Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TATA KELOLA OLAHRAGA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan Jasmani dan Keolahragaan
Dosen Pengampu : ADI S

Disusun Oleh :
Muhammad Danang Pratama 6103421010
Wafiqoh Ajeng Pangesti 6103421015

Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis pajatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Tata Kelola
Olahraga” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk menambah pemahaman pembaca mengenai konsep
tata kelola yang di dalamnya terdapat tata kelola dalam olahraga. Secara
akademis makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan Jasmani dan Keolahragaan.
Penulis menyampaikan terima kasihkepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis menerima saran dan
kritik yang membangun sehingga membuat makalah semakin baik.

Semarang, 7 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II : ISI
2.1 Konsep Tata Kelola
2.2 Konsep Tata Kelola Olahraga
2.3 Model dan Teori Tata Kelola Olahraga
2.4 Pemegang Yang Mengatur Organisasi Olahraga
2.5 Tantangan Yang Dihadapi dalam Tata Kelola Organisasi Olahraga
2.6 Pendorong Perubahan Sistem Tata Kelola Olahraga
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan sebuah organisasi tentunya memerlukan tata
kelola yang baik agar organisasi berjalan dengan baik pula. Banyak organisasi
yang pada akhirnya hancur karena tidak memiliki sebuah tata kelola. Semua
kelompok, Negara, entitas perusahaan, masyarakat, asosiasi, dan organisasi
olahraga memerlukan tata kelola agar dapat berfungsi dengan efektif. Dalam
tata kelola organisasi tidak hanya menyediakan kerangka kerja tetapi juga
membantu memberikan solusi yang diperlukan untuk dapat menjalankan
fungsinya. Tata kelola berkaitan dengan masalah kebijakan dan arah untuk
menentukan peningkatan kinerja organisasi. Tata kelola merupakan hal yang
penting da memiliki pengaruh yang tinggi, oleh karen aitu tata kelola yang baik
harus memastikan bahwa dewan dan manajemen berusaha untuk memberikan
sebuah hasil pada organisasi dan anggota serta cara yang digunakan agar
mencapai hasil yang efektif.
Tata kelola organisasi dibagi menjadi dua bidang yaitu: 1) tata kelola
perusahaan yang berhubungan dengan tata kelola laba perusahaan dan korporasi
yang fokus pada pertimbangan dan peningkatan pemegang saham, 2) tata kelola
nirlaba ysng berkaitan dengan tata kelola organisasi sukarela yang berusaha
memberikan layanan atau fasilitas pada masyarakat dalam kegiatan social, seni
atau kegiatan olahraga. Pada organisasi nirlaba dan organisasi perusahaan
menggunakan proses manajemen yang serupa untuk menjalankan tugas
tugasnya namun terdapat perbedaan yang mendasar yaitu pada tata kelola yang
dijalankan.
Clarke (2004) menjelaskan gambaran unik yang ada dalam
perkembangan teori tata kelola perusahaan. Teori yang relevan dalam tata
kelola organisasi olahraga tersebut diantaranya yaitu teori keagenan, teori
kepengurusan, teori kelembagaan, teori ketergantungan sumber daya, teori
jaringan, dan teori pemegang. Dalam sebuah stuktur terdapat elemen tata kelola
perusahaan atau organisasi, terdapat perbedaan pada elemen perusahaan dengan
elemen organisasi sukarela.
Dalam organisasi nirlaba terdapat tiga model tata kelola umum yang
dapat diterapkan: model tradisional (Houle (1960, 1997)), model tata kelola
kebijakan (Carver (1997), dan model yang dipimpin Eksekutif (after Block,
1998; Drucker, 1990; Herman & Heimovics, 1990, 1994). Model tata kelola
didefinisikan sebagai seperangkat kebijakan dan praktik yang menguraikan
tentang tanggung jawab dari berbagai elemen tata kelola, dan proses yang
digunakan untuk menjalankan fungsi tata kelola. Lalu bagaimana perubahan
yang terjadi pada sebuah tata kelola organisasi?
Dengan disusunnya makalah ini membahas lebih dalam mengenai
konsep tata kelola organisasi, karakteristik unik dari tata kelola organisasi,
prinsip pemerintahan dalam komunitas, dan mengidentifikasi pendorong
perubahan sistem tata kelola dalam organisasi olahraga.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas muncul pertanyaan sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang di sebut Tata Kelola?
1.2.2 Apa yang di sebut Tata Kelola Olahraga?
1.2.3 Bagaimana model dan teori yang relevan dengan organisasi olahraga?
1.2.4 Bagaimana peran pemegang organisasi olahraga?
1.2.5 Apa saja tantangan yang ada dalam tata kelola olahraga?
1.2.6 Mengapa terjadi perubahan dalam sistem tata kelola olahraga?

1.3 Tujuan
Berdasarkan daftar pertanyaan di atas, berikut tujuan penulisan makalah
ini:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian tata kelola.
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan tata kelola olahraga.
1.3.3 Untuk mengetahui bebagai model dan teori yang relevan dengan
organisasi olahraga.
1.3.4 Untuk memahami peran pemegang organisasi olahraga.
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami tantangan yang dihadapi dalam tata
keola olahraga.
1.3.6 Dapat mengidentifikasi dan memahami pendorong perubahan dalam
sistem tata kelola organisasi olahraga.

1.4 Manfaat
Setelah membaca dan memahami materi yang ada dalam makalah di harapkan
mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai tata kelola pada komunitas,
organisasi olahraga dan pemerintah. Selain itu pembaca juga mampu
menerapkan materi pada kehidupan sehari hari agar membantu memperbaiki
sistem tata kelola dalam organisasi, mengetahui karakteristik unik dalam tata
kelola organisasi olahraga serta prinsip prinsip utama tata kelola organisasi
yang baik.
BAB II
ISI
2.1 Konsep Tata Kelola
Tata kelola organisasi berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan dalam
organisasi dan menyediakan sistem elemen-elemen organisasi yang kemudian
dikendalikan dan diarahkan. Tata kelola diperlukan untuk semua kelompok baik
Negara, bangsa, entitas perusahaan, masyarakat, asosiasi, dan organisasi
olahraga agar berfungsi dengan baik dan efektif. Memiliki tata kelola yang baik
bukanlah sebuah tujuan akan tetapi dengan adanya tata kelola yang baik
merupakan sarana untuk mencapai tujuan. (Arnout Geeraert, 2018)

2.2 Konsep Tata Kelola Olahraga


Olahraga adalah bagian penting dari budaya global dan industri dalam sebuah
bangsa dan Negara. Tata kelola olahraga menjadi sebuah peran utama dalam
organisasi, yang pertama untuk memastikan kesesuaian dengan manajemen dan
yang kedua untuk meningkatkan kinerja organisasi. Kesesuaian berhubungan
dengan proses pengawasan dan pemantauan pekerjaan seorang manajer oleh
dewan dan memastikan langkah-langkah akuntabilitas yang memadai untuk
melindungi kepentingan pemegang saham. Meningkatkan kinerja organisasi
berfokus pada pengembangan strategi dan kebijakan untuk menciptakan arah
dan konteks di mana manajer bekerja. Karakteristik dari organisasi nirlaba
menuntut pemerintah yaitu pada kerangka keuangan yang berbeda dengan
perusahaan korporat. Organisasi nirlaba ada untuk alasan yang berbeda
daripada entitas mencari keuntungan, dan umumnya melibatkan lebih banyak
pemangku kepentingan dalam struktur pengambilan keputusan mereka. Perlu
adanya konsep dari berbagai tingkat sistem tata kelola olahraga dan
mengajukan teori yang mendorong pemahaman yang lebih baik mengenai
kepemimpinan dewan kolektif dalam jenis sistem tata kelola kekurangan
literatur pada manajemen olahraga menyatukan kepemimpinan dan tata kelola
bahwa kepemimpinan kolektif adalah persimpangan kepemimpinan dan tata
kelola memberikan kemajuan bagi kedua arah badan kerja. (Ferkins et al.,
2018)
Proses manajemen yang digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi
mungkin serupa, namun terdapat perbedaan mendasar antara organisasi nirlaba
dan organisasi perusahaan yang ditemukan dalam kerangka tata kelola. Banyak
organisasi olahraga, perusahaan manajemen atlet, perusahaan ritel, dan
beberapa tempat dapat diklasifikasikan sebagai mencari keuntungan, mayoritas
organisasi olahraga yang menyediakan peluang partisipasi dan kompetisi
bersifat nirlaba. Organisasi ini termasuk klub besar, asosiasi regional atau liga,
negara bagian atau provinsi badan pengatur dan organisasi olahraga nasional.
Dengan adanya tata kelola akan mempengaruhi kualitas kinerja sebuah
organisasi. Tanpa adanya tata kelola yang baik, olahraga untuk pembangunan
akan mengalami kegagalan dalam memberikan kontribusi pada masyarakat.
(Misener, 2014)

2.3 Model dan Teori Tata Kelola Olahraga


Clarke (2004) memberikan gambaran yang unik tentang perkembangan teori
tata kelola perusahaan. Beberapa teori penting yang diterapkan pada tata kelola
organisasi termasuk teori keagenan, teori kepengurusan, teori agensi atau
kelembagaan, teori ketergantungan sumber daya, teori jaringan, dan teori
pemegang.
Teori keagenan yaitu kepentingan pemegang saham harus menang dalam
keputusan tentang operasional organisasi. Manajer organisasi dapat memahami
perpanjangan checks and balances untuk mengurangi potensi salah urus atau
pelanggaran yang mengancam kepentingan pemegang saham. Teori ini
dominan untuk mempelajari tata kelola perusahaan dan berfokus pada
eksplorasi cara terbaik untuk memaksimalkan kontrol perusahaan atas tindakan
agerial, informasi bagi pemegang saham dan tenaga kerja untuk mencapai hasil
yang maksimal dan mengurangi risiko.
Teori kepengurusan berlawanan dengan teori keagenan, dimana pada teori ini
menganggap manajer berusaha bertindak sebagai agen individu untuk
memaksimalkan kepentingan organisasi. Dengan demikian, teori kepengurusan
berpendapat bahwa manajer dan kepentingan pemegang saham selaras dan akan
bertindak secara maksimak untuk kepentingan pemegang saham. Pandangan
teoretis ini juga dapat diterapkan pada perusahaan olahraga seperti Nike,
FoxSports atau waralaba klub sepak bola nasional. Penerapan keagenan atau
kepengurusan teori tergantung pada tindakan manajer (yang memilih untuk
bertindak sebagai agen atau pelayan) dan pandangan pemegang saham (yang
menciptakan agen atau atau hubungan kepengurusan melalui tata kelola). Teori
Stewardship bisa dibilang lebih dapat diterapkan daripada agensi teori untuk
mempelajari organisasi olahraga nirlaba dimana manajer memiliki hubungan
dengan olahraga sebagai mantan pemain, pelatih atau official klub dan memiliki
rasa komitmen yang lebih dalam terhadap organisasi.
Teori ketergantungan sumber daya menyebutkan bahwa untuk dapat memahami
perilaku organisasi, kita harus memahami bagaimana organisasi berhubungan
lingkungan sekitar. Organisasi secara paradoks mencari stabilitas dan kepastian
dalam pertukaran sumber daya mereka dengan memasuki pengaturan
antarorganisasi yang membutuhkan beberapa kehilangan fleksibilitas dan
otonomi dalam pertukaran untuk keuntungan mengendalikan organisasi lain.
Pengaturan tersebut berdampak pada struktur keuangan, sejauh mana pemegang
kepentingan terlibat dalam pengambilan keputusan, dan transparansi
pengambilan keputusan. Sebuah teori terakhir yang mencoba untuk
menjelaskan unsur-unsur pemerintahan berbasis tentang bagaimana organisasi
berhubungan dengan organisasi eksternal adalah teori jaringan.
Teori jaringan menyatakan bahwa organisasi masuk ke dalam kontrak yang
mengikat secara social. Pengaturan itu akan menciptakan tingkat saling
ketergantungan antar organisasi dalam berbagai aspek seperti fasilitas dan
sumber daya. Hal ini berlaku untuk organisasi olahraga misalnya, memerlukan
fasilitas untuk keberhasilan acara besar dengan mengamankan dukungan atlet
profil tinggi, menggunakan sukarelawan dalam jumlah besar dari organisasi
olahraga lain, dan bergantung pada dukungan pemerintah untuk pengembangan
stadion penawaran acara. Teori jaringan dapat membantu menjelaskan
mengenai struktur dan proses tata kelola, khususnya dewan organisasi olahraga,
berkembang untuk memfasilitasi pengaturan informal tersebut. Teori jaringan
dan teori sumber daya menekankan perlunya mengkaji tata kelola dalam
tekanan eksternal yang dihadapi organisasi, dan strategi, struktur dan proses
dalam pengelolaannya sehingga lebih realistis tentang bagaimana dan mengapa
organisasi memiliki kerangka tata kelola lebih dari teori agensi dan
penatagunaan.
Teori pemangku/pemegang kepentingan memberikan perspektif lain untuk
memeriksa hubungan antara organisasi dan pemangku kepentingan. Terdapat
implikasi penting untuk perusahaan yang bertindak sebagai warga perusahaan
yang berhubungan dengan sponsor, lembaga pendanaan, anggota, organisasi
afiliasi, staf, anggota dewan, tempat, instansi pemerintah dan pemasok. Banyak
tata kelola organisasi telah didasarkan pada perusahaan nirlaba.
Menerapkan suatu teori untuk mempelajari organisasi olahraga harus dilakukan
dengan memperhatikan jenisnya dan konteks industri dari organisasi olahraga
yang sedang dipelajari. Organisasi olahraga dan kerangka tata kelola mereka
memiliki beragam elemen yang mencegah pengembangan teori secara
menyeluruh mengenai tata kelola olahraga. Nilai dari teori yang disajikan dapat
digunakan untuk mengetahui organisasi dari asumsi tata kelola, proses, struktur
dan hasil untuk organisasi olahraga.
2.4 Pemegang Yang Mengatur Organisasi Olahraga
Struktur tata kelola VSO terdiri dari lima elemen: anggota, sukarelawan, staf
yang digaji, dewan dan direksi. Biasanya, anggota bertemu sebagai dewan
(biasanya setahun sekali di rapat umum tahunan) untuk memilih atau menunjuk
individu ke dewan. Jika organisasi cukup besar, dewan dapat memilih untuk
mempekerjakan seorang eksekutif dan staf dibayar lainnya untuk melaksanakan
tugas-tugas organisasi. Bersama dengan kumpulan sukarelawan, karyawan ini
memberikan layanan kepada organisasi anggota. Dewan bertindak sebagai
badan pembuat keputusan utama untuk organisasi. organisasi dan oleh karena
itu kualitas kegiatannya sangat penting untuk keberhasilan organisasi. Keahlian
pemerintah sangat bermanfaat baik di tingkat negara bagian nasional dan
internasional yang memberikan wawasan mengenai transisi dari budaya amatir
ke budaya komersial untuk masa depan dalam tata kelola olahraga yang
berkaitan dengan struktur federasi serta teori tata kelola kolaboratif yang dapat
mempertajam domain. (Shilbury et al., 2013)
Anggota dapat berupa pemain individu atau atlet, atau dalam beberapa kasus,
anggota diklasifikasikan sebagai organisasi afiliasi lainnya seperti klub yang
bersaing di liga yang disediakan oleh asosiasi olahraga regional. Anggota bisa
juga penyedia fasilitas komersial seperti basket, squash atau stadion sepak bola
dalam ruangan. Dewan keanggotaan terdiri dari orang-orang itu atau organisasi
yang merupakan anggota terdaftar dan dapat diberikan hak suara hak sesuai
dengan status keanggotaan. Dewan terdiri dari individu yang telah dipilih,
diangkat atau diundang untuk mewakili kepentingan berbagai kategori
keanggotaan, wilayah geografis atau disiplin olahraga di pengambilan
keputusan. Anggota staf senior yang dibayar, sering ditunjuk sebagai CEO,
adalah dipekerjakan oleh dan melapor langsung ke dewan. Staf berbayar
lainnya ditunjuk oleh CEO untuk membantu dalam melakukan berbagai tugas
organisasi. Staf ini harus bekerja dengan berbagai sukarelawan dalam olahraga
untuk memberikan layanan penting seperti pembinaan, pengembangan pemain
dan ofisial, pemasaran, pengembangan olahraga, opment dan pengiriman acara.
Akhirnya, berbagai pemangku kepentingan seperti sponsor, lembaga
pendanaan, anggota, organisasi afiliasi, staf, dewan

2.5 Tantangan Yang Dihadapi dalam Tata Kelola Organisasi Olahraga


Tata kelola olahraga anggota, tempat, lembaga pemerintah, dan pemasok harus
dikonsultasikan dengan dan dikelola agar organisasi dapat beroperasi secara
optimal. Mayoritas organisasi olahraga nasional dan negara bagian atau
provinsi yang memberikan kesempatan partisipasi dan kompetisi dalam
olahraga berbasis klub sistem diatur secara sukarela oleh pejabat terpilih, yang
mengisi posisi baik di komite atau dewan. Sebagian besar beroperasi di bawah
federasi sistem delegasi dengan perwakilan klub membentuk dewan regional,
regional perwakilan yang membentuk dewan negara bagian atau provinsi dan
negara bagian atau provinsi perwakilan membentuk dewan nasional.
Struktur pemerintahan tradisional ini telah dikritik karena berat dan rumit,
lambat bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar, tergantung pada berpotensi
merusak politik atau permainan kekuasaan antara delegasi, dan kendala
signifikan pada organisasi yang ingin berubah. Di sisi lain tangan, sebagian
besar organisasi olahraga masih menggunakan model ini hari ini dan
menghargai kemampuannya untuk memastikan anggota memiliki suara dalam
pengambilan keputusan, trans- parency of decision dan otonomi yang diberikan
kepada organisasi di setiap level dari sistem. Kasus hoki kanada menjelaskan
struktur tata kelola VSO yang khas.

2.6 Pendorong Perubahan Sistem Tata Kelola Olahraga


Dalam sebuah organisasi tentu akan mengalami perubahan dalam berbagai hal.
Misalnya, Komisi Olahraga Australia memiliki program manajemen khusus
perbaikan yang memberikan saran tentang masalah tata kelola, pendanaan
untuk melakukan tinjauan struktur tata kelola, dan memberikan informasi
tentang prinsip dan proses pemerintahan. Perubahan terjadi salah satunya
karena timbul ancaman ancaman yang akan menghambat organisasi. Ancaman
litigasi terhadap organisasi olahraga, anggota atau dewannya anggota telah
memaksa organisasi olahraga untuk mengatasi masalah seperti manajemen
risiko, kepatuhan fidusia, penggabungan, asuransi kewajiban direktur, dan
pelatihan dan evaluasi dewan. Meningkatnya kesadaran akan implikasi dari
kegagalan tata kelola karena beberapa kasus perusahaan yang banyak
dipublikasikan ketidakwajaran di seluruh dunia juga telah memaksa organisasi
olahraga untuk meningkatkan sistem pemerintahan mereka. Perubahan legislatif
untuk mengatasi masalah kesetaraan dan keragaman adalah tekanan tambahan
yang harus dihadapi organisasi olahraga dan sistem tata kelola mereka,
khususnya kriteria keanggotaan, hak suara, dan penyediaan informasi harus
berubah.
Untuk mendorong sebuah perubahan maka diperlukan pembangunan sistem
pemerintahan yang lebih baik yang terhubung dengan otoritas lain serta tata
kelola multi level yang memungkinkan peluang untuk inovasi yang berbeda
sehingga dapat mendorong pengembangan kemampuan lokal tata kelola
organisasi.(Pedroza-Gutiérrez et al., 2021)
Ancaman persaingan di pasar juga telah memaksa organisasi olahraga untuk
menjadi lebih komersial dan fokus bisnis, terutama melalui mempekerjakan staf
yang dibayar. Klub-klub besar dan asosiasi olahraga regional yang pada
pertengahan 1990-an secara eksklusif dijalankan oleh sukarelawan semakin
banyak berinvestasi pada staf yang dibayar untuk mengelola tuntutan kepatuhan
yang meningkat dari pemerintah dan anggota serta pelanggan mereka. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, mempekerjakan staf yang dibayar mengubah
struktur tata kelola, proses pengambilan keputusan, dan tingkat kontrol yang
dilakukan oleh sukarelawan.
Pada bulan Agustus 2002, Menteri Federal Australia untuk Seni dan Olahraga,
Senator Rod Kemp, mengumumkan bahwa Soccer Australia (SA) telah
menyetujui tinjauan struktural utama sepak bola di Australia untuk dikelola
oleh Komisi Olahraga Australia. Tinjauan dilakukan setelah hampir dua dekade
krisis dalam olahraga dengan hasil bahwa pada pertengahan 2002, SA memiliki
utang $ AUD2,6 juta, telah mengurangi tingkat kepegawaian di kantor nasional,
disiksa oleh pertikaian politik, tidak memiliki arah strategis dan telah
menikmati hasil yang beragam di arena internasional. Tinjauan tersebut
memeriksa struktur, tata kelola, dan manajemen sepak bola di semua tingkatan
di seluruh Australia.
Selama peninjauan, ditemukan bahwa banyak badan konstituen di tingkat
negara bagian dan regional mengalami kesulitan keuangan yang serupa,
pertikaian politik, dan sistem pemerintahan yang tidak tepat. Ini menciptakan
masalah ketidakpercayaan dan ketidakharmonisan, kurangnya arah strategis,
perilaku yang tidak pantas, dan faksionalisme yang menghambat pengambilan
keputusan nasional.
Tinjauan tersebut menghasilkan bahwa sistem tata kelola perlu diubah dalam
empat hal yaitu:
1. Memastikan independensi badan pengatur;
2. Memisahkan tata kelola dari manajemen sehari-hari;
3. Mengubah keanggotaan dan struktur pemungutan suara untuk organisasi
nasional dan negara bagian; dan
4. Hubungan antara SA dan Liga Sepak Bola Nasional.

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Arnout Geeraert. (2018). National Sports Governance Observer (Issue
November). https://lirias.kuleuven.be/retrieve/521920
Ferkins, L., Shilbury, D., & O’Boyle, I. (2018). Leadership in governance:
Exploring collective board leadership in sport governance systems. Sport
Management Review, 21(3), 221–231.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.smr.2017.07.007
Misener, L. (2014). Sports governance, development and corporate
responsibility. International Journal of Sport Policy and Politics, 6(3),
550–552. https://doi.org/10.1080/19406940.2013.839467
Pedroza-Gutiérrez, C., Vidal-Hernández, L., & Rivera-Arriaga, E. (2021).
Adaptive governance and coping strategies in the Yucatan Peninsula
coasts facing COVID-19. Ocean & Coastal Management, 212, 105814.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2021.105814
Shilbury, D., Ferkins, L., & Smythe, L. (2013). Sport governance encounters:
Insights from lived experiences. Sport Management Review, 16(3), 349–
363. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.smr.2012.12.001

Anda mungkin juga menyukai