Anda di halaman 1dari 35

RENCANA KERJA BIDANG I PHL

INDONESIA’S FOLU NET SINK


2030
Oleh:
Ir. Istanto, M.Sc
Direktur Bina Usaha Pemanfaatan Hutan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari, Kementerian LHK

Sosialisasi Sub Nasional Indonesia’s


FOLU Net Sink 2030
Palu, 15 Maret 2023
PENDAHULUAN
STRUKTUR ORGANISASI TIM FOLU NET SINK 2030
SK.168/Menlhk/PKTL/
PLA.1/2/2022 tentang Indonesia’s
Forestry and Other Land Use (FOLU)
Net Sink 2020 untuk Pengendalian
Perubahan Iklim.
TUGAS BIDANG I PENGELOLAAN HUTAN
LESTARI POKJA 1.1 PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN DAN PENGENDALIAN PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN

1 Pengendalian kebakaran hutan dan lahan dan


pengendalian pengelolaan kawasan hutan, serta
memantapkan sistem paralegal bagi Masyarakat Peduli
TUGAS KETIGA BIDANG
Api dan Masyarakat Adat
1. Melaksanakan penyusunan manual/
guidelines

2
2. Melaksanakan implementasi dan POKJA 1.2 PERHUTANAN SOSIAL
monitoring dan pencatatan serta
Implementasi perhutanan sosial
evaluasi dari kegiatan setiap pokja
3. Melaporkan pelaksanaan kegiatan
kepada ketua bidang

3 POKJA 1.3 MULTIUSAHA DAN TEKNIK


PENGELOLAAN
Operasional PHL kegiatan penerapan teknik RIL, teknik PHL,
pemulihan kawasan dan penegakan hukum, pengelolaan
PBPH
RENOPS INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
OPERASIONALISASI 11 AKSI MITIGASI SEKTOR FOLU CAPAIAN FOLU NET SINK BY 2030 DITENTUKAN
OLEH: PENCAPAIAN Aksi
1. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Mineral Pengurangan
1. Pengurangan emisi dari DEFORESTASI dan
2. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Gambut INDONESIA’S
LAHAN GAMBUT FOLU NET
(dekomposisi SINK
gambut dan 2030
Emisi
kebakaran gambut);
3. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Mineral
2. Peningkatan kapasitas hutan alam dalam
4. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Gambut penyerapan karbon (melalui pengurangan Aksi
DEGRADASI dan meningkatkan REGENERASI);
Mempertahankan
5. Pembangunan Hutan Tanaman 3. RESTORASI dan PERBAIKAN TATA AIR Serapan
GAMBUT;
6. Sustainable Forest Management
4. RESTORASI dan REHABILITASI HUTAN
7. Rehabilitasi Dengan Rotasi (pengayaan tanaman/peningkatan serapan
karbon); Aksi Peningkatan
8. Rehabilitasi Non Rotasi Serapan
5. PENGELOLAAN HUTAN LESTARI;
9. Restorasi Gambut 6. OPTIMASI LAHAN TIDAK PRODUKTIF untuk
pembangunan Hutan Tanaman dan Tanaman
10. Perbaikan Tata Air Gambut Dan Perkebunan.
Pengembangan:
• Berbagai instrument kebijakan baru, Pengembangan
11. Konservasi Keanekaragaman Hayati • Pengendalian system monitoring, Kelembagaan
• Evaluasi dan pelaksanaan komunikasi publik.
FASE RENCANA KERJA

3. AKSELERASI
Tahun 2025-2030
2. AKTUALISASI
Tahun 2023-2024

1. PRAKONDISI
s.d. Akhir 2022
POKJA 1.1 Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan dan Pengendalian
Pengelolaan Kawasan Hutan
Fase pra Krisis Fase Pemulihan
SIKLUS (Januari-April) (Oktober-November)
MANAJEMEN kebakaran sudah mulai terjadi fase krisis sudah selesai;
di beberapa daerah, khususnya
01 Riau dan Kalimantan Barat,
04 aktivitas normal kecuali di Jawa,
KEBAKARAN Bali, dan Nusa Tenggara
fase ini cenderung aman
HUTAN DAN
LAHAN Fase Peringatan
(April-Juni) Fase Evaluasi (Desember)
Diimplementasik Evaluasi dampak, karhutla
telah terjadi kebakaran
an Setiap Tahun 02 05 terjadi di bagian timur
lebih dari 1 kejadian
Indonesia (Papua)

Fase Krisis
(Juni-Oktober)
Karhutla terjadi di Sumatra,
03 Kalimantan, Sulawesi
Karhutla memiliki potensi
polusi kabut asap
STRATEGI PENGENDALIAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Peningkatan dan penguatan operasional
multipihak dalam pengendalian kebakaran hutan
1 dan lahan di wilayah rawan karhutla.

