Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Mata Kuliah : Sosiologi Perkotaan

Nama : Berlina Sibagariang

NIM : 043885355

UPBBJ : Medan

Prodi : Sosiologi S-1

Jelaskan hal-hal yang berkenaan dengan Segregasi kota, perkembangan kota, dan urbanisasi.
Adapun pertanyaannya adalah:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan segregasi kota dalam kaitan masyarakat majemuk?
Berikan contoh!

Pembahasan:

Berdasarkan bahasa, arti segregasi adalah praktik atau kebijakan pemisahan kelompok orang
berdasarkan, agama, dan lain-lain, seperti dikutip dari laman kamus Merriam-Webster.
Contoh dasar segregasi dalam konteks pemisahan yaitu segregasi agama dan segregasi atas
perempuan dan laki-laki.

Segregasi adalah tindakan atau proses pemisahan, atau kondisi terpisah. Berdasarkan tujuan,
segregasi dapat berarti pemisahan atau pengasingan kelompok ras, kelas, atau suku dengan
secara paksa atau sukarela di daerah tertentu yang terkendala dengan sikap diskriminatif
seperti hambatan untuk berhubungan sosial, atau fasilitas yang dipisah.

Segregasi juga dapat berarti pemisahan, perlakuan khusus, atau pengamatan individu atau
sekelompok orang dari kelompok yang lebih besar. Contoh segregasi dalam konteks ini
adalah pemisahan anak berbakat ke dalam kelas akselerasi.

Contoh:

- pemisahan fasilitas kamar mandi umum dan fasilitas publik lain antara 'orang kulit hitam'
dengan 'orang kulit putih' di Amerika Serikat.
- pemisahan area pemukiman orang kaya dengan orang miskin serta perbedaan
fasilitasnya.
- sistem pemisahan pendidikan anak disabilitas di SLB berdasarkan kondisinya.

2. Jelaskan enam tahapan perkembangan kota dalam Six-Stage Theory?

Pembahasan:

Klasifikasi kota berdasarkan perkembangannya terdiri atas enam jenis. Masing-masing di


antaranya merupakan tahapan yang saling terkait. Lewis Mumford dalam The Culture Of
Cities (1938) mengemukakan 6 tahap perkembangan kota, meliputi:

1. Eopolis stage (Tahap eopolis)


Tahap perkembangan kota awalnya dimulai dari eopolis stage, yakni tahap
perkembangan wilayah desa, termasuk masyarakatnya, yang telah membentuk kota baru.
Eopolis stage dapat dikatakan peralihan dari pola kehidupan desa yang tradisional ke arah
kehidupan perkotaan. Contoh kota eopolis adalah Kota Gresik di Jawa Timur.
2. Polis stage (Tahap polis)
Tahap perkembangan kota yang kedua adalah polis stage. Tahap polis artinya penduduk
di suatu wilayah kota baru itu masih mencirikan sifat-sifat agraris. Polis stage ditandai
adanya pasar dan beberapa kegiatan industri yang masih berorientasi pada pertanian.
Contoh kota polis adalah Kota Bontang di Kalimantan Timur.
3. Metropolis stage (Tahap metropolis)
Metropolis stage merupakan tahap perkembangan kota yang ketiga, ketika kehidupan
ekonomi masyarakat sudah beralih ke sektor industri. Wujud kota yang sudah mencapai
metropolis stage sudah semakin modern. Contoh kota metropolis adalah Kota Surabaya,
Bandung, hingga Medan.
4. Megapolis stage (Tahap megapolis)
Megapolis stage merupakan tahap perkembangan kota yang ditandai dengan struktur tata
ruang kota yang lebih kompleks, serta memiliki beberapa kota metropolis yang saling
berdekatan dan terhubung. Tingkah laku masyarakat megapolis hanya berorientasi pada
materi, sehingga sistem birokrasinya lebih rumit. Contoh kota megapolis adalah Boston,
Washington, San Francisco, dan San Diego.
5. Tryanopolis stage (Tahap tryanopolis)
Tryanopolis stage merupakan tahap perkembangan kota yang cenderung menurun.
Kehidupan masyarakat di kota yang mencapai tahap ini mengalami kemerosotan moral
dan akhlak. Hal itu membuat maraknya masalah sosial yang sulit dikendalikan seperti
angka kriminalitas tinggi, kemacetan lalu lintas, serta kerusakan lingkungan. Contoh kota
tryanopolis adalah Kota Los Cabos di Meksiko.
6. Nekropolis stage (Tahap nekropolis)
Nekropolis stage merupakan tahap perkembangan kota menuju keruntuhan. Pada tahap
ini, kehidupan di suatu kota sudah mulai sepi. Kota nekropolis bahkan dapat berkembang
menjadi kota mati, wilayah yang peradabannya telah hancur. Contoh kota nekropolis
adalah Colma di California. Kota kecil di San Mateo County, California, tersebut dijuluki
sebagai "Kotanya Orang Mati". Sebab, dibanding orang hidup, wilayahnya lebih banyak
dipakai untuk kuburan alias tempat tinggal orang mati.

7. Faktor apa saja yang menyebabkan urbanisasi terjadi ketika pasca-lebaran di Indonesia?
Jelaskan!

Pembahasan:

Faktor pendorong terjadinya urbanisasi, diantaranya terbatasnya lapangan pekerjaan yang


tersedia di desa, upah yang masih tergolong rendah dibandingkan kota, dan masih kurangnya
kualitas dari fasilitas-fasilitas pendidikan di desa.

Sementara itu, faktor penarik urbanisasi adalah banyaknya lapangan kerja yang tersedia di
kota, terdapatnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang jauh lebih berkualitas, serta upah
yang tergolong lebih tinggi.

Momen pasca-hari raya idul fitri seringkali mencerminkan titik peningkatan urbanisasi. Pada
tahun 2019 terdapat sejumlah 168.778 orang pendatang baru yang berpindah ke DKI Jakarta,
kemudian pada tahun 2020 meskipun dilanda pandemi tetap terdapat pendatang baru,
meskipun jumlahnya berkurang dari sebelumnya yakni 113.814 orang dan pada tahun 2021
meningkat kembali dengan sejumlah 138.740 orang yang melakukan pergerakan ke DKI
Jakarta.
Urbanisasi atau tingginya penduduk perkotaan pastinya akan menimbulkan berbagai dampak,
dampak positif diantaranya menggerakkan roda perekonomian ke sekitar wilayah perkotaan,
selain itu membantu warga desa meningkatkan ilmu pengetahuan dan membantu modernisasi
masyarakat serta kesadaran terhadap isu yang sedang berkembang, seperti globalisasi.

Namun, terdapat pula dampak negatif yang timbul akibat dari urbanisasi, seperti
berkurangnya tenaga kerja usia produktif di pedesaan, tidak adanya lagi pembangunan di
perdesaan karena telah ditinggal oleh penduduknya.

Selain itu, kota yang menjadi tujuan urbanisasi pun juga dapat berdampak secara negatif,
terlebih lagi urbanisasi yang terjadi dalam waktu yang terlalu cepat tanpa melihat daya
dukung kota tersebut, hal ini akan membuat kota yang sudah padat pada awalnya semakin
bertambah penduduk dalam waktu yang singkat, sehingga membuat banyak warga yang tidak
dapat memiliki hunian tempat tinggal yang layak di kota.

Pemerintah tentunya harus lebih mempersiapkan hunian-hunian di kota untuk mengantisipasi


urbanisasi. Pemerintah perlu mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan hunian tersebut,
seperti dengan membangun rumah susun (public housing) ataupun konsolidasi tanah vertikal.

Sumber:

MODUL SOSI4308
https://www.detik.com/edu/detikpedia/
https://tirto.id/
https://kfmap.asia/blog/fenomena-urbanisasi-pasca-lebaran/

Anda mungkin juga menyukai