Anda di halaman 1dari 41

MARIA MONTESSORI

By. Nendah Nurjanah


MARIA MONTESSORI
Lahir di Chiaravalle, Italia, 1970
Kuliah Kedokteran bidang spesialisasi
Pediatric
Pernah bekerja di rumah sakit jiwa.
Mulai tertarik dengan anak-anak berkebutuhan khusus
Melakukan observasi untuk memahami kebutuhan anak & mengembangkan
metode belajar yang sesuai.
Ternyata anak “untouchable” merespon metode belajar tersebut. Masalah
bukan terletak di anak, tetapi dari lingkungan dan pendekatan orang dewasa.
Mulai dipanggil “Guru”
TUJUAN MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI
Metode Montessori bertujuan sebagai
pengantar prinsip, agak anak-anak mereka
dapat memasuki ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dengan persiapan yang matang.
dimulai pada usia prasekolah

Membantu para orang tua dalam menerapkan


pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka.
PENDEKATAN MONTESSORI TERHADAP
PERKEMBANGAN ANAK
2 macam alat bantu internal dalam
perkembangan anak untuk
memahami lingkungan :
Sensiitive Periods
Absorbment Mind

(Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)


Sensitif Periods
Kumpulan-kumpulan waktu dalam
kehidupan anak dimana ia terpikat
dengan satu karakteristik dari
lingkungannya dan menghilangkan yang
lain-lain (Lillard, 1972 dalam Syarif,
2001)

Paling banyak terjadi pada usia kanak-


kanak awal (Hainstock, 1997)

Perlu dikenali oleh orang dewasa untuk memfasilitasi anak


dalam memahami dan menguasai lingkungannya pada puncak
periode sensitif tertentu (Hainstock, 1997)
Absorbent Mind
Secara tidak sadar mengumpulkan informasi dari lingkungan dan
mempelajarinya dengan kecepatan yang tinggi (Britton, 1992 dalam
Syarif, 2001)

Orang dewasa sebaiknya mengarahkan anak dalam memperoleh


informasi tanpa menghilangkan keluasaan anak untuk mengeksplorasi
lingkungannya.

Merupakan proses pembentukan akal anak sampai sedikit demi sedikit


ia telah membentuk ingatan (memory), kekuatan untuk memahami
(understand), serta kemampuan untuk menalar (reasoning).
(Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)
Pengajar dalam
Pendekatan Montessori
directress/guide

Pendekatan yang digunakan guru Montessori

tidak langsung

untuk membebaskan potensi individu demi pembentukan


perkembangan diri (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)
Peran Guru Montessori
Penyambung dinamis antara anak dengan lingkungan yang siap (prepared environment)

Pengamat sistematis terhadap anak dan seorang yang menjelaskan (interprener)


kebutuhan-kebutuhan anak.

Eksperimenter, menyesuaikan dengan lingkungan untuk memenuhi persepsinya terhadap


kebutuhan dan minat anak, dan secara obyektif mencatat hasilnya.

Programmer, mempersiapkan lingkungan dan mempertahankannya dalam kondisi yang


sempurna, menambahkan dan menghilangkan materi yang dibutuhkan.

Penilai (evaluator), menentukan efektivitas pekerjaannya sendiri dan lingkungannya,


menilai kemujan tiap-tiap anak.

Menghargai anak dan berperan sebagai pelindungnya.


(Anna Burke Neubert, 1973)
Peran Guru Montessori
Penyokong (supporter), memberikan kehangatan, keamanan, stabilitas, dan penerimaan
tanpa menilai kepada tiap-tiap anak.
Fasilitator dalam komunikasi di antara anak-anak dan dalam usaha anak untuk
berkomunikasi dengannya serta harus menjelaskan kemajuan anak dan pekerjaannya
kepada orang tua, karyawan sekolah, dan kepada masyarakat.
Demonstran (demonstrator), membawakan pelajaran-pelajaran secara jelas, menarik,
dan relevan kepada anak.
Seorang contoh konsisten yang baik dari tingkah laku yang diinginkan bagi anak,
mengikuti aturan-aturan dasar kelas, menampilkan ketenangan, konsisten, keanggunan
dan sopan santun, memberi contoh dan menghargai setiap anak.
Peacemaker, secara konsisten mengajar tingkah laku sopan dan pemecahan masalah.
Diagnotician, mampu menjelaskan pola penyimpangan dan tanpa menilai menerima
setiap anak
(Anna Burke Neubert, 1973)
Metode Pengajaran

Langkah-langkah dilakukan
secara bertahap dan
meningkat sedikit demi
Pendekatan Montessori sedikit, dari yang amat Pelatihan awal dalam
memberikan kesempatan sederhana sampai yang pendekatan Montessori
kepada anak untuk terlihat kompleks. dilakukan melalui latihan
“menemukan” (discover) sensoris yang mencakup
lingkungannya, melalui latihan panca indra,
permainan, percobaan terutama indra peraba
Evaluasi Hasil Belajar
Montessori mendidik dengan
cara mengajari, bukan Rapor tidak menggunakan
mengoreksi (teach by sistem ranking, seperti angka
teaching, not by correcting) atau nilai A, B, dan C.
Anak-anak tidak dipicu
kompetisinya
Usaha dan pekerjaan anak
dihargai sebagaimana
Tidak mengenal sistem
adanya
hukuman dan imbalan
(reward and punishment)
Kendala Penerapan Metode Montessori
Metode ini tidak diterapkan Kemungkinan munculnya sikap Kadang kala orangtua tidak tahu
pada sekolah umum, bagi agresif pada anak dengan usia aktivitas apa yang sebaiknya
anak-anak yang sebelumnya lebih tua terhadap usia yang lebih perlu dihindari oleh anak agar
menggunakan metode ini muda karena adanya tidak mengarah pada perilaku
akan mengalami cukup pengelompokkan usia. Dengan yang tidak diinginkan maupun
kesulitan untuk beradaptasi kata lain terjadi intimidasi berbahaya
jika melanjutkan pendidikan karena merasa lebih berhak dari
di sekolah formal anak lainnya.
Sekoleh montessori sangat
Sekolah dengan metode
terbatas, tidak semua wilayah
montessori cenderung lebih
memiliki sekolah dengan metode
mahal
ini

Lingkungan yang membebaskan anak untuk bereksplorasi


memungkinkan anak-anak sulit diatur

Anda mungkin juga menyukai