Pemantapan kerjasama operasional dan


pendanaan dalkarhutla di tingkat tapak, daerah,
2 nasional, dan internasional.

Peningkatan kapasitas dalkarhutla aparatur


pemerintah dan pelaku usaha di wilayah rawan
3 karhutla.
Patroli Pencegahan Karhutla sipongi.menlhk.go.
id

11
DESA

17 KALTARA
3
DESA
3
57 DESA DESA
DESA 29 31
DESA
5
63 2 DESA 3
74
RIAU KALTIM
10
SULUT
DESA DESA
DESA KALBAR DESA
DESA DESA
25 2
DESA
DESA DE
60 JAMBI
494
KALTENG
3
SULTENG
DESA
19 DESADESA DESA 5
32
KALSEL DESA
SUMSEL DESA
DESA
34 10 3 SULTRA DESA
60 DESA SULSEL
5
DESA
10
DESA
DESA

JATIM
1
DESA
NTB

Patroli NTT 10
DESA

Mandiri
Patroli Terpadu
• Sampai dengan Desember 2022, Patroli Mandiri oleh MANGGALA AGNI telah dilaksanakan di 490 desa rawan di wilayah
Sumatera, Kalimantan ,Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku Papua.
• Patroli Terpadu oleh Manggala Agni bersama-sama dengan Babinsa (TNI), Babinkamtibmas (POLRI), dan Masyarakat
Peduli Api (MPA).
Sumber : Ditjen PPI 10
LUAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2022 sipongi.menlhk.go.
id

Luas Karhutla di wilayah Sulawesi tahun 2022 sebesar 4,32% dibandingkan luas total
karhutla di Indonesia (204.896 ha)
Sumber: Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 11
KONDISI HOTSPOT DI WILAYAH SULAWESI TAHUN 2022 sipongi.menlhk.go.
id

Sumber : www.sipongi.menlhk.go.id

12
TATA WAKTU TARGET PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

No. Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Penurunan luas 1.616.27


1 1.583.288 1.550.303 1.517.317 1.484.332 1.484.332 1.484.332 1.484.332 1.484.332 1.484.332 1.484.332
kebakaran (ha) 3

Pencegahan
2 1.200 1.200 1.300 1.350 1.400 1.400 1.400 1.400 1.400 1.400 1.400
Karhutla (desa)

Penanggulangan
Kebakaran Hutan
dan Lahan
3 melalui 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
Pemadaman
Darat (hari
operasional)
Penanggulangan
Kebakaran Hutan
dan Lahan
4 170 170 170 170 170 170 170 170 170 170 170
melalui
Pemadaman
Udara (sortie)
POKJA 1.2 Perhutanan Sosial
PERHUTANAN SOSIAL : Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

• Luas Hutan di Indonesia 120,7 jt Ha (63,09 % dari luas daratan) Ketimpangan


• Jumlah Desa di seluruh Indonesia terdapat 83.381 Desa, dimana dan
25.853 Desa berada disekitar kawasan hutan (36,7% Kesenjangan
penduduknya miskin); konflik tenurial ±2.100 kasus; Perkotaan
kesenjangan desa/kota (Gini Ratio): urbanisasi Perdesaan

AKSES LAHAN Sistem pengelolaan hutan lestari


yang dilaksanakan dalam
kawasan hutan negara atau hutan
KEBIJAKAN KESEMPATAN BERUSAHA: hak/ hutan adat yang
PEMERATAAN AKSES MODAL &
EKONOMI AKSES PASAR dilaksanakan oleh Masyarakat
setempat atau masyarakat hukum
adat sebagai pelaku utama.
PERHUTANAN SOSIAL
PENINGKATAN
Bertujuan untuk meningkatkan
KAPASITAS PETANI kesejahteraan, keseimbangan
HUTAN “melalui 5 skema”
lingkungan dan dinamika sosial
budaya.
Target : 12.7 Juta Ha

Terbentuknya pusat ekonomi domestik dan pusat pertumbuhan desa untuk produksi hasil hutan berbasis desa
yang menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan 15
CAPAIAN PERHUTANAN SOSIAL
SAMPAI DENGAN DESEMBER 2022
Reliasasi : 5.318.627,20 Ha | ± 1.188.498 KK | 8.041 Unit SK
Kelompok
Perhutanan Sosial

Perhutanan Sosial menyebar di 33 Provinsi, 380 Kab/Kota, 2.165 Kecamatan dan 4.035 Desa di Indonesia

KUPS MANDIRI
PEMBENTUKAN Platinum (50 KUPS)
KELOMPOK 0,51%
Gold (936 KUPS)
USAHA 9,37
%
PERHUTANAN
KUPS adalah kelompok usaha Silver (4.334 KUPS)
yang dibentukSOSIAL 1%
(KUPS)
oleh KPS yang 43,4
akan dan/atau telah melakukan Blue (4.665 KUPS)
usaha (P.9/2021)
2%
46,7
9.985 KUPS
PERHUTANAN SOSIAL DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Reliasasi : 217.765,69 Ha|± 33.760 KK|1.254 SK Persetujuan PS

NO. SKEMA PS JUMLAH SK LUAS (HA) JUMLAH KK Tersebar di 11 Kab/Kota, 98 Kecamatan


dan 150 Desa
1 HD 77 61.638,00 22.881
2 HKM 63 28.718,82 7.000
3 HTR (Perorangan) 1.099 3.193,20 1.083
4 Hutan Adat 9 123.601,00 2.456
5 Kulin KK 9 614,67 340
TOTAL 1.257 217.765,69 33.760

KATEGORI KELAS KUPS DI SULAWESI TENGAH

280 KUPS Platinum (2 KUPS)


0,02% Komoditas Dominan
(6 KUPS)
%
Gold Rotan, Aren, Kopi, Madu, Kemiri, Buah-buahan,
0,06
Silver (163 KUPS) Ekowisata, Gaharu, Hasil Hutan Kayu
%
1,63

% da
Blue (109 KUPS)
ri 9.
se-In 985 KUP %
done S 1,09
sia
PERHUTANAN SOSIAL DALAM MENDUKUNG IFNET 2030

Areal Perhutanan Sosial - 01


a. Kawasan Hutan Negara : 04 - Perencanaan
❖ Hutan Konservasi 01
❖ Hutan Lindung 04
Rencana Kelola Hutan (RKPS dan
❖ Hutan Produksi
RKT) dan Rencana Usaha (Bisnis Plan)
b. Kawasan Hutan Hak/Adat

02 Pijakan Dasar :
Pelaku Perhutanan Sustainable 05 - Komoditi
Sosial - 02 Forest Multi-produk (Kayu, HHBK, Jasa
Lingkungan : Karbon, Wisata, dll)
Masyarakat setempat/ Management 05
masyarakat Hukum Adat
(SFM)

03 06 – Menuju Kampung Iklim


Jangka Waktu Kelola - 03 Desa-desa Perhutanan Sosial akan menjadi
06 Kampung Iklim (desa ramah lingkungan –
Selama 35 Tahun dan dapat
diperpanjang pengelolaan sampah, pemanfaatan energi
terbarukan (biogas, dll), pengelolaan limbah
home industry produk PS, dll)
SASARAN PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DALAM
MENDUKUNG IFNET 2030
Distribusi Akses Legal Penambahan Pendamping Pembentukan Kelompok
Perutanan Sosial 12,7 juta sebanyak 25.000 sampai Usaha Perhutanan Sosial
Ha sampai dengan Tahun Tahun 2030 sebanyak 25.000 sampai
2028 Tahun 2030

Terbentuknya
percontohan IAD, Terbentuknya Meningkatnya
paling sedikit di 1 pengembangan usaha Meningkatnya kelas kontribusi menjaga
Kabupaten per Provinsi tematik paling sedikit Kelompok Usaha ekologi sesuai target
1 lokasi per Provinsi Perhutanan Sosial FOLU NET SINK 2030
Target Mitigasi Perhutanan Sosial Indonesia’s Folu Net Sink 2030
pada Areal Definitif Perhutanan Sosial
Indikator
Fasilitasi
Pengesahan Tenaga Tersusunnya PKS
Peningkatan
dokumen Rencana Peningkatan pendamping Kemitraan
No. Target Produktivitas dan
Kerja/Pengelolaan Kelas KUPS yang akan Kelompok
Nilai Tambah
Kelompok menjadi Gold/ mendampingi Perhutanan Sosial
Hasil Hutan dan
Perhutanan Sosial Platinum kelompok PS dan Kemitraan
Jasa Lingkungan
(dokumen) (orang/tahun) Lingkungan (PKS)
(KUPS)
1 Pengayaan 162 162 16 162 81
alami/ENR
(5.349 ha)
2 Pembangunan 806 806 85 806 403
hutan
tanaman
(116.041 ha)
3 Pencegahan 200 200 20 200 100
deforestasi di
tanah mineral
(62.860 ha)
4 Pencegahan 95 95 10 95 48
deforestasi di
tanah gambut
Target Mitigasi Perhutanan Sosial Indonesia’s Folu Net Sink 2030
pada Areal Indikatif Perhutanan Sosial

Tersusunnya
Fasilitasi
Pengesahan PKS
Peningkatan Tenaga
Kawasan dokumen Kemitraan
Produktivitas Peningkatan pendamping
Prakondisi Hutan yang Rencana Kerja/ Kelompok
dan Nilai Kelas KUPS yang akan
No. Target Persetujuan Memperoleh Pengelolaan Perhutanan
Tambah Hasil menjadi Gold/ mendampingi
PS (ha) Persetujuan Kelompok Sosial dan
Hutan dan Jasa Platinum kelompok PS
PS (ha) Perhutanan Kemitraan
Lingkungan (orang/tahun)
Sosial (dokumen) Lingkungan
(KUPS)
(PKS)
Pencegahan
deforestasi di
1 75.886 75.886 209 209 22 209 105
tanah mineral
(75.886 ha)
Pencegahan
deforestasi di
2 4.397 4.397 37 209 9 37 19
tanah gambut
(4.397 ha)
TATA WAKTU KEGIATAN PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL
PADA FOLU NET SINK 2030
Intervensi Tujuan Kegiatan Tahun pelaksanaan
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Percepatan Meningkatnya penyiapan Penyiapan Kawasan
akses kelola kawasan perhutanan sosial Perhutanan Sosial
kawasan
Tata kelola usaha Meningkatnya Pengembangan Usaha
dan hutan adat pengembangan usaha Perhutanan Sosial dan
perhutanan sosial dan hutan Hutan Adat
adat
SDM Meningkatnya Penanganan
pendampingan pendampingan perhutanan Konflik Tenurial dan
sosial Hutan Adat
Penguatan Meningkatnya kemitraan Kemitraan Lingkungan
kemitraan
POKJA 1.3 Multiusaha dan Teknik
Pengelolaan
DISTRIBUSI IMPLEMENTASI SILIN TAHUN 2022
Realisasi SILIN Tahun 2022 seluas 171.555 ha
Kalimantan Utara | 6 UM

Sumatera Utara|1 UM Kalimantan Barat |


5 UM Kalimantan Timur |
Riau|1 UM 29 UM Maluku Utara|1 UM

Papua Barat|12 UM

Sulawesi Tengah|1 UM
Kalimantan Tengah|
Kalimantan Selatan|
36 UM
1 UM Maluku|2 UM

DATA PBPH PROV SULTENG Papua|8 UM

No. Nama Pemegang PBPH Luas (ha) No. Nama Pemegang PBPH Luas (ha)
Kegiatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam Kegiatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
1 PT Bina Balantak Raya 95.270 1 PT Berkat Hutan Pusaka 13.400
2 PT Daha Tama Adikarya 49.970 2 PT Wana Rindang Lestari 59.920
3 PT Riu Mamba Karya Sentosa 34.610 Jumlah HT 73.320
4 PT Satyaguna Sulajaya 27.740
5 PT Sentral Pitulempa 40.540
6 PT Taman Hutan Asri 40.380 PBPH Pelaksana SILIN di Provinsi Sulawesi Tengah
7 PT Tri Tunggal Eboni 79.556 yaitu PT Bina Balantak Raya
Jumlah HA 368.066
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN SILIN
2021 95 PBPH - 29.384 ha/thn (realisasi)
∙ Pembentukan Tim Pakar SILIN Nomor S.370/Men-LHK/PHPL/
HPL.1/7/2021tanggal 1 Juli2021 dan revisi terakhir Nomor SK.785/Men-
LHK/PHPL/HPL.1/9/2021tanggal 16 September 2021
∙ Jumlah pelaksana SILIN 95 unit
∙ Pedoman Pelaksanaan Teknik Silvikultur Intensif untuk Merbau Perdirjen
PHL No. SK.57/PHPL/UHP/HPL.1/11/2021

2022 133 PBPH – 33,998 ha/thn


(realisasi)
• Pendampingan pelaksana SILIN
• Jumlah pelaksana SILIN 133 unit
• Draft Pedoman Pelaksana Teknik Silvikultur Intensif untuk mendukung
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
IMPLEMENTASI RIL

Legenda:
PBPH Pelaksana RIL
PBPH Belum RIL

RIL 31 unit PBPH (Etat


Belum ada PBPH pelaksana RIL di Provinsi Sulawesi Tengah
Luas 109.084 Ha)
STRATEGI MULTIUSAHA DAN TEKNIK PENGELOLAAN

Penerapan Silvikultur Intensif, Multi Sistem Silvikultur dan RIL pada hutan alam,
serta Teknik intensifikasi pada hutan tanaman.

Multi Bisnis/ Multi Usaha pada pengelolaan hutan produksi.

Evaluasi kinerja Usaha Unit Manajemen.

Optimalisasi pemanfaatan areal izin usaha.

Penyelesaian konflik pada Hutan Produksi melalui pemberian akses.

Pengembangan hutan tanaman untuk bioenergi.

Mendorong IUPHHK-HA/ HTI/HTR, HPHD, IUPHKm dan KPH untuk membangun


industri.

Optimalisasi limbah hasil pembalakan dan pengolahan industri.


Target Aksi Mitigasi Teknik Pengelolaan Hutan Lestari Indonesia’s Folu Net Sink 2030
Sebaran Lokasi Jumlah Volume
No Aksi Mitigasi Pengelolaan Hutan Lestari
Provinsi Kabupaten PBPH Kegiatan (ha)
1 RIL-C pada HA 17 81 183 4.380.952
2 RIL-C pada HT 21 53 62 192.369
3 SILIN pada HA 19 106 263 5.881.305
4 SILIN pada HT 25 144 272 1.201.355
5 SILIN pada RE 8 11 9 6.257
Luas Total Alokasi 11.662.238

Target Aksi Mitigasi Degradasi Hutan Alam di Konsesi Indonesia’s Folu Net Sink 2030 Kegiatan Aksi Mitigasi Degradasi
Hutan Alam di Konsesi
Aksi Mitigasi Sebaran Lokasi • Peningkatan Usaha Jasa
No Degradasi Hutan Jumlah PBPH Volume Kegiatan (ha) Lingkungan Hutan Produksi dan
Provinsi Kabupaten
Alam di Konsesi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
1 Degradasi Konsesi 24 73 83 402.225 • Pengembangan sertifikasi PHL
pada Area PBPH-HT (Menerapkan kebijakan
pelarangan penebangan hutan
2 Degradasi Konsesi 19 90 206 5.444.315
primer masuk arahan lindung
pada Area PBPH- berdasarkan IJLH)
HA • Pengembangan sistem insentif
3 Degradasi Konsesi 3 4 4 84.277 bagi pencegahan degradasi hutan
pada Area PBPH-RE primer (Menerapkan kebijakan
Luas Total Alokasi 5.930.817 pelarangan penebangan hutan
primer masuk arahan produksi
Tata Waktu Pelaksanaan Teknik Pengelolaan Hutan Lestari Indonesia’s Folu Net Sink 2030

Volume Tahun 2023-2026 Tahun 2027-2030


Lokasi Kegiatan
Kegiatan (ha) 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

RIL-C pada PBPH-HA 251.453 80.511 67.745 42.621 30.057 70.673 58.397 41.474 29.198

Total RIL-C PBPH-HT 20.692 6.624 5.406 3.355 2.331 4.404 3.562 2.623 1.781

SILIN pada PBPH-HA 922.104 262.612 215.977 123.823 77,746 194.216 149.190 119.621 74.595

SILIN pada PBPH-HT 786.462 165.755 146.887 148.311 105.406 73.822 - -


146.281

Tata Waktu RO Degradasi pada Konsesi Indonesia’s Folu Net Sink 2030
Volume Tahun 2023-2026 Tahun 2027-2030
Lokasi Kegiatan Kegiatan
(ha) 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Degradasi Terencana pada PBPH HTI 192.903 68.324 57.499 38.331 28.750 42.026 35.794 23.863 17.897
Degradasi Konsesi "Tidak terencana " pada
209.322 73.791 62.553 41.703 31.276 44.718 38.279 25.519 19.139
PBPH HT
239.66
Degradasi Konsesi pada PBPH HA 1.423.690 360.882 308.885 205.925 154.443 205.348 136.898 102.674
7
Degradasi Konsesi pada PBPH RE 84.277 29.497 25.283 16.855 12.642 -
INTERVENSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

1. Intervensi Kebijakan dan Regulasi


a. Penyusunan manual/guidelines penerapan teknik RIL, dan penerapan teknik
pengelolaan hutan lestari, pengelolaan PBPH
b. Implementasi manual/guidelines penerapan teknik RIL, dan penerapan teknik
pengelolaan hutan lestari, pengelolaan PBPH
c. Pelaporan pelaksanaan kegiatan

2. Intervensi Teknologi
a. Penyiapan sistem monitoring, pencatatan, serta evaluasi implementasi penerapan teknik
RIL, dan penerapan teknik pengelolaan hutan lestari, pengelolaan PBPH berbasis ICT
(Information and Communication Technology)
b. Monitoring, pencatatan, serta evaluasi implementasi penerapan teknik RIL, dan
penerapan teknik pengelolaan hutan lestari, pengelolaan PBPH berbasis ICT
INTERVENSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

3. Intervensi Sumber Daya Manusia


Pendampingan, peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM (melibatkan pakar,
akademisi)

4. Intervensi Kemitraan
a. Penyiapan dan Implementasi Program dan Strategi Komunikasi Publik
b. Penyiapan dan Pengembangan Forum Komunikasi
c. Penyiapan dan Pengembangan kemitraan para pihak
d. Koordinasi dan kolaborasi antar sektor terkait

5. Intervensi Anggaran
a. Penyusunan dan Implementasi rencana kerja dan rencana anggaran implementasi
kegiatan
b. Penyiapan bahan konsep kelembagaan pendanaan kegiatan
PROYEKSI KEBUTUHAN DAN
SKEMA PENDANAAN

Kebutuhan
Kegiatan pendanaan
(trilyun rupiah)
Pengendalian kebakaran hutan dan
lahan 37,17
Perhutanan Sosial 0,96
Multiusaha (RIL-C dan ENR) 69,55
Pembangunan hutan tanaman 76,56
Total 184,24
• Sumber pendanaan dari pemerintah didistribusikan akan
berasal dari optimasi pendanaan di tingkat pusat (APBN)
melalui instrumen green sukuk dan pasar karbon domestik
(Nilai Ekonomi Karbon), dan transfer anggaran berbasis
ekologi (TAPE/TAKE); optimasi pendanaan di tingkat
daerah melalui instrumen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan obligasi hijau daerah; dan optimasi skema Result-Based
Payment untuk REDD+.
• Sumber pendanaan dari swasta akan diarahkan pada
instrument hibah, obligasi hijau, pinjaman, ekuitas swasta,
Penyusunan Renja Sub Nasional
Indonesia’s FOLU Net Sink PENYUSUNAN RENJA SUB NASIONAL
2030 merupakan kegiatan
reguler Sektor Kehutanan, 1. Telah disusun Renja Sub Nasional pada 12 Provinsi yaitu Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung,
namun akan dilaksanakan Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
lebih TERSTRUKTUR, Utara dan Kalimantan Timur.
SISTEMATIS dan MASIF 2. Selanjutnya akan disusun Renja Sub Nasional pada 22 Provinsi
(TSM) serta DENGAN 3. Renja Sub Nasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 berpedoman pada
Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dan Rencana
TARGET KINERJA YANG Kerja Bidang Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
DITINGKATKAN. 4. Dokumen Renja sub nasional disusun secara Holistik, Integratif,
Tematik dan Spasial yang menjabarkan target penurunan emisi gas
Penyusunan Renops Sub- rumah kaca sampai dengan tahun 2030 pada tingkat Sub Nasional
Provinsi.
Nasional hendaknya
5. Penyusunan Renja didukung intelektualitas secara kontinyu dari tim
mencerminkan pakar, sehingga dapat menghasilkan Renja yang berbasis pengetahuan
karakteristik khas daerah sebagai bahan masukan kebijakan (scientific based policy).
dengan tetap 6. Cermati target, susun strategi untuk mencapai target dan konsekuensi
jika target tersebut tidak tercapai.
memperhatikan
pencapaian target 7. Jalin dan koordinasi dengan para stakeholder di tingkat daerah dan
melakukan sosialisasi terus menerus kepada mitra kerja dan
nasional. masyarakat.
模板 http://www.1ppt.com/moban/
PPT
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai