Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Tataran Morfologi
Penghilangan Afiks, Bunyi Yang Tak Seharusnya Diluluhkan,
Ketidaktepatan Penggunaan Afiks

A.Capaian Pembelajaran

Pada bab ini, akan dijelaskan tentang Tataran Morfologi yaitu Penghilangan Afiks,
Bunyi Yang Tak Seharusnya di Luluhkan, Ketidaktepatan Penggunaan Afiks.

1.1 Mendeskripsikan Tataran Morfologi

1.2 Mendeskripsikan Penghilangan Afiks


1.3 Mendeskripsikan Bunyi Yang Tak Seharusnya di Luluhkan
1.4 Mendeskripsikan Ketidaktepatan Penggunaan Afiks

B.Materi

Tataran Morfologi
Depdiknas (2008:1441) mengatakan bahwa tataran merupakan tingkatan.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dan bahasa. Muchlis
(2010 : 32) mengatakan bahwa proses morfologis merupakan terjadinya gabungan
antara Morfem satu dengan Morfem lainnya sehingga terbentuk sebuah kata. Chaer
(2008:3) mengatakan morfologi adalah ilmu yang mempelajari sebuah pembentukan
kata. Depdiknas (2008 :930) menyatakan bahwa morfologi merupakan cabang
linguistik tentang morfem dan campurannya bisa disebut juga ilmu yang membahas
tentang bentuk kata. jadi tataran morfologi adalah tingkatan linguistik yang
membahas tentang pembentukan kata melalui terjadinya gabungan morfem tu
dengan morfem lainnya.
1. Penghilangan Afiks
A. Penghilangan prefiks meng-
Penghilangan afiks di dalam tulisan seringkali terjadi, seperti penghilangan
prefiks meng- pada sebuah kata bentukan. Penghilangan prefiks meng- pada
sebuah kata bentukan dapat terjadi karena adanya penghematan penggunaan
bahasa yang tidak perlu, hal inilah yang menyebabkan kesalahan pemakaian
bahasa dapat terjadi.
Contoh penghilangan prefiks meng- sebagai berikut:
Bentuk Tidak Baku
1. Kau katakan hal ini pada Tuan Jeno?
Kalimat di atas masuk ke dalam kalimat aktiftransitif. Jika menyesuaikan
kaidah, kalimat aktif transitif predikat kalimat harus berprefiks meng-.
Oleh karena itu, perbaikan pada kalimat di atas jika diubah akan menjadi
sebagai berikut:
Bentuk Baku
1. Kau mengatakan hal ini pada Tuan Jeno?
Selain penghilangan awalan meng- pada kepala berita dalam surat kabar
atau media cetak, penghilangan tersebut tidak dapat dibenarkan.

B. Penghilangan prefiks ber-


Prefiks ber- seringkali dihilangkan oleh manusia pada kata bentukan, padahal
hal tersebut tidak diperbolehkan karena dapat membuat kaidah kebahasaan menjadi
tidak benar.
Contoh penghilangan prefiks ber- sebagai berikut:
Bentuk Tidak Baku
1. Gaji ayah beda dengan gaji ibu
2. Kakak mengajak adik pergi ke taman untuk main sepeda
Kedua kalimat di atas merupakan kalimat tidak baku, jika kita ingin membuat
kalimat tersebut menjadi baku dan sesuai dengan kaidah kebahasaan maka dalam
kata kerja tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber-
Oleh karena itu, perbaikan kalimat di atas menjadi berikut:
1. Gaji ayah berbeda dengan gaji ibu
2. Kakak mengajak adik pergi ke taman untuk bermain sepeda

C. Penghilangan prefiks di-


Penghilangan prefiks di- pada sebuah kata bentukan seringkali dilakukan, hal
inilah yang menyebabkan kesalahan pemakaian bahasa dapat terjadi.
Contoh penghilangan prefiks di- adalah sebagai berikut:
1. Jalan tutup sementara karena ada perbaikan.

Kalimat di atas merupakan kalimat tidak baku, jika kalimat tersebut diubah
menjadi kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baku maka kalimat tersebut
harus menggunakan prefiks di-
Oleh karena itu, perbaikan kalimat dibatas menjadi berikut:
1. Jalan ditutup sementara karena ada perbaikan.
Kata tutup merupakan bentuk dari verba nomina yang memiliki arti sebagai
sebuah benda yang dijadikan alat untuk membatasi sesuatu hingga bagian dalam
atau isinya tidak nampak. Sedangkan kata tutup pada kalimat di atas adalah sesuatu
yang melibatkan objek lain, jadi akan lebih baik jika ditambahkan imbuhan afiks di-.

2. Bunyi Yang Tak Seharusnya Diluluhkan,


Seringkali pada kata dasar yang memiliki fonem awal dengan bunyi /c/ menjadi
luluh bila mendapatkan prefiks meng-. Kaidah pembentukan sebuah kata apabila
prefiks meng- melengkapi kaya dasar yang memiliki fonem /c/. Maka dari itu, prefiks
meng- bukan meN- ataupun mny-. Kemungkinan faktor peluluhan pada bunyi (c)
adalah bahasa dari suatu daerah. Pada sebuah kata yang berawalan /e/ diluluhkan
menggunakan prefiks (meN-) menjadi (mem-) yang diikuti oleh kata dasar. Kata
seperti yang sudah dijelaskan merupakan hasil dari kata-kata serapan bahasa asing.

Contoh bunyi yang tidak dapat diluluhkan seperti: “Kendati demikian, Sistho
mengklaim kepercayaan tamu masih tetap ada.”
Berdasarkan kalimat di atas penggunaan kata mengklaim kurang tepat
karena terjadi Peluluhan bunyi /e/ yang seharusnya tidak diluluhkan. Bentukan
mengklaim terdapat Peluluhan bunyi /e/ dimana seharusnya bunyi /e/ dituliskan dan
tidak diluluhkan sehingga kata Mengklaim seharusnya menjadi mengeklaim. Kata
mengeklaim sendiri memiliki makna Meminta atau menuntut pengakuan atas suatu
fakta yang berhak memiliki atau mempunya.

3. Ketidak Tepatan Penggunaan Afiks.


Berbicara tentang bahasa sebagai alat komunikasi, tentu saja tidak lepas dari
yang namanya kesalahan dalam berbahasa, baik itu lisan maupun tertulis. Namun
masyarakat sering menganggap bahwa kesalahan berbahasa tersebut adalah
sebuah hal yang wajar. Padahal, kesalahan tersebut akan menimbulkan sebuah
dampak besar ketika bahasa tersebut tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Aspek atau sistem kaidah kebahasaan bahasa Indonesia yang digunakan untuk
acuan atau kriteria sebagai penentu sebuah bentuk tuturan salah atau tidak
salahnya ialah sistem kaidah bahasa baku.
Bahasa untuk berkomunikasi mempunyai bentuk yang sangat banyak variasinya.
Dalam masyarakat bahasa yang sering di gunakan dalam berkomunikasi tersebut
tidak terlepas dari penggunaan kata dan kalimat yang berartikan sebuah makna.
Selain itu juga penggunaan kata itu tidak dapat lepas dari yang namanya proses
afiksasi.
Kesalahan berbahasa sering ditemukan di surat kabar adalah kesalahan
dalam menggunakan afiksasi. Afiksasi adalah sebuah proses terbentuknya kata
yang terjadi sebuah kesalahan sehingga berdampak timbulnya sebuah makna dan
bentuk kata. Afiksasi juga dapat di artikan sebagai sebuah proses pembentukan kata
dengan memberikan imbuhan (afiks) pada kata dasar, baik dalam dasar tunggal
maupun kompleks. Hasil dari proses pembentukan afiks dan imbuhan tersebut bisa
dikatakan sebagai kata berimbuhan. Pemakaian afiksasi dapat terjadi sehingga
menimbulkan sebuah kesalahan dalam ragam bahasa tulisan.
Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat berbagai jenis
kesalahan afiksasi (Setyawati, 2004: 35)
1.Kesalahan Prefiks
Prefiks merupakan subuah awalan. Prefiks artinya imbuhan yang dilekatkan
di depan yang bentuknya kata dasar.
Beberapa data yang mengatakan kesalahan afiksasi dalam hal pemakaian
prefiks dalam berita politik surat kabar Lombok. Pada dasarnya penghilangan
awalan itu bisa membuat bermacam bahasa yang di gunakan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Data untuk membuktikan penghilangan prefiks ini
didapatkan pada kutipan-kutipan di bawah ini :
1) “Kami jadi sahabat seprofesi, sejak tahun 2004 sama-sama jadi anggota
DPRD Lombok Barat,”kata Junaidi.
Dalam kutipan di atas terdapat kesalahan afiksasi yaitu pada kata “jadi” yang
seharusnya menjadi. Hal tersebut disebabkan pada kata " jadi "merupakan kata
kerja yang menunjukkan arti ‘langsung berlaku’, ‘betul-betul terjadi’, atau ‘sesuatu
untuk dibuat’.Maka dari itu, penggunaankata 'jadi' tidak benar jika dipakai dalam
konteks kutipan di atas.

a. Kesalahan penggunaan imbuhan ke-


1) “Aku mampir di Kepala Desa Bentek, di situ saya ketemu Pak Camat, lalu
istirahat sebentar selama lima menit, beliau (Najmul, Red) lewat di depan rumah dan
berjalan bersama".
Masyarakat pada kehidupannya selalu menggunakan kata yang berprefiks
ke-. Tanpa mereka ketahui, maksud awalan ke- tersebut mengarah pada “naik/
gabunga” atau “sesuatu yang di-i”. Oleh karena itu, awalan untuk pemakaian kutipan
di atas yang benar adalah bentuk awalan ber- sehingga membentuk kata bertemu
yang mempunyai arti 'berjumpa'
2. Kesalahan Penggunaan Sufiks (Akhiran)
Sufiks disebut juga akhiran ialah imbuhan yang diletakan pada belakang kata
bentuk dasar. Berikut contoh akhiran –kan, -an, -i, -nya, dan –wan.

a. Kesalahan Penggunaan akhiran –i


Penggunaan akhiran -i untuk bisa di pakai kedalam sebuah kutipan kalimat.
maksudnya penggunaan akhiran -i ini diantaranya, mengungkapkan pegulangan
kata , bermakna memberi, dan Bermakna menghilangkan. Akan tetapi, Kalimat-
kalimat di bawah ini memperlihatkan adanya kesalahan dalam pemakaian Imbuhan
–i.
Contohnya: Bila langkah ini ditempuh PPP, Peluang Sukri kantong
Rekomendasi PPP terbuka lebar.(5 Februari 2020/Peluang Sarif-Sukri Masih
Terbuka)”
Dalam kutipan diatas terdapat kata "kantong". kesalahan tersebut bisa
mengakibatkan ketidak sesuaian kata yaitu ''kantongi' kepada si pernyataan atau
kutipan yang di tulis oleh si penulis untuk membuatnya menjadi sebuah kata yang
tepat , Seharusnya kata Kantongi itu bisa di ubah menjadi "mengantongi".

b. Kesalahan sufiks -kan

1) “Hanya DPP yang akan keluarkan keputusan dukungan final,” tegasnya.


Dalam Kutipan tersebut , ada sebuah kesalahan afiksasi yaitu adanya ketidak
tepatan penggunaan akhiran –kan. Akhiran –kan berfungsi untuk menggambarkan
isi kata. Akhiran –kan pada kutipan ini dapat membuat kalimat yang tida sesuai
dengan asliny. Oleh karenanya untuk bisa membuat kalimat bermaka kata
"keluarkan" seharusnya diuabah menjadi "mengeluarkan".
3.Kesalahan pemakaian Konfiks (Awalan-Akhiran)
Konfiks merupakan afiks yang terdiri dari Prefiks dan sufiks yang tempatnya
di antara Kata dasar. Konfiks dilekatkan pada kata dasar depan dan belakang
secara bersamaan. Berikut beberapa kesalahan yang ditemukan pada sebuah surat
kabar Lombok Post terkait dengan Pemakaian konfiks dalam suatu kalimat.

a. kesalahan konfiks me(N)-kan


“Dia pun menyebut hubungan Dengan Najmul usai aktif Mensosialisasikan diri maju
di Pilbup KLU semakin intens.”
Dari kutipan tersebut terlihat adanya kesalahan penggunaan konfiks dalam
kata "Mensosialisasikan". penggunaan imbuhan Me(N)-kan tapatnya sudah benar,
akan tetapi hal yang membuatnya menjadi tidak tepat ialah ketidak adanya
pelemburan dalam sebuah kata dasarnya yaitu "sosialisasi". terbentuknya peleburan
pada kata dasar tersebut yaitu penggunaan imbuhan Me(N)-kan jika bertemu
dengan kata dasar Yang berawalan /s/ maka akan menjadi luluh. oleh sebab itu,
supaya imbuhannya benar dan tepat pada sebuah kata mensosialisasikan di ubah
menjadi menyosialisasikan.

C. Latihan

1. Apa pengertian morfologi menurut kalian ?


2. Bagaimana terjadinya sebuah penghilangan Afiks pada kalimat?
3. Berikan contoh dari Bunyi yang tidak dapat di Luluhkan !
4. apa yang di maksud dengan Afiksasi serta berikan contoh nya!
.

D. Referensi
Lubis, M. S. (2019). KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA
KELAS VIII-2 MTSN 4 TAPANULI SELATAN (TATARAN MORFOLOGI). JURNAL
EDUCATION AND DEVELOPMENT, 7(2), 87-87.
Milandari, B. D., Muhdar, S., & Nurmiwati, N. (2020). Kesalahan Pemakaian Afiksasi pada
Berita Politik di Surat Kabar Lombok Post. Jurnal Ilmiah Telaah, 5(2), 71-78.
Nentia, A. (2019). Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada Berita Pinggir-
Duri-Dumai Surat Kabar Riau Pos (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Sari, S. W., Qoryah, A. N., & Aprilia, O. Y. (2020). Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang
Morfologi Pada Portal Radar Solo Tema Covid-19. Imajeri: Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, 3(1).
Savira, A. T. D., Nafarin, S. F. A., & Fa’izah, S. N. (2021). Analisis Kesalahan Berbahasa
Bidang Morfologi dalam Laporan Isu Hoaks Corona Virus oleh KOMINFO.
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1), 1-15.
Riyadi, S. (2020). Analisis bentuk kesalahan morfologi dan penyebabnya Dalam karangan
siswa kelas vii Mts nurul irsyad nw pesantek desa setiling Tahun pelajaran 2019-
2020: Analisis bentuk kesalahan morfologi dan penyebabnya Dalam karangan siswa
kelas vii Mts nurul irsyad nw pesantek desa setiling Tahun pelajaran 2019-2020.
Literasi: Jurnal Penelitian, Pendidikan Bahasa, dan Sastra, 1(01), 2-12.

Anda mungkin juga menyukai