Laporan Praktikum Mikrobiologi Panga 5
Laporan Praktikum Mikrobiologi Panga 5
NIM : 220104012
Kelompok : 2
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Bakteri halofilik adalah mikroorganisme yang tahan pada kadar garam tinggi karena
memiliki kemampuan dalam mengakumulasi suatu zat organik terlarut dalam
sitoplasmanya (Budiharjo et al., 2017). Bakteri halofilik termasuk dalam domain
archaebacteria yang memerlukan lingkungan asin untuk kelangsungan hidupnya (Dewi et
al., 2022) dan biasa disebut halofilik arkaea atau haloarkaea yang termasuk dalam famili
Halobacteriaceae (Nilawati et al., 2015). Bakteri halofilik berdasarkan kebutuhan
garamnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu halofilik rendah (1-3%), halofilik sedang (3-
15%) dan halofilik ekstrem (15-30%) (Gaffney et al., 2021).
Bakteri halofilik dan halotoleran memiliki berbagai potensi untuk dimanfaatkan dalam
bidang bioteknologi. Bakteri halofilik dalam bidang bioteknologi digunakan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas garam. Bakteri halofilik berperan penting dalam
mempercepat proses pembentukan kristal garam dan sangat dipengaruhi oleh proses
nukleasi kristal garam (Dewi et al. 2022). Penggunaan bakteri halofilik di meja kristalisasi
mampu meningkatkan kadar NaCl hingga mencapai 98,116% (Marihati et al., 2014).
Penelitian ini mengisolasi bakteri halofilik sedang (moderate halophile) karena bakteri
bakteri ini dapat digunakan dalam bidang bioproduksi dan sintesis zat terlarut untuk
penstabil enzim (Gaffney et al., 2021). Bakteri halofilik sedang memiliki keunikan mampu
menghasilkan berbagai enzim. Enzim yang diproduksi oleh bakteri halofilik sedang
merupakan enzim yang stabil, karena walaupun lebih aktif pada media dengan kadar garam
sedang dan tinggi namun tetap stabil dan aktif digunakan pada media tanpa garam
(Rathakrishnan & Gopalan, 2022).
1.2 TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri halofilik hidup di lingkungan dengan kadar NaCl 2% hingga lingkungan yang
memiliki kadar NaCl jenuh (lebih dari 20%) (Ford, 1993; Madigan et al., 2000) tetapi
tingkat kebutuhan bakteri halofilik terhadap NaCl untuk pertumbuhannya berbeda-beda.
Bakteri halofilik dapat bersifat merugikan tetapi dapat juga dikembangkan potensi
enzim dan compatible solute-nya. Bakteri halofilik dapat merusak makanan yang
diawetkan dengan penggaraman, misalnya ikan asin, keju atau medium untuk
menumbuhkan mikroorganisme (cultur media) (Ford, 1993).
4. Ikan Asi
Ikan asin adalah ikan yang diawetkan dengan cara penggaraman dan
pengeringan. Pengawetan tersebut bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh
ikan sehingga bakteri pembusuk tidak dapat berkembang biak (Anonim, 2004).
Garam yang digunakan untuk mengawetkan ikan adalah garam murni, yaitu
garam yang mengandung NaCl 95% dan sedikit sekali mengandung elemen- elemen yang
dapat menimbulkan kerusakan (Afrianto dan Liviawaty, 1994).
Penggunaan garam sebagai pengawet terutama diandalkan pada kemampuannya
menghambat pertumbuhan bakteri dan kegiatan enzim penyebab pembusukan ikan
(Zaitsev et al., 1969; Rizal, 2001).
Kondisi ekstrem pada ikan asin yaitu mengandung kadar NaCl hingga 20% (Standar
Industri Indonesia) (Anonim, 2004) masih memungkinkan sekelompok mikroorganisme
hidup yaitu bakteri halofilik dan beberapa jenis bakteri yang toleran terhadap garam,
misalnya genera Micrococcus, Pseudomonas, Flavobacterium (Hudaya dan Daradjat,
1980).
BAB 3
METODE
3.1 WAKTU PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 1 november 2023, pukul 09:00 – 11:30
WITA, tempat Laboraturium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Muhammadiyah Bandung.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Bahan :
• Ikan asin peda
• Cumi asin
• Udang rebon
• Larutan garam 10%
Media:
• Nutrient Agar (NA)
• NaCl
• Buffer fosfat
• Alkohol 70%
5.5. Alat - Alat :
• Cawan petri
• Öse
• Tabung reaksi
• Erlenmeyer
• Pipet ukur
• Ball pipet
• Beaker gelas 50 ml
• Spatula
• Kapas
• Pembakar spirtus
• Neraca analitik
• Mikroskop
3.3 PROSEDUR
Timbang 10 g ikan peda dan ukur 10 ml larutan garam, masing-masing dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer steril yang berisi 90 ml buffer fosfat (pengenceran 10-l).
Buat pengenceran sampai 10-3.
Dari setiap pengenceran diambil 1 ml, kemudian masukkan ke cawan petri steril. Setiap
satu pengenceran dimasukkan kedalam empat cawan petri steril yang masing-masing
ditambahkan media:
Cawan petri 1 : NA
Cawan petri 2 : NA + 5% NaCl
Cawan petri 3 : NA + 10% NaCl
Cawan petri 4 : NA +15% Nacl
Inkubasi pada suhu 30℃ selama 3 hari.
Koloni yang tumbuh diamati bentuk dan warnanya, kemudian diisolasi dengan
membuat pewarnaan Gram yang selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop dengan
menggunakan lensa objektif dan minyak imersi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Bakteri Halofilik
Tabel 1. Ciri Koloni Tumbuh
Kelompo Sampe Mediu Ciri Koloni Tumbuh Gambar
k l m 10-2
10 -3
10-2
10-3
Berbentuk Berbentuk
bulat bulat
(coccus), (coccus),
1 NA bergerombol bergerombol
, dan , dan
berwarna berwarna
putih putih
NA Tidak Tidak
terdapat terdapat
pertumbuha pertumbuha
2
n koloni n koloni
Ikan bakteri bakteri
asin
peda NA + berbentuk berbentuk
NaCl bulat bulat
3 5% berwarna berwarna
putih putih
NA + berbentuk tidak
NaCl bulat terdapat
10% berwarna pertumbuha
4 putih n koloni
bakteri
Na + tidak tidak
Nacl terdapat terdapat
15% pertumbuha pertumbuha
5 n koloni n koloni
bakteri bakteri
4.2 PEMBAHASAN
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengisolasi bakteri halofilik dari beberapa produk pangan.
Prinsip
Mengetahui bakteri yang jumlah bakteri yang tumbuh dengan atau tanpa garam,
pada Beberapa baketeri disebut halotolerant (tahan gram). Bakteri halofilik dan
halotolerant sering ditemukan pada makanan berkadar garam tinggi atau
di dalam larutan garam.
Mengapa bisa terdapat dan tidaknya bakteri yang tumbuh pada sampel?
Pada prosedur setiap kelompok memiliki beda uji coba, terutama ada media yang
ditambahkan NaCl pada sampel, karena penambahan media NaCl pada sampel dapat
mempengaruhi konsentrasi bakteri yang tumbuh di kadar garam. Ada pun beberapa kelompok
tidak menemukan bakteri yang tumbuh pada uji praktik. Terjadinya tidak ada reaksi pada
pertumbuhan bakteri di sampel bisa di analogikan bahwa sampel ikan asin yang di dapat
bagus pada proses penggaramannya, karna pada proses penggaraman dan pembuatan ikan
asin yang menentukan ikan tersebut berkualitas mutu higenis tidak ada pertumbuhan bakteri,
melainkan sebaliknya bila ikan asin tersebut terdapat bakteri, bisa dipertanyakan pada proses
pembuatannya atau pun kondisi sampel tersebut yang galat.
• Ciri Koloni Tumbuh: Berbentuk bulat (coccus), bergerombol, dan berwarna putih.
3. Kelompok 3: NA + NaCl 5%
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pada kelompok 1 tterdapat bakteri yang banyak dengan tiadanya penambahan media
ke sampel Berbentuk bulat (coccus), bergerombol, dan berwarna putih.
Pada kelompok 2 tidak terdapat bakteri yang menunjukan kualitas baiknya dalam
proses pengolahnnya.
Pada kelompok 3 terdapat bakteri yang sedikit bertumbuhnya pada sampel berbentuk
bulat berwarna putih.
Pada kelompok 4 pada cawan petri 10 (-2) terdapat bakteri berkoloni berwarna putih
dan pada cawan petri 10 (-3) tidak dapat koloni bakteri.
Pada kelompok 5 tidak terdapat koloni bakteri sama seperti hasil dari kelompok 2.
Media yang ditambahkan pada kelompok 3, 4, 5
Kelompok 3 = 5 % NaCl
Kelompok 4 = 10 % NaCl
Kelompok 5 = 15 % NaCl
5.2 SARAN
Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui potensi enzim dan
aktivitasnya, compatible solute atau sifat patogenitas isolat bakteri pada sampel ikan asin
tersebut.
2
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan Liviawaty. 1994. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
American Society for Biochemistry and Moleculer Biology, Inc. 1997. Isolation and
Characterization of Salt-sensitive Mutants of the Moderate Halophile Halomonas
elongata and Cloning of the Ectoin Synthesis Genes. USA Barat, J.M., Barona, S.R.,
Andres, A. dan Fito, P.. 2002. Influence of Increasing Brine Concentration in the
Cod-Salting Process. J. Food Science 67(5): 1922-1925
Barth, S., Hunhn, M., Matthey, B., Klimka, A., Galinski, E.A. dan Engest, A. 2000.
Compatible Solute Supported Periplasmic Expression of Functional Recombinant
Proteins under Stress Conditions. App. and Env. Microbiol 66: 1572-1579
Web Page Wrillantes, S., Paknoi, S. dan Totakien, A.. 2002. Histamin FormationFish Sauce
Production. J. Food Science 67(6): 2090-2094