Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“UJI KOROSI PADA PAKU”

XII IPA 3

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Adi Bagus Prasetyo Sujarwo (03)
2. Aisyah Devinta Arifin (04)
3. Amelia Angelina Hakim (05)
4. Cindy Chelsilia Ariestiyanto (10)
5. M. Afrizaqi Atqia’ (23)
6. M. Naufal Firzatullah Jatmiko (27)

GURU PEMBIMBING:

Sri Uripiyati, S.Pd, M.Pd.

SMA NEGERI 1 DRIYOREJO

TAHUN PELAJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya maka kami bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar. Berikut ini
penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Uji Korosi Pada Paku”, yang menurut
kami dapat memberikan pengeetahuan tambahan tentang korosi pada paku.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi laporan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan laporan dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Gresik, 2 September 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Tujuan.....................................................................................................................................4
C. Manfaat..................................................................................................................................5
D. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
E. Hipotesis.................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................6
A. Kajian Teori...........................................................................................................................6
BAB III.........................................................................................................................................11
METODE PENELITIAN..............................................................................................................11
A. Metode Penelitian................................................................................................................11
B. Alat dan Bahan.....................................................................................................................11
C. Variabel.....................................................................................................................................11
D. Langkah Kerja..........................................................................................................................12
BAB IV.........................................................................................................................................13
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................................................13
A. Deskripsi Data......................................................................................................................13
B. Uji Potesis............................................................................................................................14
C. Pembahasan..........................................................................................................................14
BAB V..........................................................................................................................................15
PENUTUP....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
LAMPIRAN.................................................................................................................................17
A. Dokumentasi Penelitian.......................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha
untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk
oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu
masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam
kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah
mengalami korosi. Padahal besi yang mengalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi
komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan.

Oleh karena itu, dengan mempelajari pentingnya pencegahan korosi, percobaan kali ini
difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi korosi. Proses perkaratan pada besi dapat
berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi
yang terbentuk pada peristiwa awal korosi akan menjadi katalis pada peristiwa korosi
selanjutnya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi korosi

2. Untuk mengetahui pengaruh berbagai larutan terhadap korosi

3. Untuk mengamati proses korosi pada paku di beberapa medium yang telah ditentukan

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang akan memengaruhisebuah korosi

4
2. Dapat mengetahui pengaruh dari larutan yang berbeda terhadap korosi 3. Dapat

mengetahui proses korosi pada paku

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh berbagai cairan terhadap korosi pada paku besi?

2. Bagaimana cara pencegahan korosi?

3. Apa saja faktor yang memengaruhi korosi?

E. Hipotesis
Pada medium air biasa dan paku lebih cepat mengalami perkaratan karena murni terdapat
kadar air dan oksigen yang tinggi sehingga akan berikatan dengan besi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5
A. Kajian Teori
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi (paku).

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari
besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari biji mineralnya. Contohnya, biji mineral
logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
6
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

A. Faktor yang mempengaruhi Korosi

Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Oksigen terlarut ( DO = Dissolved oxygen ) → DO berperan dalam sebagian proses


korosi, bila konsentrasi DO naik, maka kecepatan korosi akan naik.
2. Zat padat terlarut jumlah ( TDS = total dissolved solid ) → Konsentrasi TDS sangatlah
penting, karena air yang mengandung TDS merupakan penghantar arus listrik yang baik
dibandingkan dengan air tanpa TDS. Aliran listrik diperlukan untuk terjadinya korosi
pada pipa logam, oleh karena itu jika TDS naik, maka kecepatan korosi akan naik.
3. pH dan Alkalinitas → Mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya pH dan
alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik. Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni
pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang
berlangsung pada katode yaitu: 2H+(aq) + 2e- → H2
4. Temperatur → Makin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi dan naiknya
temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi.
5. Tipe logam yang digunakan untuk pipa dan perlengkapan pipa → Logam yang mudah
memberikan elektron atau yang mudah teroksidasi, akan mudah terkorosi.
Aliran listrik → Aliran listrik yang diakibatkan oleh korosi sangat lemah dan isolasi dapat
menghalangi aliran listrik antara logam-logam yang berbeda, sehingga korosi galvanis
dapat dihindari. Bilamana aliran listrik yang kuat melewati logam yang mudah terkorosi,
maka akan menimbulkan aliran nyasar dari sistem pemasangan listrik di pelanggan yang
tidak menggunakan aarde, hal ini menyebabkan korosi cepat terjadi.
6. Bakteri → Tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka akan
menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama masa putaran
hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan kecepatan

7
korosi. H2S dan besi sulfida, Fe2S2, hasil reduksi sulfat (SO42–) oleh bakteri pereduksi
sulfat pada kondisi anaerob, dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air.
Zatzat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini
dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena mereka senang
dengan air yang mengandung besi.

B. Penyebab korosi dan Pengendalian korosi

1. Penyebab korosi
7. Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik
pencampuran bahan dan sebagainya.
8. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban,
keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif
(yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
senyawa an-organik maupun organik.
9. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses
korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses
korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida
beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri,
bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada
suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah
terlepas ke udara.

2. Pengendalian korosi

Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah

8
besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis
logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan
dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.

1. Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
besi dengan udara dan air.
2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan
mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang
sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang
tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak
dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya
tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi
karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah.
Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel
elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi
besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat
hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan
zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya
tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan
katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang
kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode.
Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. 6. Cromium

9
plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium
untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil.
Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak
7. Sacrificial protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat)
daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu
akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang
ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus
diganti.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian uji pada korosi ini adalah dengan cara
eksperimen dan observasi.

10
B. Alat dan Bahan
1. Paku

2. Gelas plastik dan tutup

3. Air

4. Garam

5. Gula

6. Asam cuka

7. Asam sitrat

8. Bayclin

9. Sendok

10. Kertas label nama

C. Variabel
1. Variabel bebas : Macam-macam larutan

2. Variabel terikat : Kecepatan korosi

3. Variabel kontrol : Paku dan waktu

D. Langkah Kerja
1. Siapkan lima buah gelas plastik.

2. Buat larutan yang telah ditentukan di masing-masing gelas. Gelas A air biasa, gelas B larutan
garam, gelas C larutan gula, gelas D larutan asam sitrat, gelas E larutan asam cuka, dan gelas F
larutan bayclin.

3. Masukkan paku di setiap gelas sebanyak satu buah.

11
4. Tutup dengan rapat.

5. Diamkan selama satu minggu dan amati perubahan yang terjadi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Berikut hasil pengamatan dalam bentuk tabel:
Gelas Perubahan yang terjadi hari ke-
1 2 3 4 5 6
Air biasa - + ++ x +++ +++ +++
x x x

12
Larutan garam - - + ++ +++ +++
x x

Larutan gula - - - -x -x -x
x

Larutan bayclin - - + ++ x +++ +++


x x x

Larutan asam cuka - - + ++ ++ ++


O O O
= = =
Larutan asam sitrat - - +O ++ ++ ++
O O O
= =

Keterangan :

- Belum berkarat

+ Tingkat perkaratan

O Muncul gelembung

= Paku mulai menghitam x

Perubahan warna dalam larutan

B. Uji Potesis
Teori yang ada terbukti bahwa adanya pengaruh perbedaan larutan dapat mempengaruhi
percepatan perkaratan pada paku. Pada umumnya paku lebih cepat berkarat pada larutan yang
memiliki kadar oksigen dan air yang tinggi.

C. Pembahasan
1. Air biasa tanpa ditambahkan apa-apa menyebabkan paku mengalami korosi keseluruhan
serta menyebabkan air mengalami perubahan warna menjadi warna kuning-kemerahan. Hal
tersebut karena seperti yang diketahui bahwa penyebab terjadinya korosi adalah air dan oksigen.
Walaupun keadaan gelas tersebut tertutup, namun tetap saja ikatannya menyebabkan paku

13
mengalami korosi paling cepat jika dibandingkan dengan paku yang berada pada larutan yang
lainnya.

2. Larutan garam dan larutan bayclin akan menyebabkan korosi pada paku keseluruhan dan
menyebabkan air mengalami perubahan warna. Itu karena larutan garam bereaksi dengan besi
dan mengakibatkan perkaratan serta terjadinya penguapan.

3. Larutan asam cuka dan asam sitrat adanya perubahan paku setelah direndam selama 6
hari berubah menjadi warna hitam, ternyata penyebabnya adalah mengalami korosi secara
keseluruhan walaupun korosi yang terjadi di larutan lain umumnya berwarna kuning kemerahan,
paku di kedua larutan ini menghitam dan semakin lama akan semakin keropos. Hal itu terjadi
karena penyebab asam yang terkandung lebih cepat mengalami reaksi dengan paku yang
menyebabkan korosi karena sifat asam lebih korosif daripada basa dan garam.

4. Larutan gula mengalami perkaratan lebih lambat daripada yang lainnya, dikarenakan
larutan gula adalah larutan non-elektrolit sehingga tidak terlalu mempengaruhi korosi. Namun
jika dibiarkan lama-kelamaan akan berkarat karena ia mengandung kadar air dan oksigen.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini, kami dapat menyimpulkan bahwa semua paku mengalami
korosi. Namun jika diurutkan yang paling cepat mengalami korosi adalah air biasa, kemudian air
bayclin, air garam, asam cuka, asam sitrat, dan terakhir adalah air gula. Hal tersebut terjadi
karena adanya kontak langsung dengan oksigen dan air. Sehingga benar adanya bahwa salah satu
faktor korosi adalah adanya kontak udara dan air.

Agar tidak terjadi korosi, kita harus menghindari besi agar tidak terkontaminasi dengan
air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi pun dapat berkarat.

14
B. Saran
Adapun saran-saran dalam melakukan praktikum ini yaitu sebaiknya meneliti dengan
sungguh-sungguh, tiap perubahan setiap harinya harus dicatat dan diamati dengan benar. Setiap
larutan juga harus mendapat perlakuan yang sama, seperti berapa banyak mL larutannya,
kemudian jika larutan ditutup semua, maka harus ditutup dengan rapat agar tidak terkontaminasi
dengan udara luar untuk memaksimalkan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Edra, Rabia. 2017. 3 Cara Mencegah Korosi pada Logam.


https://www.ruangguru.com/blog/cara-pencegahan-korosi. Diakses pada 29 Agustus
2023.

Ghani, Maulia. 2022. Apa Itu Korosi, Penyebab, Jenis, dan Proses Terjadinya – Materi Kimia
Kelas 12. https://www.zenius.net/blog/apa-itu-korosi. Diakses pada 31 Agustus 2023.

Wikipedia. 2022. Besi. https://id.wikipedia.org/wiki/Besi. Diakses pada 30 Agustus 2023.

15
LAMPIRAN
A. Dokumentasi Penelitian

16
17

Anda mungkin juga menyukai