetapan, perhitungan biaya dan
perkiraan biaya.
C. Biaya hutang sesudah pajak
Biaya modal harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak.
Bunga pinjaman dapat mengurangi pajak karenanya mengurangi
pendapatan kena pajak. Pengurangan pendapatan kena pajak adalah
sebesar perkalian bunga pinjaman dan tingkat pajak. Biaya hutang
sesudah pajak adalah biaya hutang sebelum pajak dikali satu
dikurangi tingkat pajak.

2.2.2. Biaya Modal Saham Preferen

Saham preferen merupakan bentuk kepemilikan perusahaan


yang pemegangnya menerima dividen sebelum pendapatan perusahaan
dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dividen saham preferen
dinyatakan dalam mata uang pertahun atau dinyatakan dalam persentase
pertahun.
Saham preferen sebagian besar membayar dividen tetap pada
interval waktu yang teratur (setahun, setengah tahun, kuartalan, atau
bulanan). Saham preferen tidak mempunyai batasan waktu (jatuh
tempo) dan memberi pembayaran dividen. Oleh karena itu, digunakan
pendekatan dalam penilaian saham preferen.
Saham preferen adalah saham yang memberikan dividen yang
tetap besarnya. Besarnya dividen tidak dipengaruhi oleh laba yang
diperoleh oleh perusahaan. Sayangnya pembayaran dividen saham
preferen tidak dapat dipakai sebagai pengurang pajak. Dengan kata lain,
pembayaran dividen saham preferen dilakukan terhadap laba setelah
pajak. Kadang saham preferen memberikan dividen yang kumulatif.
Artinya apabila pada tahun lalu perusahaan rugi, maka besarnya
dividen akan ditunda untuk dibayarkan keseluruhannya pada tahun ini.
Kadang-kadang saham preferen juga mempunyai participating feature.
Artinya, setelah para pemegang saham preferen menerima dividen
sebesar Rp. 160, dan ternyata pemegang saham biasa memperoleh
dividen sebesar Rp. 250, maka para pemegang saham preferen akan
mendapat tambahan dividen sebesar Rp. 90. Berapa lama periode
kumulatif dan ada tidaknya participating feature akan ditentukan dalam
rapat pemegang saham. Umumnya pemegang saham preferen tidak
berhak memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Meskipun demikian, variasi mungkin dijumpai sesuai dengan anggaran
dasar perusahaan.
Dalam prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba
yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
Laba ini ditunjukkan dalam laporan rugi laba sebagai baris terakhir
dalam laporan keuangan (karenanya disebut sebagai bottom line), dan
disebut sebagai laba setelah pajak (Eernings After Taxes, EAT).
Dividen tunai merupakan distribusi kas kepada pemegang
saham. Dividen saham adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri
kepada pemegang saham secara proporsional. Dividen ini
mencerminkan kapitalisasi laba secara permanen. Pemegang saham
menerima tambahan saham sebagai pengalihan saldo laba ke akun
modal.
Untuk menentukan besarnya biaya modal saham preferen
dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu sebagai berikut :
Dp
Kp = x 100%
Pm
Dp = Dividen saham preferen
Pm = Harga pasar saham preferen
Bila perusahaan menarik saham preferen baru , maka perusahaan
mengeluarkan biaya flotasi, sehingga rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Dp
Kpr = x 100% ; f = biaya flotasi
Pm (1−f )
atau
Dp
Kpr = x 100%
Ppm
Ppm adalah harga bersih yang diterima emiten saham preferen
setelah dikurangi biaya flotasi .

2.2.3. Biaya Modal Saham Biasa


Saham biasa adalah surat bukti kepemilikan perusahaan yang
tidak mempunyai hak – hak istemewa seperti saham preferen. Bila
saham preferen, dividen yang dibayarkan secara tetap baik perusahaan
laba atau rugi, sedangkan hak pemegang saham biasa dalam
mendapatkan dividen dibayar bila perusahaan mendapatkan laba, bial
rugi tidak akan mendapatkan dividen. Oleh karena itu, untuk
menentukan biaya modal saham biasa didasarkan pada harapan
pemegang saham terhadap dividen yang akan diterima setiap tahunnya.
Untuk menentukan required ror common stock Ke dan cost of common
stock Ks digunakan tiga asumsi mengenai pertumbuhan dividen dan
satu metode, yaitu sebagai berikut:
a) Asumsi dividen tidak tumbuh (g = 0)
D D
Ke = x 100% atau Ks = x 100%
Po Po (1−f )
D = dividen saham biasa
D = dividen payout x EPS
F = biaya flotasi
Po = harga jual saham biasa
EAT
EPS =
Jumlah saham
b) Constant growth valuation model (Gordon Model) atau
asumsi dividen tumbuh konstan
Constant growth valuation model, menggunankan
dasar pemikiran bahwa nilai saham sama dengan nilai
sekarang dari semua dividen yang akan datang (yang
diasumsikan pada tingkat pertumbuhan konstan) yang
diharapkan diperoleh terus dalam waktu yang tidak
terbatas. Rumus untuk menentukan biaya saham biasa
dengan asumsi atau model ini adalah sebagai berikut:
D1 D1
Ke = +g atau Ks = +g
Po Po (1−f )
D1 = Do (1 + g)
Po = harga pasar dari saham pada t = 0
g = tingkat pertumbuhan
c) Asumsi dividen tumbuh variabel
Dalam asumsi dividen tumbuh variabel biaya
saham biasa dapat dihitung dengan menggunakan dua
metode, yaitu:
i. Metode Ringkas
Do
Ke = [n (g1-g2) + (1+g2)] + g2
Po
ii. Metode Interpolasi
n
1
Pn = ∑ Do ¿ ¿ ¿ + Do ¿ ¿ x
t =0 ¿ ¿

d) Capital Asset Pricing Model (CAPM)


Model CAPM merupakan model penetapan biaya
modal dengan menganalisi hubungan antara tingkat return
saham yang diharapkan dengan return pasar yang terjadi.
Besarnya tingkat return saham yang diharapkan oleh
investor ini merupakan biaya modal yang harus
dikeluarkan oleh emiten. Untung menghitung biaya modal
dengan pendekatan CAPM digunakan rumus, yaitu:
Ri = Rf + ( Rm – Rf) βi
Ri = Biaya modal
Rf = Pendapatan bebas resiko
Rm = Tingkat pendapatan pasar
βi = Beta saham

2.2.4. Biaya Modal laba ditahan


Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibayarkan sebagai
cash dividen, yang merupakan hak milik pemegang saham. Biaya laba
ditahan (the cost of retained earnings) bagi perusahaan adalah sama
seperti biaya penerbitan penuh atas tambahan saham biasa (fully
subscribed issue of additional common stock), yang diukur oleh biaya
modal sendiri saham biasa. Hal ini berarti laba ditahan meningkatkan
modal sendiri dengan cara yang sama seperti penerbitan baru saham
biasa.

Penyisihan pendapatan dapat diterima hanya jika diharapkan


dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang diinginkan dari dana
yang direinvestasikan. Dengan memandang laba ditahan sebagai biaya
penerbitan penuh dari tambahan saham biasa, maka biaya laba ditahan
adalah sama dengan biaya modal sendiri saham biasa.

Seperti biaya saham biasa, biaya modal dari laba ditahan dapat
dihitung dengan menggunakan 3 model pendekatan:

a) Model Pendiskontoan Aliran Kas.


Model ini dihitung dengan mengestimasikan biaya
modal dengan mendiskontokan aliran kas, yaitu dari
dividen yang diharapkan akan diterima pemegang saham.
Do D1
Ke = Kr = atau Kr = +g
Po Po
b) Model Penentuan Harga Aktiva (CAPM)
Biaya modal dihitung dengan memperhatikan
premium risiko pasar dan beta saham.
Ri = Rf + ( Rm – Rf) βi
Ri = Biaya modal
Rf = Pendapatan bebas resiko
Rm = Tingkat pendapatan pasar
βi = Beta saham

c) Model Bond Yield Premium Risk.


Model ini biasanya digunakan oleh para analis
yang tidak mempercayai CAPM. Model ini lebih
subyektif, hanya menambahkan premi risiko mereka
sendiri sebesar 3 sampai dengan 5 poin persentase.
ke = Hasil Obligasi + Premi Risiko.
Semakin berisiko obligasi, maka biaya modalnya
akan menjadi lebih tinggi pula.

2.2.5. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital-


WACC)

Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of


Capital’-WACC) mencerminkan rata-rata biaya modal di masa akan
datang yang diharapkan. Biaya modal rata-rata tertimbang diperoleh
dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu sesuai dengan
proporsinya pada struktur modal perusahaan.
Skema penimbangan yang bisa digunakan dalam perhitungan
biaya modal rata-rata tertimbang adalah berdasarkan:
a) Penimbangan nilai buku (book value weight), penimbangan
yang menggunakan nilai akunting untuk mengukur bagian
setiap jenis modal dalam struktur keuangan perusahaan.
b) Penimbangan nilai pasar (market value weight), penimbangan
yang menggunakan nilai pasar untuk mengukur bagian setiap
jenis modal dalam struktur keuangan perusahaan.
Penimbangan dengan nilai pasar menarik sebab nilai pasar
surat berharga mendekati nilai rupiah yang sebenarnya
diterima dari penjualan surat berharga. Biaya dari berbagai
jenis modal dihitung dengan menggunakan harga pasar umum
sehingga beralasan menggunakan penimbangan dengan nilai
buku.
c) Penimbangan historis (historic weight), penimbangan nilai
buku atau nilai pasar didasarkan pada bagian struktur modal
yang sebenarnya. Misalnya, nilai buku yang lama atau yang
berlaku dapat digunakan untuk membuat penimbangan
historis. Demikian pula nilai pasar yang lalu atau yang berlaku
dapat digunakan untuk membuat penimbangan historis.
d) Penimbangan target (target weights), penimbangan nilai buku
atau nilai pasar didasarkan pada bagian struktur modal yang
diinginkan. Perusahaan menggunakan penimbangan target
sebagai dasar untuk mencapai struktur modal yang optimal.
Dari sudut pandang teoritis penimbangan yang lebih disukai
adalah penimbangan target dengan nilai pasar.
Untuk menghitung biaya modal rata – rata tertimbang dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
K = Wd.Kd +Wpr.Kpr + Ws.Ks + Wr.Kr
Wd = Perimbangan pinjaman jangka panjang
Wpr = Perimbangan saham preferen
Ws = Perimbangan saham biasa
Wr = Perimbangan laba ditahan
Biaya modal secara keseluruhan dapat dihitung juga dengan rumus :
Jumlah biaya modal(Rp)
K= x 100%
Jumlah modal

2.3. Keputusan Investasi dan Biaya Marjinal

Biaya modal rata-rata tertimbang merupakan input utama dalam proses


pembuatan keputusan investasi. Perusahaan akan hanya melakukan investasi
jika pengembalian yang diharapkan lebih besar daripada biaya modal rata-rata
tertimbang. Tentu saja untuk suatu waktu tertentu, biaya keuangan
perusahaan dan pendapatan dari investasi akan dipengaruhi oleh volume
pembiayaan atau investasi yang dilakukan.
2.3.1. Biaya modal marjinal rata-rata tertimbang (the weighted marginal cost
of capital-WMCC)
Biaya modal marjinal rata-rata tertimbang berhubungan dengan
uang yang akan datang dari total pembiayaan yang baru. Manajer
keuangan tertarik dengan biaya marjinal sebab relevan dengan
keputusan sekarang. Karena biaya dari komponen pembiyaan seperti
hutang, saham preferen dan saham biasa meningkat dalam jumlah lebih
besar maka WMCC merupakan fungsi peningkatan dari tingkat total
pembiayaan baru. Peningkatan biaya komponen pembiayaan
disebabkan karena semakin besar resiko penawar dana. Resiko
meningkat sesuai dengan peningkatan ketidakpastian terhadap hasil dari
pembiayaan investasi dengan dana tersebut. Dengan kata lain, penawar
dana meminta pengembalian lebih besar dalam bentuk bunga, dividen
atau tingkat pertumbuhan sebagai kompensasi untuk peningkatan resiko
karena peningkatan volume yang lebih besar dari pembiyaan baru yang
dilakukan.
Faktor lain yang menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang
meningkat adalah penggunaan pembiayaan sendiri saham biasa. Bagian
pembiayaan baru yang diperoleh dari saham biasa akan diambil dari
laba ditahan yang tersedia sampai habis baru setelah itu diperoleh
melalui pembiayaan saham biasa baru. Karena laba ditahan merupakan
bentuk yang lebih murah daripada penjualan saham biasa baru, maka
jelas jika laba ditahan habis akan menyebabkan biaya modal rata-rata
tertimbang meningkat dengan penambahan saham baru yang lebih
mahal.

2.3.1. The Investment Opportunities Schdule (IOS)


Untuk waktu tertentu, perusahaan mempunyai peluang investasi.
Peluang itu berbeda tergantung pada antisipasi ukuran investasi, resiko
dan pengembalian (sebab biaya modal rata-rata tertimbang tidak
diterapkan untuk perubahan resiko investasi, diasumsikan bahwa semua
peluang mempunyai resiko yang sama seperti resiko perusahaan).
The Investment Opportunities Schdule (IOS) adalah suatu
ranking kemungkinan investasi dari yang terbaik (pengembalian
tertinggi) sampai yang terburuk (pengembalian terendah).

2.3.2. Menggunakan WMCC dan IOS untuk membuat keputusan


Sepanjang IRR proyek lebih besar daripada WMCC dari
pembiayaan yang baru, perusahaan menerima proyek tersebut. Namun
bila perusahaan menerima lebih banyak proyek, maka pembiayaan yang
dibutuhkan akan lebih besar, sehingga WMCC akan meningkat.
Perusahaan akan menerima proyek hanya sampai pada titik dimana
marjinal return dari investasi sama dengan WMCC, sebab setelah titik
tersebut pengembalian investasi akan lebih kecil dari biaya modalnya.
Pendekatan ini konsisten dengan maksimalisasi NPV, sebab
pada proyek yang konvensional:
a) NPV positif selama IRR melebihi biaya modal rata-rata tertimbang
b) Semakin besar selisih antara IRR dan biaya modal rata-rata
terimbang, semakin besar hasil NPV
Karenanya penerimaan proyek dimulai dengan yang mempunyai
selisih positif terbesar antara IRR dan modal rata-rata tertimbang
sampai pada titik dimana IRR sama dengan modal rata-rata tertimbang
yang akan diperoleh pada maksimum total NPV untuk semua
independen proyek yang diterima. Hasil yang diperoleh konsisten
dengan sasaran perusahaan memaksimalisasi kekayaan pemilik.
BAB III
PENUTUP

Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena


dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari
investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi
sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu
dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang
akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa
biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko
tertentu.

Biaya modal terdiri dari biaya modal hutang jangka panjang. biaya modal
saham preferen, biaya modal saham biasa, biaya modal saham laba ditahan dan
biaya modal saham rata-rata tertimbang. Tapi dari seluruh komponen biaya modal
biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang
(Weighted Cost of Capital atau WACC). Namun tidak semua komponen modal
diperhitungkan dalam menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable)
tidak diperhitungkan dalam perhitungan WACC. Yang diperhitungkan dalam
WACC adalah Perimbangan hutang jangka panjang, saham preferen, saham biasa,
dan laba ditahan.

Perlu diperhatikan bahwa penentuan besarnya biaya modal perusahaan


sangat penting karena ada tiga alasan, yaitu:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mensyaratkan adanya minimalisasi
semua biaya input termasuk biaya modal.
2. Keputusan investasi yang tepat mensyaratkan estimasi biaya modal yang
tepat.
3. Beberapa keputusan lain seperti leasing, pembelian kembali obligasi
perusahaan dan manajemen modal kerja memerlukan estimasi biaya
modal.
Selain itu biaya modal pun dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan perusahaan yang terdiri dari tingkat
suku bungan dan pajak serta faktor yang dapat dikendalikan perusahaan yang
terdiri dari kebijakan struktur modal, kebijakan dividen dan kebijakan investasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ely . 2008 . Biaya Modal .http://blogelytekonomi.blogspot.com/2008/02/biaya-


modal.html.

Hasan , A. Yaniarsyah . 2013 . Analisis Biaya Modal Terhadap Tingkat


Pengembalian Investasi Pada PT. Harimugabe Jaya .
http://journal.bakrie.ac.id/index.php/jurnal_ilmiah_ub/article/view/112/89

Herry . 2014 . Biaya Modal (Cost Of Capital) .


http://herry.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7098/BIAYA+MODA
L+(COC).doc

Husna , Faridatul. 2012. Biaya


Modal .http://arida-sugar.blogspot.com/2012/05/biaya-modal.html

Mudzakar , Mochamad Kohar . 2014 . Modul Manajemen Keuangan . Bandung


Nurdiyanto , Aris . 2013 . Analisisn Biaya Modal .
http://arisnurdin.blogspot.com/2013/04/cara-pandangqu-analisa-biaya-
modal.html

Ridwan S. Sundjaja – IngeBarlian. 2001. Manajemen Keuangan Dua. Jakarta: PT


Prenhallindo
Sabardi, Agus. 1993. Manajemen Keuangan, Jilid 1, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Stoner, James A.F. Manajemen, Jilid 2 Edisikedua. Jakarta: Erlangga
Suad Husnan – Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan.Edisikedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Subramanyam. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10, Buku 1. Jakarata:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai