Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ningsih Widari

NIM : 121000287
Kelas : C
Matakuliah : Perencanaan dan Evaluasi Program Promosi Kesehatan (KMP 313)

KEBIJAKAN PUBLIK BERWAWASAN KESEHATAN ( HEALTHY PUBLIC


POLICY )

Dalam melakukan promosi kesehatan ada lima pilar yang perlu diketahui, yaitu: Build
Healthy Public Policy (membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan), Create
supportive environment (menciptakan lingkungan yang mendukung), Strengthen community
action (memperkuat gerakan masyarakat), Develop personal skill (mengembangkan
keterampilan individu), dan Reorient health service (menata kembali arah pelayanan
kesehatan). Lima pilar ini pertama kali dicanangkan dalam Deklarasi Ottawa (Ottawa
Charter ) yang pertama kali dilangsungkan di Canada pada tahun 1986.
Salah satu pilar promosi kesehatan yang paling utama yaitu Build Healthy Public
Policy ( membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan ). Ada berbagai kebijakan
publik berwawasan kesehatan yang berlaku di negara Indonesia. Berikut beberapa kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan:

1. Kebijakan Pemerintah dalam penggunaan helm berstandard


Pemerintah menerapkan kebijakan ini dengan menggunakan dasar hukum UU RI No.
22 Tahun 2009 pada pasal 291 ayat 1 dan 2. Dalam pasal tersebut diterangkan bahwa apabila
ada pengendara sepeda motor tidak memakai helm, maka akan dikenakan denda sebesar
RP 250.000,-. Sebenarnya kebijakan ini sangat bermanfaat bagi para pengemudi sepeda
motor, terutama bagi kesehatan dan keselamatannya.

Masalah yang ditemui dalam implementasi kebijakan ini


Penerapan kebijakan ini telah berjalan lama di negara Indonesia. Namun sepertinya
kebijakan ini belum sepenuhnya ditaati oleh para pengendara sepeda motor. Para pengemudi
sepeda motor hanya memakai helm ketika sedang dilaksanakan razia di jalan raya, atau hanya
ketika hendak bepergian jauh. Padahal, dekat ataupun jauh perjalanan yang ditempuh,
pengendara tetap harus mengenakan helm demi keselamatan diri sendiri. Kebanyakan para
pengendara baru akan mengenakan helm hanya karena takut kena tilang. Kebanyakan
masyarakat belum menyadari manfaat helm dari segi kesehatan. Dari segi kesehatan helm
berfungsi untuk mengurangi resiko cidera kepala 3,5 kali saat berkendara. Hal ini telah
dibuktikan melalui penelitian yang telah dipublikasikan dalam Medical Journal of Australia.
Sulitnya mengenakan helm dirasakan karena perasaan yang kurang nyaman.
Banyak sudah kecelakaan yang menimpa para pengemudi sepeda motor yang
mengakibatkan cidera parah akibat tidak mengenakan helm sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan. Ditambah lagi, apabila pengemudi terkena tilang, mereka biasa mengadakan
kompromi dengan polisi yang menilang sehingga denda yang dikenakan tidak mencapai
jumlah yang ditetapkan. Pengawasan yang kurang juga turut berpengaruh dalam pelanggaran
kebijakan ini. Walaupun pengguna helm sudah mengalami peningkatan jumlahnya namun
belum sepenuhnya kebijakan ini berhasil.

Solusi pemecahan masalah


Untuk menanggulangi masalah ini, sangat diperlukan peran berbagai pihak. Mulai dari
masyarakat hingga aparat kepolisian hingga pemerintah setempat dalam mengawasi
implementasi kebijakan ini di masyarakat dengan lancar. Hal-hal yang mungkin dilakukan
untuk mendukung dalam merealisasikan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
 Peningkatan pengawasan oleh Pemda setempat dengan berkolaborasi bersama
pihak kepolisian. Bila diperlukan disetiap titik rawan kecelakaan dilakukan
razia setiap hari karena hal itu sudah menjadi kewajiban para aparat negara ini.
 Melakukan advokasi kepada para pengemudi sepeda motor. Advokasi akan
lebih efektif dilakukan ketika para pengemudi melakukan pengurusan SIM di
kantor polisi. Untuk pengemudi di bawah umur pihak Pemda dan kepolisian
harus lebih ketat lagi memberikan pengarahan. Advokasi terhadap pengendara
dibawah umur dapat dilakukan melalui kunjungan ke sekolah-sekolah yang
ada. Di kota Medan sendiri belum pernah disosialisasikan kegiatan ini.
Menempelkan poster-poster dan penflet-panflet besar dengan gambar
mengenai helm di pinggir-pinggir jalan juga dapat mendukung. Isi gambar
dapat berupa gambar orang yang mengalami kecelakaan akibat tidak pakai
helm atau kata-kata yang dapat memprovokasi sehingga para pengendara
terutama mereka yang dibawah umur terpengaruh untuk mematuhi peraturan
ini.
 Media-media massa memiliki peran yang sangat penting dalam
mempromosikan kebijakan ini. Terutama media TV karena TV paling banyak
diminati untuk ditonton oleh masyarakat luas. Budaya masyarakat Indonesia
yang lebih suka menonton daripada membaca. Dalam media TV ini, peran
pemerintah adalah sebagai penentu agenda iklan yang akan ditayangkan.

2. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan

Di Kota Medan, kebijakan mengenai KTR lahir berdasarkan rujukan Undang-Undang


Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang Mewajibkan Pemerintah Daerah untuk
Menetapkan Kawasan Tanpa Rokok, serta berdasarkan Permen No. 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan. Sanksi denda yang dikenakan atas pelanggaran kebijakan ini adalah berkisar Rp
50.000,- hingga Rp 10.000.000,-.

Masalah yang ditemui dalam implementasi kebijakan ini

Awalnya pihak Pemda menganggap bahwa kebijakan ini akan berjalan dengan baik
tanpa kendala. Tapi kenyataan yang ada di masyarakat justru kebalikannya. Banyak
kontroversi yang terjadi selama pemberlakuan kebijakan ini. Masalah datang dari pihak
masyarakat sendiri yang tidak ingin mematuhi kebijakan ini. Ditambah lagi pengawasan yang
longgar oleh pihak Pemerintah. Masyarakat perokok jumlahnya sangat banyak di Kota
Medan ini yang menyebabkan kebijakan ini berjalan tersendat-sendat. Banyak masyarakat
perokok yang merasa haknya dianiaya karena dilarang merokok. Sementara masyarakat non
perokok yang seharusnya turut berpartisipasi dalam mensukseskan kebijakan ini merasa takut
atau segan jika harus memperingatkan orang-orang disekitarnya untuk tidak merokok. Belum
lagi masalah anak-anak di bawah umur yang banyak jadi perokok. Hal ini dikarenakan rasa
penasaran dan akibat dari prilaku imitasi dimana anak menjadi suka meniru prilaku orang
yang lebih dewasa di sekitarnya.

Solusi pemecahan masalah


Walaupun kebijakan ini banyak menuai pro-kontra, kebijakan ini harus tetap
ditegakkan karena sehat adalah hak semua orang. Dalam menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam proses implementasi kebijakan ini, ada beberapa solusi yang mampu dilakukan.
Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut:
 Pemerintah harus menerapkan suatu rancangan tindakan yang sistematis dalam
menentukan target atau sasaran yang tepat sehingga implementasi kebijakan
dapat berjalan efisien. Penentuan sasaran kebijakan ini sangat menentukan
bagi keberhasilan kebijakan ini.
 Pemberian advokasi adalah hal yang sangat penting juga dalam mengubah
prilaku masyarakat agar sadar kesehatan serta mengubah cara berpikir
masyarakat mengenai bahaya merokok. Namun, tindakan advokasi juga harus
dilakukan pada sasaran kelompok masyarakat yang tepat dan di tempat yang
tepat. Seperti yang kita ketahui, sekarang ini kebanyakan para perokok aktif
adalah para remaja terutama para remaja pria. Isi dari advokasi yang diberikan
juga harus sesuai dengan kelompok sasaran. Para advokator dapat
menghubungkan tindakan merokok dengan penurunan tingkat kecerdasan
apabila sasaran dari advokasi ini adalah kelompok remaja.
 Peran keluarga sangat penting dalam mengarahkan kebiasaan merokok. Maka
dari itu pemerintah harus memberikan penyuluhan kepada keluarga-keluarga
di daerah kota Medan. Pendekatan melalui keluarga ini mungkin akan lebih
efektif karena kebiasaan seseorang itu berangkat dari keluarganya.
 Tindakan yang dapat dikatakan andalan namun masih sulit dilakukan sampai
sekarang oleh pemerintah adalah dengan menaikkan harga rokok hingga 10
kali lipat atau lebih. Hal ini tentu akan memengaruhi kestabilan ekonomi daan
menyebabkan kontroversi baru karena pastinya akan ada banyak pihak yang
protes. Akan tetapi ini adalah jalan yang dapat dikatakan terbaik untuk
menyelamatkan kesehatan seluruh masyarakat.

3. Kebijakan toilet umum di Indonesia


Belum banyak yang mengetahui mengenai kebijakan ini. Kebijakan ini dikeluarkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dimana toilet termasuk ke dalam sarana umum yang
pemanfaatannya di tujukan kepada kepentingan masyarakat umum. Dasar hukum dari
kebijakan ini adalah UU RI No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung. Sebenarnya
kebijakan ini sudah cukup lama berjalan, namun baru sekitar tahun 2009 mendapat perhatian
dari ATI (asosiasi Toilet Indonesia). Toilet umum ditempatkan ditempat-tempat umum
seperti : di sekolah-sekolah, tempat wisata, pusat perbelanjaan, stasiun, terminal, serta
bandara, dan tempat umum lainnya. Toilet memiliki peranan yang penting dalam
pembangunan suatu daerah. Toilet umum juga mendukung peningkatan kesehatan
masyarakat dan lingkungannya.
Masalah yang ditemui dalam implementasi kebijakan ini
Dalam proses implementasi kebijakan ini, pemerintah banyak menemui kendala
terutama dalam segi pembiayaan dan perawatan toilet umum ini. Karena terbatasnya biaya,
membuat rencana pembangunan toilet ini berjalan macet. Kurangnya perhatian dari
masyarakat sekitar yang tidak merasa memiliki fasilitas toilet umum tersebut menyebabkan
toilet menjadi tak terurus dan terabaikan. Pengawasan yang dilakukan pemerintah kota
setempat juga terkesan acuh tak acuh. Sosialisasi yang serba kurang. Masalah besar timbul
apabila fasilitas toilet umum di tempat wisata tidak memadai seperti kondisi toilet yang jauh
dari standar sehat dan jorok. Tentu saja ini membuat para wisatawan merasa tidak nyaman
terutama bagi para wisatawan asing. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh ATI, toilet
umum di Indonesia menempati peringkat ke-18 terburuk seAsia. Biasanya toilet yang
dikelola oleh pihak swasta dan berbayar kondisinya lebih baik dibandingkan toilet umum
yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan dan perawatan
yang dilakukan sangat kurang efektif.
Solusi pemecahan masalah
Masalah yang dialami dalam kebijakan ini dapat diminimalisir dengan melakukan
beberapa hal, yaitu :
 Pemerintah harus melakukan perbaikan dan peningkatan pembangunan toilet
umum di beberapa titik yang banyak dikunjungi masyarakat umum di suatu
daerah.
 Pemda harus meningkatkan pengawasan terhadap pemakaian dan perawatan
toilet. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara merekrut beberapa pegawai
dalam mengawasi toilet umum tersebut. Gunanya agar tidak ada orang-orang
yang tidak bertanggung jawab yang merusak fasilitas ini.
 Pensosialisasian tentang penggunaan toilet umum serta bagaimana menjaga
fasilitas umum ini karena fasilitas ini juga merupakan harta milik semua
masyarakat.

Terlepas dari semua solusi yang diperoleh dan diterapkan, sebenarnya hal yang paling
penting yang memungkinkan berhasilnya tujuan kebijakan tercapai adalah kesadaran
masyarakat sendiri betapa pentingnya kebijakan ini bagi diri mereka sendiri. Setiap kebijakan
yang dibuat memiliki tujuan yang mendasar yaitu meningkatkan kesehatan, keamanan, dan
keselamatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai