Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR KURIKULUM

“Monitoring dan Pembinaan Kurikulum”

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. M. Barok Dawam (2286208049)

2. Teguh Saputra (2286208087)

Dosen Pembimbing :

Suslinda Asmara, MM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BATURAJA

Jln. Bindung Langit Lawang Kulon. No. 0799, Telp. (0735) 323689

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya,
sehinga makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Kurikulum ini dapat
terselesaikan dengan baik tanpa suatu rintangan apapun.

Makalah yang berjudul “Monitoring dan pembinaan kurikulum” ini kami susun
sebagai pelengkap nilai tugas Pengantar Kurikulum dan juga memberikan wawasan serta
pemahaman yang lebih tentang monitoring dan pembinaan kurikulum.

Sebagai penulis kami menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung kelancaran dan terciptanya makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
Pengembangan Kurikulum.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan atau
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk
menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang. Atas kurang lebihnya kami
mengucapkan terimakasih.

Baturaja, Oktober 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Pembinaan.............................................................................................................. 3
B. Pengertian Monitoring ............................................................................................................. 3
C. Tujuan Pembinaan dan Monitoring ........................................................................................ 4
D. Jenis-jenis Monitoring .............................................................................................................. 4
E. Bentuk-bentuk Pembinaan dalam Sekolah Inklusif .............................................................. 6
F. Bentuk-bentuk Monitoring dalam Sekolah Inklusif .............................................................. 8
BAB III................................................................................................................................................. 10
PENUTUP............................................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang fundamental, setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, sama halnya di Indonesia,
pemerintah mengeluarkan kebijakan pendidikan wajib belajar sembilan tahun guna
menyalurkan hak setiap warga negaranya sebagai warga berpendidikan. Dalam
pelaksanaannya, berpendidikan tidak memandang sisapa dan dimana ia melaksanakan
pendidikan, anak yang normal maupun yang berkebutuhan khusus berhak dan memiliki
hak yang sama dalam melaksanakan pendidikan.

Pemerintah berusaha menyamakan hak berpendidikan bagi anak yang


berkebutuhan khusus agar mereka terhindar dari diskriminasi dan mendapatkan
sosialasasi dengan lingkungan yang nyata atau yang sebenarnya yaitu dengan membuat
kebijakan tentang adanya sekolah inklusif. Pendidikan inklusif ini bertujuan agar anak
berkebutuhan khusus mampu memaksimalkan potensi yang mereka punya dalam
lingkungan sekolah umum. Pendidikan inklusif merupakan reformasi pendidikan untuk
menghilangkan diskrimanasi, menjujung tinggi persamaan hak dan kesempatan
pendidikan, keadilan dan kemerataan pendidikan.

Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif sendiri perlu adanya pembinaan dan


monitoring dari semua pihak, baik itu pemerintah, pihak sekolah, maupun masyarakat
itu sendiri. Maka dari itu, dalam makalah ini penyusun akan menyampaikan tentang
tujuan, jenis-jenis, dan bentuk-bentuk pembinaan dan monitoring dalam pelaksanaan
pendidikan inklusif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembinaan?
2. Apa pengertian monitoring?
3. Apa tujuan pembinaan dan monitoring?
4. Apa saja jenis-jenis monitoring?
5. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan dalam sekolah inklusif?
6. Bagaimana bentuk-bentuk monitoring dalam sekolah inklusif?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian pembinaan.
2. Mengetahui dan memahami pengertian monitoring.
3. Mengetahui dan memahami tujuan pembinaan dan monitoring.
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis monitoring.
5. Mengetahui dan memahami bentuk-brntuk pembinaan dalam sekolah inklusif.
6. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk monitoring dalam sekolah inklusif.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata dasar bina yang berarti latihan, didikan. Sedangkan
pengertian pembinaan itu sendiri adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang berupa
pendidikan maupun pelatihan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yg lebih baik. Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara
dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan
sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan
dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu
sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan.
pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut pembaharuan
dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari sudut pembaharuan
yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki nilai-nilai lebih baik bagi
kehidupan masa yang akan datang. Sedangkan pembinaan yang berasal dari sudut
pengawasan yaitu usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang
telah direncanakan.

B. Pengertian Monitoring

Monitoring merupakan pengawasan yang berarti proses pengamatan,


pemeriksaan, pengendalian dan pengoreksian dari seluruh kegiatan organisasi.
Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang
pelaksanaan manajemen sekolah. Fokus monitoring adalah pemantauaan pada
pelaksanaan manejemen sekolah, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring
adalah pada komponen proses menejemen sekolah, baik menyangkut proses
pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, maupun
pengelolaan proses belajar mengajar. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang
kita lakukan, Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita
berikan. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik) bagi
perbaikan pelaksanaan manejemen sekolah.

3
Pengertian monitoring (pengawasan) menurut para ahli:

1. George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan adalah mendeterminasi apa


yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu,
menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2. Tabrani Rusyani (1997) menyatakan pengawasan adalah pengendalian yang
dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan, penilaian kemampuan, meningkatkan
dan menyempurnakan, baik manajemen maupun bidang operasionalnya.
3. Oxfam (1995) Monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu untuk memeriksa
yang sudah untuk memeriksan bahwa semua berjalan untuk direncanakan dan
memberi kesempatan agar penyesuaian dapat dilakukan secara metodologis.

C. Tujuan Pembinaan dan Monitoring

Tujuan pembinaan secara umum adalah melatih atau mendidik individu maupun
kelompok, dengan tindakan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan
yang diinginkan. Sedangkan tujuan monitoring sendiri adalah:

1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana.


2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi.
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat
untuk mencapai tujuan kegiatan.
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
kemajuan.
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari
tujuan.

D. Jenis-jenis Monitoring
1. Pengawasan Ekstern dan Intern
a. Pengawasan Ekstern
Pengawasan ektern atau pengawasan dari luar, yakni pengawasan yang
menjadi subyek pengawas adalah pihak luar dari organisasi obyek yang diawasi.

4
b. Pengawasan Intern
Pengawasan intern merupakan pengawasan yang dilakukan dari dalam
organisasi yang bersangkutan.
2. Pengawasan Preventif, Represif dan Umum
a. Pengawasan Preventif
Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan, yakni pengawasan yang dilakukan terhadap sesuatu yang bersifat
rencana.
b. Pengawasan Represif
Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah
pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan.
c. Pengawasan Umum
Pengawasan umum adalah pengawasan terhadap seluruh aspek
pelaksanaan tugas pokok organisasi.
3. Pengawasan Langsung dan Pengawasan Tidak Langsung
a. Pengawasan Langsung
Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara
mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek
yang diawasi.
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan Tidak Langsung merupakan pengawasan yang dilakukan
tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi atau
pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang meja.
4. Pengawasan Formal dan Informal
a. Pengawasan Formal
Pengawasan Formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
instansi/pejabat yang berwenang (resmi) baik yang berifat intern dan ekstern.
b. Pengawasan Informal

Pengawasan Informal yakni pengawasan yang dilakukan oleh


masyarakat atau social control, misalnya surat pengaduan masyarakat melalui
media massa atau melalui badan perwakilan rakyat.

5
E. Bentuk-bentuk Pembinaan dalam Sekolah Inklusif
1. Pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan

Dalam sekolah inklusif perlu adanya pembinaan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan yang dapat berupa:

a. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus maksudnya adalah pendidikan yang diperuntukan
bagi individu yang secara khusus dibina secara akademik dengan kurikulum dan
pembelajaran yang terfokus pada penanganan anak berkebutuhan khusus.
Contohnya adalah PLB (Pendidikan Luar Biasa) yaitu salah satu program studi
disebuah perguruan tinggi yang secara khusus mendalami tentang ruang lingkup
anak berkebutuhan khusus.
b. Mengadakan sosialisasi
Bentuk pembinaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan yakni
melalui perkumpulan, yang tujuannya untuk mengetahui lebih mendalam
tentang pendidikan inklusif. Diselenggarakan secara resmi oleh pemerintah dari
dalam maupun luar negeri, dari organisasi atau lembaga swasta yang
menyelenggarakan sosialisasi tentang pendidikan inklusif. Contohnya pada
tanggal 26-29 September 2005 diadakannya seminar di Bukit Tinggi Sumatera
Barat yang diikuti oleh 32 negara untuk mengikuti International Symposium on
Inclusion and The Removal of Barriers to Learning. Dalam sosialisasi tersebut,
para pakar inklusif berbagi pengalaman mengenai sekolah inklusi di negara
masing-masing negara.
c. Mengikuti organisasi atau asosiasi
Asosiasi ditunjukkan untuk membantu pendidik dalam memperoleh
informasi dan pengetahuan seputar pendidikan inklusif, dan memberikan
pendidikan yang sesuai dengan nilai kemanusiaan dan memberikan akses yang
seluas-luasnya bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
d. Seminar
Seminar merupakan salah satu cara pembinaan bagi para pendidik agar dapat
mengetahui lebih jauh tentang pendidikan inklusif seperti dalam seminar Agra pada
tahun 1998 telah dirumuskan bahwa esensi pendidikan inklusi hakikatnya:

6
1) Lebih luas daripada pendidikan formal mencakup pendidikan non formal dan
informal.
2) Mengakui bahwa semua anak dapat belajar.
3) Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan, memenuhi
kebutuhan semua anak.
4) Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak berdasarkan
usia, jender, etnik, bahasa, kecacatan, status, HIV/Aids.
5) Merupakan proses yang dinamis yang senantiasa berkembang sesuai dengan
budaya dan konteksnya.
6) Merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempromosikan
masyarakat yang inklusif.
e. Melakukan kerjasama dengan para ahli (Professional Collaboration)
f. Adanya kolaborasi yang dekat antara guru kelas dan para ahli dalam bidangnya
membantu terlaksananya pendidikan inklusif secara optimal. Contohnya kolaborasi
antara guru kelas dengan penerapi wicara sangat penting bagi keberhasilan siswayang
mengalami kelainan bahasa dan bicara di kelas.

2. Pembinaan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Agar penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pembinaan oleh yang berwenang. Yang
berwenang melakukan pembinaan adalah Dinas Pendidikan Propinsi dan atau Kabupaten/Kota
sesuai dengan mekanisme masing-masing daerah. Secara teknis operasional pembinaan
sekolah inklusif dilakukan oleh Pengawas Sekolah masing-masing daerah. Pembinaan sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif dapat dilakukan secara berkala maupun insidental sesuai
kebutuhan.

Kegiatan yang perlu ditempuh dalam upaya mengimplementasikan pendidikan inklusif di


sekolah penyelenggara antara lain :

a. Workshop persiapan penyelenggaraan pendidikan inklusif di level sekolah.


b. Pembentukan Tim Pendidikan Inklusif di level sekolah.
c. Rapat koordinasi (kepala sekolah, guru, tenaga lainnya, komite sekolah/perwakilan
orang tua siswa, unsur desa/kelurahan, unsur dinas pendidikan kecamatan, tokok-tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan unsur pusat sumber/sistem dukungan).
d. Penyusunan program/kegiatan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

7
e. Sosialisasi pendidikan inklusif intern (di sekolah) dan ekstern (di lingkungan sekitar
sekolah/masyarakat)
f. Kerjasama dengan pusat sumber.
g. Pembentukan/penugasan tim pendataan PDBK dan ABK di masyarakat
h. Pelaksanaan pendataan/penjaringan
i. Mengadministrasikan hasil pendataan/penjaringan
j. Validasi data hasil pendataan/penjaringan
k. Pemetaan/penempatan/tindak lanjut hasil pendataan/penjaringan ABK/PDBK.
l. Pemetaan/penentuan pusat sumber (resource center)
m. Pelatihan pendidikan inklusif di level sekolah (in house training) kerjasama dengan
Pokja Inklusif Kabupaten/Kota/Provinsi dan LPTK.
n. Pengembangan/peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan

3. Pembinaan terhadap anak berkebutuhan khusus

a. Menggunakan bimbingan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan anak berkebutuhan


khusus.
b. Bimbingan dilakukan secara berkala, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
c. Memberikan apresisasi terhadap anak berkebutuhan khusus, dengan mengadakan suatu
kegiatan atau acara yang memaksimalkan potensinya.
d. Melakukan kerjasama dengan teman sebaya, orangtua dan para ahli.

F. Bentuk-bentuk Monitoring dalam Sekolah Inklusif

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengawal keterlaksanaan


penyelenggaraan program pendidikan inklusif. Materi monitoring meliputi aspek,
manajemen, proses pendidikan, dan pengembangan sekolah. Kegiatan monitoring
dilaksanakan secara berkala, minimal satu kali dalam satu tahun dan dikoordinasikan
dengan institusi terkait..

Monitoring dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dinas


Pendidikan Daerah Tingkat I dan atau Dinas Pendidikan Daerah Tingkat II/Kota.
Dalam menjalankan monitoring Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dinas

8
Pendidikan Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota dapat bekerjasama dengan LPTK PLB
yang ada.

Aspek monitoring meliputi: persiapan penyelenggaraan, peserta didik,


ketenagaan, sarana-prasarana, pendanaan, manajemen, pemberdayaan masyarakat, dan
aspek lain yang relevan. Instrumen monitoring dan evaluasi disiapkan oleh masing-
masing institusi sesuai dengan kebutuhan.

Hasil monitoring dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan


mutu layanan pendidikan inklusif, sebagai bahan untuk penyusunan program,
penyempurnaan strategi pelaksanaan program dan memformulasikan kebijakan di masa
yang akan datang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan inklusif.

Dengan adanya monitoring yang berkelanjutan tersebut, tentunya akan


ditemukan problem-problem apa yang muncul pada pelaksanaannya. Problem tersebut
yang menjadi bahan evaluasi dan pemecahan bersama. Monitoring secara intensif dan
berkelanjutan ini dirasa perlu mengingat pada kenyataannya tidak semua sekolah
inklusi mendapat perhatian ekstra dari pemerintah. Masih banyak sekolah inklusi yang
belum mendapatkan modul dan pedoman, seperti alat identifikasi ABK, mengingat
sekolah inklusi pun memiliki karakteristik khusus dalam hal alat, pengembangan
kurikulum, pengadaaan dan pengelolaan sarana prasarana, pembinaan tenaga
kependidikan, kegiatan belajar mengajar, manajemen sekolah, dan pemberdayaan
masyarakat. Tentunya, dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab pada pemerataan
perhatian terhadap sekolah inklusi.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan inklusif merupakan reformasi pendidikan yang bertujuan untuk


menghilangkan diskriminasi, menjunjung tinggi persamaan hak dalam mengenyam
pendidikan. Dalam pelaksanaanya membutuhkan pembinaan dan monitoring agar
pelaksanaan pendidikan inklusif dapat berjalan secara optimal. Selain itu, perlu adanya
kerja sama dari semua pihak baik itu Pemerintah, masyarakat, maupun pihak sekolah itu
sendiri. Dengan adanya pendidikan inklusif di sekolah umum dapat membantu anak-anak
yang berkebutuhan khusus dalam mengembangkan potensinya secara maksimal sesuai
kemampuan yang dimilikinya. Selain itu dengan adanya pendidikan inklusif dapat
membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam bersosialisasi dengan lingkungan nyata
atau lingkungan yang sebenarnya.

B. Saran

Dengan adanya pendidikan inklusif diharapkan dapat membantu anak


berkebutuhan khusus dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Diharapkan semua
pihak dapat membantu dan bekerja sama dalam mengembangkan pendidikan inklusif ini

10
DAFTAR PUSTAKA

Bachry, Zakia. 2014. Sekolah Inklusi Solusi Pendidikan Untuk Semua. [Online]. Tersedia:
http://forumdapodik.blogspot.com/2014/02/sekolah-inklusi-solusi-pendidikan-untuk.html. [15
September 2014].

Febriani, Vera. 2013. Momonitoring, Pengertian dan Tujuan Menurut Para Ahli. [Online].
Tersedia: http://veyranazyha1207.blogspot.com/2013/03/monitoring-pengertian-dan-
tujuan.html. [5 September 2014].

Math, Suadin. 2010. Sistem Dukungan Pendidikan Inklusif. [Online]. Tersedia:


http://sudinmath.wordpress.com/2010/05/08/sistem-dukungan-pendidikan-inklusif/. [15
September 2104].

Smith David J. 2012.Konsep dan Penerapan Pembelajaran Sekolah Inklusif. Nuansa: Bandung.

Zelth, Dede. 2013. Jenis-jenis Pengawasan. [Online]. Tersedia;


http://dedetzelth.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-pengawasan.html. [15 September 2014].

11

Anda mungkin juga menyukai