Anda di halaman 1dari 113

KARYA TULIS ILMIAH

OPTIMALISASI PEMILIHAN SLICE THICKNESS TERHADAP

PENINGKATAN CITRA ANATOMI PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA

PADA KASUS STROKE ISKEMIK

DIMAS RIZKI HIDAYAT

NIM 201104133

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG

WIDYA CIPTA HUSADA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

2023
KARYA TULIS ILMIAH

SAMPUL DALAM
OPTIMALISASI PEMILIHAN SLICE THICKNESS TERHADAP

PENINGKATAN CITRA ANATOMI PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA

PADA KASUS STROKE ISKEMIK

DIMAS RIZKI HIDAYAT

NIM 201104133

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG

WIDYA CIPTA HUSADA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

2023

i
PRASYARAT GELAR JENJANG DIPLOMA

OPTIMALISASI PEMILIHAN SLICE THICKNESS TERHADAP


PENINGKATAN CITRA ANATOMI PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA
PADA KASUS STROKE ISKEMIK

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya


Diploma III Radiologi

Disusun Oleh :

DIMAS RIZKI HIDAYAT

NIM 201104133

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG

WIDYA CIPTA HUSADA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

2023

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dimas Rizki Hidayat

Nim : 201104133

Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul

“Optimalisasi Pemilihan Slice thickness Terhadap Peningkatan Citra Anatomi

Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik” adalah benar-benar

hasil karya asli bukan hasil plagiat. Apabila di kemudian hari ternyata hal ini

terbukti tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan

perundangyang berlaku dan dicabut gelar akademik yang telah diperoleh.

Malang, Juni 2023

Yang Menyatakan

Materai Rp10.000-**

Dimas Rizki Hidayat

Nim 201104133

iii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Nama : Dimas Rizki Hidayat

Nomor Induk Mahasiswaa : 201104133

Sub. Departemen : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Judul : “Optimalisasi Pemilihan Slice thickness Terhadap

Peningkatan Citra Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan

Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”

Malang, Juni 2023

Disetujui Untuk Dilaksanakan Ujian Akhir

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Roni Prisyanto S.T., M.Si Sri Sugiarti S.Si., M.Si

NIDN : 07 151168 02 NIDN : 07 270884 01

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Dimas Rizki Hidayat

Nomor Induk Mahasiswaa : 201104133

Sub. Departemen : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Judul : “Optimalisasi Pemilihan Slice Thickness Terhadap

Peningkatan Citra Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan

Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”

Malang, Juni 2023

DISETUJUI DAN DITERIMA

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Roni Prisyanto S.T., M.Si Sri Sugiarti S.Si., M.Si


NIDN : 07 151168 02 NIDN : 07 270884 01

MENGETAHUI

Wakil Rektor I Ka. Program Studi D-III

Bid. Akademikdan Kemahasiswaan Radiodiagnostik dan Radioterapi

Ratih Mega Septiasari., S.Keb., Bd., M. Kes Sri Sugiarti S.Si., M.Si
NIDN : 07 17098 06 NIDN : 07 270884 01

v
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Dimas Rizki Hidayat

Nomor Induk Mahasiswaa : 201104133

Judul : “Optimalisasi Pemilihan Slice Thickness Terhadap

Peningkatan Citra Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan

Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Diploma Radiologi pada

program studi Radiodiagnostik dan Radioterapi Institut Teknologi dan Kesehatan

Malang Widya Cipta Husada

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Roni Prisyanto, S.ST., M.Si ( )


Pembimbing 2 : Sri Sugiarti S.Si., M.Si ( )
Penguji Tamu : Farida Wahyuni, S.Si., M.Si ( )
Ditetapkan di : Malang
Tanggal : Juli 2023

vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA TULISILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Institut Teknologi dan Kesehatan Malang Widya Cipta

Husada, say ayang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dimas Rizki Hidayat

Nomor Induk Mahasiswaa : 201104133

Judul : “Optimalisasi Pemilihan Slice Thickness Terhadap

Peningkatan Citra Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan

Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Institut

Teknologi dan Kesehatan Malang Widya Cipta Husada Hak Bebas Royalti

Noneksklusif (Nonexclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang

berjudul : “Optimalisasi Pemilihan Slice Thickness Terhadap Peningkatan Citra

Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”. Beserta

perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

ini Institut Teknologi dan Kesehatan Malang Widya Cipta Husada berhak

menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Malang
Pada tanggal : Juni 2023

Yang Menyatakan
Dimas Rizki Hidayat

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan Rahmat–Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Optimalisasi Pemilihan Slice thickness Terhadap Peningkatan Citra

Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”. Dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Tayubi Hariyanto, SE, MM, selaku ketua yayasan ITKM Widya Cipta
Husada Malang.

2. Ibu Eny Yuniyati, S.Sos., MAB selaku Rektor Intitut Teknologi dan

Kesehatan Malang Widya Cipta Husada, yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas kepada kami.

3. Ibu Sri Sugiarti, S.Si., M.Si, selaku ketua program studi D-III

Radiodiagnostik dan Radioterapi ITKM Widya Cipta Husada.

4. Bapak Roni Prisyanto, S,T., M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Sri

Sugiarti, S.Si., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah

penelitian.

5. Kedua orang tua, kakak, dan teman teman saya yang selalu memberikan

dukungan baik dukungan material maupun moral.

6. Teman-teman sejawat radiologi FOTON XII yang selalu memberikan

dukungan semangat dan solidaritas yang sangat luar biasa.

viii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan, mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan dan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca.

Malang, Juni 2023

Peneliti

ix
ABSTRAK

Hidayat, Dimas Rizki.2023. Roni Pristyanto 2) Sri Sugiarti2)


1)
Mahasiswa Program Studi D3 Radiodiasnotik & Radioterapi Institut Teknologi
Kesehatan Malang Widya Cipta Husada, 2) Dosen Program Studi D3
Radiodiasnotik & Radioterapi Institut Teknologi Kesehatan Malang Widya
Cipta Husada
Email corrsesponding author : dimas011201@gmail.com
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) No.11 Kepanjen Malang
www.stikeswch-malang.ac.id

Radiodiagnostik merupakan bagian dari cabang ilmu radiologi yang


memanfaatkan sinar pengion untuk memantau diagnosa dalam bentuk foto.
Computer tomography scanning (Ct-Scan) merupakan salah satu alat
penunjang diagnostik yang digunakan untuk menegakkan diagnosa yang
menggabungkan energi sinar-X dan komputer untuk mendapatkan gambaran
tubuh manusia dalam berbagai irisan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimalisasi penggunaan slice thickness 2,5 mm 5 mm dan 10 mm
pada ct-scan kepala pada kasus stroke iskemik. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini berjumlah 4 orang, dengan menggunakan perubahan
slice thickness 2,5 mm , 5 mm dan 10 mm. Hasil mengenai optimalisasi
pemilihan slice thickness terhadap peningkatan citra anatomi pemeriksaan
Ct- Scan kepala pada pada kasus iskemik diperoleh dari data sekunder, hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan slice thickness 5 mm
citra anatomi tampak lebih detail dan kualitas citra yang ditampilkan sangat
baik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dengan perubahan menggunakan
slice thickness pada Ct-Scan kepala sangat berpengaruh terhadap
optimalisasi kualitas citra, khususnya noise yang ditampilkan dan resolusi
kontras. Sehingga pada penelitian ini dapat diketahui pengaruh perubahan
slice thickness terhadap optimalisasi kualitas citra anatomi yang paling baik
berdasarkan noise dan resolusi kontras yaitu menggunakan slice 5 mm

Kata Kunci : Ct-Scan, Slice Thickness, Stroke Iskemik

x
ABSTRACT

Hidayat, Dimas Rizki.2023.Roni Pristyanto 2) Sri Sugiarti2)


1)
Student of D3 Radiodiasnotic & Radiotherapy Study Program Institut Teknologi
Kesehatan Malang Widya Cipta Husada, 2) Lecturer in D3 Radiodiasnotic
& Radiotherapy Study Program, Institut Teknologi Kesehatan Malang
Widya Cipta Husada
Email corrsesponding author : dimas011201@gmail.com
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) No.11 Kepanjen Malang
www.stikeswch-malang.ac.id

Radiodiagnostics is part of the branch of radiology that utilizes ionizing


rays to monitor diagnoses in the form of photographs. Computer tomography
scanning (Ct-Scan) is a diagnostic support tool used to make a diagnosis that
combines X-ray energy and a computer to get an image of the human body in
various slices. This study aims to optimize the use of slice thicknesses of 2.5 mm,
5 mm and 10 mm on CT scans of the head in ischemic stroke cases. The research
method used in this study is experimental. The sample used in this study was 4
people, using a change in slice thickness of 2.5 mm, 5 mm and 10 mm. The results
regarding optimizing the selection of slice thickness to increase anatomical
images for Ct-Scan examination of the head in ischemic cases were obtained from
secondary data, the results of this study indicate that the use of a slice thickness
of 5 mm anatomical images looks more detailed and the image quality displayed
is very good. The conclusion from this study is that changing the use of slice
thickness on the Ct-Scan head greatly influences the optimization of image
quality, especially the displayed noise and contrast resolution. So that in this
study it can be seen the effect of changing slice thickness on the best optimization
of the quality of anatomical images based on noise and contrast resolution,
namely using a 5 mm slice.

Keywords: Ct-Scan, Slice Thickness, Ischemic Stroke

xi
DAFTAR ISI
No Teks Halaman

SAMPUL DALAM...................................................................................................i

PRASYARAT GELAR JENJANG DIPLOMA......................................................ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN AKHIR.........................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR.......................vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................vii

KARYA TULISILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS....................vii

KATA PENGANTAR..........................................................................................viii

ABSTRAK...............................................................................................................x

ABSTRACT..............................................................................................................xi

DAFTAR ISI..........................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

xii
2.1 Konsep Dasar............................................................................................5

2.1.1 Anatomi Kepala.................................................................................5

2.1.2 Anatomi Brain (Otak)........................................................................6

2.1.3 Patologi Stroke...................................................................................9

2.1.4 Kualitas Citra...................................................................................12

2.1.5 Dasar -Dasar Ct-scan.......................................................................14

2.1.6 Teknik Pemeriksaan Ct-scan Kepala...............................................24

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu................................................................26

2.3 Keranka Konsep......................................................................................29

BAB III METODE PENELTIAN.......................................................................30

3.1 Desain Penelitian.....................................................................................30

3.2 Kerangka Operasional.............................................................................31

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian................................................................32

3.1.1 Tempat Penelitian............................................................................32

3.1.2 Waktu Penelitian..............................................................................32

3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian..............................................................32

3.1.3 Populasi Penelitian...........................................................................32

3.1.4 Sampel Penelitian.............................................................................32

3.5 Variabel Penelitian..................................................................................34

3.6 Definisi Operasional................................................................................35

3.7 Teknik Pengumpulan Data......................................................................37

3.8 Analisis Data...........................................................................................42

3.9 Etika Penelitian........................................................................................42

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................45

4.1 Hasil Penelitian........................................................................................45

4.1.1 Data Umum......................................................................................45

xiii
4.1.2 Data Khusus.....................................................................................48

4.2 Pembahasan.............................................................................................61

BAB V KESIMPULAN.......................................................................................68

5.1 Kesimpulan...................................................................................................68

5.2 Saran.............................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69

LAMPIRAN..........................................................................................................72

xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman

2.1 Anatomi Tulang neurocranium………………………………………………..5

2.2 Anatomi Tulang viscerocranium……………………………………………... 6

2.3 Anatomi Otak………………………………………………………………….7

2.4 Scan Unit……………………………………………………………………..14

2.5 Kerangka Konsep…………………………………………………………….28

2.6 Kerangka Operasonal………………………………………………………...30

4.1 RSUD Kanjuruhan...........................................................................................46

4.2 Hasil Persentase Noise Pada Penggunaan Slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan

10 mm....................................................................................................................57

4.3 Hasil Persentase Resolusi Kontras Pada Penggunaan Slice thickness 2,5 mm,

5 mm dan 10 mm...................................................................................................58

4.4 Hasil Persentase Citra Anatomi Pada Penggunaan Slice Thicknes 2,5 mm, 5

mm dan 10 mm......................................................................................................60

4.5 Hasil Kualitas Citra Pada Penggunaan Slice Thickness 2.5 mm....................62

4.6 Hasil Kualitas Citra Pada Penggunaan Slice Thickness 5 mm........................63

4.7 Hasil Kualitas Citra Pada Penggunaan Slice Thickness 10 mm.....................64

4.8 Hasil Citra Anatomi Pada Slice Thickness 2,5 mm.........................................65

4.9 Hasil Citra Anatomi Pada Slice Thicness 5 mm..............................................66

4.10 Hasil Citra Anatomi Pada Slice Thickness 10 mm........................................67

xv
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman

2.1 Nilai HU……………………………………………………………………...23

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu………………………………………………. 26

2.3 Definisi Operasional………………………………………………………… 34

2.4 Kode Pasien…………………………………………………………………. 36

2.5 Kuisioner……………………………………………………………………. 37

2.6 Kode Responden…………………………………………………………….. 38

2.7 Checklist kualitas citra………………………………………………………. 39

4.1 Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................................47

4.2 Kode Responden..............................................................................................47

4. 3 Hasil Cheklist R1 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan

Kepala Menggunakan Slice thickness 2.5 mm......................................................48

4.4 Hasil Cheklist R1 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan

Kepala Menggunakan Slice thickness 5 mm.........................................................49

4.5 Hasil Cheklist R2 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan

Kepala Menggunakan Slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm........................50

4.6 Hasil Cheklist R2 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan

Kepala Menggunakan Slice thickness 5 mm.........................................................51

4.7 Hasil Cheklist R2 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan

Kepala Menggunakan Slice thickness 10 mm.......................................................52

4.8 Hasil Cheklist R3 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan

Kepala Menggunakan Slice thickness 2,5 mm......................................................53

xvi
Tabel 4.9 Hasil Cheklist R3 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-

Scan Kepala Menggunakan Slice thickness 5 mm.................................................54

Tabel 4.10 Hasil Cheklist R3 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-

Scan Kepala Menggunakan Slice thickness 10 mm...............................................55

Tabel 4.11 Hasil Cheklist Perbandingan Perubahan Slice thickness 2,5 mm, 5 mm

dan 10 mm..............................................................................................................56

Tabel 4.12 Hasil perbandingan perubahan slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10

mm.........................................................................................................................59

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman

Lampiran 1 Surat Ketersediaan Menjadi Responden............................................72

Lampiran 2 Cheklist Kualitas Citra R1.................................................................76

Lampiran 3 Cheklist Kualitas Citra R2.................................................................78

Lampiran 4 Cheklist Kualitas Citra R3.................................................................80

Lampiran 5 Kuisioner Kualitas Citra....................................................................82

Lampiran 6 Cheklist Anatomi...............................................................................85

Lampiran 7 Lembar Pelaksanaan Bimbingan.......................................................89

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan bagian dari cabang ilmu radiologi yang

memanfaatkan sinar pengion untuk memantau diagnosa dalam bentuk foto

(Ramzkerawan, 2011). Pemeriksaan radiodiagnostik menggunakan sinar-X

sangat berguna, baik menggunakan media kontras maupun tanpa media

kontras (Rasad, 2005). Pemeriksaan penunjang radiodiagnostik meliputi

pesawat sinar-X konvensional, Ct-Scan, dan MRI

Computer tomography scanning (Ct-Scan) merupakan salah satu alat

penunjang diagnostik yang digunakan untuk menegakkan diagnosa yang

menggabungkan energi sinar-X dan komputer untuk mendapatkan gambaran

tubuh manusia dalam berbagai irisan (Bontrager, 2018). Sebagai alat

penunjang penegakkan diagnosa, ct-scan diharapkan dapat memberikan

gambaran yang informatif, terutama informasi anatomis yang diinginkan.

ct-scan sangat detail dalam menampilkan kelainan semua organ manusia,

dalam hal ini salah satunya adalah organ kepala.

Computed tomography scanning (Ct-Scan) kepala adalah

pemeriksaan khusus pada kepala yang menggunakan teknik tomografi

dengan berkas sinar-X menembus bagian kepala pasien dari berbagai arah

dengan menggunakan sistem komputer untuk menghasilkan gambar anatomi

potongan axial, sagital, dan bidang coronal (Lampignano and Kendrick,

2018). Pemeriksaan ct-scan kepala bertujuan untuk memperlihatkan

1
struktur-struktur tulang kepala, jaringan lunak dan untuk mengevaluasi

trauma.

2
2

Indikasi umum yang seringkali dijumpai pada ct-scan kepala adalah

aneurisma, fraktur kepala, tumor jinak atau ganas, penyumbatan pembuluh

darah (infarkcerebri), dan stroke (Seeram, 2016).

Penyakit stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan

fungsi syaraf lokal atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat.

Menurut World Health Organization (WHO) stroke memiliki tingkat

mortalitas yang tinggi sebagai penyakit terbanyak ketiga yang menyebabkan

kematian di dunia. Terdapat 15 juta orang menderita stroke setiap tahun dan

sekitar 5 juta dari mereka meninggal dan 5 juta lainnya akan mengalami

cacat permanen. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya, stroke

dibedakan menjadi stroke hemoragik dan stroke iskemik (Ratna Zuliyanti;

Rini Indrati, 2021)

Stroke iskemik merupakan penyakit serebrovaskular yang terjadi

ketika suplai darah ke bagian otak tiba-tiba terganggu oleh oklusi dan

biasanya disebabkan oleh trombosis, emboli, serta hipoperfusi fokal yang

dapat menyebabkan pengurangan atau gangguan pada aliran darah

serebral/cerebral blood flow (CBF) dan mempengaruhi fungsi neurologis

karena kekurangan glukosa dan oksigen (Kurniawati, 2022). Slice thickness

Merupakan parameter yang mempengaruhi hasil kualitas gambars ct-scan.

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang

diperiksa. Slice thickness dapat ditentukan antara 0.625 –10 mm atau sesuai

dengan keperluan klinis. Menurut studi yang dilakukan oleh Jonathan

(2016) slice thickness rekontruksi yang digunakan yaitu 5 mm, dapat

meningkatkan resolusi spasial dan kontras jaringan lunak dengan baik.


3

Selain itu juga dapat meningkatkan sensitivitas yang tinggi namun tidak

dapat mengkarakterisasi lesi yang berukuran kecil. Hal ini dapat disebabkan

karena lesi yang berukuran sangat kecil sehingga dengan slice thickness atau

ketebalan irisan 5 mm tidak dapat secara optimal menampakkan struktur

otak dan lesi yang sangat kecil. Pemilihan slice thickness yang tepat dapat

berpengaruh terhadap kualitas citra anatomi pada diagnosa stroke iskemik

(Lombardi et al., 2018).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis

lebih lanjut apakah terdapat pengaruh penggunaan variasi slice thickness 2,5

mm 5 mm dan 10 mm terhadap peningkatan kualitas citra anatomi

pemeriksaan ct-scan Kepala pada kasus stroke iskemik. Penulis akan

menyajikan dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Optimisasi Pemilihan

Slice thickness Terhadap Peningkatan Kualitas Citra Anatomi Pemeriksaan

Ct-Scan Kepala Pada Kasus Stroke Iskemik”

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengaruh dari perbedaan variasi slice thickness 2,5 mm 5 mm

dan 10 mm terhadap kualitas citra anatomi pemeriksaan ct-scan kepala pada

kasus stroke iskemik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan variasi slice thickness

2,5 mm 5 mm dan 10 mm terhadap kualitas citra anatomi pemeriksaan

ct-scan kepala pada kasus stroke iskemik


4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengoptimalisasi penggunaan slice thickness pada ct-scan

kepala pada kasus stroke iskemik

1.4 Manfaat Penelitian

1.2.1 Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan referensi tambahan untuk standar

operasional prosedur untuk pemilihan variasi slice thickness 2,5

mm 5 mm dan 10 mm terhadap kualitas citra anatomi pada

pemeriksaan ct-scan kepala dengan klinis stroke iskemik.

1.2.2 Manfaat Paktis

Dapat menambah referensi terhadap radiografer di lapangan

untuk menentukan penggunaan variasi slice thickness 2,5 mm 5

mm dan 10 mm terhadap kualitas citra anatomi pada pemeriksaan

ct-scan kepala dengan klinis stroke iskemik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Anatomi Kepala

Kepala dibentuk dari suatu rangkaian tulang yang disebut

tengkorak yang terdiri dari 22 tulang yang terbagi dalam 2 bagian yaitu,

neurocranium dan viscerocranium. Neurocranum membentuk rongga

tengkorak yang mengelilingi dan melindungi otak dan batang otak,

terdiri dari 1 tulang occipital, 2 tulang temporal, 2 tulang parietal, 2

tulang sphenoid, 2 tulang ethmoid dan 1 tulang frontal, yang dilekatkan

dengan sutura (Nurmayanti;, 2020)

Gambar 2.1 Anatomi Tulang neurocranium

Viscerocranium adalah tulang-tulang wajah yang terdiri dari 2

tulang nasal, 2 tulang lacrimal, 2 tulang concha nasal inferior, 2 tulang

maxilla, 1 tulang mandibula, 2 tulang palatum, 2 tulang zygomaticum,

dan 1 tulang vomer (Nurmayanti;, 2020)

5
6

Gambar 2.2 Anatomi Tulang viscerocranium

2.1.2 Anatomi Brain (Otak)

Brain (Otak) merupakan salah satu organ yang teksturnya lembut

dan berada di dalam kepala. Otak melaksanakan semua fungsi yang

disadari. Otak bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman

berbagai macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan

manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang menuruti kemauan

(disadari) dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam

proses mental (Bahrudin, 2013).


7

Gambar 2.3 Anatomi Otak

Otak adalah komponen dari sistem saraf pusat (SSP) yang

terkandung di dalam rongga tengkorak. Otak dibagi menjadi tiga

bagian yang saling berkesinambungan, terdiri dari otak besar

(cerebrum), batang otak (brainstem) ,dan otak kecil (cerebellum)

(VanPutte dkk., 2017).

Berikut adalah komponen-komponen pada otak yang merupakan

bagian utama dari sistem syaraf:

a. Otak Besar (Cerebrum)

Cerebrum merupakan batang otak terbesar yeng terdiri dari sepasang

hemisfer kanan dan kiri yang tersusun dari korteks. Korteks ditandai

dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum dibagi

menjadi beberapa lobus, yaitu:

a. Lobus frontalis

Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih

tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area

broca di hemisfer kiri, pusat penghitung dan emosi. Bagian ini


8

mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di girus presentalis

(area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area

pemotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi

bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,

berbicara, motivasi inisiatif (Purves dkk, 2004).

b. Lobus Temporalis

Lobus temporalis mencakup bagian korteks cerebrum yang

berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari

fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya

ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan

dan perkembangan emosi (White, 2008).

c. Lobus Parietalis

Lobus parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di

girus postsentralis (area sesnsorik primer) untuk rasa raba dan

pendengaran (White, 2008).

d. Lobus oksipitalis

Lobus parietalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area

asosiasi penglihatan, menginterpretasi dan memproses rangsang

penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini

dengan informasi saraf lain (White, 2008).

e. Lobus Limbik

Lobus Limbik berfungsi untuk megatur emosi manusia, memori

emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui


9

pengendalian atas susunan endoktrin dan susunan otonom (White,

2008).

b. Batang Otak (brainstem)

Batang otak terdiri dari tiga bagian yaitu mesensefalon, pons,dan

medula oblongata. Pons berada di bagian inferior yang membentuk

tonjolan pada permukaan anterior batang otak. Medula oblongata

adalah struktur yang menghubungkan otak dengan medula spinalis

(Bahrudin, 2013).

c. Otak Kecil (Cerebellum)

Cerebellum merupakan bagian dari otak yang terletak di fosa

posterior. Permukaan superiornya diselubungi oleh tentorium serebeli

yakni lapisan durameter yang memisahkan Cerebellum dan cerebrum.

Cerebrum hanya sekitar 10% dari berat otak keseluruhan, tetapi

cerebrum mengandung lebih dari 50% seluruh neuron otak (Baehr and

Frotscher, 2012).

Cerebellum terbagi menjadi 3 lobus antara lain lobus anterior,

lobus medius, dan lobus flokulonodularis (Guyton and Hall, 2012).

Sedangkan secara fungsional, serebelum terdiri dari bagian

vestibulocerebellum (lobus flokulonodularis), spinocerebellum (pars

intermedialis), dan serebroserebelum (Baehr and Frotscher, 2010).

2.1.3 Patologi Stroke

Stroke atau dikenal juga cerebrovascular accident (CVA)

adalah sindrom klinis yang ditandai dengan disfungsi cerebral fokal

atau global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, yang dapat
10

menyebabkan disabilitas atau kematian yang disebabkan oleh

perdarahan spontan atau suplai darah yang tidak cukup pada otak

(Budianto dkk, 2020).

Word Health Organiztion (WHO) mengatakan setiap tahunnya

15 juta orang didunia menderita stroke, 5 juta diantaranya meninggal

dunia mengalami cacat permanen. Tekanan darah dan pemakaian

tembakau merupakan resiko penyebab stroke (WHO, 2020).

Stroke merupakan penyakit yang menyebabkan kematian

terbanyak kedua dan penyebab disabilitas terbanyak ketiga didunia,

kematian terkait stroke secara global sebanyak 70-80% terjadi

dinegara berkembang. Di asia kejadian stroke hemoragik sekitar 30%

dan stroke iskemik sekitar 70%. Hal ini berbeda dengan negara maju

bahwa kejadian stroke hemoragik sekitar 10% dan stoke iskemik

sekitar 90%, diantara stroke iskemik cardioemboli 50%, oklusi arteri

25%, oklusi arteri kecil 10% dan disisanya tidak diketahui

(cytogenic). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018

menunjukkan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis

dokter pada penduduk umum dengan usia lebih dari 15 tahun sebanyak

10,9 per 1.000 penduduk Indonesia mengalami stroke per 2018. Angka

ini menurun dari 5 tahun sebelumnya, yaitu 12,10 per 1.00. Penduduk

dan meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 8,3 per 1.000

penduduk (Budianto dkk., 2020).

1. Klasifikasi Stroke

a) Stroke Iskemik
11

Stroke iskemik merupakan disfungsi neurologis yang

disebabkan oleh infark lokalserebral, spinal, atau retinal.

Stroke iskemik ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah

secara tiba-tiba pada suatu bagian otak, dan secara klinis

menyebabkan hilangnya fungsineurologis dari area tersebut.

Stroke iskemik akut disebabkan oleh thrombosis atau emboli

pada arteri cerebral, stroke iskemik lebih sering terjadi

daripada stroke hemoragik (Budianto dkk., 2020).

b) Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami

pecahnya pembuluh darah dalam otak, sehingga darah

menggenangi ruang jaringan sel dalam otak. Stroke

hemoragik biasanya diawali dengan hipertensi. Hipertensi

merupakan faktor risiko paling penting dalam kejadian

stroke hemoragik pada laki-laki dan perempuan (Ayundari

Setiawan,2021).

2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala stroke menurut Budianto dkk. (2020) yaitu:

a) Onset mendadak hemiparese (kelemahan otot pada salah satu

sisi tubuh), monoparese (kelemahan otot pada satu kaki atau

satu tangan), atau (sangat jarang) quadriparese (kelumpuhan

keempat tungkai dan badan)

b) Defisit hemisensorik (gangguan daya tangkap ransang pada

anggota badan)
12

c) Defisit lapang pandang monocular atau binocular (gangguan

penglihatan pada salah satu mata atau keduanya)

d) Diplopia (penglihatan ganda)

e) Disarthria (bicara pelo atau cadel)

f) Kelemahan otot wajah unilateral

g) Ataksia (gangguan keseimbangan)

h) Vertigo (mual, muntah atau nyeri kepala, sangat jarang

muncul sebagai gejala tunggal)

i) Nystagmus (bola mata bergetar)

j) Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)

k) Penurunan kesadaran mendadak

Tanda dan gejala dapat terjadi sebagai gejala tunggal

(isolated), Tetapi lebih sering sebagai kombinasi. Tidak ada

tanda khas riwayat untuk membedakan antara stroke iskemik dan

stroke hemoragik, karena efek space-occupying lesionyang akut

dari stroke hemoragik, maka sering ditemukan gejala mual,

muntah, nyeri kepala dan penurunan kesadaran. Stroke pada usia

muda harus ditelusuri informasi mengenai riwayat trauma

kepala, koagulopati, penggunaan zat dan obat-obat (seperti

kokain), nyeri kepala migrain atau penggunaan kontrasepsi oral

(Budianto dkk., 2020).

2.1.4 Kualitas Citra

Kualitas citra mewakili struktur anatomi yang terdapat dalam suatu

radiograf (Bushong, 2001). Kualitas radiograf merupakan kemampuan


13

radiograf untuk memberikan informasi diagnostik yang dibutuhkan

dari obyek yang diperiksa. Radiograf dengan kualitas tinggi harus

dapat menampakkan struktur dan jaringan obyek pada radiograf

tersebut.

Karakteristik yang paling penting dalam kualitas radiograf yaitu

resolusi dan noise, resolusi sendiri yaitu kemampuan radiograf untuk

menampakkan gambaran obyek berada dalam satu radiograf dan

menampilkan detail antara obyek yang satu dengan yang lain. Noise

atau kekaburan adalah ketidaktajaman densitas pada radiograf

(Bushong, 2001).

Kualitas radiograf ditentukan beberapa komponen, yaitu sebagai

berikut:

a. Densitas

Densitas adalah derajat kehitaman dari suatu radiograf,

hubungan densitas dengan arus tabung dan waktu penyinaran

adalah berbanding lurus, ketika arus tabung dan waktu penyinaran

dinaikkan maka densitas akan meningkat (Bushong, 2001).

b. Kontras

Kontras adalah perbedaan tingkat radiograf suatu daerah

dengan daerah lain pada suatu radiograf, kontras radiograf dapat

diukur secara obyektif. Kontras berfungsi untuk membuat detail

anatomi yang lebih jelas (Bushong, 2001).

c. Ketajaman
14

Ketajaman merupakan hasil gambaran radiograf yang bisa

memperlihatkan batas yang tegas bagian-bagian objek yang difoto

sehingga struktur organ terlihat dengan baik. Radiograf dikatakan

memiliki ketajaman optimum apabila batas antara bayangan satu

dengan bayangan lain dapat terlihat jelas (Bushong, 2001).

d. Detail

Detail merupakan kualitas radiografi berdasarkan ketajaman dilihat

dari garis luar yang membentuk gambar dan kontras antara

beberapa struktur yang terekam. Jika garis luar yang membentuk

gambar sangat jelas dilihat dan kejernihan detail ini dapat

dikatakan bagus. Detail radiografi menggambarkan ketajaman

dengan struktur-struktur terkecil dari radiografi (Bushong, 2001).

2.1.5 Dasar -Dasar Ct-scan

1. Komponen Ct- Scan

Ct-scan mempunyai 2 komponen utama yaitu, scan unit dan

operator konsul, Scan unit biasanya berada didalam ruang

pemeriksaan seedangkan konsul letaknya terpisah dalam ruang

control. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja pemeriksaan

(couch) dan (gantry).


15

Gambar 2.4 Scan Unit

a) Gantry

Merupakan komponen pesawat ct-scan yang didalamnya

terdapat tabung sinar-X, kolimator detektor. Pada gantry juga

dilengkapi indikator data digital yang memberi informasi

tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi obyek, dan

kemiringan gantry. Pada pertengahan gantry nantinya akan

diletakkan obyek atau pasien. Tabung sinar-X dan detector

letaknya selalu berhadapan di dalam gantry yang kemudian

akan berputar mengelilingi obyek yang akan dilakukan

scanning (Seeram, 2016).

1) Tabung Sinar-X

Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X mirip

dengan tabung sinar-X konvensional, perbedaannya

terletak pada kemampuannya dalam menahan panas dan

output yang tinggi. Panas yang tinggi disebabkan oleh

perputaran anoda yang tinggi dengan elektron-elektron

yang menumbuknya (Seeram, 2016).


16

2) Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi

hambur, membatasi jumlah sinar-X yang sampai ke tubuh

pasien dan untuk meningkatkan kualitas gambar. Ct-scan

menggunakan dua buah kolimator ,yaitu predetektor

kolimator dan prepasien kolimator (Seeram,2016).

3) Detektor

Selama eksposi berkas sinar-X menembus tubuh

pasien dan mengalami atenuasi. Sisa-sisa sinar-X yang

teratenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika

detektor menerimasisa sisa foton, foton berinteraksi dengan

detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil,

disebut sinyal output analog. Sinyal ini intensitasnya sama

dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan

penyerapan detector yang tinggi akan berpengaruh

terhadap kualitas gambar yang lebih optimal (Seeram,

2016).

b) Meja Pemeriksaan

Merupakan tempat pasien diposisikan untukdilakukan

pemeriksaan. Setiap Scanning satu slice selesai, maka meja

akan bergeser sesuai ketebalan slice thickness yang telah diatur

(Seeram, 2016).

c) Konsul Operator
17

Konsul operator mengontrol seluruh sistem pemindai Ct-

scan dan memfasilitasi pemilihan parameter dan kontrol

pemindaian (otomatis atau manual), penyimpanan gambar,

komunikasi, rekonstruksi gambar, pemrosesan gambar,

jendela ,control gantry, dan rotasi tabung sinar-X (Seeram,

2016).

2. Prinsip Kerja Multislice Computed Tomography (MSCT)

Prinsip kerja Ct-scan menggunakan komputer untuk

memproses gambar sehingga dikategorikan sebagai sistem gambar

digital. Tabung sinar-X memutari dan menyinari obyek,

selanjutnya detektor yang berhadapan dengan tabung sinar-X

menangkap sinar-X yang telah menembus obyek tersebut. Sinar-X

yang mengalami atenuasi setelah menembus obyek diteruskan ke

detektor yang mempunyai sifat sangat sensitif dalam menangkap

perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X

tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal

listrik tersebut diperkuat dengan photo multiplier. Data dalam

bentuk signal listrik tersebut dirubah kedalam bentuk digital oleh

Analog To Digital Converter (ADC) yang kemudian akan

diteruskan ke dalam sistem komputer, setelah itu data-data tersebut

akan diolah oleh Data Acquisition System (DAS) pada computer

dalam bentuk data digital atau numerik. Data-data ini yang

kemudian akan menjadi informasi computer dengan rumus

algoritma kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut


18

ditampilkan pada layar monitor berupa gambaran irisan-irisan

tomography dari obyek yang diperiksa dalam bentuk Gray Scale

Image, yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan (Seeram,

2016).

MSCT adalah suatu teknik untuk menghasilkan gambar

radiograf secara tomography digital dari gerakan tabung sinar-X

secara kontinyu. Berkas sinar-X yang ditangkap oleh barisan multi

detektor yang berputar secara stasioner dan kontinyu disertai

pergerakan pasien melalui pergerakan meja pemeriksaan melewati

bidang penyinaran sehingga menghasilkan banyak irisan (multi

slice) dalam satu kali pergerakan pasien (Lampignano and

Kendrick, 2018).

Kelebihan MSCT dibandingkan dengan Ct-scan biasa adalah

(Lampignano and Kendrick, 2018):

a) Waktu scanning yang lebih cepat

b) Slice thickness yang didapatkan menjadi lebih tipis yaitu

kurang dari 1 mm, sehingga resolusi spasial bisa ditingkatkan

dan berguna untuk melihat struktur yang lebih halus.

c) Peningkatan kualitas gambar, karena tersedianya teknik

multiplanar, sehingga gambar dapat direkonstruksi menjadi

potongan para axial, coronal, dan sagital sehingga

menyediakan informasi tambahan untuk pemahaman anatomi

tiga dimensi.
19

d) Mampu meningkatkan volume coverage, baik dalam

visualisasi 2D dan 3D sehingga meningkatkan detail gambar.

3. Proses Pembentukan Gambar pada MSCT

Ada tiga tahap dalam pembentukan gambar yaitu akuisisi

data, rekonstruksi gambar, tampilan gambar, manipulasi,

penyimpanan, perekaman dan komunikasi (Seeram, 2016).:

a) Akuisisi data

Adalah kumpulan hasil penghitungan transmisi sinar-X

setelah melalui tubuh pasien. Setelah sinar-X menembus tubuh

pasien berkas akan diterima detector khusus yang menghitung

nilai transmisi atau nilai atenuasi (Seeram, 2016).

b) Rekonstruksi Gambar

Setelah detector mendapatkan transmisi yang cukup, data

dikirim ke komputer untuk proses selanjutnya. Komputer

menggunakan teknik matematika khusus untuk merekonstruksi

gambar MSCT yang dinamakan rekonstruksi algoritma

(Seeram, 2016).

c) Tampilan gambar, manipulasi, penyimpanan, perekaman, dan

komunikasi

Setelah komputer melakukan proses rekonstruksi,

gambarakan ditampilkan dan disimpan untuk nantinya dapat

dianalisis ulang oleh monitor yang terhubung dengan konsul

kontrol. Manipulasi gambar dapat dilakukan pada MSCT yakni

gambaran axial bisa dijadikan irisan coronal, sagital dan


20

reformat. Gambar bisa diberi perlakuan smoothing, edge

enhancement, manipulasi grayscale, dan proses tiga dimensi

(Seeram, 2016).

Pada MSCT istilah komunikasi artinya transmisi elektronik

berupa tulisan dan gambar yang dihubungkan ke alat lain

seperti laser printer, diagnostic workstation, layar monitor

radiologi, intensive care unit, kamar operasi, dan trauma di

rumah sakit serta komputer diluar rumah sakit. Protokol standar

untuk komunikasi MSCT adalah Digital Imaging and

Communication in Medicine (DICOM). Terkini adalah MSCT

beroperasi dalam lingkungan Picture Archiving and

Communication System (PACS) yang memungkinkan

perpindahan data dan gambar MSCT antar alat di radiologi.

Sistem ini akan terhubung dengan Radiologi Information

System dan Hospital Information System (Seeram, 2016).

4. Parameter Ct-scan

a) Miliampere (mA)

Nilai mA yang dipilih untuk scanning secara langsung

mempengaruhi jumlah foton sinar-X yang digunakan untuk

menghasilkan gambar Ct-scan, sehingga mempengaruhi

Spatial Noiseto Ratio (SNR) dan resolusi kontras (Romans,

2011).

b) Peak kilovoltage (kVp)


21

kVp mengontrol kualitas sinar-X sehubungan dengan

kemampuan mengontrol penetrasi keseluruhannya. Pengaturan

kVp yang lebih tinggi menghasilkan sinar-X dengan daya

tembus yang lebih besar (Romans, 2011).

c) Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari

obyek yang diperiksa. Besarnya dapat diatur antara 1 mm-

10mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan

menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah dan

sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang

tinggi. Jika tingkat ketebalan tinggi maka akan muncul artefak

dan jika terlalu tipis akan terjadi pengaburan gambaran

(Romans, 2011).

d) Range

Range merupakan perpaduan atau kombinasi dari beberapa

slice thickness yang bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan

irisan yang berbeda-beda pada satu lapangan pemeriksaan

(Lampignano and Kendrick, 2018).

e) Field of view (FoV)

FoV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkontruksi. Besarnya bervariasi ada pada rentang 12-50 cm.

Semakin kecil FoV resolusinya akan semakin meningkat, hal

ini dikarenakan FoV yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel

sehingga dalam rekontruksi matriks hasilnya lebih akurat.


22

Tetapi FoV yang kecil akan mempersulit penilaian area yang

mungkin diperlukan untuk keperluan klinis (Romans, 2011).

d) Rekontruksi matriks

Rekontruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari

elemen gambar (pixel) dalam proses perekontruksian gambar.

Rekontruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen

dalam memori computer yang berfungsi untuk merekontruksi

gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran

512 x 512, yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekontruksi matriks

berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks

yang dipakai maka semakin tinggo resolusinya (Romans,

2011).

e) Rekontruksi algoritma

Rekonstruksi algoritma adalah prosedur matematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Standar algoritma,

bone algoritma dan detail algoritma adalah tiga dasar

rekonstruks ialgoritma yang digunakan di Ct-scan. Semakin

tinggi resolusi algoritma yang dpilih maka semakin tinggi pula

resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode

ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-

jaringan yang lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar

monitor (Romans, 2011).

f) Window width
23

Window width adalah rentang nilai Ct-scan yang dikonversi

menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam layar monitor.

Setelah computer menyelesaikan pengolahan gambar melalui

rekontruksi matriks dan algoritma maka hasilnya akan

dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama

nilai Ct-scan. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield

Unit).

Dasar dari pemberian nilai ini adalah air dengan nilau 0 HU.

Untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai

+3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -

1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan

dengan nilai yang berbeda-beda pula tergantung pada tingkat

perlemahannya, dengan demikian maka penampakan tulang

dalam layar monitor menjadi putih dan penampakan udara

hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi

warna abu-abu yang bertingkat yang disebut gray scale.

Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya

berwarna abuabu dapat menjadi putih jika diberi media kontras

iodine.

Tabel 2.1 Nilai HU


(Lampinggo and Kendrick, 2018)
Tipe Jaringan CT-Numerie Penampakan

(HU)

Tulang +1000 Putih


24

Otot +50 Abu-abu

Materi Putih +45 Abu-abu Menyala

Materi abu-abu +40 Abu-abu

Darah +20 Abu-abu

Air 0 -

Lemak -10 Abu-abu gelap

kehitaman

Paru-paru -200 Abu-abu gelap

kehitaman

Udara -1000 Hitam

g) Window Level

Window level adalah nilai tengan dari window yang

digunakan untuk menampilkan gambar yang direkontruksi.

Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik

atenuasi dari struktur objek yang diperiksa (Reswenny, 2017).

2.1.6 Teknik Pemeriksaan Ct-scan Kepala

1. Pengertian

Pemeriksaan Ct-scan brain (otak) merupakan pemeriksaan

yang paling dominan disetiap rumah sakit atau klinik.

Parameter scan harus sesuai dengan kelainan patologis. Pada

umumnya, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan


25

potongan axial. Potongan coronal hanya dilakukan jika

diperlukan pada kasus tertentu. Prinsipnya semua scan harus

diawali dengan scanning tanpa kontras.

2. Indikasi

Indikasi pemeriksaan (Bontrager,2001) :

a) Tumor

b) Pendarahan intracranial

c) Atrophy otak

d) Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)

e) Kelainan congenital (Hydrocephalus).

3. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus pada pasien, Benda-benda yang

mengganggu gambaran harus dilepas sebelum melakukan

pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak. Untuk

kenyamanan pasien saat dilakukan pemeriksaan pada ruangan

ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut.

4. Persiapan Alat dan bahan

Menurut (bontrager 2001) alat dan bahan yang digunakan

dalam pemeriksaan kepala yaitu :

1) Pesawat Ct-scan

2) Tabung oksigen

5. Teknik Pemeriksaan

1) Posisi Pasien
26

2) Pasien posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi

kepala dekat dengan gantry.

6. Posisi Objek

Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala

diposisikan sehingga midsagital plane tubuh sejajar dengan

lampu indicator longitudinal dan interpupulary line sejajar

dengan lampu indicator horizontal. Lengan pasien diletakkan

disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan

tubuh pasien sebaiknya difiksasi dengan sabuk khusus pada

head holder dan meja pemeriksaan.

7. Scan Parameter

Scan Parameter menurut Nesseth, (2000). :

a) Scanogram : Kepala lateral

b) Range : Range I basis crani sampai pars pertosum dan range II

dari petrosum sampai vertex.

c) Slice thickness : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II)

d) FOV : 24 cm

e) Gantry tilt : Sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang

terbentuk oleh orbit meatal line dengan vertical

f) Tergantung tabung : 120 kV

g) Kuat arus waktu : 250 mAs

h) Recontruksi algoritma : soft tissue \

i) Window width : 0 – 90 HU (otak supratentorial) 110-160 HU

(otak pada fossa posterior), 2000-3000 HU (tulang)


27

j) Window Level : 45-45 HU (otak pada fossa posterior), 200-400

(tulang)

8. Kriteria gambar CT Kepala

a) Tampak jelas batas tegas antara subtansia alba dan subtansia

gricea.

b) Tampak jelas daerah basal gangilia

c) Tampak jelas ruang CSF disekitar ruang mesencephalon dan

mengelilingi otak

d) Tampak jelas sistem ventrikel

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Profil Peneliti Bayu Eko Prasetyo Dimas Rizki Hidayat

Optimalisasi pemilihan
Pengaruh penggunaan
slice thickness terhadap
slice thickness pada Ct-
peningkatan citra
Judul Penelitian scan kepala terhadap
anatomi pemeriksaan
kualitas citra dengan
Ct-scan kepala pada
klinis cedera kepala
kasus stroke iskemik

Tahun Penelitian 2018 2022

Metode Penelitian Eksperimen Eksperimen

Persamaan Penelitian Peneliti membahas Peneliti membahas

mengenai pengaruh mengenai pengaruh


28

penggunaan slice penggunaan slice

thickness. thickness.

Sampel pada penelitian Sampel pada penelitian

ini adalah pasien cedera ini adalah pasien stroke

kepala. Isi dari penelitian iskemik. Isi dari

Perbedaan Penelitian ini untuk mengetahui penelitian ini untuk

pengaruh prnggunaan mengetahui pengaruh

slice thickness 1 mm, 5 penggunaan slice 2,5

mm dan 10 mm. mm , 5 mm dan 10 mm.

Hasil Penelitian Pengaruh slice thickness perubahan slice

terhadap kualitas citra thickness terhadap

yang paling baik optimalisasi kualitas

berdasarkan noise dan citra yang paling baik

resolusi kontras adalah berdasarkan noise dan

menggunakan slice resolusi kontras yaitu

thickness 5 mm. menggunakan slice

sampai 5 mm. Karena

semakin mendekati 5

mm dapat mengurangi

noise dan resolusi

kontras meningkat dan

juga anatomi yang

ditampilkan tetap detail

dalam menampilkan
29

patologis.

2.3 Keranka Konsep

Pemeriksaan Ct-scan kepala merupakan pemeriksaan secara radiologi

untuk mengetahui patologi yang sering terjadi di daerah otak maupun

jaringan disekitarnya

Pengelompokan Data

Slice thickness yang digunakan


30

Penggunaan slice Penggunaan slice Penggunaan slice

thickness 2.5 mm thickness 5 mm thickness 10 mm

Tujuan

Mengetahui pengaruh perbedaan variasi slice thickness terhadap kualitas

citra anatomi pada pemeriksaan Ct-scan kepala pada kasus stroke

iskemik

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

Keterangan

= Yang diteliti
BAB III

METODE PENELTIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen. Metode penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari

hubungan sebab akibat (hubungan kuasal) antara 2 faktor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau

menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu (Arikunto, 2013). Dimana

dalam penelitian ini akan membandingkan kualitas citra radiograf Ct-Scan

kepala melalui pemilihan penggunaan slice thickness 2,5 mm dengan 5 mm

dan 10 mm.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 4 orang,

dengan menggunakan perubahan slice thickness 2,5 mm , 5 mm dan 10 mm.

Hasil gambaran radiograf yang didapatkan akan dilihat kualitas citra

masing-masing perubahan slice thickness Kemudian data yang diperoleh

akan dikaji dan diolah sehingga dapat ditarik kesimpulan.

30
31

3.2 Kerangka Operasional

Populasi semua pasien dengan keadaan stroke iskemik yang


akan melakukan pemeriksaan Ct-Scan kepala. Penggunaan
sample sebanyak 4 sampel.

Pengambilan dan pengelompokan data


sekunder hasil pemeriksaan

Rekonstruksi slice thickness yang digunakan

Penggunaan slice Penggunaan slice Penggunaan slice


thickness 2,5 mm thickness 5 mm thickness 10 mm

Pengumpulan Data

Pengolahan Data :
Wawancara
Checklist

Hasil Pengolahan Data :


Radiograf
Wawancara
Checklist

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.6 Kerangka operasonal


32

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Tempat pengambilan data dalam karya tulis ilmiah ini adalah di

Instalasi Radiologi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.

3.1.2 Waktu Penelitian

Peneliti mengambil data dimulai pada Februari sampai dengan

Mei 2023.

3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.1.3 Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh pasien Ct-Scan kepala dengan klinis stroke iskemik.

3.1.4 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Jika populasi besar dan peneliti tidak

memungkinkan mempelajari semua yang ada dikarenakan

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti bisa

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiyono,

2013). Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total

sampling, teknik total sampling adalah teknik pengambilan data

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.


33

Dalam menentukan sampel juga diperlukan kriteria pemilihan sampel

yaitu :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Sugiyono, 2013). Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :

- Semua sampel dengan klinis stroke iskemik

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2013). Kriteria eksklusi

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah :

- Sampel dengan klinis stroke hemoragik


34

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat.

1. Variabel bebas

- Slice thickness 2,5 mm , 5 mm dan 10 mm

2. Variabel terikat

- Kualitas citra pada klinis stroke iskemik


35

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013).

Tabel 2.3 Definisi Operasional

Variabel Bebas Slice thickness 2,5 mm , 5 mm dan 10 mm.

Variabel Terikat Kualitas citra pada klinis stroke iskemik.

Pemeriksaan Ct-Scan untuk mengetahui kualitas

citra maupun kelainan pada jaringan otak maupun

jaringan disekitarnya dengan menggunakan slice


Definisi thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm.

1) Melakukan teknik pemeriksaan Ct-Scan

kepala dengan 4 sampel dalam penggunaan

perbedaan slice thickness.

2) Wawancara dengan 4 responden yaitu, 1

radiolog dan 2 radiografer.

Cara Ukur
3) Menggunakan lembar checklist mengenai hasil

kualitas citra.

1) Hasil radiograf teknik pemeriksaan Ct-Scan

kepala dengan perubahan penggunaan slice


Hasil Ukur
36

thickness.

2) Hasil wawancara dengan 4 responden yaitu, 1

radiolog dan 3 radiografer.

3) Hasil lembar checklist.

Skala Ukur Ordinal

Dari segi anatomi (Bontrager, 2001)

1) Tampak bola mata

Parameter 2) Tampak nervus optikus

3) Tampak kiasma optic

4) Tampak lobus temporal

5) Tampak cerebellum

6) Tampak Pons/otak tengah

7) Tampak lobus oksipital

8) Tampak air cel mastoid

9) Tampak sinus sphenoid atau sinus ethmoid

10) Tampak korpus kalosum

11) Tampak anterior horn ventrikel lateral kiri

12) Tampak ventrikel tiga


37

13) Tampak kelenjar pineal

Dari segi kualitas citra (Andriyanto, 2013).

1) Resolusi kontras terlihat jelas

2) Noise kecil
38

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk

mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menjaring data (Sugiyono,

2013). Data yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder, Data

sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Penyusunan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu pengelompokan data, wawancara, dan checklist.

a. Pengelompokan Data

Peneliti melakukan pengelompokan data kemudian melanjutkan

proses rekonstruksi dengan menggunakan perbedaan slice thickness 2,5

mm , 5 mm dan 10 mm. Pengkodean pasien yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.4 Kode Pasien

NO Pasien Slice thickness Kode

2,5 mm A1

5 mm A2
1 Pasien 1
10 mm A3

2,5 mm B1

5 mm B2
2 Pasien 2
10 mm B3

2, 5 mm C1
39

5 mm C2
3 Pasien 3
10 mm C3

2,5 mm D1

5 mm D2
4 Pasien 4
10 mm D3

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara mengenai perubahan slice

thickness pada hasil radiograf Ct-Scan kepala dengan klinis stroke

iskemik. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas citra tersebut dengan 4

responden, terdiri dari 1 radiolog dan 2 radiografer yang diberi kode

seperti table dibawah ini:

Tabel 2.5 Kuisioner

N
Kuisioner Jawaban
O

Bagaimana pengaruh perubahan

1 slice thickness terhadap resolusi

kontras dan noise?

2 Apa pengaruh pada hasil jika

menggunakan slice thickness 2,5


40

mm?

Apa pengaruh pada hasil jika

3 menggunakan slice thickness 5

mm?

Apa pengaruh pada hasil jika

4 menggunakan slice thickness 10

mm?

Bagaimana pengaruh terhadap

5 kualitas citra jika slice thickness

semakin kecil?

Bagaimana pengaruh terhadap

6 kualitas citra jika slice thickness

semakin besar?

Tabel 2.6 Kode Responden

NO Responden Kode

1 Dokter spesialis radiologi 1 DR

2 Radiografer 1 R1

3 Radiografer 2 R2

4 Radiografer 3 R3
41

c. Checklist

Untuk mengetahui tingkat kualitas citra anatomi pada pemeriksaan

Ct-Scan kepala pada klinis stroke iskemik dengan menggunakan

perbedaan slice thickness, peneliti akan memberikan form checklist

kepada responden yaitu, 1 radiolog dan 4 radiografer.

Adapun form checklist untuk hasil radiograf sebagai berikut :

Tabel 3.5 Checklist Anatomi

Keterangan

NO Anatomi Thickness 2,5 mm Thickness 5 mm Thickness 10 mm

J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Tampak bola mata

2 Tampak nervus optikus

3 Tampak Kiasma optic

4 Tampak lobus temporal

5 Tampak pons/otak

tengah

6 Tampak cerebellum

7 Tampak lobus oksipital

8 Tampak air cel mastoid


42

9 Tampak sinus sphenoid

atau sinus ethmoid

10 Tampak korpus kalosum

11 Tampak anterior horn

ventrikel lateral kiri

12 Tampak ventrikel tiga

13 Tampak kelenjar pineal

Keterangan :
J = Jelas
TJ = Tidak Jelas
KJ = Kurang Jelas
Tabel 2.7 Checklist kualitas citra

NO Keterangan

Kualitas Citra Thickness 2,5 mm Thickness 5 mm Thickness 10 mm

J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil

2 Resolusi kontras

terlihat jelas

Keterangan :
J = Jelas
TJ = Tidak Jelas
KJ = Kurang Jelas
43

3.8 Analisis Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan teknik analisa univariat,

merupakan Analisa yang dilakukan pada suatu variabel dan hasil penelitian,

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti (Notoatmojo, 2018).

Analisis data dimulai dari melakukan pengolahn data yang diperoleh

dari hasil gambaran radiograf pemeriksaan ct-scan kepala dengan perubahan

slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm yang dihasilkan dari 4 sampel.

Data berupa hasil wawancara dan lembar checklist dikumpulkan dan

selanjutnya peneliti mengolah data-data yang telah diproses. Data-data

tersebut digunakan untuk membahas permasalahan yang ada sehingga dapat

diketahui pengaruh dari perubahan slice thickness 2,5 mm , 5 mm dan 10

mm pada pemerikaan Ct-Scan kepala terhadap kualitas citra radiograf.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini, peneliti berusaha untuk memperhatikan etika yang harus

dipatuhi dalam pelaksanaannya, mengingat bahwa penelitian kesehatan

berhubungan secara langsung dengan manusia. Peneliti menjelaskan dan

mendeskripsikan tahapan yang dilakukan dalam menjamin hak responden.

Dalam bidang kesehatan etika penelitian meliputi :

1. Right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari

perlakuan yang diberikan)


44

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci tentang penelitian

yang dilakukan serta bertanggung jawab kepada subjek penelitian jika

ada sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan.

2. Inform concent (lembar persetujuan)

Inform concent merupakan lembar persetujuan yang memuat

penjelasan tentang maksud tujuan penelitian dan dampak yang terjadi

selama selama waktu penelitian. Selanjutnya responden diminta

mengisi dan menandatangani surat persetujuan untuk menjadi

responden.

3. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity yaitu menyembunyikan identitas seseorang atau responden,

peneliti tidak mencantumkan nama subjek penelitian hanya saja untuk

lebih memudahkan dalam memanggil identitas peneliti memakai

symbol berupa responden 1, 2 3 dan seterusnya.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality merupakan upaya penceahan informasi yang diberikan

oleh responden serta data yang terkumpul disimpan dan dijamin

kerahasiaannya, informasi yang diberikan kepada orang lain tanpa

seijin responden.

5. Veracity (kejujuran)

Dalam hal ini peneliti memberi pemahaman kepada responden terhadap

semua tahap penelitian terlebih dahulu dengan menjelaskan instrumen

yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti berusaha berpeganh


45

teguh memegang prinsip kejujuran dengan menjelaskan prosedur

penelitian yang dilakukan.

6. Justice (Keadilan)

Penelitian dilakukan dengan cermat, tepat, hati-hati dan profesional

terhadap semua responden secara adil. Penggunaan prinsip keadilan

pada penelitian ini, yaitu peneliti menjamin bahwa semua subjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan jenis kelamin, usia, pendidikan dan ras saat memberikan

kuisioner.

7. Inform Consent (Kesediaan dari Subjek)

Inform Consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian

untuk diambil datanya dan secara sukarela ikut serta dalam penelitian.

Peneliti akan menjelaskan manfaat, tujuan, prosedur dan dampak dari

penelitian yang akan dilakukan.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Data dari hasil penelitian yang berjudul Optimalisasi Pemilihan Slice

thickness Terhadap Peningkatan Citra Anatomi Pemeriksaan Ct-Scan Kepala

Pada Kasus Stroke Iskemik yaitu, berupa data umum, data khusus dan

pembahasan. Data umum berisi tentang gambaran tempat penelitian dan

gambaran sampel penelitian, sedangkan data khusus berisi tentang hasil citra

radiograf Ct-Scan kepala dan hasil lembar cheklist yang telah diisi responden.

4.1.1 Data Umum

1) Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi radiologi RSUD Kanjuruhan

karena Rumah Sakit tersebut merupakan rujukan dari rumah sakit

tipe-C yang memfasilitasi pelayanan kesehatan mulai dari bayi

hingga lansia. RSUD Kanjuruhan adalah Rumah Sakit pemerintah

daerah Kabupaten Malang dan merupakan Rumah Sakit pendidikan

serta lulus akreditasi tingkat Paripurna berlaku sampai dengan tahun

2022 yang bertempat di Jl. Panji No. 100, Krajan, Panggungrejo,

Kec. Kepanjen, Kab. Malang, Jawa Timur 65163. Visi RSUD

Kanjuruhan adalah menjadi rumah sakit terbaik dalam pelayanan

kesehatan. Misi RSUD Kanjuruhan adalah menyelenggarakan

pelayanan kesehatan profesional dan proaktif dan inovatif melalui

pendekatan patient centered care dengan mengutamakan mutu dan

keselamatan pasien, menyelenggarakan pendidikan dan penelitian


46

yang bersinergi dengan pelayanan dan pengabdian kepada

masyarakat, meningkatkan kapasitas sumber daya rumah sakit dan

mendukung peningkatan kualitas pendidikakn dan pelayanan dan

melaksanakan tata kelola blud secara efektif dan efisien guna

mewujudkan kesejahteraan bersama.

Gambar 4.1 RSUD Kanjuruhan

2) Gambaran Sampel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 4 sampel yang

diambil pada bulan April – Mei 2023. Pengelompokan sampel dilakukan

pada hasil Ct-Scan Kepala dengan Klinis Stroke Iskemik, kemudian dari

hasil data tersebut dilakukan reconstruksi dengan menggunakan perubahan

slice thickness 2.5 mm, 5 mm dan 10 mm. Dari 4 sampel yang diambil

terdapat 3 perempuan dan 1 laki-laki.


47

Tabel 4.1 Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Perempuan 3 75%

2 Laki-laki 1 25%

Total 4 100%

Sunber : Data Sekunder 2023

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa seluruh sampel

berjumlah 4 sampel. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa jumlah sampel yang berjenis kelamin perempuan

sebesar 75% dan sampel yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 25%.

3) Gambaran Umum Responden

Responden yang di gunakan dalam mengevaluasi anatomi dan kualitas

citra anatomi pada hasil pemeriksaan Ct-scan kepala pada kasus Stroke

iskemik adalah sejumlah 4 responden, yaitu 3 radiografer dan 1 radiolog.

Tabel 4.2 Kode Responden

NO Responden Kode Umur

1 Dokter Spesialis Radiologi DR 40 Tahun

2 Radiografer 1 R1 45 Tahun

3 Radiografer 2 R2 41 Tahun

4 Radiografer 3 R3 32 Tahun

Sunber : Data Sekunder 2023


48

4.1.2 Data Khusus

4.1.2.1 Hasil Perubahan Slice thickness 2,5 mm 5 mm dan 10 mm Pada CT-Scan Kepala Terhadap Kualitas Citra

Hasil perubahan slice thickness pada ct-scan kepala terhadap kualitas citra berdasarkan 4 sampel dapat diketahui pada

tabel 4.3, yang telah di evaluasi oleh 3 responden yaitu sebagai berikut :

1. Radiografer 1 (R1)

Tabel 4. 3 Hasil Cheklist R1 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness

2.5 mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ
1 Noise kecil     4
Resolusi kontras
2     4
terlihat jelas

Total 100% 100%


49

Tabel 4.4 Hasil Cheklist R1 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness 5

mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 5 mm Thickness 5 mm Thickness 5 mm Thickness 5 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras
2     4
terlihat jelas

Total 100%
50

2. Radiografer 2 (R2)

Tabel 4.5 Hasil Cheklist R2 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness

2,5 mm, 5 mm dan 10 mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras 4
2    
terlihat jelas

Total 100% 100%


51

Tabel 4.6 Hasil Cheklist R2 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness 5

mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 5 mm Thickness 5 mm Thickness 5 mm Thickness 5 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras
2     4
terlihat jelas

Total 100% 100%


52

Tabel 4.7 Hasil Cheklist R2 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness

10 mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 10 mm Thickness 10 mm Thickness 10 mm Thickness 10 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras
2     4
terlihat jelas

Total 100%
53

3. Radiografer 3 (R3)

Tabel 4.8 Hasil Cheklist R3 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness

2,5 mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm Thickness 2,5 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras 4
2    
terlihat jelas

Total 100% 100%


54

Tabel 4.9 Hasil Cheklist R3 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness 5

mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 5 mm Thickness 5 mm Thickness 5 mm Thickness 5 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras
2     4
terlihat jelas

Total 100%
55

Tabel 4.10 Hasil Cheklist R3 Pada Kualitas Citra Sampel A, B, C dan D Pada Ct-Scan Kepala Menggunakan Slice thickness
10 mm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D


Hasil
NO Thickness 10 mm Thickness 10 mm Thickness 10 mm Thickness 10 mm
Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil     4

Resolusi kontras
2     4
terlihat jelas

Total 100% 100%


56

Berdasarkan tabel diatas jumlah akumulasi penilaian dari 3

responden yaitu radiogader, terhadap 4 sampel dengan tiap sampel

menggunakan perubahan variasi slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10

mm dalam menampilkan kualitas citra dapat dibandingkan dengan

menganalisis jumah nilai data sehinga dapat diperoleh data pada tabel

sebegai berikut :

Tabel 4.11 Hasil Cheklist Perbandingan Perubahan Slice thickness 2,5 mm, 5 mm
dan 10 mm

Keterangan

NO Thickness 2,5 mm Thickness 5 mm Thickness 10 mm


Kualitas Citra
J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Noise kecil 4 8 8 4 4 8

Resolusi kontras
2 4 8 12 12
terlihat jelas

Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan persentase perbandingan

kualitas citra pada perubahan slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm.

Perbandingan persentase kualitas citra tersebut dapat dilihat pada gambar

4.2 sebagai berikut :


57

1. Hasil Persentase Noise Pada Penggunaan Slice Thickness 2,5 mm, 5

mm dan 10 mm

Hasil Persentase Noise Pada Penggunaan Slice


Thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm
0.66 66% 66%
65%
55%
45%
33% 33% 33%
35%
25%
15%
5%
2.5 mm 5 mm 10 mm

Jelas 33% 66% 33% #FMT


Kurang Jelas #FMT 33% 66% #FMT
Tidak Jelas 0.66 NaN NaN NaN

Jelas Kurang Jelas Tidak Jelas

Gambar 4.2 Hasil Persentase Noise Pada Penggunaan Slice thickness 2,5
mm, 5 mm dan 10 mm
Berdasarkan gambar 4.2 didapatkan hasil persentase noise pada

penggunaan slice thickness 2,5 mm noise didapatkan hasil jelas sebesar

33%, dan tidak jelas sebesar 66%. Pada penggunaan slice thickness 5

mm, noise didapatkan hasil jelas sebesar 66% dan kurang jelas sebesar

33%. Pada penggunaan slice thickness 10 mm noise didapatkan hasil

jelas sebesar 33% dan tidak jelas sebesar 66%


58

2. Hasil Persentase Resolusi Kontras Pada Penggunaan Slice thickness

2,5 mm, 5 mm dan 10 mm

Hasil Persentase Resolusi Kontras Pada Penggunaan


Slice Thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm
110% 100% 1
90%
70% 0.66

50%
33%
30%
10%
2,5 mm 5 mm 10 mm

Jelas 33% 100% #FMT #FMT


Kurang Jelas 0.66 NaN 1 NaN
Tidak Jelas NaN NaN NaN NaN

Jelas Kurang Jelas Tidak Jelas

Gambar 4.3 Hasil Persentase Resolusi Kontras Pada Penggunaan Slice


thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm
Berdasarkan gambar 4.3 didapatkan hasil persentase resolusi kontras

pada penggunaan slice thickness 2,5 mm didapatkan hasil jelas sebesar

33%, kurang jelas sebesar 66%. Pada penggunaan slice thickness 5 mm

didapatkan hasil jelas sebesar 100%, dan pada penggunaan slice

thickness 10 mm didapatkan hasil kurang jelas sebesar 100%.

4.1.2.2 Hasil Perubahan Slice thickness 2,5 mm 5 mm dan 10 mm Pada CT-

Scan Kepala Terhadap Kriteria Anatomi

Hasil cheklist anatomi terhadap perubahan slice thickness 2,5

mm, 5 mm dan 10 mm berdasarkan 4 sampel dapat diketahui pada tabel

4.12 yang telah dievaluasi oleh 3 responden dengan masing-masing

sampel menggunakan perubahan variasi slice thickness 2,5 mm, 5 mm

dan 10 mm dalam menampilkan citra anatomi dapat dibandingkan


59

dengan menganalisis jumlah nilai sata sehingga dapat diperoleh data pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.12 Hasil perbandingan perubahan slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10
mm tehadap kriteria anatomi
Keterangan

NO Anatomi Thickness 2,5 mm Thickness 5 mm Thickness 10 mm

J KJ TJ J KJ TJ J KJ TJ

1 Tampak bola mata 4 4 4

2 Tampak nervus optikus 4 4 4

3 Tampak Kiasma optic 4 4 4

4 Tampak lobus temporal 4 4 4

5 Tampak pons/otak 4 4 4

tengah

6 Tampak cerebellum 4 4 4

7 Tampak lobus oksipital 4 4 4

8 Tampak air cel mastoid 4 4 4

9 Tampak sinus sphenoid 4 4 4

atau sinus ethmoid

10 Tampak korpus kalosum 4 4 4

11 Tampak anterior horn 4 4 4

ventrikel lateral kiri


60

12 Tampak ventrikel tiga 4 4 4

13 Tampak kelenjar pineal 4 4 4

Total 52 52 40 8 4

Persentase 100 100


77% 15% 8%
% %

Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan hasil persentase perbandingan citra

anatomi pada perubahan slice thicnkess 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm.

Perbandingan persentase citra anatomi tersebut dapat dilihat pada gambar

4.4 sebagai berikut :

110% 100% 100%


90%
77%
70%

50%

30%
0.15
0.08
10%
2,5 mm 5 mm 10 mm

Jelas 100% 100% 77% #FMT


Kurang Jelas NaN NaN 0.15 NaN
Tidak Jelas NaN NaN 0.08 NaN

Jelas Kurang Jelas Tidak Jelas

Gambar 4. 4 Hasil Persentase Citra Anatomi Pada Penggunaan Slice


Thicknes 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm

Berdasarkan gambar 4.4 didapatkan hasil persentase citra anatomi

pada penggunaan slice thickness 2,5 mm didapatkan hasil jelas sebessar


61

100% , pada penggunaan slice thickness 5 mm didapatkan hasil pada

bagian jelas sebesar 100% dan pada penggunaan slice thickness 10 mm

didapatkan hasil jelas sebesar 77%, kurang jelas sebesar 15% dan tidak

jelas sebesar 8%.

4.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai pengaruh perubahan

slice thickness terhadap peningkatan kualitas citra ct-scan kepala pada kasus

stroke iskemik, yang bertujuan untuk optimalisasi penggunaan slice thickness

terhadap peningkatan kualitas citra ct-scan kepala pada kasus stroke iskemik.

Prosedur dalam penelitian ini yaitu dimulai dari rekonstruksi slice thickness

2.5 mm, 5 mm dan 10 mm. Rekonstruksi slice thickness dimulai dari

pemilihan slice thickness, penentuan pengambilan potongan dengan variasi

perubahan slice thickness sehingga didapatkakan 3 radiograf dari setiap

sampel yaitu, penggunaan variasi slice thickness 2.5 mm, 5 mm dan 10 mm

kemudian dijadikan sebagai data.

Penelitian ini dilakukan menggunakan checklist yang dinilai oleh tiga

responden dengan menggunakan 4 sampel dimana tiap sampel dievaluasi oleh

masing-masing responden dengan menggunakan 3 perubahan variasi slice

thickness yaitu 2,5 mm, 5 mm dan 10 mm. Dari hasil data checklist tersebut

kemudian dilakukan pengolahan data dan diperoleh hasil bahwa ada pengaruh

variasi rekonstruksi slice thickness terhadap resolusi kontras dan noise pada

pemeriksaan Ct-Scan kepala pada kasus stroke iskemik.

4.2.1 Pengaruh Penggunaan Slice thickness 2.5 mm, 5 mm dan 10mm

Pada Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Terhadap Kualitas Citra


62

Hasil data penelitian yang dinilai dari 3 responden berdasarkan 4

sampel dengan sama-sama menggunakan rekonstruksi slice thickness

2,5 mm sebagai optimalisasi tingkat kejelasan kualitas citra ct-scan

kepala. Hasil noise pada bagian jelas didapatkan persentase sebesar

33%, kurang jelas sebesar 0% dan tidak jelas mendapatkan nilai paling

tinggi yaitu sebesar 66%, hal ini dikarenakan pada penggunaan slice

thickness 2.5 mm hasil gambaran yang ditampilkan lebih kasar atau

noise sehingga semakin berkurang kualitas citra yang ditampilkan.

Sedangkan pada bagian resolusi kontras didapatkan hasil jelas sebesar

33% dan kurang jelas mendapatkan nilai paling tinggi yaitu sebesar

66%, hal ini dikarenakan terlalu banyaknya noise sehingga resolusi

kontras menurun.

RESOLUSI
NOISE
KONTRAS

Gambar 4.5 Hasil Kualitas Citra Pada Penggunaan Slice Thickness 2.5
mm
63

Pada penggunaan slice thickness 5 mm pada hasil ct-scan kepala,

hasil noise pada bagian jelas sebesar 66%, kurang jelas sebesar 33%.

Pada hasil noise hasil bagian jelas mendapatkan nilai persentase paling

tinggi hal ini dikarenakan dikarenakan pada penggunaan slice thickness

5 mm hasil gambaran noise yang ditampilkan berkurang sehingga

gambaran lebih detail, sedangkan pada bagian resolusi kontras

didapatkan hasil bagian jelas sebesar 100% hal ini dikarenakan pada

penggunaan slice thickness 5 mm hasil resolusi tampak lebih halus

sehingga kualitas citra yang ditampilkan sangat baik dalam

menampilkan hasil pemeriksaan ct-scan kepala.

RESOLUSI
KONTRAS
NOISE

Gambar 4.6 Hasil Kualitas Citra Pada Penggunaan Slice Thickness 5


mm
64

Pada penggunaan slice thickness 10 mm pada hasil ct-scan kepala,

hasil noise pada bagian jelas didapatkan persentase sebesar 33%,

kurang jelas sebesar 66% hal ini dikarenakan pada penggunaan slice

thcikness 10 mm noise yang dihasilkan terlalu rendah sehingga

gambaran kurang detail. Sedangkan pada bagian resolusi kontras

didapatkan hasil kurang jelas sebesar 100% hal ini dikarenakan

gambaran yang terlalu halus sehingga ketajaman menjadi berkurang.

RESOLUSI
KONTRAS
NOISE

Gambar 4.7 Hasil Kualitas Citra Pada Penggunaan Slice Thickness 10 mm


65

4.2.2 Pengaruh Penggunaan Slice thickness 2.5 mm, 5 mm dan 10mm

Pada Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Terhadap Citra Anatomi

Hasil data penelitian yang dinilai oleh 1 responden dengan

menggunakan 4 sampel dimana tiap sampel dievaluasi oleh responden

dengan menggunakan rekonstruksi perubahan variasi slice thickness 2,5

mm, sebagai optimalisasi tingkat kejelasan citra anatomi pada ct-scan

kepala. Hasil cheklist anatomi pada bagian jelas didapatkan persentase

sebesar 100%. Hal ini dikarenakan pada penggunaan slice thickness 2,5

mm irisan yang ditampilkan sangat detail sehingga pada irisan tersebut

anatomi yang kecil seperti nervus optikus dan kiasma optik dapat teriris

dengan baik sehingga ketika ada nilai-nilai patologis dapat informatif

dalam evaluasi dokter dalam menegakkan diagnosa.

Gambar 4.8 Hasil Citra Anatomi Pada Slice Thickness 2,5 mm


Pada penggunaan slice thickness 5 mm pada hasil ct-scan kepala,

hasil cheklist anatomi pada bagian jelas didapatkan nilai persentase


66

paling tinggi yaitu sebesar 100%. Hal ini dikarenakan pada penggunaan

slice thickness 5 mm irisan yang ditampilkan dapat terlihat detail dan

halus sehingga pada irisan tersebut anatomi yang kecil seperti nervus

optikus dan kiasma optik masih dapat teriris dengan baik sehingga

ketika ada nilai-nilai patologis dapat informatif dalam evaluasi dokter

dalam menegakkan diagnosa.

Gambar 4.9 Hasil Citra Anatomi Pada Slice Thicness 5 mm


Pada penggunaan slice thickness 10 mm pada hasil ct-scan kepala,

hasil cheklist anatomi pada bagian jelas didapatkan nilai persentase

sebesar 77%, bagian kurang jelas sebesar 15% dan tidak jelas sebesar

8%. Pada karakteristik bagian jelas didapatkan hasil paling tinggi

karena pada penggunaan slice thickness 10 mm pada anatomi tersebut

masih tampak jelas namun pada sebagian anatomi nervus optikus dan

kiasma optik tampak kurang jelas karena volume atau ukuran dari
67

anatomi tersebut yang terlalu kecil sehingga bagian tersebut tidak teriris

dengan baik.

Gambar 4. 10 Hasil Citra Anatomi Pada Slice Thickness 10 mm


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan wawancara dari 4

responden yaitu 1 radiolog dan 3 radiografer terhadap 4 sampel dengan

masing-masing sampel dengan variasi slice thickness 2,5 mm, 5 mm dan 10

mm, dapat di tarik kesimpulan yaitu dengan perubahan penggunaan slice

thickness pada ct-scan kepala sangat berpengaruh terhadap optimalisasi

kualitas citra, khususnya noise yang ditampilkan dan resolusi kontras.

Sehingga pada penelitian ini dapat diketahui pengaruh perubahan slice

thickness terhadap optimalisasi kualitas citra yang paling baik berdasarkan

noise dan resolusi kontras yaitu menggunakan slice sampai 5 mm. Karena

semakin mendekati 5 mm dapat mengurangi noise dan resolusi kontras

meningkat dan juga anatomi yang ditampilkan tetap detail dalam

menampilkan patologis. Semakin mendekati 10 mm noise yang ditampilkan

semakin menurun namun resolusi kontras semakin meningkat dan anatomi

yang ditampilkan terkadang tidak tampak karena terlalu terbalnya irisan.

5.2 Saran

Penggunaan slice thickness pada ct-scan kepala sebaiknya

menggunakan 5 mm, karena penggunaan slice thickness tersebut noise dan

resolusi kontras imbang sehingga sangat optimal dalam menampilkan

kelainan tanpa mengurangi informasi dokter dalam menegakkan diagnosa


69

DAFTAR PUSTAKA
Ayundari Setiawan, Putri. 2021. “Diagnosis Dan Tatalaksana Stroke Hemoragik”,

Jurnal Medika Hutama3 (October). http://jurnalmedikahutama.com.

Bahrudin, M. 2013. Neurologi Klinis. In Edisi Pertama, Malang, Universitas

Muhammadiyah Malang Press.

Bontrager, Kennet L. 2001. Textbook Of Radiographic Positioning And Relate

Anatomy. Fifth Edition. Saint Louis : Mosby

Bontrager, Kennet L. 2001. Textbook Of Radiographic Positioning And Relate

Anatomy. Sixth Edition, Mosby A Harcourt Science Company, London:

Philidelphia Sydney Toronto.

Bontrager, Kennet L. 2018. Textbook of Radiographic Posiotioning and Related

Anatomy(ninth). the CV Mosby.

Budianto, Pepi, Hanindya Prabaningtyas, and Stefanus Erdana Putra. 2020. Stroke

Iskemik Akut: Dasar Dan Klinis. Surakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

Ian Peate. Anatomy and Physiology the Brain. British Journal of Healthcare

Assistance. 2017 ; Vol 11 No 11

Kurniawati;, A. N. K. F. A. (2022). "Pengaruh Variasi Slice thickness Terhadap

Noise Dan Informasi Diagnostik Pada Pemeriksaan Ct-Scan Kepala

Tanpa Kontras Dengan Klinis Lacunar Infark", (Online),

(http://repository.poltekkessmg.ac.id/index.php?

p=show_detail&id=33160&keywords=slice+thickness, diakses 10

Oktober 2022)
70

Lampignano, J. 2018. Textbook of Radiographic Positioning and Related

anatomy(ninth edit). Elsevier Mosby.

Neseth, Roland, 2000, Prosedure and Documentation for CT and MRI. Mc

GrawHill Medical Publishing Division, Kansas

Notoatmodjo, S. 2018. Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurmayanti;, W. (2020). "Optimisasi Dosis Radiasi Untuk Mendapatkan Kualitas

Citra Yang Optimal Pada Pemeriksaan Ct Scan Kepala", (Online),

(http://repository.poltekkessmg.ac.id/index.php?

p=show_detail&id=20997&keywords=SCAN+KEPALA, diakses 8

Oktober 2022)

Rasad, S 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Reswenny, Dewi Try. 2017. Tatalaksana Pemeriksaan Computed Tomography

Scanning (Ct-scan) Kepala Pada Anak Dengan Klinis Hydrocephalus

diInstalasi Radiologi RSUD Dr.Saiful Anwar Malang. Karya Tulis Ilmiah.

Tidak diterbitkan.

Romans, Lois E. (2011). Computed Tomography for Technologist.

Wolters Kluwer Health,Inc., Baltimore, Maryland

Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf. V ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Seeram, E. (2016). Computedtomography Physical Principles, Clinical

Applications, and Quality Control Fourth Edition.

Sugiyono. 2013 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitiatif dan dan kombinasi

(Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

White, S. (2008). Assessing the Nation’ s Health Literacy Key concepts and

findings of the National. Amerika Serikat.


71

World Stroke Organization. (2020). World Stroke Day 2020.

https://www.worldstroke.org/world-stroke-day-campaign/world-stroke-

day/previous-worldstroke-days/world-stroke-day-2020. diakses pada

tanggal 21 November 2020.

Zuliyanti, Ratna. dkk. (2021). "Optimisasi Pemilihan Slice thickness Untuk

Peningkatan Kualitas Citra Anatomi Pemeriksaan Ct Scan Kepala Pada

Kasus Stroke Iskemik", (Online),

http://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?

p=show_detail&id=25818&keywords=slice+thickness, diakses 8 OKtober

2022)
72

LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ketersediaan Menjadi Responden
73
74
75
76

Lampiran 2 Cheklist Kualitas Citra R1


77
78

Lampiran 3 Cheklist Kualitas Citra R2


79
80

Lampiran 4 Cheklist Kualitas Citra R3


81
82

Lampiran 5 Kuisioner Kualitas Citra


83
84
85

Lampiran 6 Cheklist Anatomi


86
87
88

Lampiran 7 Lembar Pelaksanaan Bimbingan


89
90

Anda mungkin juga menyukai