Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELOMPOK KOMUNITAS DALAM BENCANA ALAM

Dosen Fasilitator:
Dr. Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh
Kelompok 1 (AJ-2/B36)
Cantika Yustiara Indah Purnama 132235058
Nora Lailia 132235028
Sri Nur Aini 132235063
Julia Rahma Pramesti MP 132235066
Galuh Kirana 132235047
Rima Amalia Yulianti 132235009
Nabila Ochtarina Putri 132235025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KELOMPOK KOMUNITAS DALAM BENCANA ALAM
A. URAIAN KASUS
Bencana banjir yang terjadi sejak tanggal 14 Januari 2021 melanda 11 dari
13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Terdapat 112.709 warga
mengungsi dan 27.111 rumah terendam akibat banjir. Kabupaten Banjar paling
besar terdampak yaitu sebanyak 33.377 kepala keluarga (KK) dengan 120.226 jiwa,
diikuti Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 29.127 KK dengan 57.624 jiwa.
Data yang BNPB himpun pada 17 Januari 2021 menyatakan bahwa korban jiwa
berjumlah 15 orang dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah 3 orang, Kota Banjarbaru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang,
dan Kabupaten Banjar 3 orang.
Bencana banjir di ini merupakan risiko bencana yang tergolong dalam kelas
risiko tinggi karena Provinsi Kalimantan Selatan memiliki kontur wilayah yang
beragam, mulai dari kontur perbukitan di bagian pinggir sampai dataran rendah di
pusat kota, sehingga terlihat seperti mangkuk dengan pusat Kota Banjarmasin
berada di dasar mangkuk. Hal tersebut menyebabkan aliran sungai terlebih dahulu
menuju ke wilayah pusat kota sebelum berakhir di laut.
Masalah yang dihadapi oleh warga Provinsi Kalimantan Selatan yaitu
manajemen sampah pasca banjir yang masih belum tertangani dengan baik. Sampah
dan air kotor pasca banjir yang tidak tertangani tersebut berpotensi besar mencemari
air tanah. Hal tersebut terbukti dari kondisi air tanah yang berasa dan berbau tidak
sedap sehingga menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

B. PENGKAJIAN
Pengkajian inti:
1. Sejarah
Bencana banjir yang terjadi sejak tanggal 14 Januari 2021 melanda 11
dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan data dari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan,
mencatat 112.709 warga mengungsi dan 27.111 rumah terendam akibat banjir.
Kabupaten Banjar paling besar terdampak yaitu sebanyak 33.377 kepala
keluarga (KK) dengan 120.226 jiwa, diikuti Kabupaten Hulu Sungai Tengah

2
sebanyak 29.127 KK dengan 57.624 jiwa. Data yang BNPB himpun pada 17
Januari 2021 menyatakan bahwa korban jiwa berjumlah 15 orang dengan
rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 3
orang, Kota Banjarbaru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan Kabupaten
Banjar 3 orang
2. Demografi
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki kontur wilayah yang beragam,
mulai dari kontur perbukitan di bagian pinggir sampai dataran rendah di pusat
kota, sehingga terlihat seperti mangkuk dengan pusat Kota Banjarmasin berada
di dasar mangkuk. Hal tersebut menyebabkan aliran sungai terlebih dahulu
menuju ke wilayah pusat kota sebelum berakhir di laut. Data demografi
Kalimantan selatan setelah kejadian banjir menunjukan terdapat 423
masyarakat, 108 laki-laki dan 315 perempuan dengan tingkat pendidikan mulai
dari tidak tamat sekolah dasar hingga magister. mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani, sebanyak 177 orang, 111 bekerja sebagai pedagang, 28 buruh,
24 berkebun, 22 nelayan, 16 PNS, 10 pegawai kontrak dan 35 bekerja di bidang
tertentu.
3. Nilai dan keyakinan
Masyarakat memiliki kebiasaan rutin mengadakan haluan ulama besar
di Kalimantan Selatan. Merasakan kesulitan mematuhi ritual keagamaan yang
dianut, seperti sholat berjamaah di masjid. Kondisi ini terkait dengan sarana
prasarana ibadah yang rusak akibat banjir.
4. Etnis
Masyarakat yang terdampak banjir tidak takut terhadap banjir, namun
justru senang dan dijadikan tempat rekreasi dadakan. Anak-anak bahkan orang
dewasa banyak yang melakukan aktivitas di dalam genangan air, seperti mandi
dan bermain air menggunakan ban dalam (pelampung). Mayoritas penduduk
Kalimantan Selatan menganut suku dayak.
Pengkajian sub - sub sistem:
1. Lingkungan
Manajemen sampah pasca banjir yang masih belum tertangani dengan
baik. Sampah domestik masih menggunung di pinggir jalan dan belum

3
sepenuhnya terangkut. Sampah dan air kotor pasca banjir yang tidak tertangani
tersebut berpotensi besar mencemari air tanah. tersebut terbukti dari kondisi air
tanah yang berasa dan berbau tidak sedap sehingga menimbulkan kekhawatiran
masyarakat. Pasca banjir lingkungan menjadi basah akibat genangan air dan
licin yang merupakan dampak dari hujan yang terus-menerus dan aliran air
yang tidak lancar. Kebiasaan masyarakat pasca banjir mengonsumsi makanan
yang tidak sesuai dengan kesehatan disebabkan oleh susahnya akses logistik
berupa bahan makanan segar ke lokasi terisolasi banjir akibat genangan air
yang terjadi.
2. Pelayanan Kesehatan
Terputusnya jalan darat menuju fasilitas kesehatan, kurangnya alat transportasi
yang memadai, dan rusaknya fasilitas kesehatan itu sendiri. Akibatnya, banyak
masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan keluarganya.
Masyarakat sangat bergantung pada posko-posko kesehatan yang dibuka di
area pengungsian. Meskipun dengan alat dan obat-obatan yang seadanya.
3. Psikososial
Ketakutan yang muncul pada masyarakat pasca banjir di Provinsi Kalimantan
Selatan terbanyak yaitu masyarakat merasa waspada. Dampak psikologis
tersebut disebabkan oleh ketidaksiapan masyarakat akan terjadinya bencana,
karena dalam 10 tahun terakhir tidak pernah terjadi banjir besar yang melanda
Kalimantan Selatan. Ketakutan juga muncul akibat adanya korban jiwa yang
terjadi. Rasa takut akan kehilangan anggota keluarga dan situasi yang
mencekam saat banjir datang membuat masyarakat cemas terjadinya banjir
susulan. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir
memang mengalami kecemasan dengan rata-rata tingkat kecemasan sedang.
C. ANALISIS DATA
Data Etiologi Diagnosis
Data Sekunder: Menurut hasil Terjadinya bencana Gangguan rasa
penelitian Agianto dkk (2022) banjir nyaman
- Masyarakat mengalami kecemasan ↓ (D.0074)
peristiwa (banjir) terulang pada 363 Perubahan suasana
responden (85,82%) lingkungan
- Masyarakat merasakan perubahan ↓
pola tidur ((insomnia, sering Perubahan spiritual
dan distraksi

4
terbangun malam hari, jadwal tidur ↓
berubah) sebanyak 213 responden Tidak dapat
- Masyarakat merasa kurang senang menangani situasi
dengan situasi (situasi pasca banjir) yang terjadi
308 responden ↓
- Masyarakat merasa tidak nyaman Gangguan rasa
272 responden nyaman
- Masyarakat mengalami gatal-gatal
213 responden
- Selain itu masyarakat juga Kadang
menangis, Merasa lapar, Merasa
hangat / dingin, Ketidakmampuan
untuk rileks / bersantai, Berkeluh
kesah serta Kurang puas dengan
keadaan saat ini
Data sekunder: Terjadinya bencana Distres
- Menurut hasil penelitian Agianto banjir Spiritual
dkk (2022), Masyarakat Kalimantan ↓ (D.0082)
Selatan merasakan keinginan untuk Keinginan kembali
berhubungan kembali dengan adat pada keyakinan dan
istiadat sebelumnya (haulan dan adat istiadat
pengajian) yaitu sebanyak 346 dari ↓
423 responden (81,8%). tidak dapat
- Masyarakat Kalimantan Selatan beribadah
merasakan kesulitan mematuhi ↓
ritual keagamaan yang dianut, kesulitan mematuhi
seperti sholat berjamaah di masjid ritual agama
karena sarana prasarana yang rusak ↓
akibat banjir sebanyak 213 dari 423 kejadian hidup yang
responden (50,35%) tak diharapkan

distress spiritual

- Masyarakat Kalimantan Stressor (bencana Ansietas


Selatan merasa waspada alam) (D.0080)
terhadap banjir susulan pada 383 ↓
responden penelitian (90,54%) Klien berada tinggal
- Masyarakat Kalimantan di wilayah
Selatan merasa takut akibat berbahaya saat
adanya korban jiwa yang telah terjadi banjir
terjadi ↓
- Masyarakat Kalimantan Klien kehilangan
Selatan merasa takut akan anggota keluarga
kehilangan anggota keluarga dan ↓
situasi yang mencekam saat Klien merasa cemas
banjir datang membuat jika ada bencana
Masyarakat cemas terjadinya muncul lagi
banjir susulan ↓

5
- Masyarakat mengalami Ancaman terhadap
kecemasan peristiwa banjir kematian
terulang pada 363 responden ↓
(85,82%) Ansietas
- Masyarakat Kalimantan Faktor lingkungan, Resiko Jatuh
Selatan berada pada kondisi pengetahuan, sarana (D.0143)
cuaca tidak aman (musim hujan prasarana, manuasia
menyebabkan lingkungan ↓
tergenang air dan lingkungan musim hujan
licin) sebanyak 318 (75,18%). ↓
- Kondisi pasca banjir membuat genangan air
lingkungan basah akibat ↓
genangan air dan licin Lingkungan tidak
aman (licin)

Resiko Jatuh
- Masyarakat kesulitan Terjadi bencana Manajemen
mengakses fasilitas kesehatan alam banjir kesehatan
(sebanyak 191 ↓ keluarga
responden/45,15%) karena Kompleksitas tidak efektif
terputusnya jalur darat menuju sistem pelayanan (D.0115)
fasilitas kesehatan, kurangnya Kesehatan
alat transportasi yang memadai ↓
dan rusaknya fasilitas kesehatan Terbatasnya
itu kesehatan keluarganya akses menuju
pelayanan
kesehatan

Sarana prasarana
kurang memadai

Kurangnya
dukungan timbal
balik

Manajemen
kesehatan keluarga
tidak efektif

- Masyarakat mengalami Kurangnya Gangguan


kondisi lecet dan luka-luka, kebersihan diri integritas
memar, lebam pada 124 ↓ kulit
responden penelitian (29,31%). (D.0129)
Masalah ini muncul akibat Dermatitis
kebiasaan masyarakat yang ↓
gemar bermain air yang
tergenang, menyebabkan kaki Pelepasan
selalu basah, lecet lecet dan gatal histamine

6
yang dapat menyebabkan ↓
timbulnya luka karena garukan
kulit dan pada 85 orang (20,09%) Gatal dan
mengalami perdarahan atau ketidaknyamanan
kemerahan ↓

Timbul keinginan
menggaruk

Terjadi
kemerahan dan
penebalan pada
area tersebut

Gangguan
integritas kulit

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan menurut Tim Pokja SDKI (2017) yaitu :
1. Risiko Distress Spiritual (D.0100) d.d bencan alam
2. Gangguan rasa nyaman (D.0074) b.d gangguan stimulus lingkungan
3. Risiko jatuh (D.0143) d.d Lingkungan tidak aman
4. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115) b.d kompleksitas
sistem pelayanan kesehatan
5. Risiko infeksi (D.0142) d.d peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
6. Ansietas (D.0080) b.d Terpapar bahaya lingkungan (banjir)
7. Koping komunitas tidak efektif (D.0095) b.d riwayat bencana banjir
8. Gangguan integritas kulit (D.0129) b.d kelembapan
9. Diare (D.0020) b.d Terpapar kontaminasi
10. Ketidakmampuan koping keluarga (D.0093) b.d resistensi keluarga terhadap
perawatan/pengobatan yang kompleks
11. Hipotermia (D.0131) b.d terpapar suhu lingkungan rendah
12. Distres spritual ( D.0082) b.d kematian orang terdekat

7
FORMAT SCORING / PRIORITAS
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
Diagnosis Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman
No. Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat Masalah Masyarakat menganggap


1. Aktual 3 bahwa kondisi ini adalah
2.Resiko 2 1 3/3 x kondisi yang dialami saat ini
Tinggi 1 1=
3. Potensial 1

2 Kemungkinan Masyarakat menganggap


Masalah untuk bahwa kemungkinan masalah
diubah 2 2 2/2 x2= untuk dirubah sebagian,
1. Mudah 1 1 apabila masyarakat
2. Sebagian 0 menghindari faktor penyebab
3. Tidak dapat gatal-gatal (rajin mencuci
tangan, menghindari genangan
air kotor dan menjaga
kebersihan), serta dapat
melakukan perubahan spiritual
dan distraksi.

3 Potensial untuk Masyarakat meyakini bahwa


dicegah 3 potensi gangguan integritas
1. Tinggi 2 1 3/3x1= kulit memiliki potensi tinggi
2. Cukup 1 1 untuk dicegah apabila
3. Rendah masyarakat menerapkan hidup
bersih dan sehat serta dapat
meningkatkan perubahan
spiritual dan distraksi.

4 Menonjolnya Masyarakat sepakat masalah


masalah harus segera diatasi
1. Segera 2 2/2x1=
2. Tidak perlu 1 1 1
3. Tidak 0
dirasakan
Total 4

8
Diagnosis Keperawatan: Distres Spiritual
No. Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat Masalah Istri menganggap kondisi saat


1. Aktual 3 ini merupakan kondisi yang
2.Resiko 2 1 3/3 x sulit karena mengalami
Tinggi 1 1= hambatan dalam menjalankan
3. Potensial 1 proses beribadah disebabkan
sarana prasarana tempat ibadah
yang rusak akibat banjir

2 Kemungkinan Masyarakat menganggap


Masalah untuk kondisi saat ini dapat diubah
diubah 2 2 1/2 x2= dan diperbaiki dengan
1. Mudah 1 1 melakukan rekonstruksi pasca
2. Sebagian 0 banjir tetapi membutuhkan
3. Tidak dapat waktu yang relative lama

3 Potensial untuk Masyarakat meyakini bahwa


dicegah 3 potensi banjir memiliki potensi
1. Tinggi 2 1 2/3x1= cukup untuk dicegah apabila
2. Cukup 1 2/3 Masyarakat/penduduk tidak
3. Rendah melakukan penebangan hutan

4 Menonjolnya Masyarakat sepakat bahwa


masalah 2 2/2x1= kondisi ini membutuhkan
1. Segera 1 1 1 penanganan segera
2. Tidak perlu 0
3. Tidak
dirasakan
Total 3 2/3

Diagnosis Keperawatan: Ansietas


No. Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat Masalah Masyarakat menganggap


1. Aktual 3 3/3 x masalah ini nyata karena
2.Resiko 2 1 1= 1 timbul kecemasan banjir
Tinggi 1 susulan

9
3. Potensial

2 Kemungkinan Masyarakat menganggap


Masalah untuk masalah ini mudah dicegah
diubah 2 2 2/2 x2= apabila setelah banjir warga
1. Mudah 1 2 bergotong royong
2. Sebagian 0 membersihkan lingkungan
3. Tidak dapat sekitar dan saluran air untuk
mencegah timbulnya banjir
susulan, dan sebisa mungkin
penduduk tidak menebang
hutan sembarangan

3 Potensial untuk Menurut Masyarakat potensial


dicegah 3 untuk dicegah tinggi apabila
1. Tinggi 2 1 3/3x1= Masyarakat memperhatikan
2. Cukup 1 1 saluran air di lingkungan
3. Rendah sekitar sehingga tidak
menyebabkan banjir susulan
akibat meluapnya
Sungai/saluran tersumbat

4 Menonjolnya Masyarakat sepakat masalah


masalah 2 2/2x1= ini harus segera diatasi
1. Segera 1 1 1
2. Tidak perlu 0
3. Tidak
dirasakan
Total 5

Diagnosis Keperawatan: Resiko jatuh


No. Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
Sifat Masalah Masyarakat menganggap
1 1. Aktual bahwa masalah ini beresiko
2. Resiko 3 terhadap kesehatan, karena
Tinggi 2 1 2/3 x lingkungan yang licin dan
3. Potensia 1 1= tergenang air menyebabkan
2/3 risiko jatuh tinggi

10
2 Kemungkinan Masyarakat menganggap
Masalah untuk bahwa kemungkinan masalah
diubah 2 2 1/2 x2= untuk dirubah sebagian,
1. Mudah 1 1 apabila Masyarakat rajin
2. Sebagian 0 bergotong royong
3. Tidak dapat membersihkan lingkungan
sekitar dari genangan air

3 Potensial untuk Menurut Masyarakat


dicegah 3 genangan air dan lingkungan
1. Tinggi 2 1 3/3x1= licin bisa di bersihkan dengan
2. Cukup 1 1 bergotong royong bersama
3. Rendah Masyarakat yang lain

4 Menonjolnya Masyarakat sepakat masalah


masalah 2 2/2x1= harus segera diatasi
1. Segera 1 1 1
2. Tidak perlu 0
3. Tidak
dirasakan
Total 3 2/3

Diagnosis Keperawatan: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


No. Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat Masalah Masyarakat menganggap


1. Aktual 3 bahwa kondisi ini adalah
2.Resiko 2 1 3/3 x kondisi yang dialami hampir
Tinggi 1 1= seluruh keluarga saat ini
3. Potensial 1

2 Kemungkinan Masyarakat menganggap


Masalah untuk bahwa kemungkinan masalah
diubah 2 2 1/2 x2= untuk dirubah sebagian,
1. Mudah 1 1 apabila jalur ke layanan
2. Sebagian 0 kesehatan sudah membaik
3. Tidak dapat

11
3 Potensial untuk Masyarakat meyakini bahwa
dicegah 3 potensi banjir memiliki potensi
1. Tinggi 2 1 2/3x1= cukup untuk dicegah apabila
2. Cukup 1 2/3 Masyarakat/penduduk tidak
3. Rendah melakukan penebangan hutan

4 Menonjolnya Masyarakat sepakat masalah


masalah 2 2/2x1= harus segera diatasi
1. Segera 1 1 1
2. Tidak perlu 0
3. Tidak
dirasakan
Total 3 2/3

Diagnosis Keperawatan: Gangguan integritas kulit


No. Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat Masalah Masyarakat menganggap


1. Aktual 3 bahwa kondisi ini adalah
2.Resiko Tinggi 3 1 3/3 x kondisi yang dialami saat ini
3. Potensial 2 1=
1 1

2 Kemungkinan Masyarakat menganggap


Masalah untuk bahwa kemungkinan masalah
diubah 2 2 1/2 x2= mudah untuk dirubah, apabila
1. Mudah 1 1 Masyarakat rajin mencuci
2. Sebagian 0 tangan atau kaki dengan air
3. Tidak dapat bersih, menghindari genangan
air yang kotor

3 Potensial untuk Masyarakat meyakini bahwa


dicegah 3 potensi gangguan integritas
1. Tinggi 2 1 3/3x1= kulit memiliki potensi cukup
2. Cukup 1 1 untuk dicegah apabila
3. Rendah Masyarakat menerapkan
hidup bersih dan sehat

12
4 Menonjolnya Masyarakat sepakat masalah
masalah 2 2/2x1= harus segera diatasi
1. Segera 1 1 1
2. Tidak perlu 0
3. Tidak
dirasakan
Total 4

DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian d.d merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah
2. Gangguan Integritas Kulit b.d kelembapan d.d kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit, perdarahan, kemerahan
3. Gangguan Rasa Nyaman b.d Gangguan stimulus lingkungan d.d merasa cemas,
kurang nyaman, perubahan pola tidur, terkadang menangis, gatal-gatal, kurang
rileks, dan berkeluh kesah
4. Distres Spiritual b.d kejadian hidup yang tidak diharapkan d.d merasa
menderita/tidak berdaya, tidak mampu beribadah
5. Resiko Jatuh d.d lingkungan tidak aman (licin)
6. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif b.d kompleksitas sistem
pelayanan kesehatan d.d mengungkap kesulitan menjalankan perawatan yang
ditetapkan, gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko

13
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menurut Tim Pokja SIKI (2018) yaitu :
Dx. Kep Tujuan Intervensi
Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan intervensi Prevensi Primer
terhadap kematian d.d selama 7x24 jam, diharapkan Teknik Distraksi (I.08247)
merasa khawatir tingkat ansietas menurun, Observasi
dengan akibat dari dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi pilihan Teknik distaksi yang diinginkan
kondisi yang 1. Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik
dihadapi, tampak kondisi yang dihadapi 2) Gunakan alat distraksi (mis. Aktivitas terapi, bernyanyi)
gelisah (D. 0080) menurun Edukasi
2. Perilaku gelisah menurun 3) Jelaskan manfaat dan jenis distraksi bagi panca indera(mis. Music)
3. Perilaku tegang menurun 4) Anjurkan menggunakan Teknik sesuai dengan tingkat energi,
(L.09093) kemampuan, usia, tingkat, perkembangan
5) Anjurkan membuat daftar aktivitas yang menyenangkan
6) Anjurkan berlatih Teknik distraksi

Prevensi Sekunder
Reduksi Ansietas (I.09314)
Observasi
1) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Teraupetik
2) Pahami situasi yang membuat ansietas
3) Dengarkan dengan penuh perhatian
4) Diskusikan perencanaan realitas tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

14
Prevensi Tersier
Konselling (I.10334)
Observasi
1) Identifikasi perilaku keluarga yang mempengaruhi pasien
Teraupetik
2) Bina hubungan teraupetik berdasarkan rasa percaya dan penghargaan
3) Berikan empati, kehangatan dan kejujuran
4) Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
Edukasi
5) Anjurkan mengekspresikan perasaan

Gangguan Integritas Setelah dilakukan intervensi Prevensi Primer


Kulit b.d kelembapan selama 7x24 jam, diharapkan Edukasi Perawatan Diri (I.12420)
d.d kerusakan integritas kulit dan jaringan Observasi
jaringan dan/atau meningkat, dengan kriteria 1) Identifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami
lapisan kulit, hasil : 2) Identifikasi metode pembelajaran yang sesuai
perdarahan, 1. Kerusakan jaringan kulit Teraupetik
kemerahan (D.0129) menurun 3) Rencanakan strategi edukai, termasuk tujuan yang realistis
2. Kerusakan lapisan kulit 4) Jadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai penyakit
menurun 5) Ciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama
3. Perdarahan menurun edukasi
4. Kemerahan menurun 6) Berikan penguatan positif
5. Hematoma menurun Edukasi
(L.14125) 7) Anjurkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan aktivitas
kehidupan sehari-hari
8) Anjurkan mendemonstrasikan praktik perawatan diri dan aktivitas
kehidupan sehari-hari
9) Anjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan
mandiri

15
Prevensi Sekunder
Perawatan Luka (I.14564)
Observasi
1) Monitor karakteristik luka
2) Monitor tanda-tanda infeksi
Teraupetik
3) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
4) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
5) Pasang balutan sesuai jenis luka
6) Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
7) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
8) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Prevensi Tersier
Edukasi Pola Prilaku Kebersihan (I.12439)
Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi kemampuan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
3) Monitor kemampuan melakukan dan mempertahankan kebersihan diri
dan lingkungan
Teraupetik
4) Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
5) Praktekkan bersama keluarga cara menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
Edukasi
6) Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
7) Ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

16
Gangguan Rasa Setelah dilakukan intervensi Prevensi Primer
Nyaman b.d selama 7x24 jam, diharapkan Terapi relaksasi (I.09326)
Gangguan stimulus status kenyamanan meningkat, Observasi
lingkungan d.d dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik relaksasi
merasa cemas, kurang (L.08064) sebelumnya
nyaman, perubahan 1. Keluhan tidak nyaman 2) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
pola tidur, terkadang menurun Terapeutik
menangis, gatal-gatal, 2. Cemas/gelisah menurun 3) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
kurang rileks, dan 3. Rileks meningkat relaksasi
berkeluh kesah 4. Kesulitan tidur menurun 4) Gunakan pakaian longgar
5. Gatal-gatal menurun Edukasi
6. Menangis menurun 5) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi

Prevensi Sekunder
Edukasi manajemen stress (I.12392)
Observasi
1) Identifikasi kesiapan menerima informasi
Terapeutik
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang hidup bersih
dan sehat
3) Jadwalkan pendidikan kesehatan
Edukasi
4) Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur
5) Anjurkan beraktivitas yang menyenangkan diri sendiri
6) Anjurkan bersosialisasi
7) Anjurkan menjalin komunikasi dengan keluarga dan tim pemberi
asuhan

17
Prevensi Tersier
Manajemen kenyamanan lingkungan (I.08237)
Observasi
1) Monitor kondisi kulit
Terapeutik
2) Jadwalkan kegiatan sosial dan kunjungan
3) Fasilitasi kenyamanan lingkungan
4) Atur posisi yang nyaman
Edukasi
5) Jelaskan tujuan manajemen lingkungan

Distres Spiritual b.d Setelah dilakukan intervensi Prevensi Primer


kejadian hidup yang selama 7x24 jam, diharapkan Dukungan Spiritual (I. 09276)
tidak diharapkan d.d status spiritual membaik, Observasi
merasa dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
menderita/tidak 1. Verbalisasi makna dan 2. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
berdaya, tidak mampu tujuan hidup meningkat 3. Identifikasi ketaatan dalam beragama
beribadah (D.0082) 2. Verbalisasi kepuasan Terapeutik
terhadap makna hidup 1. Berikan kesempatan untuk mengekspresikam perasaam tentang
meningkat bencana alam dan kematian
3. Verbalisasi perasaan 2. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan dan meredakan marah
keberdayaan meningkat dengan tepat
4. Kemampuan beribadah 3. Yakinkanlah bahwa perawat bersedia mendukung selama masa
membaik ketidakberdayaan
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
5. Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup
6. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain
2. Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imajinasi terbimbing

18
Kolaborasi
1. Atur kunjungan dengan rohaniawan

Prevensi Sekunder
Dukungan Proses Berduka (I.09274)
Observasi
1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
2. identifikasi proses berduka yang dialami
3. identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang atau orang yang
meninggal
4. identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
Terapeutik
1. tunjukan sikap menerima dan empati
2. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
3. fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai agama, budaya dan norma sosial
Edukasi
1. anjurkan melewati proses berduka secara bertahap

Resiko Jatuh d.d Setelah dilakukan ntervensi Prevensi primer


lingkungan tidak selama 7x24 jam, Manajemen Keselamatan Lingkungan (I.14513)
aman (licin) diharapkan keamaanan Observasi
(D.0143) lingkungan rumah meningkat 1. monitor perubahan status keselamatan lingkungan
dengan kriteria hasil Terapeutik
(L.1412126): 1. hilangkan bahaya keselamatan lingkungan, jika memungkinkan
1. ketersediaan air bersih 2. modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
meningkat (5) 3. sediakan alat bantu keamanan lingkungan
2. sistem respon 4. hubungi pihak berwenang
kegawatdaruratan 5. fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
meningkat (5) 6. lakukan program skrinning bahaya lingkungan
3. keamanan area bermain Edukasi
anak meningkat (5) 1. ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
19
Prevensi Sekunder
Pencegahan Risiko Lingkungan (I.14545)
Observasi
1. identifikasi adanya risiko yang dapat merusak.membahayakan
kesehatan
2. identifikasi pihak yang dapat membantu masyarakat dalam
perlindungan dari bahaya lingkungan
3. monitor insiden cedera terkait bahaya dari bencana alam
Terapeutik
1. bekerjasama dengan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan
lingkungan
2. lakukan advokasi bersama masyarakat untuk desain lingkungan yang
aman dan sistem pengamanannya
3. fasilitasi anggota masyarakat untuk melakukan modifikasi lingkungan
yang aman
Edukasi
1. informasikan pada masyarakat yang berisiko terkai bahaya yang terjadi
di lingkungan
Kolaborasi
1. kolaborasi dengan petugas kesehatan terkait

Manajemen Setelah dilakukan ntervensi Prevensi Utama


Kesehatan Keluarga selama 7x24 jam, Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan (I.13477)
Tidak Efektif b.d diharapkan manajemen Observasi
kompleksitas sistem keseharan keluarga meningkat 1. identifikasi kebutuhan dan harapan keluarfa tentang kesehatan
pelayanan kesehatan dengan kriteria hasil 2. identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
d.d mengungkap (L.12105): 3. identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
kesulitan menjalankan 1. kemampuan Terapeutik
perawatan yang menjelaskan masalah 1. motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya
ditetapkan, gagal kesehatan yang dialami keseharan
melakukan tindakan meningkat (5) 2. ciptakan perubahan lingkungan rumah yang optimal
20
untuk mengurangi 2. aktivitas keluarga Edukasi
faktor risiko (D.0115) mengatasi masalah 1. informasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
kesehatan tepat 2. anjarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
meningkat (5)
3. tindakan untuk Prevensi Sekunder
mengurangi faktor Edukasi Keselamatan Lingkungan (I.12384)
risiko meningkat (5) Observasi
1. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. identifikasi kebutuhan keselamatan berdasarkan tingkat fungsi fisik,
kognitif dan kebiasaan
3. identifikasi bahaya keamanan lingkungan
Terapeutik
1. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. jadwalkan pendidikan sesuai kesepakatan
3. berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. anjurkan menghilangkan bahaya lingkungan
2. informasikan nomor telepon darurat
3. ajarkan kelompok berisiko tinggi tentang bahaya bencana alam
Kolaborasi
1. kolaborasi dengan pihak lain untuk meningkatkan keamanan
lingkungan

21

Anda mungkin juga menyukai