Anda di halaman 1dari 4

Tata Laksana Berbagai Keadaan

Gawat Darurat pada Anak

Pada tahun 1991, sepsis dan inflamasi sistemik mendapat perhatian


tersendiri dalam dunia kedokteran. Sejak saat itu pengetahuan tentang tata
laksana sepsis berkembang dengan sangat pesat. Namun demikian, pada
awalnya, berbagai definisi sepsis pada pediatrik dibuat berdasarkan
patofisiologi yang terjadi pada orang dewasa. Pada tahun 2005 konsep sepsis
pada anak telah diperbaharui dengan mempertimbangkan perubahan
fisiologis yang terjadi pada anak. Stabilisasi pasca resusitasi bagi anak yang
menderita syok septik memegang peran penting dalam prognosis. Setiap
keterlambatan pencapaian target resusitasi akan meningkatkan angka
kematian.
Patofisiologi sepsis secara umum dan fakta klinis yang ditemukan pada anak
sesuai konsensus tahun 2005.

Fakta Klinis
Disfungsi sistem imun
Anak yang mengalami sepsis dan disfungsi organ multipel yang tidak teratasi
dapat mengalami infeksi sekunder akibat bakteri, jamur, maupun virus
herpes.
Pada kondisi ini ditemukan peningkatan kadar IL-10 dan IL-6 disertai dengan
deaktivasi monosit. Autopsi pada pasien yang meninggal menunjukkan
adanya deplesi limfosit di kelenjar getah bening dan limpa. Anak dengan
limfopenia atau hipoprolaktinemia memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
infeksi bakteri, jamur dan virus herpes (odds ratio >10).

Sindrom disfungsi organ multipel


Hasil autopsi anak yang meninggal karena disfungsi organ multipel di
Children’s Hospital Pittsburg menunjukkan hasil bahwa 80% anak mengalami
thrombosis dan perdarahan, 30% terdapat kelainan patologis pada kelenjar
adrenal dan 80% mengalami infeksi persisten yang tidak terdiagnosis.
Penelitian prospektif selanjutnya memperlihatkan bahwa 80%
trombositopenia pada kasus disfungsi organ multipel disebabkan oleh
thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP) dengan peningkatan ultra large
von Willebrand’s factor (vWF) dan penurunan vWF cleaving protease.7,8
Koagulasi intravaskuler diseminata hanya ditemukan pada 20% kasus.

Respon hemodinamik
Berbeda dengan syok septik pada dewasa yang disebabkan oleh paralisis
vasomotor, pada anak lebih sering dijumpai hipovolemia berat. Pemberian
cairan resusitasi secara agresif umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Pada anak, kematian akibat sepsis lebih sering disebabkan oleh penurunan
curah jantung bukan penurunan resistensi vaskular sistemik seperti pada
pasien dewasa. Pada anak, upaya mempertahankan indeks jantung antara
3,3 sampai 6 L/menit/m 2 berkorelasi dengan menurunnya mortalitas.
Dari Penelitian Ceneviva menunjukkan bahwa pada syok septik anak yang
resisten terhadap cairan, 58% mengalami penurunan curah jantung dan
peningkatan resistensi vaskuler sistemik, sedangkan 22 % lainnya mengalami
penurunan curah jantung dan penurunan resistensi vaskuler sistemik. Syok
persisten dijumpai pada 33% kasus, sebagian besar dengan penurunan
fungsi jantung.

Pembagian usia
Tanda klinis SIRS dan disfungsi organ sangat dipengaruhi oleh perubahan
fisiologis yang terjadi dalam tubuh. Mengingat anak masih dalam proses
tumbuh kembang maka untuk penyusunan batasan sepsis pada anak
dilakukan berdasarkan kelompok usia tertentu sesuai yang tertera dalam
tabel.
Asuhan keperawatan kedaruratan pada anak melibatkan sejumlah tindakan
yang bertujuan untuk memberikan perawatan cepat dan tepat pada anak
yang mengalami kondisi darurat atau bahaya yang mengancam nyawa.
Berikut ini adalah langkah-langkah umum yang harus diambil dalam asuhan
keperawatan kedaruratan pada anak:

Evaluasi Kondisi Anak:


 Langkah pertama adalah mengevaluasi kondisi anak secara cepat dan
akurat. Periksa tanda-tanda vital seperti denyut jantung, tekanan darah,
suhu tubuh, dan tingkat kesadaran.
.
Pastikan Keamanan:
 Pastikan keadaan sekitar aman bagi anak. Hapus faktor-faktor risiko yang
dapat membahayakan anak, seperti benda tajam atau berbahaya.

Berikan Dukungan Emosional:


 Anak yang mengalami keadaan darurat mungkin sangat takut atau
cemas. Berikan dukungan emosional kepada anak dan orang tua atau
pengasuh yang hadir.

Atasi Masalah Pernapasan:


 Jika anak mengalami masalah pernapasan, pastikan saluran udara
terbuka dan berikan oksigen jika diperlukan. Tindakan seperti CPR
(Cardiopulmonary Resuscitation) mungkin diperlukan jika anak berhenti
bernapas.
Atasi Perdarahan:
 Jika ada perdarahan, hentikan perdarahan dengan tekanan langsung
pada luka, atau gunakan perban tekan jika diperlukan.

Penilaian dan Manajemen Nyeri:


 Berikan analgesik sesuai dengan usia dan berat anak jika diperlukan
untuk mengatasi nyeri. Perhatikan efek sampingnya dan pantau respon
anak terhadap pengobatan.
Stabilisasi Kondisi:
 Terapkan tindakan medis yang diperlukan untuk menjaga atau
memulihkan keadaan stabil anak. Ini bisa termasuk pemberian cairan
intravena, obat-obatan, atau tindakan lain yang diperlukan.

Observasi dan Pemantauan:


 Pantau terus kondisi anak dan tanda-tanda vitalnya. Jika kondisi anak
memburuk, segera revaluasi dan sesuaikan perawatan.

Komunikasi dengan Orang Tua atau Pengasuh:


 Berikan informasi dan dukungan kepada orang tua atau pengasuh anak.
Jelaskan kondisi anak, prosedur yang sedang dilakukan, dan rencana
perawatan selanjutnya.

Koordinasi dengan Tim Medis:


 Bekerja sama dengan tim medis lainnya, seperti dokter dan perawat
lainnya, untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan koordinasi
yang baik.

Penting untuk diingat bahwa asuhan keperawatan kedaruratan pada anak
dapat bervariasi tergantung pada penyebab kondisi darurat dan usia anak.
Jika Anda bukan seorang profesional medis, selalu segera hubungi layanan
darurat atau konsultasikan dengan dokter jika Anda menghadapi situasi
kedaruratan pada anak.

Anda mungkin juga menyukai