Anda di halaman 1dari 5

WAHANA INOVASI VOLUME 10 No.

1 JAN-JUNI 2021 ISSN : 2089-8592

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA BALITA


STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILANGIT
Lusyana Gloria Doloksaribu
Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Medan
glorialusyana@yahoo.com

ABSTRACT permasalah gizi yang terjadi di Indonesia.


Dampak stunting tidak hanya dirasakan
Stunting is a condition of failure to oleh individu yang mengalaminya, tetapi
thrive and chronic nutritional problems juga berdampak terhadap roda
caused by insufficient nutritional intake perekonomiaan dan pembangunan
due to feeding that is not suitable for long bangsa. Hal ini karena sumber daya
periods of time. Nationally, the high manusia stunting memiliki kualitas lebih
prevalence of stunting (27.67%) in 2019, rendah dibandingkan dengan sumber
higher than the WHO standard limit (20%) daya manusia normal (Oktarina dan
causes this problem to become a serious Sudiarti, 2013).
problem in Indonesia. Stunting atau pendek pada anak
The study aims to describe the socio merupakan salah satu bentuk malnutrisi
economic status of the families of children akibat keterbatasan keadaan sosial
under five with stunting in the working ekonomi di masa lampau. Stunting
area of the Silangit Community Health didefenisikan sebagai indeks tinggi badan
Center. This type of research is menurut umur (TB/U) kurang dari minus
descriptive with cross sectional design. dua standar deviasi (<-2 SD) atau tinggi
The sample of the study was 67 mothers badan balita itu lebih pendek dari yang
of children under five in 2020. seharusnya bisa dicapai pada umur
The results of this study showed that tertentu (Kemenkes, 2010).
there were 12.84% nutritional status of Stunting tidak hanya disebabkan
children based on the TB / U index, with oleh satu faktor saja, tetapi disebabkan
details of the short nutritional status of 62 oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
people or (92.5%) and 5 people (7.5%) tersebut saling berhubungan satu dengan
very short. If it is related to the low yang lainnya seperti ekonomi, sosial-
average parental education (SMP-SMA), budaya, pendidikan dan sebagainya.
the average occupation of parents is a Sosial ekonomi keluarga merupakan
farmer, the average income of parents is salah satu faktor yang menentukan
below the UMR. jumlah makanan yang tersedia dalam
It is suggested to dig deeper into the keluarga sehingga turut menentukan
analysis of the socio-economic status gizi keluarga tersebut, termasuk
relationship with the incidence of stunting ikut mempengaruhi pertumbuhan anak
in children under five. (Ibrahim dan Faratima,2015).
Salah satu penyebab tidak langsung
Key words: stunting children under five, dari masalah stunting adalah status sosial
socioeconomic ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
PENDAHULUAN tingkat pendapatan, keadaan rumah
tangga, tempat tinggal, kepemilikan
Stunting merupakan kondisi gagal kekayaan, jabatan dalam organisasi dan
tumbuh dan masalah gizi kronis yang aktivitas ekonomi. Stunting pada anak
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang balita merupakan salah satu indikator
akibat pemberian makanan yang tidak status gizi kronis yang dapat memberikan
sesuai dengan kebutuhan dalam jangka gambaran gangguan keadaan sosial
waktu yang lama. Penyebab langsung ekonomi secara keseluruhan dimasa
terjadinya stunting adalah kurangnya lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan
asupan makanan dan adanya penyakit anak dapat memberikan dampak yang
infeksi. Stunting merupakan salah satu sulit diperbaiki (Ngaisyah, 2015).
22
Lusyana Gloria Doloksaribu : Gambaran Sosial Ekonomi Keluarga ……………………………

Anak yang pada masa balitanya Pengukuran tinggi badan


mengalami stunting memiliki tingkat menggunakan microtoise yang dilakukan
kognitif rendah, prestasi belajar dan peneliti sendiri. Pengukuran berat badan
psikososial buruk .Tingkat kognitif rendah dilakukan menggunakan timbangan digital
dan gangguan pertumbuhan pada balita dengan ketelitian 0,1kg. Pengukuran
stunting merupakan faktor-faktor yang status sosial ekonomi keluarga dengan
dapat menyebabkan kehilangan menggunakan kuesioner.
produktivitas pada saat dewasa. Anak-
anak yang mengalami stunting pada dua Pengolahan Dan Analisis Data
tahun kehidupan pertama dan mengalami Pengolahan data menggunakan
berat badan yang cepat berisiko tinggi komputer dengan program SPSS dan
terhadap penyakit kronis, seperti obesitas, analisis univariat. yaitu mendeskripsikan
hipertensi, dan diabetes (Oktarina dan variabel penelitian dan disajikan dalam
Sudiarti, 2013). bentuk tabel distribusi frekuensi dari tiap
Pada tahun 2019 jumlah balita variabel.
Stunting di wilayah Kerja Puskesmas
SIilangit yaitu 12,84%, hal ini menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah dikarenakan mendekati angka
nasional untuk stunting yaitu 20%. Rata- A. Karakteristik Sampel
rata pendidikan orang tua balita stunting Karakteristik sampel dalam hal ini
yaitu pendidikan dasar 9 tahun dan meliputi umur ibu, pendidikan, pekerjaan,
pekerjaan orangtua sebagai petani. Pada pendapatan keluarga. Menurut UNICEF,
penelitian ini tidak melakukan survei, 1998, variabel tersebut secara tidak
hanya menggunakan data sekunder langsung mempengaruhi status gizi balita.
dikarenakan adanya pandemic Covid-19. Adapun hal tersebut dapat dilihat pada
Berdasarkan data tersebut, maka penulis tabel 1 berikut :
tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Sosial Ekonomi Tabel 1. Karakteristik Sampel
Keluarga Pada Balita Stunting di Wilayah Kategori n %
Umur 26-45 67 100
Kerja Puskesmas Silangit”. >46 0 0
Pendidikan S1 2 3,0
Tujuan Penelitian D3 2 3,0
SMA 32 47,8
a. Menilai karakteristik dan status Sosial SMP 28 41,8
Ekonomi keluarga. SD 3 4,5
b. Menilai kejadian stunting Tingkat Pendidikan Tinggi 4 6,0
Menengah 32 47,8
c. Mendeskripsikan gambaran sosial Rendah 31 46,3
ekonomi dengan kejadian stunting. Pekerjaan Ibu Honor 3 4,5
Petani 63 94,0
Wiraswasta 1 1,5
METODE PENELITIAN Pendapatan Keluarga 700.000 2 3,0
800.000 3 4,5
Desain, Subjek, Waktu 900.000 2 3,0
1.000.000 43 64,2
Penelitian ini adalah Deskriptif 1.200.000 2 3,0
dengan desain penelitian cross sectional, 1.500.000 12 17,9
2.000.000 2 3,0
yaitu meneliti tentang Gambaran status 2.500.000 1 1,5
sosial ekonomi keluarga dengan kejadian Kategori Pendapatan <UMR 66 98,5
stunting di wilayah kerja puskesmas >UMR 1 1,5
silangit. Sampel pada penelitian ini yaitu
67 orang. Waktu penelitian dilaksanakan Tabel 1 menunjukkan bahwa
pada April 2020. frekuensi terbesar kategori usia ibu
adalah kategori usia 25-45 tahun yaitu
Jenis dan Cara Pengumpulan Data sebesar 100 %. Dan tidak ada usia ibu
Data dalam penelitian ini adalah data yang diatas 46 tahun. Disimpulkan ibu
primer dan data sekunder. Data primer dalam usia produktif
meliputi : Data Berat Badan dan Tinggi Sebagian besar ibu berlatar belakang
Badan. Data Sekunder meliputi gambaran pendidikan SMA yaitu sebesar 47,8% dan
sosial ekonomi orangtua yang memiliki SMP yaitu sebesar 41,8%. Sedangkan
balita stunting. sisanya S1 dan D3 yaitu sebesar 3,0%
dan SD yaitu sebesar 4,5 %, dengan
23
Lusyana Gloria Doloksaribu : Gambaran Sosial Ekonomi Keluarga ……………………………

kategori terbanyak adalah menengah UMR yaitu 1,5%. Pendapatan dibawah


(SMA) yaitu 47,8%. Berdasarkan UMR yaitu Rp.2.499.000 dan diatas UMR
penelitian yang dilakukan oleh Nauw, yaitu ≥Rp,2.499.000. Hal ini sesuai
Febelina, 2016 dengan judul Hubungan dengan pendapat Sulistyoningsih dalam
Antara Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Ngaisyah, 2015 bahwa meningkatnya
Stunting Pada Balita di Pulau Mantehage pendapatan akan meningkatkan peluang
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa untuk membeli pangan dengan kualitas
Utara menyatakan bahwa tidak ada dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya
hubungan antara pendidikan orang tua penurunan pendapatan akan
atau responden ibu dengan kejadian menyebabkan menurunnya daya beli
stunting pada balita usia 6-59 bulan di pangan yang baik secara kualitas maupun
Pulau Mantehage Kecamatan Wori kuantitas. Tingginya penghasilan yang
Kabupaten Minahasa Utara. tidak diimbangi pengetahuan gizi yang
Berdasarkan pekerjaan ibu, cukup, akan menyebabkan seseorang
persentase terbanyak adalah sebagai menjadi sangat konsumtif dalam pola
petani, yakni sebanyak 94,0% dan makannya sehari-hari, sehingga
persentase pekerjaan ibu yang paling pemilihan suatu bahan makanan lebih
sedikit yaitu sebagai wiraswasta sebesar didasarkan pada pertimbangan selera
1,5%. Berdasarkan penelitian yang dibandingkan aspek gizi .
dilakukan oleh Nauw, Febelina, 2016
dengan judul Hubungan Antara Sosial B. Karakteristik Balita Stunting
Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Tabel 2. Karakteristik Balita Stunting
Balita di Pulau Mantehage Kecamatan Kategori n %
Jenis Kelamin Perempuan 29 43,3
Wori Kabupaten Minahasa Utara Laki-laki 38 56,7
menyatakan bahwa tidak ada hubungan Status Gizi Pendek 62 92,5
pekerjaan orang tua atau responden ibu Sangat Pendek 5 7,5

dengan kejadian stunting pada balita usia


6-59 bulan di Pulau Mantehage Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa bahwa persentase anak dengan jenis
Utara. kelamin laki-laki yaitu 56,7% dan
Berdasarkan pendapatan keluarga persentase anak dengan jenis kelamin
dilihat bahwa terdapat 43 keluarga atau perempuan yaitu 43,3%. Berdasarkan
64,2% memiliki pendapatan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indrastuty,
Rp.1.000.000,- dan yang pendapatan nya Dini, 2014 menyatakan bahwa sebagian
Rp.2.500.000 yaitu 1,5%. Berdasarkan besar balita yang mengalami stunting
penelitian yang dilakukan oleh Maywita, memiliki jenis kelamin laki-laki. Beberapa
Erni 2015 dengan judul Faktor Risiko yang jadi penyebabnya adalah
Penyebab Terjadinya Stunting Pada perkembangan motorik kasar anak laki-
Balita Umur 12-59 Bulan di Kelurahan laki lebih cepat dan beragam sehingga
Kampung Baru Kec. Lubuk Begalung membutuhkan energi lebih banyak.
Tahun 2016 menyatakan bahwa tidak ada Dapat dilihat bahwa persentase anak
hubungan pendapatan orang tua atau dengan status gizi TB menurut Umur
responden Ibu dengan kejadian stunting sangat pendek yaitu 7,5% , pendek yaitu
pada balita usia 6-59 bulan di Pulau 92,5%.
Mantehage Kecamatan Wori Wori
Kabupaten Minahasa Utara. C. Gambaran Sosial Ekonomi Keluarga
Kategori pendapatan keluarga masih dengan Balita Stunting
di bawah UMR yaitu sebesar 98,5% dan
pendapatan keluarga yang sudah diatas
24
Lusyana Gloria Doloksaribu : Gambaran Sosial Ekonomi Keluarga ……………………………

Tabel 3. Tabulasi Silang Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada Balita
Status Gizi Jumlah
Variabel Pendek Sangat
Pendek
N % n % n %
Umur Ibu
-WUS 62 5 67 100
-Tidak WUS 0 0 0 0 0 0
Tkt Pendidikan
-Tinggi 3 4,0 1 2,0 4 6,0
-Menengah 29 43,0 3 4,0 32 47,0
-Rendah 30 45,0 1 2,0 31 47,0
Pekerjaan
-Honor 0 0 0 0 0 0
-Petani 59 84,0 4 6,0 63 94,0
-Wiraswasta 3 4,0 1 2,0 4 6,0
Pendapatan
-<UMR 61 91,0 5 7,0 66 98,0
->UMR 1 2,0 0 0 1 2,0

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat DAFTAR PUSTAKA


bahwa persentase balita dengan status
gizi pendek dan sangat pendek Cahyono, Firmanu, Stefanus Pieter
cenderung berada pada ibu yang memiliki Manonnga, dan Intje Picauly. 2016.
tingkat pendidikan menengah ke rendah Faktor Penentu Stunting Anak
yaitu sebesar 94%, bekerja sebagai Balita Pada Berbagai Zona
petani sebesar 94% dengan pendapatan Ekosistem Di Kabupaten Kupang.
di bawah UMR yaitu sebesar 98%. Jurnal Gizi Pangan. Volume 11,
Nomor 1
KESIMPULAN DAN SARAN
Damanik, Rizal M, Ikeu Ekayanti, dan
Kesimpulan Didik Hariyadi. 2010. Analisis
1. Karakteristik orang tua yang memiliki Pengaruh Pendidikan Ibu Terhadap
balita stunting (pendek dan sangat Status Gizi Balita Di Provinsi
pendek) adalah umur kategori WUS, Kalimantan Barat.. Jurnal Gizi dan
dengan tingkat pendidikan rendah Pangan Volume 5, Nomor 2
(SMP-SMA), dan pendapatan rendah
(<UMR). Ibrahim, A, Irviani dan Faramita, Ratih.
2. Jenis kelamin balita stunting adalah 2014. Hubungan Faktor Sosial
laki-laki dengan kategori sangat Ekonomi Keluarga Dengan
pendek yaitu 5 orang atau (7,5%) dan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59
pendek yaitu 62 orang atau (92,5%) Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
3. Terdapat kecenderungan keluarga Barombong Kota Makassar Tahun
yang memiliki tingkat pendidikan dan 2014. Al.Sihah :Public Health
pendapatan rendah beresiko Science Journal , Volume 7, Nomor
menghasilkan balita stunting 1

Saran Indrastuty, Dini dan Pujiyanto. 2014.


Disarankan perlu penggalian lebih Determinan Sosial Ekonomi Rumah
dalam tentang analisis hubungan social Tangga dari Balita Stunting di
ekonomi dengan kejadian stunting pada Indonesia :Analisis Data Indonesia
balita. Family Life Survey (IFLS) 2014.
25
Lusyana Gloria Doloksaribu : Gambaran Sosial Ekonomi Keluarga ……………………………

Kusudaryati, Dewi Pertiwi Dyah. 2013. Rahayu, Atikah dan Khairiyati Laily. 2014.
Kekurangan Asupan Besi dan Seng Risiko Pendidikan Ibu Terhadap
Sebagai Faktor Penyebab Stunting Kejadian Stunting Pada Anak 6-23
Pada Anak. Surakarta. Volume 10 Bulan. Fakultas Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbu,
Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Banjarmasin
Kesehatan RI Nomor :1995/
Menkes/ SK/ XII/ 2010 tentang Suryaoka. 2017. Penanggulangan
standar antropometri penilaian Kejadian Stunting Pada Balita.
status gizi anak. Jakarta : Direktorat Jakarta
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak Kementerian Soetjiningsih, dkk. 2012. Perkembangan
Kesehatan Republik Indonesia Anak dan Permasalahannya Dalam
Buku Ajar I Ilmu Perkembangan
Lubis, Riani Adelina. 2017. Status Sosial Anak dan Remaja. Jakarta
Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan
Makan Anak Dengan Kejadian Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012.
Stunting Pada Anak di SD Negeri Penilaian Status Gizi, Kedokteran
No 060929 Kecamatan Medan EGC. Jakarta
Johor. Skripsi. Universitas Sumatra
Utara.

Maywwita, Erni. 2015. Faktor Risiko


Penyebab Terjadinya Stunting
Pada Balita Umur 12-59 Bulan di
Kelurahan Kampung Baru
Kec.Lubuk Begalung Tahun 2015

Nauw, Febelina. 2016. Hubungan Antara


Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita di Pulau
Mantehage Kecamatan Wori,
Kabupaten Minahasa. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado.

Ngaisyah, Dewi Rr. 2015. Hubungan


Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita di Desa
Kanigoro Saptosari Gunung Kidul.
Jurnal Medika Respati. Volume X,
Nomor 4

Oktarina, Zilda dan Sudiarti, Triani. 2013.


Faktor Resiko Stunting Pada Balita
(24-59 Bulan) di Sumatra. Jurnal
Gizi dan Pangan. Volume 8, Nomor
3

Oktarina, Zilda. 2012. Hubungan Berat


Lahir Dan faktor- Faktor Lainnya
Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan dan Lampung Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai