Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PESAN DAKWAH

DISUSUN OLEH :

NADIA QUROTA AINI (23041310082)

M RIZA ROHMAT DINATA (23041310078)

DOSEN PENGAMPU : MUSLIMIN, M. KOM.I

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw. Yang telah
berjuang demi menegakan syariat islam.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua rekan yang telah ikut serta dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan , baik dari
penyusunan maupun tata bahasan dalam dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima kritik dan saran dari prmbaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah kami yang kami susun ini memeberikan manfaat dan
menginspirasi pembaca

Palembang, 20 september 2023

Tim penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHALUAN………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...2

 JENIS PESAN DAKWAH…………………………………………………………………..2


 TEMA -TEMA PESAN DAKWAH……………………………………………………9
 KARAKTERISTIK PESAN DAKWAH………………………………12

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesan dakwah adalah beberapa macam informasi dari berbagai sumber dalam sebuah
dakwah atau seruan yang bersifat kepada ajakan positif mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-
Nya. Pada dasarnya, setiap pesan dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama pesan
tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pesan disampaikan dengan tepat tentunya
melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, sesuai dengan maksud dan kata-kata yang
sederhana, serta tujuan pesan tersebut dapat tersampaikan dan dapat pula dicerna oleh
komunikan.

Isi pesan dalam dakwah merupakan bahan atau materi yang dipilih dan ditentukan oleh
komunikator untuk mengkomunikasikan segala sesuatu tentang dakwah. Isi pesan apapun
yang utama hadir melalui pikiran, ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan faktor
pengaruh saja. Isi pesan yang baik, perlu diketahui sampai atau tidaknya kepada para
komunikan

B. Rumusan Masalah

1.Apa itu pesan dakwah? dan

2.Apa saja jenis pesan dakwah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Apa itu pesan dakwah

2. Untuk mengetahui apa saja jenis pesan dakwah


BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS PESAN DAKWAH

Dalam Ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu sim- bol-simbol. Dalam
literatur berbahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu' al-da'wah (seals). Istilah ini lebih tepat
dibanding de ngan istilah "materi dakwah" yang diterjemahkan dalam Bahasa Arab menjadi
maaddah al-da'wah (il iata).Istilah pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, "isi
dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mi tra dakwah." Jika dakwah melalui tulisan
umpamanya, maka yang ditulis itulah pesan dakwah.Jika dakwah melalui lisan, maka yang
diucapkan pembicara itulah pesan dakwah. Jika melalui tindakan, maka perbuatan baik yang
dilakukan itulah pesan dakwah.

1. Ayat-ayat Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang di- turunkan Allah SWT. kepada nabi-
nabi terdahulu termaktub dan te ringkas dalam Al-Qur'an.Dalam surat al-Fatihah, terdapat tiga
bahasan pokok yang sebenarnya menjadi pesan sentral dakwah, yaitu akidah (ayat 1-4), ibadah
(ayat 5-6), dan muamalah (ayat 7). Ketiga hal itulah yang menjadi pokok-pokok ajaran
Islam.Dalam thengutip ayat Al-Qur'an sebagai pesan dakwah, ada beberapa etika yang harus
diperhatikan:

a. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur'an harus benar

b. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur'an sebaiknya disertai terjemahannya

c. Sebaiknya ayat Al-Qur'an ditulis pada lembaran yang tidak mudah diletakkan pada tempat
yang kotor atau mudah terinjak.

d. Penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur'an sebaiknya tidak di- penggal dari keseluruhan ayat,
agar terhindar dari distorsi pema- haman.

e. Sebaiknya ayat Al-Qur'an dibaca dengan tartil dan jelas. Penu- lisannya juga dengan huruf
yang mudah dibaca

f. Ketika mengutip ayat Al-Qur'an, sebelumnya perlu didahului ungkapan atau tulisan: "Allah SWT

g. Antara ayat yang dikemukakan dengan topik dakwah harus sesuai dan relevan

h. Sebelum membaca ayat Al-Qur'an, pendakwah hendaknya membaca ta'awwudh dan


basmalah
2. Hadis Nabi SAW

Segala hal yang berkenaan dengan Nabi SAW. yang meliputi ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat,
bahkan ciri fisiknya dinamakan hadis. Untuk melihat kualitas kesahihan hadis, pendakwah
tinggal mengutip hasil penelitian dan penilaian ulama hadis. Tidak harus menelitinya sendiri.
Pendakwah hanya perlu cara mendapatkan hadis yang sahih serta memahami kandungannya.

Dalam mengutip hadis Nabi SAW., ada beberapa etika yang harus diperhatikan oleh para
pendakwah:

a. Penulisan atau pengucapan hadis harus benar

b. Penulisan atau pengucapan matan hadis sebaiknya disertai ter- jemahannya, agar
pengertiannya dapat dipahami oleh mitra dak- wah

c. Nama Nabi SAW. atau Rasulullah SAW. serta nama perawi sahabat dan perawi penulis kitab
hadis harus disebutkan

d. Pendakwah harus memprioritaskan hadis yang lebih tinggi kualitasnya

e. Pengungkapan hadis harus sesuai dengan topik yang dibicarakan

3. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW

Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW., pernah bertemu dan beriman kepadanya adalah
sahabat Nabi SAW.. Pendapat sahabat Nabi SAW. memiliki nilai tinggi, karena kedekatan
mereka dengan Nabi SAW. dan proses belajarnya yang langsung dari beliau.ada yang termasuk
sahabat senior (kibar al- shahabah) dan sahabat yunior (shighar al-shababah). Sahabat senior
diukur dari waktu masuk Islam, perjuangan, dan kedekatannya dengan Nabi SAW.. Hampir
semua perkataan sahabat dalam kitab-ki tab hadis berasal dari sahabat senior. Sama dengan
kutipan-kutipan sebelumnya, dalam mengutip pendapat sahabat juga harus mengikuti etika
sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadis.

b. Menyebutkan nama sahabat yang dikutip.

c. Menyebut sumber rujukan.

d. Membaca doa dengan kata radliyallahu 'anhu 'anha atau menulis dengan singkatan r.a
dibelakang nama sahabat
4. Pendapat Para Ulama

Meski ulama berarti semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam, namun
maksud ulama di sini dikhususkan untuk orang yang beriman, menguasai ilmu keislaman
secara mendalam dan menjalankannya.Pendapat para ulama dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu pendapat yang telah disepakati (al-muttafaq 'alaih) dan pendapat yang masih di-
perselisihkan (al-mukhtalaf fih).

Adapun etika mengutip pendapat ulama adalah sebagai berikut

a. Tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadishadis.

b. Menyebut nama ulama yang dikutip.

c. Mengetahui argumentasinya, agar terhindar dari kepengikutan yang tidak cerdas (taqlid).

d. Memilih pendapat ulama yang tertulis daripada pandapat yang didapatkan dari komunikasi
lisan.

e. Memilih pendapat ulama yang paling kuat dasarnya dan paling besar manfaatnya untuk
masyarakat.

f. Menghargai setiap pendapat ulama, meski kita harus memilih salah satunya

g. Sebaiknya kita mengenal jati diri ulama, walaupun tidak sem purna, sebelum mengutip
pendapatnya.

5. Hasil Penelitian Ilmiah

Sifat dari hasil penelitian ilmiah adalah relatif dan reflektif. Re latif, karena nilai kebenarannya
dapat berubah. Reflektif, karena is mencerminkan realitasnya. Hasil penelitian bisa berubah oleh
pene litian berikutnya atau penelitian dalam medan yang berbeda. Oleh se bab itu, pengutipan
hasil penelitian ilmiah untuk pesan dakwah harus berpegang pada etika berikut:

a. Menyebut nama penelitinya, atau lembaga bila melibatkan suatu lembaga. Kebesaran nama
peneliti atau lembaga penelitian ikut menentukan kredibilitas hasil penelitian.

b. Menyebutkan objek penelitian yang sesuai dengan topik dak- wah.

c. Disajikan dengan kalimat yang singkat dan jelas.

d. Disampaikan kepada mitra dakwah yang memahami fungsi pe nelitian

e. Disampaikan untuk menguatkan pesan utama dakwah


6. Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna konsep konsep yang kita sampaikan,
kita mencari upaya-upaya yang memu dahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang
yakin ter hadap pesan dakwah, kita mencari keterangan yang menguatkan argumentasinya atau
bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Salah satu di antaranya adalah menceritakan pengalaman
seseorang atau pribadi yang terkait dengan topik.

Ketika membicarakan pengalaman apalagi yang menyangkut kete- ladanan, pendakwah harus
berhati-hati. Ia boleh saja berharap mitra dakwah meniru keteladanan dari dirinya. Hanya saja,
keteladanan pribadi bisa menimbulkan prasangka buruk pada pendakwah sebagai orang yang
membanggakan diri ('ujub), menonjolkan diri (riya"), atau membuat diri terkenal (sum'ah). Jika
demikian ini yang ditakutkan, pendakwah bisa menceritakan pengalaman orang lain. Kita bisa
me lakukan ini jika orang yang kita ceritakan tidak berada di depan kita. Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan Muslim (1988: II: 709: nomor 3000) dari Abu Bakrah r.a., ada seseorang yang
memuji orang lain di sisi Nabi SAW.. Lalu, Nabi SAW. berulang kali mengatakan,

"Buruk sekali, kamu [seakan-akan] telah memotong leher te manmu".

7. Berita dan Peristiwa

Berita (kalam khabar) menurut istilah Ilmu al-Balaghah dapat benar atau dusta. Berita dikatakan
benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita bohong. Hanya berita yang
diyakini kebenarannya yang patut dijadikan pesan dakwah. Dalam Al-Qur'an, berita sering
diistilahkan dengan kata al-naba', yakni berita yangpenting, terjadinya sudah pasti, dan
membawa manfaat yang besar.

Dalam menjadikan berita sebagai penunjang pesan dakwah, terdapat beberapa etika yang harus
diperhatikan:

a. Melakukan pengecekan berkali-kali sampai diyakini kebenaran berita tersebut

b. Dampak dari suatu berita juga harus dikaji

c. Sifat berita adalah datar, hanya memberitahukan (to inform)

d. Berita yang disajikan harus mengandung hikmah


8. Karya Sastra

Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu sehingga lebih
indah dan menarik. Karya sastra ini dapat berupa: syair, puisi, pantun, nasyid atau lagu, dan
sebagainya. Tidak sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam bijak. Sabda
Nabi SAW., seperti yang diceritakan oleh Ubay bin Ka'b pesan dakwahnya. Hampir setiap karya
(Abu Dawud, 1994: IV: 331; nomor 5010), memuji suatu syair:

‫إإن ﻣﻦ اﻟﺸﻌﺮ ﺣﻜﻤﺔ‬

"Sesungguhnya ada hikmah dari suatu syair".

Nilai sastra adalah nilai keindahan dan kebijakan. Keindahannya menyentuh perasaan,
sementara kebijakannya menggugah hati dan pi- kiran. Pesan yang bijak akan mudah diterima
dengan perasaan yang halus.

Karya sastra yang dijadikan pesan dakwah harus berlandaskan etika sebagai berikut:

a. Isinya mengandung hikmah yang mengajak kepada Islam atau mendorong berbuat kebaikan.

b. Dibentuk dengan kalimat yang indah. Jika berupa syair bahasa asing, ia diterjemahkan
dengan bentuk syair pula

c. Ketika pendakwah mengungkapkan sebuah sastra secara lisan, kedalaman perasaan harus
menyertainya, agar sisi keindahannya dapat dirasakan

d. Jika diringi musik, maka penyampaian karya sastra tidak dengan

alat musik yang berlebihan.

9. Karya Seni

Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya ara menggunakan komunikasi
verbal (diucapkan), karya seni ba mak mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan).
Pesan dakwah jenis ini mengacu pada lambang yang terbuka untuk dital srkan oleh siapa pun.
Jadi, bersifat subjektif. Tidak semua orang men cintai atau memberikan apresiasi karya seni.
Bagi pecinta karya seni, pesan dakwah jenis ini lebih banyak membuatnya berpikir tentang Allah
SWT, dan makhluk-Nya, lebih daripada ketika hanya mendengar ceramah agama
Untuk menjadikan karya seni sebagai pesan dakwah, ada bebe- rapa etika yang harus
diperhatikan, yaitu:

a. Diupayakan sedemikian rupa agar karya seni tidak ditafsirkan secara salah oleh mitra dakwah.
Jika dipandang perlu bisa diberi sedikit komentar.

b. Menurut ulama yang berpaham tekstualis (memahami ayat atau hadis sesuai dengan
teksnya), tidak dibenarkan karya seni dengan objek makhluk hidup.Menurut mereka, larangan
menggambar makhluk hidup hanya jika dikhawatirkan gambar itu akan dijadikan objek
penyembahan sebagaimana dilakukan masyarakat pada zaman pra-Islam

C.Karya seni tidak bernuansa pornografi, menghina simbol-simbol agama , melecehkan orang
lain, atau menimbulkan dampak-dam pak negatif lainnya baik langsung maupun tidak langsung .

B.TEMA-TEMA PESAN DAKWAH

"Kiai Abdul Razaq Makmun adalah profil tersendiri di an- tara "barisan kiai" di kalangan kaum
Betawi. Kalau para kiai lain getol melancarkan serangan gencar kepada hal-hal yang modern,
kiai dari 'golongan Tegalparang' ini justru memakai pendekatan serba ringan. Kalau kiai lain
menunjukkan kata- kata tajam, kiai Razaq justru tidak pernah menyinggung- nyinggung
perbedaan agama. Kalau para kiai lain sibuk mengutuk berbagai penyimpangan dari ajaran
agama, se- perti kasus judi beberapa tahun yang lalu, kiai Razaq justru jarang menyoroti soal-
soal hangat seperti itu.

Dalam kisah di atas, pendakwah memilih tema pesan yang sama dalam setiap dakwahnya, yaitu
tema kesejukan dalam beragama di tengah masyarakat plural dan tema peningkatan kualiatas
sumber daya manusia dengan bekerja keras mencari ilmu pengetahuan. Tema yang

pertama, yaitu kesejukan dalam bermasyarakat dapat dihasilkan dari pemahaman ajaran Islam
secara integral atau menyeluruh.

Oleh sebab itu, untuk kekayaan tema pesan dakwah, pendakwah dituntut meningkatkan kualitas
diri dengan tetap mencari ilmu di tengah-tengah kesibukannya memberi ilmu kepada orang lain.
Muslim terbaik adalah yang menyiapkan diri sebagai pendakwah dan sebagai mitra dakwah
sepanjang hidupnya. Menjadi pelajar di suatu waktu dan pengajar pada kesempatan lainnya.
Dengan cara itu kita belajar menganalisis pesan dakwah dari orang lain sekaligus memperkaya
wawasan diri untuk pesan dakwah kita berikutnya. Belajar secara terus-menerus akan
menjadikan diri kita lebih bijak, karena kita mengetahui secara mendalam sisi ajaran kita.
Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan po- kok-pokok ajaran Islam. Banyak
klasifikasi yang diajukan para ula- ma dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari (1996:
71), membagi pokok-pokok ajaran Islam sebagai berikut:

1. Akidah, yang meliputi iman kepada Allah SWT., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman
kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadla dan qadar.

2. Syariah, yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, as-shaum, zakat, haji) dan
muamalah dalam arti luas (al-qanun-

al khas/hukum perdata dan al-qanun al-'am/hukum publik).

3. Akhlak, yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluq(manusia dan non manusia) .

Ulama lain membagi pokok ajaran Islam dengan mengambil inti sari surat al-Fatihah. Nabi SAW.
menyebut surat al-Fatihah dengan Umm al kitab (induk al quran). Dalam surat al-Fatihah,
terdapat tiga tema pokok, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Atau Iman, Islam, dan Ihsan
berdasar hadid nabi saw

Iman adalah akidah, Islam merupakan syariah, Ihsan ialah akhlak. Terhadap ketiga pokok ajaran
Islam ini, ada beberapa pen- dapat ulama, antara lain:

1. Ketiga komponen ini diletakkan secara hirarkhis, Artinya, mula- mula orang harus
memperteguh akidah, lalu menjalankan syari'at, kemudian menyempurnakan akhlak. Pada
posisi puncak inilah maksud diutusnya Nabi SAW., yakni menyempurnakan akhlak.Dengan
asumsi ini, maka untuk mengarahkan seseorang menjadi yang baik, pendakwah harus
memperkuat imannya terlebih dahulu

2.Ketiganya diletakkan secara sejajar. Maksudnya, akidah yang bertempat di akal, syariat
dijalankan anggota tubuh, dan akhlak berada di hati. Pendakwah mengajarkan bahwa
menjalankan shalat harus dengan pikiran yang yakin, mematuhi syarat dan rukunnya, serta hati
yang ikhlas. Banyak umat Islam yang men- jalankan agamanya dengan keimanan yang tipis
serta hati yang kurang bersih, sehingga tidak menghasilkan akhlak yang terpuji

Klasifikasi ajaran Islam bisa juga dari perspektif tasawuf. Kaum sufi membagi ajaran Islam
menjadi dua aspek, yaitu aspek luar (zhawahir) dan aspek dalam (bawathin). Aspek luar ajaran
Islam terkait dengan perbuatan anggota tubuh yang dirasakan oleh pancaindra: tampak oleh
mata; terdengar oleh telinga; terkecap oleh lisan; tercium oleh hidung; tersentuh oleh kulit.
Seseorang dapat memberikan sanksi atau penghargaan atas perbuatan ini. Dalam hal ini, fikih
lebih me nekankan aspek perbuatan luar sedangkan tasawuf lebih pada aspek batin, berkenaan
dengan isi hati dan pikiran pelakunya. Tentu saja tak seorang pun yang mampu mengetahuinya
kecuali Allah SWT..

Karena itu, kita tidak boleh menghakimi maksud hati seseorang. Jika fikih memberantas
kemungkaran dengan menerapkan sanksi hukum, maka tasawuf berusaha menyucikan hati
agar seseorang tidak me lakukannya. Ahli fikih menilai sah tidaknya shalat berdasarkan pe-
laksanaan syarat dan rukunnya, sedangkan ahli tasawuf menilai da ri tingkat keikhlasannya.

Ajaran Islam juga bisa diklasifikasi berdasarkan status hukum- nya, yaitu halal dan haram; boleh
dan tidak boleh; atau perintah dan larangan. Perintah berarti melaksanakan yang halal dan
menjauhi hal yang haram. Sebaliknya, larangan berarti melakukan hal yang haram dan menjauhi
yang halal.

Klasifikasi lainnya adalah pembagian ajaran Islam ke dalam dua kelompok, yaitu ajaran yang
bersifat gaib (al-ghaib), yang tidak dapat dijangkau pancaindra seperti ajaran tentang neraka,
surga, malaikat dan sebagainya, dan ajaran yang nyata (al-hadlir) seperti shalat, puasa dan
lainya

Hal-hal yang gaib dan tidak dapat terjangkau oleh akal manusia, seperti surga, sidratul muntaha
dalam peristiwa Isra' Mi'raj, dan sebagainya tetap wajib diimani keberadaannya. Kita belum
pernah melihat wujud Allah SWT., meski kita telah mengimaninya. Dalam Al-Qur'an, banyak
penjelasan mengenai malaikat, jin, setan, hari kiamat, bahkan kejadian sebelum adanya
penciptaan manusia. Semuanya belum terjangkau oleh akal manusia.

Selain klasifikasi pesan dakwah di atas, beberapa pakar juga me- miliki pandangan yang
berbeda tentang pesan dakwah. Aboebakar Atjeh (1971: 8), menggolongkan pesan dakwah
dalam tiga tema, yaitu:

1. Mengenai akidah atau keyakinan;

2. Mengenai kewajiban-kewajiban agama; mengenai akhlak; dan

3. Mengenai hak dan kewajiban dengan segala perinciannya.

Anwar Masy'ari (1981: 20), mengemukakan enam tema pesan dakwah, yaitu: keimanan kepada
Allah SWT., martabat manusia, kehidupan mental, kehidupan materiil, kehidupan keluarga, dan
ke- hidupan masyarakat. KH. Ali Yafie (1990: 4-10), menyebut keseluruh- an isi Al-Qur'an secara
utuh sebagai pesan dakwah, yaitu:
1. Penegasan dan penguatan eksistensi wahyu. Tema ini ia sebut se bagai hangstok, yakni
tempat bergantung tema-tema pokok yang lainnya;

2. Pengenalan masalah ketuhanan;

3. Pandangan terhadap alam;

4.Pengenalan manusia dan kemanusiaan; dan

5. Pandangan terhadap masalah kehidupan

C. KARAKTERISTIK PESAN DAKWAH

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pesan dakwah terdiri dari ajaran Islam yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW. kepada umatnya, baik termaktub dalam Al-Qur'an maupun
hadis. Untuk memahami kedua sumber pesan dakwah tersebut, dibutuhkan pengetahuan yang
mendalam tentang metodologinya, antara lain: Ushul Fikih, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, dan
sebagainya. Pengetahuan metodologi ini penting bagi pendakwah agar tidak terjadi
penyimpangan atau kekeliruan dalam menggali pesan dakwah. Sebelumnya, pemahaman kedua
sumber menjadi otoritas para sahabat Nabi SAW. dan tabi'in (murid sahabat).

Al-Qur'an dan Hadis adalah teks tertulis. Sifat teks adalah statis dan dapat diberi makna. Makna
sebuah teks tergantung dari siapa yang membacanya.

Oleh karena itu, pemahaman teks dapat berubah sesuai dengan konteksnya. Sifat konteks
adalah dinamis dan selalu berubah. Konteks terbatas pada hukum ruang dan waktu. Konteks
masa lalu, saat ini, dan akan datang tidak akan sama. Begitu pula, konteks di suatu tempat atau
daerah selalu berbeda dengan daerah yang lain. Namun demikian, perubahan konteks tersebut
tidak menjadikan perubahan teks. Ayat Al-Qur'an yang tertulis dalam Mushhaf 'Utsmani sampai
saat ini tidak mengalami perubahan sama sekali. Demikian pula, Hadis-hadis Nabi SAW

Orisinalitas tersebut dimaksudkan bahwa pesan dakwah Islam benar-benar berasal dari Allah
SWT..

Dakwah mengajarkan rasionalitas ajaran Islam. Salah satu buk tinya adalah ajaran
keseimbangan (al-mizan). Keseimbangan meru- pakan posisi di tengah-tengah di antara dua
kecenderungan. Dua kecenderungan yang saling bertolak belakang pasti terjadi dalam
kehidupan manusia. Ketika ada manusia diliputi nafsu keserakahan, pasti ada manusia lain
yang tertindas. Ada pula manusia yang menyenangi kehidupan asketis dengan meninggalkan
kehidupan duniawi sama sekali, dan ada pula yang hidup materialis bersama gemerlapnya
dunia.Kedua- nya bertentangan dengan prinsip Islam.
Dengan demikian, tujuh karakter pesan dakwah adalah orisinal dari Allah SWT., mudah, lengkap,
seimbang, universal, masuk akal, dan membawa kebaikan. Sebagai perbandingan yang tidak
jauh berbeda, 'Abd. al-Karim Zaidan (1993: 45) juga mengemukakan lima karakter pesan
dakwah, yaitu:

1. Berasal dari Allah SWT. (annahu min 'indillah);

2. Mencakup semua bidang kehidupan (al-syumul);

3. Umum untuk semua manusia (al-'umum);

4. Ada balasan untuk setiap tindakan (al-jaza' fi al-Islam); dan

5. Seimbang antara idealitas dan realitas (al-mitsaliyyah wa al wagi'ryyah).

Asep Muhiddin (2002: 150-151), merumuskan lebih banyak ka-

akteristik pesan dakwah sebagai berikut:

1. Islam sebagai agama fitrah;

2. Jalam sebagai agama rasional dan pemikiran

3. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fiqhiyyah;

4. Islam sebagai agama argumentatif (bujjah) dan demonstratif (burban)

5. Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan nurani (dlamir); dan

6. Islam sebagai agama kebebasan (hurriyyah) dan kemerdekaan (istiqlal)

Pesan dakwah yang memenuhi sejumlah karakter di atas dapat semakin meneguhkan
keimanan seorang muslim.

Kehebatan agama Allah SWT. yang disajikan dalam dakwah ti- dak akan berpengaruh secara
maksimal jika salah dalam memilih me tode penyampaiannya. Dengan metode yang tepat,
sesuatu yang sulit bisa menjadi mudah; lawan bisa menjadi kawan; dan yang semula dirasakan
sebagai beban kewajiban menjadi kenikmatan. Bab berikut akan mengupas metode dakwah.
BAB III

KESIMPULAN

Dakwah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

umat manusia terutama dalam menyiarkan suatu ajaran dalam masyarakat. Ajaran

yang baik tidak mustahil akan hilang apabila tidak didakwahkan, dan sebaliknya

ajaran yang sesat dapat tersiar dan membudaya dalam masyarakat jika didakwahkan

secara berkesinambungan. Dengan aktivitas dakwah yang berkesinambungan maka

akan mendorong kemaslahatan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Agama tidak akan tersiar dan berlaku di dalam masyarakat jika tidak

didakwahkan. Oleh karena itulah Islam mewajibkan dakwah kepada setiap umat

Islam. Bahkan dakwah itu merupakan salah satu dari kewajiban-kewajiban besar yang harus
dilaksanakan oleh umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA

'Ajaluni, al-. Kasyf al-Khafa'. Vol. II. Kairo: Maktabah Dar al-Turats, t.t.
Abduh, Syekh Muhammad. Islam Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Madani. Ter, Haris
Fadillah dan Muhammad Abqory. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Abdullah al-Mushlih dan Shalah al-Shawi. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Ter. Abu Umar
Basyir. Jakarta: Darul Haq, 2004. Abidin, A. Zainal. Hukum Pidana I. Jakarta: Sinar
Grafika, 1995.
Abu Dawud, Sulayman bin al-Asy'ats al-Sijistani. Sunan Abi Dawud.
Beirut: Dar al-Fikr, 1994. Abu Zahrah, Muhammad. Al-Da'wah ila al-Islam. Kairo: Dar al-
Fikr al-'Arabi, t.t.
Adji, Oemar Seno. Hukum (Acara) Pidana dalam Prospeksi. Jakarta: Erlangga, 1984.

Anda mungkin juga menyukai